• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan KTSP sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan (Studi kasus di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan KTSP sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan (Studi kasus di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok)"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN KTSP SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MUTU

PENDIDIKAN

(Studi kasus di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok)

Dosen Pembimbing: Nurlena Rifa’i, MA. Ph. D

Oleh:

Rusdi

206011000080

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

SKRIPSI INI DI PERSEMBAHKAN

UNTUK AYAHANDA, IBUNDA PENULIS

NASWARDI DAN SURMIATI

“ Gelar dan pangkat apapun yang dimiliki oleh seseorang tidak akan dipandang oleh masyarakat, kecuali peran sertanya dalam kemasyarakatan”

(3)

KATA PENGANTAR





Ungkapan rasa syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan pencipta alam semesta, dzat yang maha pengasih lagi maha penyayang. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW besserta keluarga dan sahabatnya.

Skripsi ini merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan study di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan segala kemampuan penulis dan berkat bantuan dari berbagai pihak almamdulillah tugas ini dapat terselesaikan, meskipun penulis menyadari masih terdapat banyak kesalahan di dalamnya.

Salam ta’dzim dan ungkapan terima kasih yang setulusnya penulis

sampaikan kepada Ayahanda Naswardi dan Ibunda Surmiati, yang telah memberikan kasih sayangnya selama ini. Baik melalui dukungan maupun materil, entah

apa jadinya penulis tanpa mereka, juga buat semua adik-adikku tercinta: Jafrianto, yuliati

Suci, dan Fadillatul Ginna yang telah memberi motivasi.

Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat.MA. Selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2. Prof. Dr. Dede Rosyada. MA. Dekan Tarbiyah

3. Bahrissalim, M.Ag. Ketua Jurusan 4. Sapiudin, M.Ag sekretaris Jurusan

5. Nurlena Rifa’I, MA. Ph.D. Selaku pembimbing skripsi, yang telah memberikan bimbingannya dengan sabar dan penuh pengertian, sehingga penulisan skripsi ini selesai.

(4)

7. Semua karyawan perpustakaan Tarbiyah dan perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk membaca dan meminjam buku.

8. Semua Satpan Tarbiyah yang telah memberikan motivasi dalam pembuatan karya ilmiah ini.

9. Kepala MTS Hidayatul Umam HM. Hamzah yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual serta informasi tentang madrasah MTs Hidayatul Umam.

10.Dewan-dewan guru MTs Hidayatul Umam, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

11.Kawan-kawan PPM; Dino, Alank, Bimbim, dkk, yang selalu eksis memperjuangkan organisasi kampus, berjuang dan hidup bersama dilingkungan kampus UIN.

12.Kawan-kawan PAI Non Reguler yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa penulis cantumkan namanya satu persatu dalam skripsi ini.

13.Uda-uda dan adiak-adiak urang minang sadonyo yang sudah memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

14.Serta semua kawan-kawan yang selalu memberi motivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Demikian ucapan terima kasih ini penulis sampaikan dan mudah-mudahan semua amal kebaikan mereka mendapat baladab yang setimpal dari Allah SWT

amin…

Jakarta, 2011 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi, Pembatasan, Perumusan masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 8

1. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 8

2. Landasan Pengembangan KTSP... 11

3. Tujuan KTSP ... 13

4. Prinsip dan Acuan Pengembangan KTSP ... 14

5. Komponen KTSP ... 15

6. KTSP Murni dari Diknas ... 16

B. Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 18

a. Perencanaan / Persiapan Pembelajaran ... 19

b. Kegiatan Pembelajaran ... 23

c. Penilaian / Evaluasi ... 28

C. Mutu Pendidikan ... 29

1. Pengertian Mutu Pendidikan ... 29

2. Komponen Mutu Pendidikan ... 30

3. Indikator Mutu Pendidikan ... 32

4. Demensi Mutu Pendidikan ... 33

5. Kerangka Berfikir ... 34

6. Study Terdahulu yang Relevan ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ... 36

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

C. Populasi dan sampel ... 36

(6)

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Teknik Analisis Data... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Singkat Sekolah ... 41

B. Karakteristik Responden ... 49

C. Analisis Data Angket ... 49

D. Narasi Hasil Wawancara ... 62

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 65

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Kisi-kisi Angket Penerapan KTSP sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan.

