• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Angket

a. Pengetahuan Guru tentang Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Kelompok Lainnya

Pengetahuan guru mengenai pembelajaran kooperatif terbagi menjadi dua yaitu pengetahuan guru tentang ciri-ciri dan metode pembelajaran kooperatif. Angket ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengetahuan guru tentang ciri-ciri dan metode pembelajaran kooperatif yang dipahami guru. Data pengetahuan guru mengenai ciri-ciri pembelajaran kooperatif, diambil melalui angket guru yang berisi pertanyaan tertutup dan terbuka. Data pengetahuan guru tentang ciri-ciri pembelajaran kooperatif dan kelompok belajar lainnya dapat diamati pada Gambar 4.1.

Gambar. 4.1 Pengetahuan Guru Tentang Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif, Kolaboratif, dan Kelompok Belajar Tradisional. Pengetahuan guru mengenai ciri-ciri pembelajaran kooperatif termasuk ke dalam kategori baik, ciri-ciri pembelajaran kolaboratif termasuk kategori cukup, sedangkan kelompok belajar tradisional termasuk kategori sangat kurang.

80% 67% 43% Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kolaboratif Kelompok Belajar Tradisional

Beberapa ciri pembelajaran kooperatif yang diketahui oleh guru adalah siswa dalam kelompok harus memiliki kemampuan yang heterogen, guru sebagai fasilitator, keberhasilan individu bergantung pada keberhasilan kelompok, dan penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dibandingkan dengan individu. Data pengetahuan guru mengenai metode pembelajaran kooperatif, kolaboratif, dan kelompok belajar tradisional dapat diamati pada Gambar 4.2.

Gambar. 4.2 Pengetahuan Guru tentang Metode Pembelajaran Kooperatif, Kolaboratif, dan Kelompok Belajar Tradisional. Pengetahuan guru tentang metode pembelajaran kooperatif termasuk kategori kurang, sedangkan metode pembelajaran kolaboratif dan kelompok belajar tradisional termasuk kategori sangat kurang.

Metode pembelajaran kooperatif yang diteliti antara lain Student Teams-Achievement Division, Number Head Together, Think Pair Share, Talking Chips,

dan Make a Match. Metode yang paling dikenal guru berdasarkan angket pengetahuan guru adalah TPS sebesar 100%, NHT sebesar 78%, dan STAD sebesar 67%. Sedangkan Talking Chips dan Make a Match memperoleh persentase yang sama yaitu 33%.1

Namun dalam pelaksanaannya, berdasarkan angket guru MAN A lebih sering menerapkan metode Think Pair Share, Two Stay Two Stray, dan Group Investigation. MAN B lebih sering menerapkan metode STAD, NHT, TPS,

Talking Chips, Make a Match, dan jigsaw. Sedangkan metode pembelajaran kooperatif yang sering diimplementasikan di MAN C adalah TPS dan NHT. Secara keseluruhan, metode pembelajaran kooperatif yang paling sering

1 Lampiran 6, h. 105. 57% 33% 50% Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kolaboratif Kelompok Belajar Tradisional

diterapkan oleh guru di MAN se-Jakarta Selatan berdasarkan angket guru adalah TPS.

b. Aktivitas yang Dominan Dilakukan Guru dalam Penerapan Pembelajaran Kooperatif

Data aktivitas yang dominan dilakukan guru dalam penerapan pembelajaran kooperatif diperoleh dari angket guru aspek pelaksanaan dan RPP. Angket guru tentang pelaksanaan pembelajaran kooperatif, kolaboratif, dan kelompok belajar tradisional berupa angket tertutup. Angket ini bertujuan untuk memperoleh data tentang aktivitas yang dominan dilakukan oleh guru berdasarkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif menurut Slavin dan Arends. Data pelaksanaan pembelajaran kooperatif dan kelompok belajar lainnya dapat diamati pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif, Pembelajaran Kolaboratif, dan Kelompok Belajar Tradisional menurut Persepsi Guru. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran kolaboratif menurut persepsi guru termasuk kategori baik, sedangkan pelaksanaan kelompok belajar tradisional termasuk kategori sangat kurang.

Indikator pelaksanaan pembelajaran kooperatif antara lain: materi pembelajaran (guru terlebih dahulu menyiapkan LKS), menetapkan siswa ke dalam kelompok, menentukan skor awal, menyiapkan pembelajaran (membimbing latihan kerjasama dan mengembangkan keterampilan kooperatif), dan tahap pembelajaran. Ada tiga sekolah yang menjadi lokasi penelitian, yaitu sekolah A, B, dan C. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif, dan kelompok belajar lainnya di setiap MAN menurut persepsi guru dapat diamati pada Gambar 4.4.

