PENGARUH MEDIA FILM ANIMASI TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII
MTS HIDAYATUL UMAM CINERE DEPOK TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
(S. Pd.)
Oleh
PUGUH APRIA RANTAU 1110013000032
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
i
Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas VII MTs Hidayatul Umam, Cinere, Depok. Penelitian ini merupakan skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa kelas VII
MTs Hidayatul Umam Cinere, Depok dalam menulis karangan narasi dan
mengetahui pengaruh media film animasi terhadap keterampilan siswa dalam
menulis karangan narasi. Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan terhitung sejak
September 2014 sampai dengan Februari 2015. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif, sedangkan metode yang digunakan adalah metode
eksperimen. Sampel penelitian berjumlah 26 siswa kelas VII-5 MTs Hidayatul
Umam, Cinere, Depok.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes menulis
karangan narasi. Skor penilaian minimal sebesar 40 dan skor tertinggi adalah skor
100. Aspek yang dinilai dari tulisan karangan narasi siswa, yaitu aspek kronologis
karangan narasi berbobot 40, alur berbobot 20, isi yang berbobot 20, dan gaya
bahasa berbobot 20. Setelah data terkumpul, kemudian skor pra-tes dan pasca-tes
kelas VII diolah melalui uji normalitas.
Hasil penelitian ini adalah media film animasi berpengaruh pada
keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII MTs Hidayatul Umam
Cinere Depok. Hal tersebut terlihat dari peningkatan perolehan rata-rata skor
siswa, yaitu memperoleh skor di 55,85 pada pra-tes yang menggunakan
pendekatan konvensional tanpa menggunakan media, dibandingkan dengan
rata-rata skor pencapaian pada pasca-tes yang menggunakan media film animasi dalam
pembelajaran, yaitu memperoleh skor 80,38.
ii
ABSTRACT
Puguh Apria Rantau (NIM : 1110013000032). Influence of Animation Film in Writing Narrative Paragraph Skill for Class VII MTs Hidayatul Umam Cinere, Depok. Skripsi of Indonesia Language and Literature Education Department at Faculty of Tarbiyah and Teachers Training of State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.
The goal of this research is to know the quality of students from class VII MTs Hidayatul Umam, Cinere, Depok in writing a narrative paragraph and to know the effect of animation film to students ability in writing narrative paragraph. This research is held about 6 month from September 2014 until February 2015. This research is a quantitative research, the method use is experiment method. The sample of this research is 26 students from class VII.5 MTs Hidayatul Umam Cinere, Depok.
Instrument of this research is writing test of narrative paragraph. The minimum score is 40 and the highest score is 100. Aspects in scoring are the chronology 40 %, plot 20% , the content 20%, and figure of speech 20%. After all the data collected, the score from pre-test and post-test from class VII-5 will be compared with normative test
The result of this research is animation film media influential to writing narrative text capability of students from class VII MTs Hidayatul Umam. The result can be seen from the average acquisition of students is 55,85 from pre-test that use a conventional method, compared with average acquisition post-test with animation film media is 80,38.
iii
Puji Syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam kita limpah curahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah telah membawa dan menyelamatkan kita dari zaman jahiliyah ke zaman islamiyah yang
terang benderang dan penuh dengan ilmu pengetahuan.
Selama penulisan skripsi berjudul Pengaruh Media Film Animasi
Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas VII.5 MTs
Hidayatul Umam, Cinere, Depok banyak sekali pihak-pihak yang sangat berjasa
dalam memotivasi penulis. Oleh karenanya, penulis ingin mengucapkan berjuta
terima kasih kepada:
1. Allah SWT, Tuhan semesta alam tempat mengadu dan berlindung.
2. Ibu tersayang Siti Hartinah dan ayah tercinta Drs. Nabrih Binin Saend,
MM. Nasihat-nasihat yang diberikan banyak sekali memotivasi penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini walaupun tidak sesuai dengan target yang
diharapkan.
3. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.
4. Ibu Dra, Hindun M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
5. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd. selaku dosen penasehat akademik.
6. Bapak Dona Aji Karunia Putra, MA, selaku pembimbing skripsi yang
selalu memberikan pencerahan kepada penulis.
7. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang
dengan ikhlas memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama
kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Keluarga besar Pojok Seni Tarbiyah (POSTAR) yang telah memberikan
berjuta pengalaman dan pelajaran nilai-nilai kehidupan yang tidak penulis
dapatkan di bangku perkuliahan.
9. Sahabat saya, Rizka Muzayyinatul Jannah dan Ari Mulyasari yang selalu
iv
teman PPKT yang telah mendukung dan menemani penulis selama kuliah
di UIN Syarif Hidayatullah.
11.Seluruh pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan skripsi ini, baik pihak
perpustakaan, pihak fotocopy, penjilidan, teman kost dan lainnya yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis tidak akan mampu membalas semua jasa-jasa semua pihak yang
telah disebutkan di atas. Hanya doa yang dapat penulis hadiahkan semoga Allah
SWT memberikan penggantinya. Semoga Allah Swt memberikan Ridho kepada
skripsi ini dan semoga skripsi ini bermanfaat, Amiin.
Mohon maaf bila skripsi ini masih banyak kekurangan. Kesempurnaan
hanya milik Allah Swt dan kekurangan hanya milik manusia.
Jakarta, 1 April 2015
Penulis
v
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR GRAFIK ... x
DAFTAR SKEMA ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORETIS ... 7
A. Landasan Teori ... 7
1. Hakikat Media ... 7
a. Pengertian Media Pembelajaran ... 7
b. Ciri-Ciri Media Pembelajaran ... 9
c. Pertimbangan Pemilihan Media ... 10
d. Jenis-Jenis Media ... 12
1) Media Audio ... 12
2) Media Visual ... 14
vi
f. Film Animasi sebagai Media Pembelajaran... 17
2. Animasi Karakter ... 21
3. Keterampilan ... 22
4. Menulis ... 24
5. Karangan ... 28
6. Karangan Narasi... 32
7. Penelitian yang Relevan ... 36
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 28
C. Kerangka Berpikir ... 33
D. Hipotesis Penelitian ... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39
B. Metode dan Desain Penelitian ... 39
C. Populasi dan Sampel ... 40
D. Teknik Pengumpulan Data ... 41
E. Instrumen Penelitian ... 42
F. Teknik Analisis Data... 45
G. Hipotesis Statistik ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 46
A. Gambaran Umum ... 46
1. Sejarah Singkat Madrasah ... 46
2. Identitas Sekolah ... 47
3. Visi dan Misi ... 48
4. Guru dan Tenaga Kependidikan ... 48
B. Deskripsi Penelitian ... 52
C. Deskripsi Data ... 52
vii
2. Deskripsi Data ... 59
a. Deskripsi Data Pretest ... 59
b. Deskripsi Data Posttest ... 61
D. Analisis Data ... 63
1.Uji Normalitas ... 63
a. Uji Normalitas Pretest ... 63
b. Uji Normalitas Postest ... 64
2. Uji Hipotesis ... 65
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 66
BAB V PENUTUP ... 68
A. Simpulan ... 68
B. Saran ... 68
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain Penelitian One Group pretest-posttest design ... 40
Tabel 3.2 Instrumen Penelitian ... 40
Tabel 3.3 Pembagian skor masing-masing kriteria ... 42
Tabel 4.1 Daftar Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Pretest ... 55
Tabel 4.2 Daftar Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Postest ... 57
Tabel 4.3 Daftar Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Pretest dan Postest ... 58
Tabel 4.4 Deskripsi Data Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Pretest ... 60
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Perolehan Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Pretest ... 52
Tabel 4.6 Deskripsi Data Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Posttest ... 60
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Perolehan Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Postestt ... 63
Tabel 4.8 Hasil Uji Normatif Pretest ... 65
Tabel 4.9 Hasil Uji Normatif Posttest ... 65
xi
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR GRAFIK
xi
DAFTAR SKEMA
xiii Lampiran 1 : Surat izin penelitian
Lampiran 2 : Lembar Penilaian Siswa Menulis Karangan Narasi
Lampiran 3 : 1. Hasil Penilaian Menulis Karangan Narasi Pretest
2. Hasil Penilaian Menulis Karangan Narasi Posttest
Lampiran 4 : Uji Referensi
1 A. Latar Belakang Masalah
Berbahasa merupakan salah satu keterampilan yang dimiliki oleh
setiap manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan
media bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi satu sama lain,
mengungkapkan ide dan pikiran-pikiran. Cara seseorang dalam berbahasa
dapat menunjukkan tingkat intelektualitas dan kesopanan yang dimiliki
orang tersebut. Seseorang yang dapat berbahasa dengan baik akan
memiliki penilaian yang baik pula di mata orang-orang di sekitarnya.