Tabel 2 : Guru.

Tabel 3 : Keadaan Murid. Tabel 4 : Keadaan Guru.

Table 5 : Membuat RPP setiap mengajar.

Tabel 6 : Merumuskan tujuan pembelajaran yang mengandung aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik.

Tabel 7 : Mempersiapkan alat peraga sebelum mengajar.

Tabel 8 : Memilih metode yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Tabel 9 : Mengatur tata ruang mengajar.

Tabel 10 : Mendeskripsikan secara singkat materi yang akan diajarkan. Tabel 11 : Menghubungkan materi pembelajaran dengan pengalaman siswa. Tabel 12 : Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

Tabel 13 : Siswa memberikan pendapat dan solusi terhadap permasalahan dalam pembelajaran.

Tabel 14 : Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Tabel 15 : Penggunaan metode yang bervariasi dalam menyampaikan materi pembelajaran.

Tabel 16 : Penggunaan bahasa yang lugas dan jelas dalam menguraikan materi pembelajaran.

Tabel 17 : Memberikan kesimpulan dari materi pelajaranyang telah diajarkan. Tabel 18 : Pemberian latihan kepada siswa.

Tabel 19 : Memberikan test untuk mengukur kompetensi siswa dalam materi pembelajaran.

Tabel 20 : Memberikan umpan balik (kesan) terhadap hasil test yang diperoleh siswa.

Tabel 21 : Melakukan kegiatan tindak lanjut setelah mengetahui hasil test siswa. Tabel 22 : Pemberian perhatian khusus bagi siswa yang lamban, dan berusaha

(8)
(9)

BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Sangat disadari bahwa kemajuan suatu bangsa bergantung pada kualitas sumber daya manusianya. Demikian pula dalam upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas tinggi tidak bisa lepas dari pendidikan. Kegiatan memajukan pendidikan di Indonesia telah dilakukan antara lain melalui peningkatan mutu pendidikan yang diwujudkan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ( Sisdiknas). Pada pasal 1

disebutkan bahwa:” Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat,bangsa dan negara”.1

Pada abad ke-21 ini, kualitas pendidikan Indonesia semakin memprihatinkan dan tertinggal jika dibanding dengan negara tetangga dan negara-negara Asia lainnya seperti, Singapura, Jepang, dan Malaysia. Bahkan jika dilihat dari indeks sumber daya manusia, yang salah satu indikatornya adalah pendidikan, posisi Indonesia kian tertinggal. Dalam Human Development Report 2007/2008 yang dipublikasikan secara serentak di dunia, Selasa (27/11) tepat pukul 19.00 WIB itu, Indonesia berada dibawah Singapura yang berada di urutan 25, Brunei (30),

1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan

(10)

Malaysia (78), Thailand (88), Filipina (90), dan Vietnam (105). Indonesia menempati rangking ke-107 dalam indeks Pembangunan Manusia yang dibuat Program Pembangunan PBB (UNDP). Peringkat itu satu tingkat lebih baik dibandingkan tahun lalu, namun tetap tertinggal dari negara tetangga, termasuk Vietnam.2

Isjoni mengungkapkan masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari beberapa indikator. Pertama, nilai Ujian Nasional (UN) yang masih jauh di bawah standar yang diharapkan.Kedua, aspek non akedemik, banyak kritik terhadap masalah kedisiplinan, moral dan etika, kreativitas, dll. Ketiga, rendahnya tingkat kompetensi dan profesionalitas guru. Keempat, kuantitas guru yang masih kurang, dan penyebaran guru yang tidak merata. Kelima, kondisi lingkungan sekolah untuk mengimplementasikan pendidikan yang bersifat non akademik yang masih rendah.3

Permasalahan yang muncul mengisyaratkan perlu adanya suatu perubahan yang terencana guna meningkatkan mutu pendidikan. Usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam memajukan dan meningkatkan mutu pendidikan terus-menerus dilakukan, salah satunya adalah dengan penyempurnaan kurikulum.

