• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

C. Deskripsi Data

1. Angket Metode Iqra ’ (Variabel X)

Tabel 7

Dalam Membaca Siswa Tidak Mengeja Bacaan Misalnya Membaca Alif Fathah A, Ba Fathah Ba, dan Seterusnya (+)

Data tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar siswa ketika membaca tidak mengeja bacaannya (76,4%) dan sebagian lagi dari para siswa mengatakan setuju jika dalam membaca mereka tidak mengeja bacaan (23,6%).

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa sudah mampu membaca kalimat-kalimat Al-Qur’an yang terdapat di dalam

modul iqra’ dengan tidak mengeja. Dengan cara ini maka waktu pembelajaran akan lebih efisien karena guru Al-Qur’an tidak perlu lagi

mengajarkan satu persatu huruf kepada para siswa ketika mereka membaca. Hal ini juga menunjukkan bahwa prinsip metode Iqra’ yakni tidak mengeja dalam membaca sudah diaplikasikan dengan baik.

Tabel 8

Guru Tidak Banyak Menuntun Namun Sesekali Hanya Memberi Contoh (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat Setuju 42 76,4%

2 Setuju 13 23,6%

3 Tidak Setuju 0 0%

4 Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 55 100%

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Dari tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa hampir setengah dari jumlah siswa menjawab sangat setuju jika guru tidak banyak menuntun ketika mengajar (72,7%), sebagian lagi mengatakan setuju bahwa ketika membaca, guru tidak banyak menuntun (25,5%) dan sebagian kecil dari jawaban siswa merasa tidak setuju bahwa guru tidak banyak menuntun bacaan (1,8%).

Berdasarkan hasil jawaban siswa di atas dapat diketahui bahwa ketika mengajar membaca Al-Qur’an, guru tidak banyak menuntun siswa dan hanya sesekali memberi contoh bacaan kepada siswa ketika mereka tidak bisa membacanya. Dengan hal ini siswa merasa diberi kesempatan berpikir sendiri ketika membaca Al-Qur’an dan bisa lebih percaya diri untuk mengekspolarikan kemampuannya dalam membaca Al-Qur’an. Namun,

walaupun guru tidak banyak menuntun ketika siswa membaca, guru tetap memperhatikan bacaan para siswa ketika mereka salah atau tidak bisa dalam membaca sebuah kalimat. Hal ini menunjukkan bahwa prinsip dalam metode Iqra’ sudah dilaksanakan.

Tabel 9

Apabila Ada Bacaan yang Tidak Jelas, Guru Langsung Memberikan Penjelasan (+)

2 Setuju 14 25,5%

3 Tidak Setuju 1 1,8%

4 Sangat Tidak Setuju 0 0 %

Jumlah 55 100%

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat Setuju 33 60%

2 Setuju 14 25,5%

3 Tidak Setuju 8 14,5%

4 Sangat Tidak Setuju 0 0%

Dari jawaban siswa pada tabel 9 tentang guru langsung memberikan penjelasan ketika ada bacaan yang tidak jelas. Sebagian siswa menjawab sangat setuju bahwa ketika ada bacaan yang tidak jelas guru langsung memberikan penjelasan (60%) dan sebagian lagi mengatakan setuju (25,5%) sedangkan sebagian kecil mengatakan tidak setuju jika ada bacaan yang tidak difahami para siswa bertanya pada guru (14,5%). Hasil data di atas dapat dijelaskan bahwa ketika ada bacaan yang tidak jelas guru langsung memberikan penjelasan, sehingga tidak membuat siswa menjadi bingung

Tabel 10

Guru Menyimak Bacaan Siswa Satu Persatu (+)

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa banyaknya jawaban siswa yang menjawab selalu sebanyak 69,1%, jawaban sering sebanyak 27,3%, kadang-kadang sebesar 3,6%.