Keterampilan berbahasa didapat melalui pembelajaran di
lembaga-lembaga pendidikan ataupun melalui pengamatan-pengamatan yang
dilakukan oleh si penutur bahasa. Kegiatan inilah yang memiliki andil
besar dalam menentukan cara seseorang dalam berbahasa. Misalkan di
suatu lembaga pendidikan yang sangat memperhatikan peserta didiknya
dalam berbahasa maka akan berdampak baik pada cara berbahasa peserta
didiknya tersebut. Dapat dikatakan demikian karena peserta didik dapat
meniru dan menerapkan kebiasaan baik ini dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini juga berkaitan dengan cara mereka mengamati. Biasanya
pengalaman-pengalaman dari pengamatan seseorang terhadap sesuatu
akan berdampak pada cara dia mengerjakan sesuatu yang berhubungan
dengan yang diamatinya itu, tidak terkecuali bahasa.
Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dalam berbahasa, yaitu
faktor lingkungan, faktor latar belakang sosial budaya, faktor keluarga,
faktor usia, faktor kebiasaan dan faktor tontonan. Semua faktor tersebut
saling berkaitan dan saling menunjang satu sama lain. Faktor lingkungan
merupakan faktor yang memiliki andil yang paling besar dalam
menentukan cara seseorang dalam berbahasa. Lingkungan yang baik maka
akan menghasilkan pribadi yang baik pula dalam berbahasa. Dari
lingkungan itu dapat tercipta suatu kontur dan kebiasaan berbahasa yang
Hakikat manusia yaitu selalu belajar dari apa yang ia lihat, dengar,
dan rasakan. Begitupun jika dikaitkan dengan kegiatan berbahasa, bahasa
yang ia lihat, dengar, dan rasakan maka itulah bahasa yang akan ia
gunakan dalam kehidupannya sehari-hari. Untuk memperoleh kebiasaan
berbahasa yang baik maka perlu adanya penyaringan dalam berbahasa.
Maksudnya, bahasa yang didengar, dilihat, dan dirasakan perlu dipilah dan
dipilih mana yang termasuk ke dalam bahasa yang baik. Kemampuan
menyaring bahasa ini bisa didapatkan melalui pendidikan berbahasa yang
ada di sekolah ataupun dari orang-orang yang mempunyai kemampuan
berbahasa yang baik.
Kegiatan berbahasa Indonesia zaman ini dapat dikatakan berada dalam
keadaan memprihatinkan. Bukti dari pernyataan itu adalah mulai pudarnya
batasan-batasan berbahasa baik dan benar. Orang-orang mulai
mencampuradukkan bahasa, baik itu bahasa Indonesia dengan bahasa
daerah asal maupun dengan bahasa asing yang merupakan produk dari
perkembangan globalisasi. Misalkan dalam penyebutan “komputer”, kebanyakan orang Indonesia menyebutnya “kompiuter” yang merupakan
penyebutan dalam bahasa Inggris.
Hal yang dapat memperbaiki dan menanamkan ketatabahasaan yang
baik dan benar adalah pendidikan bahasa itu sendiri. Pendidikan bahasa
yang baik dan benar harusnya didapat setiap peserta didik di
sekolah-sekolah, tetapi kenyataannya banyak sekolah yang kurang memperhatikan
hal ini. Mereka terlalu asyik dengan bahasa asingnya, contohnya saja
bahasa Inggris. Di sekolah-sekolah internasional (international school)
siswanya diwajibkan untuk bisa berbahasa Inggris dengan fasih tetapi
tidak mewajibkan siswanya untuk dapat berbahasa Indonesia yang baik
dan benar. Hal inilah yang menyebabkan putra-putri pribumi Indonesia
kurang meminati bahasanya sendiri yaitu bahasa Indonesia, bahkan
mereka lebih kenal kosakata asing daripada kosakata bahasa Indonesia.
Peneliti pernah melakukan penelitian kecil mengenai pemahaman
mereka ketahui tentang kata “merintis”, mereka menggelengkan kepalanya
dan sambil berkata tidak tahu. Mereka berpikiran bahwa bahasa Indonesia
itu sulit dan rumit.
Untuk fenomena yang terjadi sekarang memang perlu perubahan
serius mengenai sistem kepengajaran bahasa Indonesia di
sekolah-sekolah. Seringkali ditemui banyak guru pengajar bahasa Indonesia yang
latarbelakang pendidikannya bukan bahasa Indonesia. Mereka
menganggap bahasa Indonesia mudah untuk diajarkan sehingga
menganggapnya remeh dan akibatnya seringkali memberikan pemahaman
yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia. Dalam keadaan
seperti ini yang menjadi korban adalah para peserta didik, mereka
mendapatkan pemahaman materi yang kurang benar. Keadaan ini
diperparah dengan anggapan bahwa hal yang salah tersebut adalah hal
yang benar sehingga terjadi kesalahpahaman secara turun-menurun. Inilah
yang dimaksud penulis sudah kaburnya batasan-batasan dalam berbahasa
Indonesia yang baik dan benar. Pemerintah seharusnya lebih tegas
menyikapi masalah ini. Seleksi mengenai guru yang sesuai dengan
bidangnya harus lebih ketat dilaksanakan agar tidak ada lagi korban
kesalahpahaman materi yang terjadi pada siswa khususnya pembelajaran
bahasa Indonesia.
Guru sebagai fasilitator harus mampu mengarahkan siswanya agar
dapat memahami materi yang dibahas. Guru dituntut untuk kreatif dalam
pembelajaran. Maksudnya, seorang guru harus pintar membaca situasi dan
kondisi siswanya dan menerapkan metode dan media yang tepat untuk
mengajarkan suatu materi. Metode dan media yang tepat akan sangat
membantu baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru, penggunaan metode
dan media yang tepat dapat mempermudah proses pengajaran. Bagi siswa,
metode dan media yang tepat akan mempermudah mereka dalam proses
pemahaman terhadap suatu materi yang diajarkan sehingga tingkat
pemahaman terhadap materi tersebut tinggi atau dapat dikatakan fasih.
Jika berbicara masalah metode dan media, guru yang kreatif
mengajarkan suatu materi di dalam kelas dengan keadaan siswa yang
sudah diketahui sebelumnya. Namun, dari sekolah tempat penulis
melakukan penelitian ada beberapa guru yang kurang begitu
memperhatikan masalah metode dan media ini sehingga mereka terkesan
kurang kreatif dalam mengajar. Mereka mengajarkan materi hanya dengan
bermodalkan buku mata pelajaran sehingga pembelajaran terkesan
monoton dan tidak menarik. Ini akan berdampak kurang baik pada siswa
yang diajarkan. Kemungkinan besar siswa akan merasa bosan dan
cenderung kurang memperhatikan materi yang diajarkan tersebut.
Peneliti telah melakukan perbandingan sederhana antara
sekolah-sekolah yang dapat dikatakan bonafide dengan sekolah-sekolah yang kurang bonafide mengenai metode dan media ini. Di sekolah-sekolah
bonafide, guru dituntut untuk mampu menggunakan metode dan media. Keinginan sekolah ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai
sehingga akan mempermudah guru dalam mengeksplorasi metode dan
media yang ada, sedangkan di sekolah-sekolah yang kurang bonafide,
guru-gurunya cenderung masih mengandalkan metode usang dan
penggunaan media pun dapat dikatakan kurang karena sarana dan
prasarana yang kurang begitu memadai.