79% 83% 42% Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kolaboratif Kelompok Belajar Tradisional

Gambar 4.4 Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif, Pembelajaran Kolaboratif, dan Kelompok Belajar Tradisional di Setiap MAN menurut Persepsi Guru. Penerapan pembelajaran kooperatif di MAN A termasuk kategori baik, MAN B termasuk kategori sangat baik dan di MAN C termasuk kategori cukup.

Aktivitas yang dominan dilakukan guru dalam penerapan pembelajaran kooperatif di MAN A adalah aktivitas materi pembelajaran. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap materi pebelajaran adalah guru terlebih dahulu menyiapkan Lembar Kegiatan Siswa yang akan dipelajari oleh siswa dalam kelompok, guru meranking siswa berdasarkan prestasi akademik di dalam kelas, guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari siswa dengan prestasi yang seimbang, dan guru mempertimbangkan kriteria heterogenitas lainnya dalam pembentukan kelompok seperti jenis kelamin dan latar belakang sosial.

Aktivitas yang dominan dilakukan guru dalam penerapan pembelajaran kooperatif di MAN B adalah aktivitas materi pembelajaran dan tahap pembelajaran. Sedangkan aktivitas yang dominan dilakukan guru di MAN C adalah tahap pembelajaran. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap pembelajaran antara lain : guru membimbing siswa menyelesaikan tugas atau LKS, guru menilai tugas / hasil dari kerja kelompok dalam pembelajaran kooperatif, selain tugas, guru melakukan evalusi terhadap proses dalam kelompok. Aktivitas yang dominan dilakukan guru dalam penerapan

83% 90% 65% 88% 100% 63% 44% 38% 44% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

MAN A MAN B MAN C

Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kolaboratif Kelompok Belajar Tradisional

pembelajaran kooperatif, dan pelaksanaan kelompok belajar lainnya di MAN Jakarta Selatan dapat diamati pada Gambar 4.5, dan 4.6.

Gambar 4.5 Aktivitas Pembelajaran Kooperatif yang Dominan Dilakukan Guru di MAN Jakarta Selatan. Indikator-indikator pada gambar diatas antara lain: Indikator pertama materi pembelajaran, indikator kedua menetapkan siswa dalam kelompok, indikator ketiga menentukan skor awal, indikator keempat menyiapkan pembelajaran, dan indikator kelima tahap pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif yang dominan dilakukan oleh guru-guru di MAN Jakarta Selatan adalah materi pembelajaran (Indikator 1). Hal yang dilakukan guru berkaitan dengan materi pembelajaran adalah menyiapkan Lembar Kegiatan Siswa yang akan dipelajari oleh siswa dalam kelompok, meranking siswa berdasarkan prestasi akademik, membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari siswa dengan prestasi yang seimbang, dan mempertimbangkan kriteria heterogenitas lainnya dalam pembentukan kelompok.

Indikator yang mendapat nilai rata-rata terendah adalah indikator 4, yaitu menyiapkan pembelajaran dengan nilai rata-rata 2,83. Hal yang dilakukan guru berkaitan dengan menyiapkan pembelajaran adalah membimbing latihan kerjasama kelompok sebelum memulai kegiatan pembelajaran kooperatif dan membimbing siswa dalam mengembangkan keterampilan kooperatif. Pelaksanaan pembelajaran kelompok lainnya di MAN Jakarta Selatan menurut persepsi guru dapat diamati pada Gambar 4.6.

Indikator 1, 3.67 Indikator 2, 2.89 Indikator 3; 3 Indikator 4; 2,83 Indikator 5, 3.56 1 2 3 4 Tidak Pernah Pembelajaran Kooperatif Selalu

Gambar 4.6 Aktivitas Pembelajaran Kolaboratif dan Kelompok Belajar Tradisional yang Dominan Dilakukan Guru di MAN Jakarta Selatan. Indikator-indikator pembelajaran kolaboratif pada gambar diatas antara lain: Indikator pertama persiapan, indikator kedua proses belajar, dan indikator ketiga evaluasi. Sedangkan indikator-indikator kelompok belajar tradisional pada gambar diatas antara lain: Indikator pertama guru membiarkan adanya siswa yang mendominasi atau menggantungkan diri, indikator kedua akuntabilitas individual sering diabaikan, indikator ketiga pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan, dan indikator keempat guru sering tidak memperhatikan proses kelompok.

Berdasarkan Gambar 4.6 diatas, indikator 2 yaitu proses belajar memperoleh nilai rata-rata tertinggi dalam pelaksanaan pembelajaran kolaboratif dibandingkan indikator lainnya. Indikator 2 memperoleh nilai rata-rata 3,67. Proses belajar yang dilakukan guru adalah membimbing siswa dalam menyelesaikan tugas dan bekerja secara kooperatif.