Sejak masa pemerintahan Orde Baru, Departemen Pendidikan telah beberapa kali menganti Kurikulum mulai dari Kurikulum 1975, kemudian diganti dengan Kurikulum 1984, kemudian Kurikulum 1994 yang selanjutnya diganti lagi dengan kurikulum 2004 atau yang disebut dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dan sejak tahun pelajaran 2006/2007 Depdiknas meluncurkan Kurikulum 2006 atau akrab disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan

bernegara. Nana Syaodih Sukmadinata mengatakan, bahwa “kunci utama peningkatan mutu pendidikan adalah komitmen pada perubahan”4

. Kurikulum

2 Pembangunan Manusia Indonesia Masih Tertinggal, Selasa 22 November 2007, diakses

dari http://www.tempointeraktif.com pada tanggal 26 Oktober 2010.

3

Isjoni, Saatnya Pendidikan Kita Bangkit, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2007),cet.1,h.83. 4

(11)

sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat.

Pengembangan kurikulum merupakan suatu hal yang penting karena kurikulum merupakan bagian dari program pendidikan. Tujuan utama kurikulum adalah meningkatkan kualitas pendidikan dan bukan semata-mata hanya menghasilkan suatu bahan pelajaran. Kurikulum tidak hanya memperhatikan perkembangan dan pembangunan masa sekarang tetapi juga mengarahkan perhatian ke masa depan sehingga kurikulum harus selalu diperbaharui sejalan dengan perubahan itu.

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah di tetapkan, kurikulum harus disusun secara strategis dan di rumuskan menjadi program-program tertentu. Kurikulum harus selalu relevan dengan perubahan masyarakat, sehigga penyusunan kurikulum harus mempertimbangkan berbagai macam aspek seperti perkembangan ilmu pengetahuan, perkembangan anak didik, perkembangan kebutuhan masyarakat dan lapangan kerja.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum terbaru di Indonesia yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KTSP merupakan paradigma baru dalam pengembangan kurikulum di Indonesia yang memberikan otonomi luas bagi satuan pendidikan dalam rangka mengefektifkan proses belajar dan mengajar di sekolah.

Penerapan KTSP dalam sistem pendidikan Indonesia tidak sekedar pergantian kurikulum, tetapi menyangkut perubahan secara mendasar dalam sistem pendidikan. Penerapan KTSP menuntut perubahan paradigma dalam pembelajaran, karena dengan penerapan KTSP tidak hanya menyebabkan perubahan konsep, metode, dan strategi guru dalam mengajar, tetapi menyangkut pola pikir, filosofis, serta komitmen guru.

(12)

kurikulum, gurulah yang menciptakan kegiatan belajar mengajar, dengan segenap kemanpuannya guru dapat menciptakan situasai belajar yang aktif, dan mampu mendorong siswanya untuk berprilaku kreatif dan inovatif.

Sejatinya, KTSP merupakan kurikulum yang merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang merujuk kepada konsep pendidikan yang di kemukakan oleh Bloom, yang pada gilirannya dapat meningkatkan potensi peserta didik secara optimal. Oleh karenanya, kurikulum yang disusun dapat menumbuhkan proses pembelajaran di sekolah yang berorientasi pada penguasaan kompetensi-kompetensi yang telah ditentukan secara integratif. Degan demikian, kurikulum ini merupakan pengembangan dari pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat, untuk melakukan suatu keterampilan atau tugas dalam bentuk keterampilan atau tugas dalam bentuk kemahiran dan rasa tanggungjawab.

Lebih jauh lagi, kurikulum ini merupakan suatu desain kurikulum yang dikembangkan berdasarkan sejumlah kompetensi tertentu, sehingga setelah menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu, siswa diharapkan mampu menguasai serangkaian kompetensi dan menerapkannya dalam kehidupan kelak. Dengan diberlakukannya KTSP dalam dunia pendidikan, berimplikasi cukup luas dan kompleks yang berkaitan dengan pembelajaran, pengalaman belajar, dan sistem penilaian.

MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok mulai menyusun KTSP sebelum masuk tahun ajaran 2007. Pada awal proses penyusunan KTSP dan perangkatnya MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok masih meraba-raba dan menemui banyak hambatan, hal ini dikarenakan masih minimnya sosialisasi dan bimbingan teknis yang didapat oleh guru. Dan pada juli 2007, MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok telah menyelesaikan penyusunan KTSP yang akan dijadikan pedoman operasional pelaksanaan pendidikan di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok pada tahun ajaran 2007-2008.