Karangan narasi merupakan salah satu jenis karangan yang bersifat
menarasikan atau menceritakan suatu hal atau kejadian yang diikuti
dengan alur dan memungkinkankan adanya dialog. Para siswa seringkali
tidak memahami dengan yang dimaksud dengan karangan narasi karena
guru yang berkaitan kurang optimal dalam menyampaikan materi atau
contoh yang disampaikan kurang dapat dimengerti oleh para siswa
tersebut.
Peneliti melakukan penelitian ke salah satu sekolah di pinggiran
Jakarta yaitu MTs Hidayatul Umam. Sarana dan prasarana yang ada di
sekolah tersebut dapat dikatakan kurang memadai. Guru-guru yang ada
pun sebagian besar masih menggunakan metode yang usang, misal CBSH
(Catat Buku Sampai Habis) dan ceramah. Penggunaan media pun masih
penelitian yang berjudul “Pengaruh Media Film Animasi terhadap Keterampilan Menulis Karangan Narasi pada Siswa Kelas VII MTs
Hidayatul Umam Cinere Tahun Ajaran 2013/2014”
B. Identifikasi Masalah
1. Media pembelajaran belum dimanfaatkan secara optimal
2. Minimnya pengetahuan guru mengenai media pembelajaran
3. Pengaruh media terhadap pemahaman siswa
4. Siswa kurang memahami materi karangan narasi dari contoh yang
diberikan guru tanpa media film animasi
C. Pembatasan Masalah
Batasan masalah difokuskan pada pengaruh media film animasi
terhadap keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII MTs
Hidayatul Umam Cinere tahun ajaran 2013/2014.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dikemukakan
rumusan masalah sebagai berikut: “bagaimana pengaruh media film animasi terhadap karangan narasi siswa kelas VII MTs Hidayatul Umam
Cinere?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: “mendeskripsikan pengaruh penggunaan media film animasi terhadap karangan narasi siswa kelas VII MTs Hidayatul Umam
Cinere”
F. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoretis
a. Untuk guru
1. Memperkaya bahasan dalam kajian media pembelajaran
khususnya dalam media audio visual yaitu film animasi.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi guru
dalam memilih media yang tepat untuk pembelajaran
khususnya pembelajaran karangan narasi agar terciptamya
b. Untuk Mahasiswa
1. Menambah referensi dalam kajian media pembelajaran
2. Untuk mahasiswa calon guru, penelitian ini bermanfaat untuk
memperkaya pengetahuan mengenai media dalam mengajar
3. Memperluas pengetahuan mengenai variasi dalam
pembelajaran khususnya pelajaran karangan narasi
2. Manfaat Praktis
1. Untuk Guru
a. Membantu guru mengetahui tingkat pemahaman siswa
mengenai karangan narasi
b. Membantu guru untuk lebih kreatif dan variatif dalam mengajar
melalui media film animasi khususnya dalam pembelajaran
karangan narasi
2. Untuk Mahasiswa
a. Bagi mahasiswa penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan mengenai pengaruh media film animasi terhadap
karangan narasi
3. Untuk Siswa
a. Bagi siswa penelitian ini dapat menjadi evaluasi bagi dirinya
dalam mempelajari karangan narasi.
b. Mengetahui pengaruh film animasi terhadap pemahaman
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis
1. Hakikat Media
Kegiatan belajar mengajar merupakan proses penyampaian materi ajar
yang disampaikan oleh guru dan diterima oleh peserta didik. Kegiatan
belajar mengajar ini akan berjalan dengan sukses apabila didukung dengan
situasi dan kondisi yang baik. Situasi dan kondisi guru, siswa, sekolah, dan
lingkungan adalah yang berkaitan dengan hal tersebut.
Banyak hambatan yang dialami oleh seorang guru dalam
menyampaikan materi ajarnya. Mulai dari kurangnya informasi mengenai
materi yang akan diajarkan sampai pada kurangnya inovasi dalam
menyampaikan materi tersebut. Hambatan bisa hadir juga karena
kurangnya sarana dan prasarana sekolah. Di sinilah tantangan yang harus
dihadapi sebagai seorang guru.
Seorang guru dituntut untuk kreatif dan inovatif menggunakan
metode-metode ajar agar peserta didik dapat lebih memahami dan mendapatkan
situasi belajar yang kondusif. Seorang guru juga membutuhkan sesuatu
untuk membantu menyampaikan materi yang ia ajarkan. Sesuatu yang bisa
menjadi jembatan antara guru dan peserta didik, sesuatu yang dapat
mempermudah guru menyampaikan materinya, sesuatu yang dapat
menjadi daya tarik kepada peserta didik, dan sesuatu itu adalah media.
Media membantu merangsang peserta didik dalam memahami sebuah
materi ajar.
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran bisa dikatakan sebagai penyalur pikiran guru
kepada peserta didik. Seorang guru pasti selalu memakai media dalam
menyampaikan materi ajarnya, baik yang paling sederhana yaitu
bahasa, sampai kepada media yang lebih kompleks seperti: film,
Lebih dalam mengenai media, kata media sendiri berasal dari
bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.1
Menurut Sadiman dkk, media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat
serta perhatian siswa.2 Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (1970)
berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.3 Jika dilihat
lebih seksama, ketiga pendapat ini memilki poin yang sama, yaitu
rangsangan atau stimulus untuk belajar. Jika mengacu pada opini
tersebut maka media dapat menjadi sarana penarik perhatian peserta
didik sekaligus pendorong peserta didik tersebut agar lebih fokus dan
kondusif untuk belajar, bahkan bisa sampai pada tahap menyenangkan.
Yudhi Munadi berpendapat bahwa “media pembelajaran juga dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan
menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta
lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat
melakukan proses belajar secara efisien dan efektif”.4 Pendapat dari Yudhi Munadi mencakup beberapa poin mengenai media yaitu media
sebagai penyalur pesan atau informasi, media sebagai pengkondusif
pembelajaran dan media sebagai alat untuk mengefisienkan dan
mengefektifkan proses pembelajaran.
Penulis menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah
perantara yang menyalurkan gagasan-gagasan atau pikiran-pikiran
guru yang terkait materi pembelajaran kepada murid agar murid dapat
1 Arief S. Sadiman dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 6
2Ibid., h. 7
3Ibid., h. 6
terstimulus untuk dapat lebih memahami materi yang diajarkan
sehingga pembelajaran menjadi kondusif, efektif, dan efisien,
b. Ciri-Ciri Media Pembelajaran
Media pembelajaran harus sejalan dengan nilai-nilai pendidikan
yang memang sudah seharusnya diberikan oleh guru. Sebuah media
dapat dikatakan sebagai media pembelajaran apabila telah memenuhi
unsur-unsur kependidikan yaitu: keteladanan, kebermaknaan, dan
keilmuan. Ketika unsur tersebut sudah ada dalam sebuah media maka
layaklah media tersebut dipakai dalam sebuah proses pembelajaran.
