• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis

2. Animasi Karakter (Character Animation)

Animasi karakter merupakan animasi yang sering kita lihat dalam film kartun. Contoh animasi karakter yang sering kita lihat yaitu: Doraemon, Sinchan, Ipin & Upin, dan lan-lain. Jika dilihat dari arti kebahasaannya, kata character mempunyai arti sifat, watak, dan peran. Maka dapat diartikan bahwa animasi karakter adalah animasi yang memiliki pemeran dengan watak dan sifat yang berbeda pada setiap pemeran tersebut sehingga menghasilkan sebuah lingkungan cerita. Contoh dapat kita ambil dari kartun Doraemon yaitu karakter Doraemon yang memiliki sifat penolong dan memiliki peran sebagai robot dari masa depan yang mempunyai berbagai macam alat yang berguna. Karakter Nobita yang memiliki sifat pemalas dan perannya sebagai anak sekolah yang selalu tertindas. Nobita selalu meminta pertolongan kepada doraemon jika mengalami suatu masalah dan doraemon menolongnya dengan mengeluarkan alat yang bisa membantu menyelesaikan masalah nobita. Hal tersebut yang penulis maksud dengan lingkungan cerita. Berikut contoh gambar animasi karakter:

Gambar 2.3 Contoh Animasi Karakter

Animasi jenis ini memungkinkan banyak gerakan di waktu yang sama. Tidak hanya mulut, mata, muka dan tangan yang bergerak tetapi semua gerakan pada waktu yang sama.30 Artinya, animasi jenis ini bisa menggabungkan berbagai gerakan di waktu yang sama, misalkan pada gerakan berlari, tangan, kaki, bibir, mata, dan raut muka dapat bergerak secara bersamaan layaknya manusia yang sedang berlari.

3. Keterampilan

Sebagai makhluk yang memiliki akal, manusia sejatinya akan memakai akalnya untuk menuju keadaan yang lebih baik. Keadaan yang dimaksud dapat berupa keadaan taraf kehidupan, keadaan keilmuan, dan keadaan ketuhanan. Manusia selalu haus akan hal-hal baru yang dapat meningkatkan derajat hidupnya.

Contoh nyata dalam upaya peningkatan derajat hidup yaitu peningkatan keterampilan dalam hal apapun. Keterampilan merupakan kemampuan (dalam hal apapun) yang dapat digali dan dipelajari sehingga dapat menjadi sebuah keahlian bagi orang yang mempelajarinya. Setiap manusia telah dibekali keterampilan dasar oleh tuhan misalnya bergerak, bernapas dan lain-lain. Banyak keterampilan yang bisa digali oleh setiap individu manusia, tinggal seberapa besar niat individu tersebut untuk menggali setiap keterampilan yang ada. Banyak keterampilan yang bisa didapat oleh pelaku akademis baik itu akademik ataupun non akademik. Seberapa besar keterampilan yang didapat tergantung seberapa besar keingiinan si pelaku akademis untuk memiliki keterampilan.

Bahasa menjadi salah satu keterampilan yang wajib dimiliki oleh setiap manusia dari kalangan apapun, tidak terlepas dari kalangan akademis. Urgensi bahasa adalah bahwa bahasa menjadi penyalur setiap lini-lini kehidupan baik itu keilmuan, keagamaan, ataupun kemasyarakatan. Seorang akademisi yang baik selayaknya memiliki

30

kemampuan berbahasa yang baik pula, karena hal ini akan menunjang ia dalam menjalani kehidupan berakademis dan bermasyarakat untuk ke depannya.

Keterampilan berbahasa memiliki beberapa bagian, yang ternyata ada sejak manusia itu memiliki kemampuan untuk berpikir. Bagiannya yaitu, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan alamiah manusia yang didapat dari pengamatannya sejak ia dilahirkan. Keterampilan-keterampilan berbahasa tersebut memiliki disiplin ilmunya masing-masing dan dapat digali untuk kepentingan akademis ataupun kepentingan non akademis. Keterampilan menulis menjadi keterampilan puncak dalam kehidupan berbahasa karena keterampilan ini berada pada tingkat kebergunaan bagi orang lain. Melalui tulisan, orang dapat mengenal si penulis dan dapat mengambil pelajaran atau ilmu yang berguna yang dihasilkan oleh pemikiran penulis ataupun penelitian yang ia lakukan.