Berdasarkan hasil jawaban para siswa di atas bahwa dalam kegiatan pembelajaran membaca Al-Qur’an, guru Al-Qur’an sudah mempraktekkan

prinsip privatisasi yakni guru menyimak bacaan siswa satu persatu. Hal ini terbukti dari sebagian besar siswa yang menjawab selalu bahwa dalam mengajar guru menyimak bacaan siswa satu persatu. Dengan cara ini, guru Al-Qur’an dapat mengajarkan dan mempraktekkan bacaan Al-Qur’an secara

langsung kepada para siswa.

Tabel 11

Buku/Modul Iqra’ Digunakan Oleh Guru dan Siswa dalam Pembelajaran

Membaca Al-Qur’an (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Selalu 38 69,1%

2 Sering 15 27,3%

3 Kadang-Kadang 2 3,6%

4 Tidak Pernah 0 0%

Jumlah 55 100%

Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden siswa menjawab selalu (70,9%) dan sebagiannya lagi menjawab sering

menggunakan buku Iqro’ (36,4%) dan tidak ada responden yang menjawab

kadang-kadang dan tidak pernah.

Berdasarkan hasil jawaban responden di atas dapat dijelaskan dalam pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an guru dan siswa menggunakan modul Iqra’ dari jilid 1-6. Hal ini dapat menunjukkan bahwa pembelajaran membaca Al-Qur’an dapat terbantu dengan adanya buku/modul Iqro’

sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik serta para siswa juga dapat mudah berlatih membaca sendiri dimanapun mereka inginkan.

Tabel 12

Ketika Mengajar Membaca, Guru Tidak Berhadapan Langsung dengan Siswa (-)

Pada tabel 12 di atas dapat dilihat bahwa dalam masalah privatisasi banyak para siswa yang menyatakan sangat tidak setuju jika ketika membaca guru tidak berhadapan langsung dengan siwa (81,8%), sebagian

1 Selalu 39 70,9%

2 Sering 16 36,4%

3 Kadang-Kadang 0 0%

4 Tidak Pernah 0 0%

Jumlah 55 100%

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat Setuju 1 1,8%

2 Setuju 1 1,8%

3 Tidak Setuju 8 14,5%

4 Sangat Tidak Setuju 45 81,8%

lagi memberikan jawaban tidak setuju (14,5%) dan sebagian kecil para siswa menjawab setuju dan sangat setuju (1,8%).

Dari hasil jawaban di atas menjelaskan bahwa ketika belajar membaca Al-Qur’an, guru selalu berhadapan dengan para siswa secara langsung. Kemungkinan hal ini dilakukan agar siswa terhindar dari kesalahan pemahaman dan cara melafazkan kalimat-kalimat Al-Qur’an yang kurang

tepat. Hasil tabel di atas juga menggambarkan bahwa prinsip privatisasi yang terdapat di dalam metode Iqra’ sudah dilaksanakan dengan efektif.

Tabel 13

Siswa tidak membaca satu halaman jika bacaannya sudah fasih dan lancar (+)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang menjawab sangat setuju sebanyak 32,7%, yang menjawab setuju sebanyak 36,4%, yang menjawab tidak setuju sebanyak 18,2% dan yang menjawab sangat tidak setuju”

sebanyak 12,7%.

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an, sebagian para siswa bisa lebih cepat naik pada jilid yang lebih tinggi dengan waktu yang cepat. Karena jika para siswa sudah fasih bacaannya, mereka hanya membaca sebagian kalimat saja dari satu halaman yang ada di dalam modul Iqra’.

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat Setuju 18 32,7%

2 Setuju 20 36,4%

3 Tidak Setuju 10 18,2%

4 Sangat Tidak Setuju 7 12,7%

Tabel 14

Guru Memberikan Reward Pada Siswa yang Bagus Bacaannya Untuk Menyimak bacaan Siswsa yang Lain (+)

Dari tabel 14 tentang privatisasi diperoleh hasil jawaban siswa yang menjawab sangat setuju sebanyak (50,9%), yang menjawab setuju (30,9%), yang menjawab tidak setuju (14,5%) dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak (3,6%).