Ciri-ciri media pendidikan yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik
yaitu: (a) Media pendidikan identik artinya dengan pengertian
keperagaan yang berasal dari kata “raga”, artinya suatu benda yang
dapat diraba, dilihat, dan didengar, dan yang dapat dinikmati
melalui panca indera kita, (b) Tekanan utama terletak pada benda
atau hal-hal yang bisa dilihat dan didengar, (c) Media pendidikan
digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam
pengajaran, antara guru dan siswa, (d) Media pendidikan adalah
semacam alat bantu belajar mengajar, baik di luar kelas, (e)
Berdasarkan (c) dan (d), maka pada dasarnya media pendidikan
merupakan suatu “perantara” (medium, media) dan digunakan
dalam rangka pendidikan. (f) Media pendidikan mengandung
aspek; sebagai alat dan sebagai teknik, yang sangat erat
pertaliannya dengan metode mengajar.
c. Pertimbangan Pemilihan Media
Pemilihan media pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan
guru dan kaidah kependidikan yang berlaku. Proses pemilihan tentu
melalui seleksi yang ketat dari sang guru. Seleksi itu didasarkan pada
nilai moral, etika, keagamaan, dan keterkaitan antara media dengan
materi yang diajarkan atau dengan faktor keilmuannya. Jika nilai-nilai
itu sudah terpenuhi maka layaklah media tersebut dijadikan sebagai
media pembelajaran. Guru juga harus menguasai media yang akan ia
Menurut Hamalik memilih dan menggunakan media pendidikan
harus sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu, yakni: (a)tujuan
mengajar, (b)bahan pelajaran, (c)metode mengajar, (d)tersedianya
alat yang dibutuhkan, (e) jalan pelajaran, (f) penilaian hasil belajar,
(g)pribadi guru, (h)minat dan kemampuan siswa, dan (i)situasi
pengajaran yang sedang berlangsung. 5
Jadi, guru haruslah pandai dan cermat dalam memilih sesuatu
yang akan ia jadikan media pada proses pembelajaran agar materi ajar
bisa tersampaikan dengan baik dan memberikan pemahaman yang
melekat kepada siswa.
d. Jenis-jenis Media
Media yang dipakai guru untuk menyampaikan suatu materi ajar
tidak terpaku hanya pada satu media tetapi dapat menggunakan
beberapa media sehingga dapat tercipta suatu variasi dalam
pembelajaran. Secara garis besar, media dikelompokkan menjadi
empat kelompok yaitu: 1) audio, 2) visual, 3) audio-visual, dan 4)
multimedia.
1) Media audio
Audio merupakan gelombang-gelombang suara yang sering
kita sebut dengan bunyi. Media audio sudah tentu berkaitan dengan
indera pendengaran. Menurut Munadi, media audio adalah media
yang hanya melibatkan indera pendengaran dan hanya mampu
memanipulasi kemampuan suara semata.6 Menurut Sadiman dkk.
Dengan media audio pesan yang akan disampaikan dituangkan ke
dalam lambang-lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata/bahasa
lisan) maupun non verbal7. Jadi dapat disimpulkan bahwa media
audio adalah media yang menyampaikan pesan melalui bunyi.
Bunyi yang disampaikan kemudian diolah oleh otak untuk menjadi
sebuah informasi.
5 Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1994), h. 6. 6 Munadi, op.cit., h. 55.
Beberapa contoh media audio yang dapat dipakai dalam proses
pembelajaran yaitu: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sebagainya.
Bunyi yang ditangkap oleh indera pendengaran yang akan
diolah menjadi sebuah pemikiran-pemikiran dan ingatan-ingatan
tentu dengan bantuan otak. Menurut Yudhi Munadi, mendengarkan
adalah suatu proses yang rumit yang melibatkan empat unsur; (1)
Mendengar, (2) Memperhatikan, (3) Memahami, dan (4)
Mengingat.8
Unsur pertama yaitu mendengar. Mendengar merupakan
proses masuknya getaran-getaran bunyi ke dalam telinga yang
kemudian getaran itu disampaikan ke otak. Proses inilah yang
menjadi awal terciptanya bunyi yang akan diproses menjadi sebuah
informasi.
Unsur kedua yaitu memperhatikan. Memperhatikan dapat
berarti memfokuskan pendengaran kita pada suatu titik peristiwa
atau informasi. Dari proses inilah kita dapat menyaring informasi
bunyi apa yang akan kita fokuskan yang kemudian akan diolah
oleh pikiran-pikiran kita melalui bantuan otak.
Unsur ketiga adalah memahami. Menurut Yudhi Munadi
memahami biasanya diartikan sebagai proses pemberian makna
pada kata yang kita dengar, yang sesuai dengan makna yang
dimaksudkan oleh si pengirim pesan.9 Jadi pada unsur ketiga ini si
pendengar memaknai apa yang ia dengar sesuai dengan
pengalamannya.
Unsur keempat adalah mengingat. Setelah mendapatkan
informasi dari apa yang ia dengar maka proses selanjutnya yaitu
mengingat. Mengingat merupakan penyimpanan informasi di
dalam memori otak yang apabila kemudian hari dibutuhkan dapat
diutarakan kembali oleh si pengingat.
Melalui media audio siswa dapat memperoleh suatu informasi
melalui bunyi-bunyi yang ditangkap oleh indera pendengaran yang
dapat dikaji dan diingat menjadi sebuah ilmu pengetahuan atau
suatu kajian untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan yang
peserta didik miliki.
2) Media Visual
Visual jika dilihat dari arti harfiahnya yaitu dapat dilihat
dengan indera penglihatan yaitu mata dan memperkuat ingatan.
Media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui
elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan10. Jadi,
media visual adalah media yang menggunakan indera penglihatan
sebagai fokusnya. Berkaitan dengan penglihatan maka yang
terbayang adalah gambar, lukisan, poster, foto, grafik, dan
lain-lain.
3) Media Audiovisual
Media audiovisual jika dilihat secara sederhana merupakan
penggabungan antara unsur audio (bunyi) dan visual (bentuk).
Maka indera yang dimanfaatkan adalah indera pendengaran dan
indera penglihatan. Menurut Yudhi Munadi, media audio visual
adalah media yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan
sekaligus dalam suatu proses.11 Jadi, dalam suatu proses
pembelajaran yang menggunakan media audio visual peserta didik
memaksimalkan indera pendengaran dan penglihatannya untuk
menjalani proses pembelajaran tersebut.
Media audio visual menurut Yudhi Munadi dibagi menjadi dua
jenis. Jenis pertama dilengkapi fungsi peralatan suara dan
gambar dalam satu unit, dinamakan media audio visual murni,
seperti film gerak (movie) bersuara, televisi dan video. Jenis kedua adalah media audio visual tidak murni yakni apa yang
kita kenal dengan slide, opaque, OHP dan peralatan visual lainnya bila diberi unsur suara.12
Media audio visual murni ataupun tidak murni keduanya
memadukan unsur bunyi (audio) dan gambaran (visual). Keduanya
dapat membantu proses pembelajaran tergantung kebutuhan dari
sang guru dalam menyampaikan materinya.
Media audio visual secara sederhana berarti menggabungkan
antara unsur audio (bunyi) dan unsur visual (penglihatan). Jadi,
media audio visual adalah media yang menggabungkan indera
pendengaran dan penglihatan dalam proses menjalankannya.
4) Multimedia
Menurut Yudhi Munadi, multimedia pembelajaran adalah
media yang mampu melibatkan banyak indera dan organ tubuh
selama proses pembelajaran berlangsung.13 Contoh dari
multimedia ini adalah komputer. Komputer dikategorikan sebagai
multimedia karena dalam pengoperasiannya menggunakan
berbagai indera dan organ yaitu indera penglihatan, indera
pendengaran, dan salah satu organ gerak yaitu tangan.
Penggunaan komputer dewasa ini sudah menjadi kebutuhan
hidup manusia karena komputer dapat membantu meringankan
beban kerja manusia dengan berbagai macam fungsinya, maka
dalam pembelajaran pun penggunaan komputer sudah tidak asing
lagi. Diharapkan dengan adanya komputer ke dalam sekolah, siswa
akan dapat mengikuti perkembangan zaman dan terbantu dengan
komputer sebagai media pembelajaran.
e. Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran sangat bermanfaat, baik bagi guru ataupun
siswa. Pemakaian media diharapkan akan membangkitkan motivasi
siswa untuk mengikuti materi yang diajarkan serta menambah tingkat
pemahaman siswa terhadap materi tersebut.