4. Menulis

a. Pengertian Menulis

Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan bahasa yang harus dikuasai siswa. Menurut M. Yunus, menulis pada dasarnya merupakan suatu bentuk komunikasi berbahasa (verbal) yang menggunakan simbol-simbol tulis sebagai mediumnya.31 Menurut Akhadiah menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan menyampaikan pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya.32. Menurut Tarigan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.33 Dari ketiga pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan penuangan ide, pemikiran, dan

31 M. Yunus, dkk, Menulis 1, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2009), h. 1.3 32Sabarti Akhadiah, dkk, Menulis 1, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2007), h. 1.3 33Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. (Bandung: Penerbit Angkasa, 2008), h. 3

pengetahuan ke dalam bahasa tulis dengan tujuan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dengan orang lain dalam hal ini adalah pembaca.

Berbeda dengan kemampuan menyimak dan berbicara, menulis tidak diperoleh dengan kemampuan menyimak dan

berbicara, ia tidak diperoleh secara “alamiah”. Ia harus dipelajari

dan dilatihkan secara sungguh-sungguh. 34Menulis membutuhkan inspirasi dari pengalaman-pengalaman berbahasa penulis, misalkan: pengalaman membaca buku, menonton film, atau menyimak pembicaraan orang lain. Dengan pengalaman tersebut, akan muncul inspirasi yang kemudian akan diolah penulis ke dalam bahasa tulis dan kemudian dirangkai menjadi sebuah tulisan yang diinginkan. Pengalaman yang banyak akan berpengaruh pada tulisan yang dibuat.

Setiap orang yang menulis tentu memiliki tujuannya masing-masing dari apa yang dituliskan. Menurut John Langan

the three most common purposes of writing are to inform, to persuade, and to entertain” (Tiga tujuan menulis yang paling utama yaitu untuk memberi informasi, untuk mengajak, dan untuk menghibur).35 Setiap tujuan memiliki kepentingan dan karakteristik masing-masing sesuai dengan genre dan teknik menulis dari tujuan-tujuan menulis tersebut.

1) Tahap-Tahap Menulis

M. Yunus, dkk membagi tahap kepenulisan ke dalam 3 tahap, yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap pasca penulisan. 36.Berikut penjelasannya.

a) Tahap prapenulisan

Tahap ini merupakan langkah awal dalam menulis sebelum seorang penulis mulai menuangkan bahasa

34 Budinuryanta, dkk, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka,2007), h 12.2

35John Langan, Exploring Writing Paragfaph and Essays, (New York: McGraw-Hill, 2008), h.6 36 M. Yunus, dkk, op cit., h. 1.28

tulisnya ke dalam sebuah kertas. Sebelum menulis dibutuhkan perencanaan yang matang seperti yang

dikatakan oleh Elaine Morais yaitu “Writing is a thinking process and premeditation is an important part of that process” (Menulis adalah proses berpikir dan perencanaan yang matang adalah bagian yang penting dari proses itu). 37 Tahap prapenulisan pun memiliki beberapa tahap menurut Yunus dkk, yaitu 1) menentukan tema, 2) menentukan tujuan menulis, 3) memperhatikan sasaran karangan, 4) mengumpulkan informasi pendukung, dan 5) mengorganisasikan ide dan informasi.38.

Jika kelima tahap tersebut sudah terpenuhi maka seorang penulis bisa memulai kegiatan menulis dengan terarah.

b) Tahap Penulisan

Setelah kelima tahap prapenulisan sudah dilakukan maka tibalah saatnya tahap menulis. Pada tahap ini penulis mengembangkan apa yang telah ia dapat di tahap prapenulisan, mulai dari mengembangkan gagasan-gagasan sampai pada penafsiran informasi yang didapat.

Struktur kepenulisan yaitu awal, isi, dan akhir. Di bagian awal biasanya penulis akan memberikan gambaran umum mengenai tulisannya tersebut yang akan menggiring pembaca masuk lebih dalam ke dalam isi tulisan.

Bagian isi menyuguhkan bahasan mengenai inti karangan. Inti tersebut mulai dari teori, pendapat-pendapat, contoh-contoh, data-data, dan sebagainya. Di bagian inilah dibutuhkan ketajaman seorang penulis dalam membahas inti tulisan sehingga pembaca merasa mendapatkan sesuatu setelah membaca tulisan tersebut.

