• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Gizi Ibu Hamil

2.3.2. Angka Kecukupan Gizi Ibu Hamil

Perubahan-perubahan yang terjadi pada ibu hamil perlu disertai dengan bantuan makanan bergizi. Angka kecukupan gizi (AKG) antara ibu tidak hamil dan ibu hamil dapat dilihat pada tabel 2.2.

Gangguan gizi ibu

Penambahan volume darah berkurang

Peningkatan curah jantung (cardiac output) kurang

Aliran darah ke plasenta berkurang

Ukuran plasenta berkurang Aliran zat gizi berkurang

Pertumbuhan janin terhambat

Gambar 2.2. Mekanisme terhambatnya pertumbuhan janin pada gangguan gizi ibu

Hal-hal yang harus dipertimbangkan selama kehamilan antara lain: 1. Energi

Kebutuhan energi pada ibu hamil dipengaruhi oleh angka metabolisme basal (AMB) dan aktivitas fisik. Penambahan energi ini hendaknya dilakukan dengan penambahan makanan padat gizi, seperti makanan dari padi-padian, ikan, telur, susu, dan lain-lain (Almatsier et al, 2011). Godfrey dkk melaporkan bahwa asupan karbohidrat yang berlebihan pada awal kehamilan berhubungan dengan rendahnya berat plasenta dan berat badan kelahiran (Godfrey et al, 1995).

2. Protein

Protein diperlukan dalam kehamilan untuk perkembangan badan, alat kandungan, mamma, untuk janin, dan harus disimpan untuk kebutuhan laktasi nantinya (Wiknjosastro et al, 2005). Penambahan protein dapat dilakukan dengan asupan makanan sumber protein, seperti daging, telur, susu dan produk olahannya, tahu, kacang-kacangan dan lain-lain (Almatsier et al, 2011). Godfrey dkk melaporkan bahwa asupan protein

yang kurang pada akhir kehamilan berhubungan dengan rendahnya berat plasenta dan berat badan kelahiran (Godfrey et al, 1995).

3. Zat gizi yang berkaitan dengan metabolisme energi dan protein

Zat gizi yang dimaksudkan di sini adalah vitamin-vitamin B, yaitu tiamin (B1), riboflavin (B2), niasin (B3), dan piridoksin (B6). Angka kecukupan gizi untuk vitamin ini dapat dilihat dalam tabel 2.2. Makanan yang kaya akan vitamin ini contohnya daging, kacang-kacangan, serealia, dan lain-lain (Almatsier et al, 2011).

4. Zat gizi berkaitan dengan produksi darah dan pertumbuhan sel

Semua zat gizi berperan dalam proses ini, namun kebutuhan akan asam folat (vitamin B11), kobalamin (vitamin B12), besi, dan seng memerlukan perhatian secara khusus karena memiliki peran penting dalam sintesis DNA, RNA, dan sel-sel baru.

Kebutuhan asam folat meningkat sebanyak 50%. Di samping asupan makanan kaya folat, ibu hamil juga dianjurkan untuk makan suplemen folat. Makanan kaya folat adalah buah, sayuran hijau, dan serealia tumbuk (Almatsier et al, 2011). Mukherjee mengatakan bahwa asupan asam folat mengganggu absorpsi seng, namun dari hasil penelitian Tamura dkk tidak ditemukan efek negatif asupan asam folat (Tamura et al, 1992). Theresa dkk melaporkan kurangnya asupan folat selama kehamilan dapat meningkatkan resiko kurangnya pertambahan berat badan kehamilan, bayi prematur, dan BBLR (Scholl et al, 1996).

Zat yang mengaktifkan folat adalah kobalamin. Makanan sumber kobalamin adalah daging, ikan, telur, susu, dan lain-lain (Almatsier et al, 2011). Kekurangan vitamin B12 nantinya dapat menyebabkan lambatnya pertumbuhan, lambatnya perkembangan psikomotor dan terkadang hal ini bisa permanen. Jika ibu hamil kekurangan asupan folat dan vitamin B12 dapat meningkatkan resiko terjadinya NTD (Neural tube defect). (Refsum, 2001)

Kebutuhan besi pada ibu hamil meningkat untuk pembentukan darah dan untuk janin sebagai simpanan. Janin memerlukan simpanan besi 4-6 bulan sesudah kelahiran karena selama itu bayi hanya mendapat asupan ASI yang miskin besi. Sumber besi adalah makanan hewani seperti hati, daging, ayan, ikan, dan telur. Makanan nabati juga merupakan sumber besi, namun kuantitasnya lebih rendah, contohnya serealia, kacang-kacangan, dan sayuran hijau. Di Indonesia, banyak wanita yang sebelum hamil sering kekurangan besi. Oleh karena itu, selain asupan makanan kaya besi, boleh ditambah dengan suplemen besi (Almatsier et al, 2011).