Encyclopedia of Educational Research menjabarkan nilai atau manfaat media pendidikan adalah sebagai berikut14:
1) Meletakkan dasar-dasar yang kongkrit untuk berpikir dan oleh
karena itu mengurangi “verbalisme”
2) Memperbesar perhatian para siswa
3) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan
belajar dan oleh karena itu membuat pelajaran lebih menetap
4) Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat
menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa
5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkelanjutan. hal
ini terutama terdapat dalam gambar hidup.
6) Membantu tumbuhnya pengertian dan membantu
perkembangan kemampuan berbahasa
7) Memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah
diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya
efisiensi yang lebih mendalam serta keragaman yang lebih
banyak dalam belajar.
Menurut Sadiman, secara umum media pendidikan mempunyai
kegunaan-kegunaan sebagai berikut.
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat
verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan berkala).
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media
pendidikan berguna.
4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan
lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan
kurikulum dan materi pendidkan ditentukan sama untuk setiap
siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana
semuanya itu harus diatasi sendiri.15
f. Film Animasi Sebagai Media Pembelajaran
Film merupakan hal yang sudah tidak asing lagi bagi sebagian
besar orang. Film bahkan sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Hal
ini dapat dilihat dari mudahnya manusia untuk mengakses film baik
dari bioskop, televisi, VCD (Visual Compact Disk), maupun dari internet.
Menurut Munadi, film merupakan media audio visual yang
dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit.16
Pengertian film menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah lakon
(cerita) gambar hidup. Dari kedua pendapat tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa film adalah perangkat gambar hidup yang memiliki
unsur audio dan visual serta memiliki lakon atau cerita.
Animasi dalam arti harfiyahnya menurut Wasito dalam Syafitri
yaitu kata animasi sebenarnya penyesuaian dari kata animation yang
berasal dari kata dasar to animate dalam kamus umum Inggris – Indonesia berarti menghidupkan. 17
Menurut Soetopo animasi berarti gerakan image atau video,
seperti gerakan orang yang sedang melakukan suatu kegiatan, dan
lain-lain.18 Animasi dalam multimedia menurut Suyanto merupakan
penggunaan komputer untuk menciptakan gerak pada layar.19 Menurut
Munir, animasi adalah suatu tampilan yang menggabungkan antara
media teks, grafik dan suara dalam suatu aktivitas pergerakan.20
Penulis memahami animasi merupakan hasil penggabungan dari
beberapa gambar yang membentuk suatu gerak sehingga menciptakan
15 Sadiman dkk, op.cit., h.17
16Munadi, op. cit., h.113
17 Yunita Syahfitri, Teknik Film Animasi Dalam Dunia Komputer, Jurnal SAINTIKOM, 2011, h. 213
18 Ariesto Hadi Soetopo, Multimedia Interaktif dengan Flash, (Yogyakarta:Graha Ilmu, 2013), h.12
19 M. Suyanto,Multimedia Alat untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing, (Yogyakarta:ANDI Yogyakarta, 2003), h. 287
sebuah keutuhan gerak yang diproses oleh komputer. Misalkan untuk
membuat animasi orang yang sedang berjalan maka dibutuhkan
beberapa gambar orang yang sedang berjalan dengan pose yang berbeda sehingga jika digabungkan akan membentuk sebuah kesatuan
gerak orang yang sedang berjalan.
Menurut Suyanto, animasi dibagi menjadi 9 macam, yaitu animasi
sel, animasi frame, animasi sprite, animasi lintasan, animasi spline, animasi vektor, animasi karakter, animasi computational, dan
morphing.21
1) Animasi Sel (Cell Animation)
Animasi sel yaitu jenis animasi yang dirangkai dari
potongan gambar animasi yang dituangkan ke dalam potongan
asetat atau sel. Sel animasi biasanya merupakan
lembaran-lembaran yang membentuk sebuah frame animasi tunggal.22 Lembaran-lembaran ini kemudian disatukan sehingga
membentuk suatu kesatuan gerak atau periwtiwa dalam sebuah
animasi.
2) Animasi Frame (Frame Animation)
Animasi frame merupakan animasi yang memakai media
frame. Frame yang dimaksud adalah sebuah gambar animasi.
Untuk membuat sebuah gambar hidup maka dibutuhkan
beberapa frame yang memiliki perbedaan gerak secara berurutan dan kemudian frame-frame yang sudah ada akan digerakkan secara berurutan melalui proyektor film.
3) Animasi Sprite (Sprite Animation)
Animasi sprite serupa dengan teknik animasi tradisional, yaitu objek yang diletakkan dan dianimasikan pada bagian
puncak grafik dengan latar belakang diam.23
21 Suyanto. loc. cit
22Ibid
4) Animasi Lintasan (Path Animation)
Animasi lintasan adalah animasi dari objek yang bergerak
sepanjang garis kurva yang anda tentukan sebagai lintasan.24
Contoh dari animasi ini misalkan animasi kereta yang bergerak
pada lintasannya.
5) Animasi Spline
Spline adalah representasi matematis dari kurva. Bila objek bergerak biasanya tidak mengikuti garis lurus, misalnya
membentuk kurva. 25
6) Animasi Vektor (Vector Animation)
Animasi vektor serupa dengan animasi sprite. Animasi
sprite menggunakan bitmap untuk sprite, animasi vektor menggunakan rumus matematika untuk menggambarkan
sprite.26
7) Computational Animation
Dengan computational animation, untuk menggerakkan
objek di layar kita cukup memvariasikan koordinat x dan
y-nya. Koordinat x merupakan posisi horizontal objek, koordinat
y merupakan posisi vertikal objek.27
8) Morphing
Morphing artinya mengubah satu bentuk menjadi bentuk
lain dengan menampilkan serangkaian frame yang menciptakan gerakan halus begitu bentuk pertama mengubah dirinya
menjadi bentuk lain.28
Animasi dapat digolongkan ke dalam media audiovisual karena
animasi dapat dirasakan oleh indera penglihatan dan pendengaran.
Berdasarkan pengertian film dan animasi maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa penggabungan antara keduanya yaitu film animasi
merupakan perangkat audiovisual yang berasal dari gambar yang
24Ibid 25Ibid
diciptakan manusia dan diproses oleh komputer sehingga
menghasilkan suatu kesatuan gerak yang membentuk lakon atau cerita.
Penggunaan media film animasi ini dimaksudkan untuk
menstimulus siswa agar merasa tertarik untuk mengikuti pembelajaran
serta membantu siswa memahami materi mengenai karangan narasi.
Film animasi yang dipilih memiliki keterkaitan dengan pengembangan
karangan narasi yaitu mempunyai cerita, runtutan peristiwa
(kronologis), dan alur.
Animasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah animasi
karakter. Animasi karakter semacam yang anda lihat dalam film
kartun.29 Contoh yang sering muncul di layar televisi adalah kartun
Doraemon, Ipin & Upin, Sinchan, dan lain-lain. Penulis mengambil
sebuah film animasi dari kumpulan episode “Cerita Anak Mandiri”
yang berjudul “Menolong Teman”. Penulis memilih animasi ini karena sudah memenuhi syarat sebagai media yang baik untuk diberikan
kepada siswa dalam pembelajaran karangan narasi, yaitu: 1) memiliki
keterkaitan dengan materi yang akan diajarkan dalam hal ini adalah
karangan narasi; 2) Memiliki alur cerita yang mudah dimengerti; dan
3) memiliki nilai moral yaitu menolong teman yang sedang mengalami
[image:34.595.108.516.145.694.2]kesulitan.
Gambar 2.1
Potongan Film Animasi Anak Mandiri pada Peristiwa Menolong Temannya
Cerita anak mandiri merupakan edumovie atau film yang didedikasikan untuk dunia pendidikan. Setiap episode cerita anak
mandiri dikemas dengan menarik dan lucu dalam balutan video
animasi. Cerita anak mandiri selalu menanamkan nilai-nilai
kependidikan pada setiap ceritanya. Cerita dengan judul “menolong
teman” adalah salah satu episode yang ada pada kumpulan cerita anak mandiri yang sudah dikemas dalam bentuk CD pada volume “Aku
Senang Sekolah”.