Pada hasil jawaban di atas dapat dilihat bahwa sebagian kecil siswa yang menjawab sangat tidak setuju dan sebagian kecil lagi menjawab tidak setuju. Hal ini dapat dijelaskan bahwa proses belajar mengajar di kelas yang menggunakan privatisasi sudah di praktekkan oleh guru. Kemungkinan, hal ini dilakukan oleh guru tujuannya agar terjalin hubungan yang baik diantara para siswa. Siswa yang mampu membaca Al-Qur’an dapat mengajarkan temannya yang kurang mampu membaca Al-Qur’an dan sebaliknya siswa yang kurang mampu mau belajar kepada temannya yang mampu membaca Al-Qur’an.

Tabel 15

Ketika Mengajar Guru Mempraktekkan Bacaan Pada Siswa Dengan Jelas dan Tidak Banyak Memberi penjelasan secara teori (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat Setuju 28 50,9%

2 Setuju 17 30,9%

3 Tidak Setuju 8 14,5%

4 Sangat Tidak Setuju 2 3,6%

Jumlah 55 100%

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Selalu 38 69,1%

2 Sering 13 23,6%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ketika mengajar guru tidak banyak memberikan penjelasan secara teori tetapi ketika ingin menjelaskan guru langsung memberi contoh secara praktis. Hal ini dibuktikan dari sebagian besar siswa menjawab selalu (69,1%), sebagian lagi menjawab sering (23,6%) dan sebagian kecil menjawab kadang-kadang dan tidak pernah (3,6%).

Berdasarkan hasil jawaban siswa di atas dapat dijelaskan bahwa dalam mengajarkan Al-Qur’an, guru lebih banyak memberikan penjelasan materi secara praktis daripada teori. Mungkin dengan cara mengajar seperti ini siswa diharapkan lebih awal mampu untuk bisa mengenal huruf dan cara melafazkannya sesuai aturan ilmu tajwid. Materi teori bisa didapatkannya setelah mereka sudah bisa melafazkan kalimat-kalimat Al-Qur’an dengan baik dan fasih.

Tabel 16

Guru Tidak Memberi Kesempatan Siswa Untuk Menyimak Bacaan Siswa Yang Lain (-)

Dari tabel 16 di atas tentang kesempatan yang tidak diberikan oleh guru kepada para siswa untuk menyimak bacaan siswa yang lain. Dalam tabel didapatkan hasil jawaban siswa yang menyatakan sangat setuju sebanyak (3,6%), menyatakan setuju (16,4%), menyatakan tidak pernah (32,7%) dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 47,3%. Berdasarkan data di

4 Tidak Pernah 2 3,6%

Jumlah 55 100%

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat Setuju 2 3,6%

2 Setuju 9 16,4%

3 Tidak Pernah 18 32,7%

4 Sangat Tidak Setuju 26 47,3%

atas, guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menyimak bacaan siswab yang lain. Kemungkinan, hal ini dilakukan untuk menanamkan dalam diri para siswa rasa saling tolong menolong antara sesama, sehingga terjalin hubungan yang harmonis diantara para siswa dan akan memberi dampak positif dalam pelaksanaan pembelajaran.

Tabel 17

Karena Simpelnya Bentuk Modul Iqra’, Sehingga Memudahkan Saya Untuk

Membawanya dan Membacanya Dimanapun Saya Inginkan (+)

Tabel di atas menunjukkan bahwa buku/modul Iqra’ mudah dibawa

kemanapun mereka inginkan. Hal ini berlandaskan jawaban para siswa 61,8% memberikan jawaban sangat setuju, 34,5% memberikan jawaban setuju, 3,6% memberikan jawaban tidak setuju dan tidak ada yang memberikan jawaban sangat tidak setuju”.

Berdasarkan data di atas dapat dijelaskan bahwa penggunaan media pembelajaran berupa buku/modul Iqra’ yang guru Al-Qur’an lakukan akan

memudahkan para siswa dalam proses memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an. Dengan kemudahan mereka membawa buku Iqra’ sehingga mereka dapat lebih sering berlatih membaca dimanapun mereka inginkan.