37 Elaine Morais, Academik Writing for Beginner, exploration of the mind, (Malaysia: Gillin Printers Sdn. Bhd, 2006), h. 1

Bagian akhir atau penutup biasanya diisi dengan kesimpulan dan saran. Apa yang telah dijabarkan di bagian isi kemudian diambil intisarinya dan dijadikan sebuah kesimpulan

c) Tahap Pascapenulisan

Tahap pascapenulisan dapat diartikan sebagai tahap

editing dari sebuah proses menulis. Artinya, pada tahap ini tulisan yang sudah dibuat akan mengalami proses penyuntingan baik itu dari bahasa yang digunakan, redaksi kata, teknik kepenulisan, maupun dari isi yang disampaikan.

Proses penyuntingan ini membutuhkan kejelian. Proses ini biasanya diawali dengan membaca ulang secara cermat seluruh tulisan. Lalu menandai hal-hal yang perlu diubah dengan memberi catatan apa yang perlu diubah dari kalimat, kata, atau teknik kepenulisan tersebut. setelah itu makan tahap akhir yaitu memperbaiki bagian-bagian yang sudah ditandai.

Untuk menghasilkan suatu tulisan yang baik mengharuskan setiap penulis memiliki tiga keterampilan dasar dalam menulis, yaitu sebagai berikut.

a) Keterampilan berbahasa

Keterampilan berbahasa merupakan kemampuan seseorang dalam memakai unsur-unsur bahasa dalam sebuah tulisan. Menurut M. Atar Semi, Keterampilan berbahasa yang diperlukan seorang penulis mencakupi keterampilan menggunakan ejaan, tanda baca, pembentukan kata, pemilihan kata, dan penggunaan kalimat yang efektif.39 Jadi yang dimaksud dengan keterampilan berbahasa adalah keterampilan seseorang dalam memahami tata bahasa sehingga dapat menghasilkan sebuah tulisan

yang baik dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa yang sudah ada.

Seorang penulis minimal harus mempunyai pengalaman-pengalaman dan pengetahuan mengenai kaidah kebahasaan serta kekayaan diksi atau pemilihan kata sehingga akan memudahkan ia dalam melakukan proses menulis dan hasil tulisannya pun akan baik.

b) Keterampilan penyajian

Menurut M. Atar Semi, keterampilan penyajian yaitu keterampilan pembentukan dan pengembangan paragraf, keterampilan memerinci pokok bahasan menjadi sub pokok bahasan, menyusun pokok bahasan dan subpokok bahasan ke dalam susunan yang sistematis.40Jika ditelaah maka maksudnya adalah keterampilan dalam membentuk paragraf menjadi sebuah kesatuan tulisan yang baik dan sistematis.

Jadi yang dimaksud dengan keterampilan penyajian ini adalah keterampilan penulis dalam mengemas materi tulisan sehingga dapat mudah untuk dimengerti oleh para pembaca bahkan sampai pada tingkat ketertarikan

c) Keterampilan Perwajahan

Menurut M. Atar Semi, keterampilan perwajahan yaitu keterampilan penampilan tipografi dan pemanfaatan sarana tulis secara efektif dan efisien seperti penyusunan format, pemilihan ukuran kertas, tipe huruf, penjilidan, penyusunan tabel, dan lain-lain.41 Maksudnya, keterampilan perwajahan ini adalah keterampilan penulis dalam mengemas bentuk dan penampilan tulisan.

Jadi keterampilan perwajahan adalah yang berkaitan dengan pengemasan penampilan sebuah tulisan.

40Ibid

Keterampilan perwajahan ini dirasa perlu karena untuk menunjang kerapihan sebuah tulis.

5. Karangan

Menurut Finoza, mengarang adalah pekerjaan merangkai atau menyusun kata, frasa, kalimat dan alinea yang dipadukan dengan topik dan tema tertentu untuk memperoleh hasil akhir berupa karangan.42

Karangan merupakan wadah penuangan ide, pikiran, dan imajinasi penulis ke dalam sebuah tulisan agar dapat dinikmati oleh dirinya sendiri maupun pembaca tergantung pada tujuan ia mengarang. Proses pembuatan karangan biasanya mempertimbangkan pengalaman pribadi atau sesuatu yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh penulis.