Pada volume “Aku Senang Sekolah” terdapat beberapa episode
dengan tema yang berbeda, yaitu: 1) guru teman baikku; 2) membuang
sampah; 3) menolong teman; 4) lomba di sekolah; dan 5) bertengkar.
Setiap episode memiliki pesan yang baik dan beragam sehingga dapat
memberikan contoh yang baik untuk para murid dan dapat
menstimulus mereka untuk melakukan hal-hal baik tersebut.
Gambar 2.2
[image:35.595.109.516.81.671.2]VCD edumovie ini dapat dipesan secara online dengan mengunjungi website agen resmi yaitu www.akalinteraktif.com dan langsung bisa menghubungi kontak yang tertera pada web tersebut.
2. Animasi Karakter(Character Animation)
Animasi karakter merupakan animasi yang sering kita lihat dalam
film kartun. Contoh animasi karakter yang sering kita lihat yaitu:
Doraemon, Sinchan, Ipin & Upin, dan lan-lain. Jika dilihat dari arti
kebahasaannya, kata character mempunyai arti sifat, watak, dan peran. Maka dapat diartikan bahwa animasi karakter adalah animasi yang
memiliki pemeran dengan watak dan sifat yang berbeda pada setiap
pemeran tersebut sehingga menghasilkan sebuah lingkungan cerita.
Contoh dapat kita ambil dari kartun Doraemon yaitu karakter
Doraemon yang memiliki sifat penolong dan memiliki peran sebagai
robot dari masa depan yang mempunyai berbagai macam alat yang
berguna. Karakter Nobita yang memiliki sifat pemalas dan perannya
sebagai anak sekolah yang selalu tertindas. Nobita selalu meminta
pertolongan kepada doraemon jika mengalami suatu masalah dan
doraemon menolongnya dengan mengeluarkan alat yang bisa
membantu menyelesaikan masalah nobita. Hal tersebut yang penulis
maksud dengan lingkungan cerita. Berikut contoh gambar animasi
[image:36.595.110.512.192.716.2]karakter:
Animasi jenis ini memungkinkan banyak gerakan di waktu yang
sama. Tidak hanya mulut, mata, muka dan tangan yang bergerak tetapi
semua gerakan pada waktu yang sama.30 Artinya, animasi jenis ini bisa
menggabungkan berbagai gerakan di waktu yang sama, misalkan pada
gerakan berlari, tangan, kaki, bibir, mata, dan raut muka dapat
bergerak secara bersamaan layaknya manusia yang sedang berlari.
3. Keterampilan
Sebagai makhluk yang memiliki akal, manusia sejatinya akan memakai akalnya untuk menuju keadaan yang lebih baik. Keadaan
yang dimaksud dapat berupa keadaan taraf kehidupan, keadaan
keilmuan, dan keadaan ketuhanan. Manusia selalu haus akan hal-hal
baru yang dapat meningkatkan derajat hidupnya.
Contoh nyata dalam upaya peningkatan derajat hidup yaitu peningkatan keterampilan dalam hal apapun. Keterampilan merupakan
kemampuan (dalam hal apapun) yang dapat digali dan dipelajari
sehingga dapat menjadi sebuah keahlian bagi orang yang
mempelajarinya. Setiap manusia telah dibekali keterampilan dasar oleh
tuhan misalnya bergerak, bernapas dan lain-lain. Banyak keterampilan
yang bisa digali oleh setiap individu manusia, tinggal seberapa besar
niat individu tersebut untuk menggali setiap keterampilan yang ada.
Banyak keterampilan yang bisa didapat oleh pelaku akademis baik
itu akademik ataupun non akademik. Seberapa besar keterampilan
yang didapat tergantung seberapa besar keingiinan si pelaku akademis
untuk memiliki keterampilan.
Bahasa menjadi salah satu keterampilan yang wajib dimiliki oleh
setiap manusia dari kalangan apapun, tidak terlepas dari kalangan
akademis. Urgensi bahasa adalah bahwa bahasa menjadi penyalur
setiap lini-lini kehidupan baik itu keilmuan, keagamaan, ataupun
kemasyarakatan. Seorang akademisi yang baik selayaknya memiliki
30
kemampuan berbahasa yang baik pula, karena hal ini akan menunjang
ia dalam menjalani kehidupan berakademis dan bermasyarakat untuk
ke depannya.
Keterampilan berbahasa memiliki beberapa bagian, yang ternyata
ada sejak manusia itu memiliki kemampuan untuk berpikir. Bagiannya
yaitu, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak dan
berbicara merupakan keterampilan alamiah manusia yang didapat dari
pengamatannya sejak ia dilahirkan. Keterampilan-keterampilan
berbahasa tersebut memiliki disiplin ilmunya masing-masing dan dapat
digali untuk kepentingan akademis ataupun kepentingan non akademis.
Keterampilan menulis menjadi keterampilan puncak dalam kehidupan
berbahasa karena keterampilan ini berada pada tingkat kebergunaan
bagi orang lain. Melalui tulisan, orang dapat mengenal si penulis dan
dapat mengambil pelajaran atau ilmu yang berguna yang dihasilkan
oleh pemikiran penulis ataupun penelitian yang ia lakukan.
4. Menulis
a. Pengertian Menulis
Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan bahasa
yang harus dikuasai siswa. Menurut M. Yunus, menulis pada
dasarnya merupakan suatu bentuk komunikasi berbahasa (verbal)
yang menggunakan simbol-simbol tulis sebagai mediumnya.31
Menurut Akhadiah menulis dapat didefinisikan sebagai suatu
kegiatan menyampaikan pesan dengan menggunakan tulisan
sebagai mediumnya.32. Menurut Tarigan menulis merupakan suatu
keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi
secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.33
Dari ketiga pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa
menulis adalah kegiatan penuangan ide, pemikiran, dan
pengetahuan ke dalam bahasa tulis dengan tujuan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung dengan orang lain dalam hal
ini adalah pembaca.
Berbeda dengan kemampuan menyimak dan berbicara,
menulis tidak diperoleh dengan kemampuan menyimak dan
berbicara, ia tidak diperoleh secara “alamiah”. Ia harus dipelajari
dan dilatihkan secara sungguh-sungguh. 34Menulis membutuhkan
inspirasi dari pengalaman-pengalaman berbahasa penulis,
misalkan: pengalaman membaca buku, menonton film, atau
menyimak pembicaraan orang lain. Dengan pengalaman tersebut,
akan muncul inspirasi yang kemudian akan diolah penulis ke
dalam bahasa tulis dan kemudian dirangkai menjadi sebuah tulisan
yang diinginkan. Pengalaman yang banyak akan berpengaruh pada
tulisan yang dibuat.
Setiap orang yang menulis tentu memiliki tujuannya
masing-masing dari apa yang dituliskan. Menurut John Langan
“the three most common purposes of writing are to inform, to
persuade, and to entertain” (Tiga tujuan menulis yang paling utama yaitu untuk memberi informasi, untuk mengajak, dan untuk
menghibur).35 Setiap tujuan memiliki kepentingan dan karakteristik
masing-masing sesuai dengan genre dan teknik menulis dari
tujuan-tujuan menulis tersebut.
1) Tahap-Tahap Menulis
M. Yunus, dkk membagi tahap kepenulisan ke dalam 3
tahap, yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap
pasca penulisan. 36.Berikut penjelasannya.
a) Tahap prapenulisan
Tahap ini merupakan langkah awal dalam menulis
sebelum seorang penulis mulai menuangkan bahasa
34 Budinuryanta, dkk, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka,2007), h 12.2
tulisnya ke dalam sebuah kertas. Sebelum menulis
dibutuhkan perencanaan yang matang seperti yang
dikatakan oleh Elaine Morais yaitu “Writing is a thinking process and premeditation is an important part of that
process” (Menulis adalah proses berpikir dan perencanaan yang matang adalah bagian yang penting dari proses itu). 37
Tahap prapenulisan pun memiliki beberapa tahap
menurut Yunus dkk, yaitu 1) menentukan tema, 2)
menentukan tujuan menulis, 3) memperhatikan sasaran
karangan, 4) mengumpulkan informasi pendukung, dan 5)
mengorganisasikan ide dan informasi.38.