Tabel 18

Alasan Modul Iqro’ Digunakan Karena Materinya di Awali dengan Yang Mudah dan Gampang (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat Setuju 34 61,8%

2 Setuju 19 34,5%

3 Tidak Setuju 2 3,6%

4 Sangat Tidak Setuju - -

Jumlah 55 100%

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Berdasarkan tabel 18 di atas tentang alasan penggunaan modul Iqra’

karena diawali dengan materi yang mudah. Hal ini dibuktikan dari sebagian besar jawaban siswa yang menjawab sangat setuju sebanyak 61,8% dan sebagian lagi menjawab setuju sebanyak 38,2%.

Data di atas dapat menerangkan bahwa dengan penggunaan media pembelajaran berupa modul Iqra’ dari jilid 1 sampai 6 yang didalamnya

diawali dengan materi-materi yang mudah sehingga para siswa merasa senang menggunakannya. Hal seperti ini memungkinkan timbulnya dampak positif terhadap semangat para siswa dan dalam kegiatan pembelajaran Al-Qur’an di sekolah.

Tabel 19

Agar Cepat Naik Pada Jilid Yang Lebih Tinggi Siswa Menjadi Rajin Mengikuti Pelajaran (+)

Tabel di atas menunjukkan 65,5% jawaban siswa yang menyatakan sangat setuju, 29,1% yang menyatakan setuju, dan 1,8% yang menyatakan tidak setuju.

Data di atas menunjukkan bahwa dengan adanya peningkatan bacaan dari jilid awal kepada jilid yang lebih tinggi yang diberikan oleh guru kepada

2 Setuju 21 38,2%

3 Tidak Setuju 0 0%

4 Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 55 100%

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat Setuju 38 65,5%

2 Setuju 16 29,1%

3 Tidak Setuju 1 1,8%

4 Sangat Tidak Setuju 0 0%

siswa, hal tersebut membuat mereka menjadi termotivasi mengikuti pembelajaran membaca Al-Qur’an.

Tabel 20

Guru Menyemangati Siswa Dengan Memberikan Modul Iqra’ Yang

Beragam Warnanya Sehingga Membuat Siswa tertarik Untuk membacanya (+)

Tabel di atas menunjukkan bahwa dengan cover Iqra’ yang berwarna-warni yang diberikan oleh guru yang bertujuan untuk menarik minat siswa untuk rajin membacanya. Hal ini dibuktikan dengan jawaban siswa

sebanyak 38,2% yang menjawab “Sangat Tidak Setuju”, 45,5% jawaban”Tidak Setuju”, 12,7% yang menjawab “Setuju” dan 3,6% yang menjawab “Sangat Setuju”.

Tabel 21

Guru Memberikan Sanjungan dan Pujian Jika Bacaan Saya Lancar dan Benar (+)

Tabel ke 21 di atas menunjukkan bahwa dalam hal pemberian reward guru kepada para siswanya berupa sanjungan dan pujian, para siswa

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat Setuju 20 36,4%

2 Setuju 25 45,4%

3 Tidak Setuju 7 12,7%

4 Sangat Tidak Setuju 3 5,4%

Jumlah 55 100%

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat Setuju 32 58,2%

2 Setuju 20 36,4%

3 Tidak Setuju 2 3,6%

4 Sangat Tidak Setuju 1 1,8%

sebagian besar menjawab selalu (58,2%), sebagiannya lagi menjawab sering (36,4%), sebagian kecil menjawab kadang-kadang (3,6%) dan sangat sedikit siswa menjawab tidak pernah (1,8%).

Berdasarkan hasil data di atas dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an para siswa merasa sering mendapatkan sanjungan

dan pujian dari guru jika bacaan baik. Hal ini dilakukan guru mungkin untuk menyenangkan hati para siswa dan menyemangati mereka.