Setiap penulis menuangkan apa yang ia lihat, dengar, dan rasakan ke dalam sebuah karangan tentu dengan tujuan untuk apa ia menulis karangan tersebut, apakah untuk menghibur, untuk berbagi pengetahuan atau pengalaman, atau untuk sekedar bisa dinikmati oleh diri sendiri. Menurut Henry Guntur Tarigan setiap penulis atau pengarang mempunyai pikiran atau gagasan yang ingin disampaikan atau diturunkan melalui tulisannya. Dalam hal ini dia harus menerjemahkan ide-idenya itu ke dalam sandi-sandi lisan yang selanjutnya diubah menjadi sandi-sandi tulis.43

Jadi, karangan adalah hasil penuangan pengalaman, pikiran, dan ide ke dalam sebuah tema dan dijadikan sebuah kesatuan paragraf sehingga membentuk sebuah tulisan yang kemudian disebut dengan karangan.

Struktur karangan terdiri atas bagian awal, isi, dan akhir. Awal karangan berfungsi untuk memperkenalkan isi dari karangan tersebut

42 Lamudin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia: Untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa, (Jakarta:Diksi Insan Mulia, 2001), h. 189

43 Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 2008), h. 21-22.

dan sekaligus menuntun pembaca ke dalam pokok tulisan. Biasanya awal karangan dibuat semenarik mungkin agar pembaca tertarik untuk membaca. Isi karangan berisi bahasan topik atau ide utama karangan, ide tersebut didukung oleh contoh, ilustrasi, informasi, bukti, dan alasan. Akhir karangan berfungsi untuk mengembalikan pembaca pada hal pokok karangan melalui penekanan ide-ide penting, bisa berisi simpulan, rekomendasi, serta saran. Adapun jenis-jenis karangan yaitu:

a. Karangan Deskripsi

Kata deskripsi berasal dari bahasa latin describere yang berarti menggambarkan atau memerikan suatu hal. Menurut Djoko Widagho, Karangan deskripsi selalu berusaha melukiskan dan mengemukakan sifat, tingkah laku seseorang, suasana dan keadaan suatu tempat atau sesuatu yang lain.44 Menurut Sabarti Akhadiah dkk, deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya.45 Menurut Suhendar dan Supinah deskripsi dapat pula diterjemahkan menjadi pemerian, yang berarti melukiskan tentang sesuatu. Dari ketiga pendapat tersebut dapat diambil poin penting yaitu melukiskan46. Dilihat dari arti harfiyahnya, kata melukis yaitu menuangkan suasana, peristiwa, dan objek ke dalam sebuah kanvas.

Analogi lukisan dan karangan deskripsi dapat diartikan bahwa Jika dalam melukis sang pelukis menggambarkan suasana, peristiwa, dan benda menggunakan sarana cat dan kanvas dan objek digambarkan secara langsung sesuai dengan apa yang pelukis lihat, sedangkan dalam membuat karangan deskripsi seorang penulis menggambarkan suasana, peristiwa, dan benda menggunakan sarana bahasa sehingga bahasa yang dipilih harus

44Djoko Widagho, Bahasa Indonesia Pengantar Kemahiran Berbahasa di Perguruan Tinggi

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), h. 109 45Akhadiah,dkk, op.cit., h. 1.16

46

M. E .Suhendar dan Plen Supinah. MKDU (Mata Kuliah Dasaar Umum) Bahasa Indonesia,

benar-benar dapat mewakili objek yang akan dideskripsikan. Perbedaannya terletak pada sarana yang digunakan tetapi fungsinya hampir sama.

Dari ketiga penjabaran mengenai deskripsi tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa karangan deskripsi adalah karangan yang melukiskan secara keinderaan artinya seolah-seolah pembaca dapat merasakan apa yang digambarkan dalam tulisan tersebut dengan pengalaman inderanya.

Untuk mencapai tujuan dari karangan deskripsi maka penulis harus menggambarkan sedetail mungkin. Misalnya untuk menggambarkan ruangan yang indah maka penulis harus benar-benar menggambarkan setiap sudut ruangan tersebut. Detail dari ruangan harus jelas, misalkan kursi dengan warna apa, lantai yang terbuat dari apa, warna tembok, aksesoris apa saja yang ada diruangan, ukuran ruangan itu berapa, dan lain-lain. Jika sudah benar-benar detail maka tinggal mengatur urutan waktu jika deskripsi itu merupakan sebuah penggambaran peristiwa, misalkan peristiwa tsunami.