Jika kelima tahap tersebut sudah terpenuhi maka
seorang penulis bisa memulai kegiatan menulis dengan
terarah.
b) Tahap Penulisan
Setelah kelima tahap prapenulisan sudah dilakukan
maka tibalah saatnya tahap menulis. Pada tahap ini penulis
mengembangkan apa yang telah ia dapat di tahap
prapenulisan, mulai dari mengembangkan gagasan-gagasan
sampai pada penafsiran informasi yang didapat.
Struktur kepenulisan yaitu awal, isi, dan akhir. Di
bagian awal biasanya penulis akan memberikan gambaran
umum mengenai tulisannya tersebut yang akan menggiring
pembaca masuk lebih dalam ke dalam isi tulisan.
Bagian isi menyuguhkan bahasan mengenai inti
karangan. Inti tersebut mulai dari teori, pendapat-pendapat,
contoh-contoh, data-data, dan sebagainya. Di bagian inilah
dibutuhkan ketajaman seorang penulis dalam membahas
inti tulisan sehingga pembaca merasa mendapatkan sesuatu
setelah membaca tulisan tersebut.
37 Elaine Morais, Academik Writing for Beginner, exploration of the mind, (Malaysia: Gillin Printers Sdn. Bhd, 2006), h. 1
Bagian akhir atau penutup biasanya diisi dengan
kesimpulan dan saran. Apa yang telah dijabarkan di bagian
isi kemudian diambil intisarinya dan dijadikan sebuah
kesimpulan
c) Tahap Pascapenulisan
Tahap pascapenulisan dapat diartikan sebagai tahap
editing dari sebuah proses menulis. Artinya, pada tahap ini tulisan yang sudah dibuat akan mengalami proses
penyuntingan baik itu dari bahasa yang digunakan, redaksi
kata, teknik kepenulisan, maupun dari isi yang
disampaikan.
Proses penyuntingan ini membutuhkan kejelian. Proses
ini biasanya diawali dengan membaca ulang secara cermat
seluruh tulisan. Lalu menandai hal-hal yang perlu diubah
dengan memberi catatan apa yang perlu diubah dari
kalimat, kata, atau teknik kepenulisan tersebut. setelah itu
makan tahap akhir yaitu memperbaiki bagian-bagian yang
sudah ditandai.
Untuk menghasilkan suatu tulisan yang baik mengharuskan
setiap penulis memiliki tiga keterampilan dasar dalam menulis,
yaitu sebagai berikut.
a) Keterampilan berbahasa
Keterampilan berbahasa merupakan kemampuan
seseorang dalam memakai unsur-unsur bahasa dalam
sebuah tulisan. Menurut M. Atar Semi, Keterampilan
berbahasa yang diperlukan seorang penulis mencakupi
keterampilan menggunakan ejaan, tanda baca, pembentukan
kata, pemilihan kata, dan penggunaan kalimat yang
efektif.39 Jadi yang dimaksud dengan keterampilan
berbahasa adalah keterampilan seseorang dalam memahami
tata bahasa sehingga dapat menghasilkan sebuah tulisan
yang baik dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa yang
sudah ada.
Seorang penulis minimal harus mempunyai
pengalaman-pengalaman dan pengetahuan mengenai kaidah
kebahasaan serta kekayaan diksi atau pemilihan kata
sehingga akan memudahkan ia dalam melakukan proses
menulis dan hasil tulisannya pun akan baik.
b) Keterampilan penyajian
Menurut M. Atar Semi, keterampilan penyajian yaitu
keterampilan pembentukan dan pengembangan paragraf,
keterampilan memerinci pokok bahasan menjadi sub pokok
bahasan, menyusun pokok bahasan dan subpokok bahasan
ke dalam susunan yang sistematis.40Jika ditelaah maka
maksudnya adalah keterampilan dalam membentuk
paragraf menjadi sebuah kesatuan tulisan yang baik dan
sistematis.
Jadi yang dimaksud dengan keterampilan penyajian ini
adalah keterampilan penulis dalam mengemas materi
tulisan sehingga dapat mudah untuk dimengerti oleh para
pembaca bahkan sampai pada tingkat ketertarikan
c) Keterampilan Perwajahan
Menurut M. Atar Semi, keterampilan perwajahan yaitu
keterampilan penampilan tipografi dan pemanfaatan sarana
tulis secara efektif dan efisien seperti penyusunan format,
[image:42.595.109.518.104.708.2]pemilihan ukuran kertas, tipe huruf, penjilidan, penyusunan
tabel, dan lain-lain.41 Maksudnya, keterampilan perwajahan
ini adalah keterampilan penulis dalam mengemas bentuk
dan penampilan tulisan.
Jadi keterampilan perwajahan adalah yang berkaitan
dengan pengemasan penampilan sebuah tulisan.
40Ibid
Keterampilan perwajahan ini dirasa perlu karena untuk
menunjang kerapihan sebuah tulis.
5. Karangan
Menurut Finoza, mengarang adalah pekerjaan merangkai atau
menyusun kata, frasa, kalimat dan alinea yang dipadukan dengan
topik dan tema tertentu untuk memperoleh hasil akhir berupa
karangan.42
Karangan merupakan wadah penuangan ide, pikiran, dan
imajinasi penulis ke dalam sebuah tulisan agar dapat dinikmati oleh
dirinya sendiri maupun pembaca tergantung pada tujuan ia
mengarang. Proses pembuatan karangan biasanya mempertimbangkan
pengalaman pribadi atau sesuatu yang dilihat, didengar, dan dirasakan
oleh penulis.
Setiap penulis menuangkan apa yang ia lihat, dengar, dan rasakan
ke dalam sebuah karangan tentu dengan tujuan untuk apa ia menulis
karangan tersebut, apakah untuk menghibur, untuk berbagi
pengetahuan atau pengalaman, atau untuk sekedar bisa dinikmati oleh
diri sendiri. Menurut Henry Guntur Tarigan setiap penulis atau
pengarang mempunyai pikiran atau gagasan yang ingin disampaikan
atau diturunkan melalui tulisannya. Dalam hal ini dia harus
menerjemahkan ide-idenya itu ke dalam sandi-sandi lisan yang
selanjutnya diubah menjadi sandi-sandi tulis.43
Jadi, karangan adalah hasil penuangan pengalaman, pikiran, dan
ide ke dalam sebuah tema dan dijadikan sebuah kesatuan paragraf
sehingga membentuk sebuah tulisan yang kemudian disebut dengan
karangan.
Struktur karangan terdiri atas bagian awal, isi, dan akhir. Awal
karangan berfungsi untuk memperkenalkan isi dari karangan tersebut
42 Lamudin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia: Untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa, (Jakarta:Diksi Insan Mulia, 2001), h. 189
dan sekaligus menuntun pembaca ke dalam pokok tulisan. Biasanya
awal karangan dibuat semenarik mungkin agar pembaca tertarik untuk
membaca. Isi karangan berisi bahasan topik atau ide utama karangan,
ide tersebut didukung oleh contoh, ilustrasi, informasi, bukti, dan
alasan. Akhir karangan berfungsi untuk mengembalikan pembaca
pada hal pokok karangan melalui penekanan ide-ide penting, bisa
berisi simpulan, rekomendasi, serta saran. Adapun jenis-jenis
karangan yaitu:
a. Karangan Deskripsi
Kata deskripsi berasal dari bahasa latin describere yang berarti menggambarkan atau memerikan suatu hal. Menurut Djoko
Widagho, Karangan deskripsi selalu berusaha melukiskan dan
mengemukakan sifat, tingkah laku seseorang, suasana dan keadaan
suatu tempat atau sesuatu yang lain.44 Menurut Sabarti Akhadiah
dkk, deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan atau
menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari
pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya.45 Menurut
Suhendar dan Supinah deskripsi dapat pula diterjemahkan menjadi
pemerian, yang berarti melukiskan tentang sesuatu. Dari ketiga
pendapat tersebut dapat diambil poin penting yaitu melukiskan46.