Indikator 1, 3.33 Indikator 2, 3.67 Indikator 3; 3,17 1 2 3 4 Tidak Pernah Pembelajaran Kolaboratif Selalu Indikator 1, 1.33 Indikator 2, 1.89 Indikator 3; 2 Indikator 4; 1 1 2 3 4 Tidak Pernah Kelompok Belajar Tradisional Selalu

Sedangkan indikator yang memperoleh nilai rata-rata terendah adalah indikator 3, yaitu tahap persiapan dengan nilai rata-rata 3,17. Tahap persiapan yang dilakukan adalah mempersiapkan materi ajar untuk dikerjakan siswa secara berkelompok, mempersiapkan penilaian untuk kerjasama siswa, mempersiapkan perilaku untuk kerjasama siswa, membagi siswa ke dalam kelompok, menjelaskan tugas kolektif baik secara akademik maupun sosial dan mempersiapkan bentuk kerjasama yang akan dilakukan dalam kelompok.

Berdasarkan Gambar 4.6, indikator kelompok belajar tradisional yang memperoleh nilai rata-rata tertinggi adalah indikator 3 yaitu pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan. Indikator 3 mendapat nilai rata-rata 2 berdasarkan skala 1-4. Ini menunjukkan bahwa guru jarang tidak melakukan observasi dan intervensi dalam kegiatan belajar mengajar.

Indikator kelompok belajar tradisional yang memperoleh nilai rata-rata terendah adalah indikator 4, yaitu guru sering tidak memperhatikan proses kelompok. Indikator 4 memperoleh nilai 1. Hal ini mengindikasikan bahwa guru tidak pernah mengacuhkan atau tidak memperhatikan proses kelompok.

c. Prinsip-Prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif yang Dominan Dilakukan oleh Peserta Didik

Siswa yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI. Angket siswa berupa pertanyaan tertutup yaitu pertanyaan yang memiliki alternatif jawaban. Angket siswa bertujuan untuk memperoleh data tentang prinsip-prinsip dasar pembelajaran kooperatif yang dominan dilakukan siswa. Data pelaksanaan pembelajaran kooperatif, dan kelompok belajar lainnya menurut persepsi siswa dapat diamati pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif, Pembelajaran Kolaboratif, dan Kelompok Belajar Tradisional menurut Persepsi Siswa. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif termasuk kategori baik, pelaksanaan pembelajaran kolaboratif dan kelompok belajar tradisional termasuk kategori kurang.

Indikator dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab perseorangan, ketergantungan positif, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi kelompok. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif, kolaboratif, dan kelompok belajar tradisional di setiap MAN menurut persepsi siswa dapat diamati pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif, Pembelajaran Kolaboratif, dan Kelompok Belajar Tradisional di Setiap MAN menurut Persepsi Siswa. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif menurut persepsi siswa di MAN A, MAN B, dan MAN C termasuk kategori baik.

Berdasarkan angket siswa, ketiga sekolah yang merupakan lokasi penelitian lebih sering menerapkan pembelajaran kooperatif dibandingkan model pembelajaran lainnya. Prinsip-prinsip dasar pembelajaran kooperatif yang

79% 61% 55% Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kolaboratif Kelompok Belajar Tradisional 80% 75% 82% 66% 58% 61% 55% 56% 55% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%

MAN A MAN B MAN C

Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kolaboratif Kelompok Belajar Tradisional

dominan dilakukan siswa di MAN A dan MAN C adalah prinsip komunikasi antar anggota kelompok. Aktivitas yang dilakukan siswa berkaitan dengan prinsip komunikasi antar anggota adalah siswa menempatkan diri sebagai pendengar yang baik ketika anggota lain sedang berbicara, siswa menghargai perbedaan pendapat yang terjadi di dalam kelompoknya sendiri dan dengan kelompok lain.

Prinsip-prinsip dasar pembelajaran kooperatif yang dominan dilakukan siswa di MAN B adalah evaluasi proses kelompok. Kegiatan yang berkaitan dengan evaluasi proses kelompok adalah tugas atau hasil dari kerja kelompok siswa dinilai oleh guru dan keaktifan siswa dalam kelompok dinilai oleh guru. Prinsip-prinsip dasar pembelajaran kooperatif yang dominan dilakukan siswa di MAN se-Jakarta Selatan dapat diamati pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9 Prinsip-Prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif yang Dominan Dilakukan Siswa di MAN Jakarta Selatan. Indikator-indikator prinsip-prinsip dasar pembelajaran kooperatif yang dominan dilakukan siswa di MAN Jakarta Selatan antara lain: indikator pertama tanggung jawab perseorangan, indikator kedua ketergantungan positif, indikator ketiga tatap muka, indikator keempat komunikasi antar anggota, indikator kelima evaluasi proses kelompok.