Jadi karangan deskripsi adalah karangan yang menitik beratkan pada pendeskripsian sesuatu sehingga pembaca dapat membayangkan bahkan merasakan apa yang dideskripsikan penulis.

b. Karangan Argumentasi

Argumentasi berakar dari kata argumen yang berarti alasan. Maka karangan argumentasi secara sederhana dapat diartikan sebuah karangan yang berisi alasan-alasan yang kuat. Menurut Djoko Widagho, karangan argumentasi atau persuasi lebih sukar oleh karena disini pengarang mengemukakan argumentasi (alasan), bukti atau contoh yang dapat meyakinkan, sehingga pembaca terpengaruh dan membenarkan gagasan, pendapat, sikap dan keyakinannya.47

47Widagho, op.cit., h. 114

Berikut ciri-ciri dari karangan narasi menurut Laminnudin Finoza: 1) Mengemukakan alasan atau bantahan sedemikina rupa dengan tujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya; 2) Mengusahakan pemecahan suatu masalah; dan 3) Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai suatu penyelesaian.

Sudah jelas bahwa karangan argumentasi dapat dikatakan sebagai alat penulis untuk mengajak dan mempengaruhi pembaca dengan ide, pemikiran bahkan kepentingannya dengan mengungkapkan alasan-alasan yang kuat dan bukti-bukti yang relevan sehingga pembaca merasa benar-benar yakin apa yang

dituliskan merupakan sebuah kebenaran yang bisa

dipertanggungjawabkan.

Pemilihan kata, bukti, dan alasan harus benar-benar tepat dan sesuai dengan logika berpikir agar pembaca dapat menerima dan merasa benar-benar yakin sehingga sampai pada tahap terpengaruhi.

c. Karangan Eksposisi

Menurut Djoko Widagho, karangan eksposisi adalah karangan yang berusaha menerangkan suatu hal atau sesuatu gagasan.48 Menurut M. Atar Semi, eksposisi adalah tulisan yang bertujuan menjelaskan atau memberikan informasi tentang sesuatu49. Dari kedua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa karangan eksposisi adalah jenis karangan yang memberi informasi mengenai suatu hal. Berbeda dengan argumentasi, karangan eksposisi tidak bertujuan untuk mempengaruhi atau mengajak. Karangan eksposisi lebih kepada paparan dan pengembangan gagasan dari suatu hal sehingga yang ditawarkan adalah informasi-informasi yang nyata. Perlu diperhatikan seorang yang ingin menulis karangan eksposisi mengenai suatu hal maka ia harus menguasai betul

48Ibid., h. 112

sesuatu yang akan ditulis tersebut. hal ini diperlukan agar informasi yang disampaikan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Agar lebih bertambah jelas biasanya karangan eksposisi menambahkan gambar, grafik, angka-angka dan lain-lain. Misalkan karangan eksposisi mengenai bagaimana caranya membuat brownies maka akan dipaparkan tahap-tahap, bahan-bahan, takaran-takaran, bahkan bisa ditambahkan gambar dari alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan.

d. Karangan Persuasi

Persuasi merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu

Persuation yang merupakan bentuk nomina dari to persuade yang berarti membujuk atau meyakinkan. Menurut Lamuddin Finoza, karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat/gagasan ataupun perasaan seseorang.50 Poin yang paling penting dari pendapat tersebut adalah membujuk. Artinya karangan persuasi adalah karangan yang bersifat membujuk yaitu usaha untuk meyakinkan seseorang dengan kata-kata manis.

Berkaitan dengan hal membujuk, karangan narasi digunakan penulis untuk percaya dengan apa yang dituliskan oleh si penulis. Di dalam tulisan itupun dapat dicantumkan fakta-fakta agar lebih meyakinkan. Dalam segi medan pemakaiannya karangan persuasi menurut Laminuddin Finoza digolongkan menjadi empat macam, yaitu (1) persuasi politik, (2) persuasi pendidikan, (3) persuasi advertensi, dan (4) persuasi propaganda.51

Dokumen terkait