Dilihat dari arti harfiyahnya, kata melukis yaitu menuangkan
suasana, peristiwa, dan objek ke dalam sebuah kanvas.
Analogi lukisan dan karangan deskripsi dapat diartikan bahwa
Jika dalam melukis sang pelukis menggambarkan suasana,
peristiwa, dan benda menggunakan sarana cat dan kanvas dan
objek digambarkan secara langsung sesuai dengan apa yang
pelukis lihat, sedangkan dalam membuat karangan deskripsi
seorang penulis menggambarkan suasana, peristiwa, dan benda
menggunakan sarana bahasa sehingga bahasa yang dipilih harus
44Djoko Widagho, Bahasa Indonesia Pengantar Kemahiran Berbahasa di Perguruan Tinggi
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), h. 109 45Akhadiah,dkk, op.cit., h. 1.16
46
M. E .Suhendar dan Plen Supinah. MKDU (Mata Kuliah Dasaar Umum) Bahasa Indonesia,
benar-benar dapat mewakili objek yang akan dideskripsikan.
Perbedaannya terletak pada sarana yang digunakan tetapi fungsinya
hampir sama.
Dari ketiga penjabaran mengenai deskripsi tersebut dapat
ditarik sebuah kesimpulan bahwa karangan deskripsi adalah
karangan yang melukiskan secara keinderaan artinya seolah-seolah
pembaca dapat merasakan apa yang digambarkan dalam tulisan
tersebut dengan pengalaman inderanya.
Untuk mencapai tujuan dari karangan deskripsi maka penulis
harus menggambarkan sedetail mungkin. Misalnya untuk
menggambarkan ruangan yang indah maka penulis harus
benar-benar menggambarkan setiap sudut ruangan tersebut. Detail dari
ruangan harus jelas, misalkan kursi dengan warna apa, lantai yang
terbuat dari apa, warna tembok, aksesoris apa saja yang ada
diruangan, ukuran ruangan itu berapa, dan lain-lain. Jika sudah
benar-benar detail maka tinggal mengatur urutan waktu jika
deskripsi itu merupakan sebuah penggambaran peristiwa, misalkan
peristiwa tsunami.
Jadi karangan deskripsi adalah karangan yang menitik
beratkan pada pendeskripsian sesuatu sehingga pembaca dapat
membayangkan bahkan merasakan apa yang dideskripsikan
penulis.
b. Karangan Argumentasi
Argumentasi berakar dari kata argumen yang berarti alasan.
Maka karangan argumentasi secara sederhana dapat diartikan
sebuah karangan yang berisi alasan-alasan yang kuat. Menurut
Djoko Widagho, karangan argumentasi atau persuasi lebih sukar
oleh karena disini pengarang mengemukakan argumentasi (alasan),
bukti atau contoh yang dapat meyakinkan, sehingga pembaca
terpengaruh dan membenarkan gagasan, pendapat, sikap dan
keyakinannya.47
Berikut ciri-ciri dari karangan narasi menurut Laminnudin
Finoza: 1) Mengemukakan alasan atau bantahan sedemikina rupa
dengan tujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar
menyetujuinya; 2) Mengusahakan pemecahan suatu masalah; dan
3) Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai suatu
penyelesaian.
Sudah jelas bahwa karangan argumentasi dapat dikatakan
sebagai alat penulis untuk mengajak dan mempengaruhi pembaca
dengan ide, pemikiran bahkan kepentingannya dengan
mengungkapkan alasan-alasan yang kuat dan bukti-bukti yang
relevan sehingga pembaca merasa benar-benar yakin apa yang
dituliskan merupakan sebuah kebenaran yang bisa
dipertanggungjawabkan.
Pemilihan kata, bukti, dan alasan harus benar-benar tepat dan
sesuai dengan logika berpikir agar pembaca dapat menerima dan
merasa benar-benar yakin sehingga sampai pada tahap
terpengaruhi.
c. Karangan Eksposisi
Menurut Djoko Widagho, karangan eksposisi adalah karangan
yang berusaha menerangkan suatu hal atau sesuatu gagasan.48
Menurut M. Atar Semi, eksposisi adalah tulisan yang bertujuan
menjelaskan atau memberikan informasi tentang sesuatu49. Dari
kedua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa karangan
eksposisi adalah jenis karangan yang memberi informasi mengenai
suatu hal. Berbeda dengan argumentasi, karangan eksposisi tidak
bertujuan untuk mempengaruhi atau mengajak. Karangan eksposisi
lebih kepada paparan dan pengembangan gagasan dari suatu hal
sehingga yang ditawarkan adalah informasi-informasi yang nyata.
Perlu diperhatikan seorang yang ingin menulis karangan
eksposisi mengenai suatu hal maka ia harus menguasai betul
sesuatu yang akan ditulis tersebut. hal ini diperlukan agar informasi
yang disampaikan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Agar lebih bertambah jelas biasanya karangan eksposisi
menambahkan gambar, grafik, angka-angka dan lain-lain. Misalkan
karangan eksposisi mengenai bagaimana caranya membuat
brownies maka akan dipaparkan tahap-tahap, bahan-bahan,
takaran-takaran, bahkan bisa ditambahkan gambar dari alat-alat
dan bahan-bahan yang akan digunakan.
d. Karangan Persuasi
Persuasi merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu
Persuation yang merupakan bentuk nomina dari to persuade yang berarti membujuk atau meyakinkan. Menurut Lamuddin Finoza,
karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat
pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang
dikomunikasikan yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian
umum, suatu pendapat/gagasan ataupun perasaan seseorang.50 Poin
yang paling penting dari pendapat tersebut adalah membujuk.
Artinya karangan persuasi adalah karangan yang bersifat
membujuk yaitu usaha untuk meyakinkan seseorang dengan
kata-kata manis.
Berkaitan dengan hal membujuk, karangan narasi digunakan
penulis untuk percaya dengan apa yang dituliskan oleh si penulis.
Di dalam tulisan itupun dapat dicantumkan fakta-fakta agar lebih
meyakinkan. Dalam segi medan pemakaiannya karangan persuasi
menurut Laminuddin Finoza digolongkan menjadi empat macam,
yaitu (1) persuasi politik, (2) persuasi pendidikan, (3) persuasi
advertensi, dan (4) persuasi propaganda.51
5. Karangan Narasi
Narasi jika dilihat dari segi bahasa berasal dari bahasa Inggris yaitu narration yang berarti becerita. Menurut Marahimin, Narasi
adalah cerita berdasarkan alur.52 Menurut Heffernan dan Lincoln
“narration or storytelling is writing about succession of events”
(narasi atau bercerita adalah tulisan tentang penyusunan suatu
peristiwa).53 Kedua pendapat tersebut memiliki kesamaan poin yaitu
bercerita. Dapat diartikan dari kedua pendapat tersebut bahwa narasi
adalah karangan yang bercerita.
Menurut Finoza, karangan narasi adalah suatu bentuk tulisan yang
berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak tanduk,
perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau
yang berlangsung dalam satu kesatuan waktu.54 Menurut Widagho,
karangan narasi adalah karangan yang menceritakan satu atau
beberapa kejadian dan bagaimana berlangsungnya peristiwa-peristiwa
tersebut. Rangkaian peristiwa ini biasanya disusun menurut urutan
waktu (secara kronologis).55 Kedua pendapat tersebut mempunyai
poin yang sama yaitu kronologis. Jika dilihat dari arti katanya,
kronologis yaitu urutan waktu.
Dari keempat p