Seng dibutuhkan selama kehamilan untuk pembentukan protein dan pengembangan sel. Makanan sumber seng adalah hati, susu, kacang-kacangan, kerang, tiram, dan lain-lain. Pada umumnya ibu hamil tidak membutuhkan suplemen seng. Suplemen seng dianjurkan bagi ibu hamil yang mendapat suplemen besi, karena besi dapat mengganggu absorpsi dan penggunaan seng (Almatsier et al, 2011). Yasmin dan Robert melaporkan ibu hamil yang mengkonsumsi seng mempunyai berat badan bayi lahir yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi seng, namun hal ini tidak berlaku untuk wanita dengan BMI>26 (Neggers et al, 2003).

5. Zat gizi untuk pertumbuhan tulang

Zat gizi untuk pertumbuhan tulang antara lain kalsium, magnesium, vitamin D, fosfor, dan flour. Akan tetapi, kebutuhan akan fosfor dan fluor tidak meningkat selama kehamilan. Absorpsi kalsium meningkat hingga lebih dari dua kali lipat di awal masa kehamilan. Janin membutuhkan kalsium untuk kalsifikasi tulang janin yang terjadi pada trimester ke-3 kehamilan. Bila asupan kalsium dirasa kurang, maka dapat memakan suplemen kalsium. Makanan kaya kalsium contohnya susu, keju, serealia, kacang-kacangan, dan lain-lain (Almatsier et al, 2011).

Magnesium secara umum berfungsi dalam menguatkan tulang dan gigi. Magnesium banyak terdapat dalam sayuran hijau, serealia, ikan, telur, dan kacang-kacangan. Kebutuhan vitamin D juga meningkat selama kehamilan. Vitamin D dapat dibentuk di bawah kulit dengan bantuan sinar ultraviolet dari matahari. Pada tabel 2.2 dituliskan bahwa ibu hamil tidak perlu menambah asupan vitamin D selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena Indonesia adalah negara tropis, sehingga diperkirakan tidak kekurangan sinar matahari untuk pembentukan vitamin D. Selain itu, susu bubuk pun biasanya difortifikasi dengan vitamin D. (Almatsier et al, 2011). Asupan seng, kalsium, dan magnesium dapat mencegah BBLR, lahir prematur, dan hipertensi (Ramakrishnan et al, 1998).

6. Zat gizi lain

Kebutuhan vitamin A, vitamin C, yodium, selenium, dan mangan meningkat selama kehamilan. Vitamin A berperan dalam penglihatan, sistem imun, dan diferensiasi sel. Sumber vitamin A adalah makanan hewani berupa hati, lemak hewan, susu, mentega, kuning telur, serta makanan nabati dalam bentuk pro vitamin A (karoten) berupa sayuran serta buah-buahan (Almatsier et al, 2011).

Kebutuhan vitamin C meningkat selama kehamilan. Fungsi utama vitamin C dalam tubuh adalah membantu penyerapan zat besi, menjaga kondisi tulang, gigi, dan darah, serta bekerja sama dengan vitamin E dan beta karoten untuk melawan radikal bebas. Sumber vitamin C adalah sayuran hijau dan buah-buahan seperti jeruk, nenas, mangga, dan lain-lain (Almatsier et al, 2011). Kekurangan vitamin C merupakan salah satu faktor resiko kelahiran prematur (Ramakrishnan et al, 1998).

Yodium merupakan bagian penting dari hormon tiroid. Hormon tiroid berperan dalam pembentukan myelin sistem saraf sentral. Kekurangan yodium dapat menyebabkan hipotiroidisme. Dampak setelah lahir dapat berupa gangguan mental, pendek atau kretinisme, tuli, dan kejang-kejang. Pencegahan kekurang yodium dengan memakai garam

yang difortifikasi dengan yodium. Selain itu, yodium banyak terdapat pada ikan, udang, kerang, ganggang laut, dan lain-lain (Almatsier et al, 2011). Kekurangan yodium dapat berakibat keguguran, retardasi mental dan kretinisme (Ramakrishnan et al, 1998).

Selenium dalam tubuh bekerja sama dengan enzim glutation peroksidase sebagai antioksidan yang mencegah pembentukan radikal bebas. Selain itu, selenium juga bekerja sama dengan enzim yang merubah hormon tiroid menjadi bentuk aktifnya. Selenium terdapat pada makanan hasil laut, daging, hati, dan lain-lain. Mangan berfungsi sebagai kofaktor enzim dalam metabolisme karbohidrat, metabolisme lipid, membantu sintesis ureum, dan pembetukan jaringan ikat dan tulang. Sumber mangan adalah makanan nabati, seperti kacang-kacangan, sayuran, serealia, dan lain-lain (Almatsier et al, 2011).

Tabel 2.2. Angka kecukupan gizi ibu hamil

2.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi ibu hamil

Dokumen terkait