Berdasarkan Gambar 4.9, indikator kelima yaitu evaluasi proses kelompok mendapatkan nilai rata-rata tertinggi sebesar 3,55 dibandingkan indikator pembelajaran kooperatif lainnya. Bentuk evaluasi proses kelompok yang dilakukan adalah menilai tugas / hasil dari kerja kelompok siswa serta menilai keaktifan siswa dalam kelompok.

Indikator pembelajaran kooperatif yang mendapatkan nilai rata-rata terendah adalah indikator 3 yaitu tatap muka. Indikator 3 memperoleh nilai rata 2,83. Kegiatan tatap muka yang dilakukan siswa antara lain melakukan diskusi

Indikator 1, 2.86 Indikator 2, 3.22 Indikator 3; 2,83 Indikator 4; 3,45 Indikator 5, 3.55 1.00 2.00 3.00 4.00 Tidak Pernah Pembelajaran Kooperatif Selalu

untuk menyelesaikan permasalahan, aktif bertanya, memberikan sanggahan jika ada pendapat yang kurang sesuai, dan menyamakan pendapat untuk memperoleh kesepakatan dalam memecahkan permasalahan. Pelaksanaan pembelajaran kolaboratif di MAN Jakarta Selatan menurut persepsi siswa dapat diamati pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kolaboratif dan Kelompok Belajar Tradisional yang Dominan Dilakukan Siswa di MAN Jakarta Selatan. Indikator-indikator prinsip-prinsip pembelajaran kolaboratif antara lain: Indikator pertama saling ketergantungan positif, indikator kedua terjadi interaksi langsung dengan siswa, indikator ketiga pertanggung jawaban individu jelas, indikator keempat keterampilan berinteraksi antar individu dan kelompok akan terbangun, indikator kelima terjadi keefektifan proses belajar kelompok, dan indikator keenam kerjasama antara lembaga pendidikan dengan industri atau lembaga lainnya. Sedangkan Indikator-indikator prinsip-prinsip pembelajaran kelompok belajar tradisional pada antara lain: indikator pertama akuntabilitas individual sering diabaikan, indikator kedua kelompok belajar biasanya homogen, indikator ketiga pemimpin kelompok ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih sendiri, dan indikator keempat penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.

Indikator 1, 3.31 Indikator 2, 3.31 Indikator 3; 2,93 Indikator 4; 2,79 Indikator 5, 2.44 Indikator 6, 1.71 1.00 2.00 3.00 4.00 Tidak Pernah Pembelajaran Kolaboratif Selalu Indikator 1, 2.31 Indikator 2, 1.97 Indikator 3; 2,45 Indikator 4; 1,84 1.00 2.00 3.00 4.00 Tidak Pernah

Pembelajaran Kelompok Belajar Tradisional

Indikator 1 dan indikator 2 (saling ketergantungan positif dan terjadi interaksi langsung dengan siswa) merupakan indikator dalam pembelajaran kolaboratif yang memperoleh nilai rata-rata tertinggi yaitu masing-masing sebesar 3,31. Dalam indikator saling ketergatungan positif siswa merasa membutuhkan anggota kelompok untuk meningkatkan pemahaman. Sedangkan bentuk interaksi langsung dengan siswa adalah saling bertukar pendapat untuk memperoleh jawaban terhadap permasalahan. Indikator yang memperoleh nilai rata-rata terendah adalah indikator 6 yaitu kerjasama antara lembaga pendidikan dengan industri atau lembaga lainnya dengan nilai rata-rata 1,71. Kegiatan dalam indikator 6 antara lain siswa mengunjungi industri atau lembaga lainnya dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok, siswa mendapatkan tugas individu ketika mengunjungi industri, siswa secara berkelompok berdiskusi untuk menyelesaikan tugas dalam kunjungan ke industri, siswa mengumpulkan tugas kunjungan ke industri secara individu kepada guru.

Berdasarkan Gambar 4.10, indikator kelompok belajar tradisional yang memperoleh nilai rata-rata tertinggi adalah indikator 3 yaitu pemimpin kelompok ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih sendiri dengan nilai rata-rata 2,45. Sedangkan indikator 4 yaitu penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas memperoleh nilai rata-rata terendah sebesar 1,84. Kegiatan pada indikator 4 adalah keaktifan siswa dalam kelompok kurang dinilai guru.

Dokumen terkait