Tabel 22

Guru Selalu Menganjurkan Siswa Untuk Menggunakan Modul Iqra’ Untuk

Awal Permulaan Belajar Al-Qur’an(+)

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa jawaban responden tentang guru

yang menganjurkan siswa untuk menggunakan modul Iqra’ untuk awal

permulaan belajar Al-Qur’an dibuktikan dengan hasil jawaban yang

menyatakan “Sangat Setuju” sebanyak 78,2%, yang menyatakan “Setuju”

sebanyak 18,2%, yang menyatakan “Tidak Setuju” sebanyakn 3,6%, Tabel 23

Guru Tidak Menegur Siswa Ketika Bacaannya Salah dan Keliru (-) No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat Setuju 43 78,2%

2 Setuju 10 18,2%

3 Tidak Setuju 2 3,6%

4 Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 55 100%

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat Setuju 0 0%

2 Setuju 5 9,1%

3 Tidak Setuju 15 27,3%

4 Sangat Tidak Setuju 35 63,6%

Tabel di atas menunjukkan 63,6% responden yang menyatakan “Sangat Tidak Setuju”, 27,3% yang menyatakan “Tidak Setuju”, 9,1%..Dari tabel di atas dapat dideskripsikan hasilnya yakni bahwa sebagian besar siswa menyatakan kalau guru Al-Qur’an selalu menegur para siswa jika bacaan

mereka salah dan keliru. Hal ini menyatakan bahwa guru memberikan perhatian yang besar kepada para siswa dalam proseskegiatan belajar mengajar.

Tabel 24

Untuk Mengetahui sejauh Mana Kemampuan Siswa, Maka Guru Mengacak Bacaan Yang Sama Dengan Pokok Bacaan Siswa. Misalnya Ssiswa baca A

dan Ba Maka Guru Menunjuki Huruf-Huruf Itu Untuk Siswa Baca (+)

Dari tabel di atas dapat dilihat jawaban responden yang menyatakan

“Selalu” sebanyak 36,4%, yang menyatakan “Sering” sebanyak 32,7%, yang

menyatakan “Kadang-Kadang” sebanyak 14,5%, dan responden yang menyatakan “Tidak Pernah” sebanyak 16,4%. Dari hasil tabel di atas dapat dideskripsikan bahwa terkadang guru menggunakan metode penunjang Iqra’

yakni metode acak. Metode ini berguna untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an

Tabel 25

Guru Menugaskan Siswa Agar Menulis Huruf Arab Setiap Selesai Membaca(+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Selalu 20 36,4%

2 Sering 18 32,7%

3 Kadang-Kadang 8 14,5%

4 Tidak Pernah 9 16,4%

Jumlah 55 100%

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Pada tabel ke 25 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menjawab kalau guru Al-Qur’an selalu menugaskan siswa menulis setelah

selesai membaca (83,6%) dan sebagian lagi menyatakan kalau guru Al-Qur’an itu sering menugaskan para siswa untuk membaca Al-Qur’an.

Berdasarkan hasil tabel di atas dapat dideskripsikan bahwa setiap para siswa selesai membaca maka guru menugaskan untuk menyalin bacaan mereka ke dalam buku tulis, tujuannya mungkin agar para siswa dapat menulis huruf Arab (Al-Qur’an) dengan indah.

Tabel 26

Tulisan Huruf Al-Qur’an (Arab) Siswa Menjadi Bagus Karena Sering Menulis Huruf Al-Qur’an (+)

Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan adanya tugas menulis huruf Arab (AlQur’an) yang diberikan oleh guru, siswa merasa tulisan mereka menjadi indah dan bagus karena terbiasa menulis. Hal ini dibuktikan

dari hasil jawaban responden 63,6% yang menjawab “Sangat Setuju”, 36,6% yang menjawab “Setuju”, dan tidak ada responden yang menjawab Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju”.

2 Sering 9 12,7%

3 Kadang-Kadang 0 0%

4 Tidak Pernah 0 0%

Jumlah 55 100%

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat Setuju 37 67,3%

2 Setuju 18 32,7%

3 Tidak Setuju 0 0%

4 Sangat Tidak Setuju 0 0%

Tabel 27

Guru Selalu Mengajak Para Siswa Untuk Membaca Shalawat Setiap zSelesai Pembelajaran Membaca Al-Qur’an (+)

Dari tabel di atas tentang kegiatan siswa dalam belajar Al-Qur’an yakni

dengan bershalawat dan bernyanyi. Sebagian siswa menjawab sangat setuju jika dalam kegiatan belajar Al-Qur’an di isi juga dengan membaca shalawat (60%) dan sebagiannya lagi menjawab setuju jika dikatakan bahwa dalam kegiatan belajar Al-Qur’an selain membaca Al-Qur’an juga diisi dengan

membaca shalawat (40%). Berdasarkan data tersebut dapat dijelaskan bahwa selain guru mengajarkan para siswanya membaca Al-Qur’an, guru

juga membiasakan para siswa untuk selalu membaca shalawat. Tujuannya agar para siswa dapat selalu ingat dan mencintai Rasulullah.

Tabel 28

Karena Guru Sering Menyampaikan Cerita-Cerita Islami, Siswa Jadi Memiliki Pengetahuan Tentang Sejarah Islam (+)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru sering menceritakan kisah-kisah Islami kepada para siswa agar mereka dapat mengambil tauladan yang

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat Setuju 33 60%

2 Setuju 22 40%

3 Tidak Setuju 0 0%

4 Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 55 100%

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat Setuju 10 18,2%

2 Setuju 25 45,4%

3 Tidak Setuju 15 27,3%

4 Sangat Tidak Setuju 5 9,1%

baik dari kisah-kisah tersebut. Hal ini dibuktikan dari hasil jawaban

responden yang menjawab “Sangat Setuju” sebesar 18,2%, yang menjawab

“Setuju” sebesar 45,4%, yang menjawab “Tidak Setuju” sebesar 27,3%, dan yang menjawab “Sangat Tidak Setuju” sebesar 9,1%.

Tabel 29

Ketika Siswa Membaca, Guru Sering Mengajak Bermain Tebak Huruf Hijaiyah (+)

Pada tabel ke 29 tentang siswa sering bermain tebak huruf hijaiyah bersama guru. Sebagian siswa menjawab sangat setuju kalau dalam pembelajaran Al-Qur’an guru dan siswa bermain tebak huruf (45,5%),

sebagian lagi menjawab setuju (41,8%), sebagian kecil menjawab tidak setuju kalau guru dan siswa bermain tebak huruf dalam pembelajaran Al-Qur’an (9,1%) dan sedikit sekali siswa yang menjawab sangat tidak setuju kalau dalam pembelajaran diadakan permainan tebak huruf hijaiyah (3,6%).

Tabel 30

Guru Al-Qur’an Tidak Pernah Mengadakan Kuis Interaktif Masalah Tajwid Dengan Siswa Dalam Setiap Pembelajaran Al-Qur’an Di Kelas (-)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat Setuju 25 45,5%

2 Setuju 23 41,8%

3 Tidak Setuju 5 9,1%

4 Sangat Tidak Setuju 2 3,6%

Jumlah 55 100%

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat Setuju 5 9,1%

2 Setuju 10 18,2%

3 Tidak Setuju 20 36,4%

4 Sangat Tidak Setuju 20 36,4%

Berdasarkan tabel ke 30 tentang guru Al-Qur’an yang tidak pernah

mengadakan kuis interaktif masalah tajwid dalam pembelajaran Al-Qur’an. Terdapat hasil yang sama antara jawaban siswa yang menjawab sangat tidak setuju dan tidak setuju dengan hasil 36,4%. Adapun siswa yang menjawab setuju sebanyak 18,2% dan siswa yang menjawab sangat setuju sebanyak 9,1%.

Hasil data tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran dan untuk menarik minat para siswa, guru mengadakan kuis interaktif yang berkaitan tentang ilmu tajwid. Misalnya, dalam satu kelas dibentuk beberapa kelompok dan dari kelompok-kelompok tersebut ditugaskan untuk menyebutkan hukum nun mati. Bagi yang benar jawabannya akan mendapakant nilai, namun bagi yang salah maka tidak akan mendapatkan nilai. Hal ini dilakukan agar para siswa lebih semangat untuk mempelajari Al-Qur’an khususnya masalah ilmu tajwid .

2. Angket Efektifitas Pembelajaran Membaca Al-Qur’an (Variabel Y)