(13)

belajar siswa, terlihat dari masih banyaknya siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran dan muatan lokal yang telah ditetapkan oleh guru.

Beberapa permasalahan yang menyebabkan masih rendahnya hasil belajar siswa adalah: Pertama, guru kurang berinovasi untuk memfasilitasi dan mengunakan sumber belajar nyata (kontekstual) untuk membantu siswa dalam mengkonstruksi pelajaran. Kedua, guru kurang memperhatikan pengalaman belajar (konsep awal) yang dimiliki siswa dalam pembelajaran dan kurang berupaya untuk mengaitkan antara pengalaman awal yang dimiliki siswa dengan pengalaman baru yang sedang dipelajari. Ketiga, pembelajaran lebih menekankan pada hasil, sehingga menjadikan siswa kurang berminat dalam belajar. Keempat, kegiatan pembelajaran cenderung masih bersifat pasif karena proses belajar belum disertai proses internalisasi individualistik pada siswa, artinya pembelajaran masih berpusat pada guru ( teacher-centred & oriented ) yang mengacu pada ketuntasan materi. Kelima, masih minimnya sumber atau media belajar yang diperlukan dalam

kegiatan pembelajaran.

Dengan kondisi tersebut, maka perlu adanya upaya yang serius dan bersinergis untuk selalu meningkatkan kreativitas dan inovasi guru dalam proses pembelajaran agar ketercapaian kompetensi siswa dalam KTSP dapat diwujudkan.

Bedasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendiddikan (KTSP) sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan di MTs Hidayatul

Umam Cinere-Depok”.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

(14)

b. Bagaimana suasana pembelajaran di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok?

c. Upaya apa saja yang dilakukan oleh guru MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok dalam menyelesaikan berbagai kendala yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran?

d. Bagaimana penerapan KTSP sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok?

2.Pembatasan Masalah

Mengingat kompleksitas masalah yang ada, penulis perlu membatasi penelitian ini agar lebih terarah dan menghindari kesalahan interpretasi. Maka

masalah yang diteliti dibatasi pada: “Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok”.

3.Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana penerapan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan”.

C. Tujuan Penelitian

1. Berdasarkan identifikasi masalah yang telah tercantum sebelumnya maka tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui penerapan KTSP sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok.

b. Untuk mengetahui upaya apa saja yang telah dilakukan madrasah Hidayatul Umam Cinere-Depok dalam meningkatkan mutu pendidikan

2. Penelitian ini diharapkan berguna untuk:

(15)

b. Madrasah : Menjadi feed back bagi madrasah agar meningkatkan kualitas guru dan peserta didik, khususnya tentang pengembangan kurikulum sehingga dapat mendidik siswa dengan baik

c. Siswa : Agar menimbulkan motivasi belajar yang tinggi dan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.

3. Penelitian ini diharapkan dapat :

a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). b. Meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

c. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat.

D. Kegunaan penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak antara lain:

1.Bagi lembaga pendidikan, diharapkan melalui penelitian ini dapat memberi kontribusi yang berarti untuk mengetahui bagaimana penerapan KTSP di Madrasah.

2. Bagi para pembaca, diharapkan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan acuan serta studi perbandingan mengenai penerapan KTSP di Madrasah lain.

(16)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

1. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Secara kebahasaan, kata kurikulum berasal dari bahasa latin currere, yang berarti lapangan perlombaan lari. Kurikulum juga bisa berasal dari kata curriculum yang berarti a running course, dan dalam bahasa Prancis dikenal dengan courier berarti to run (berlari).5

Secara terminologi, kurikulum berarti suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancang secara sistematik atas norma-norma yang berlaku dan dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.6

Dalam Al-Qur’an juga dijelaskan bahwa keutaman mencari ilmu terdapat

Zurinal dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-dasar pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta:UIN Jakarta Pres, 2006), h. 85.

6

(17)

“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Kedudukan ilmu bagi mereka yang mencari ilmu diantaranya untuk mendapatkan kebenaran yang Universal bagi kepentingan umat manusia dalam meningkatkan martabat kemanusiaan dan mempelancar sistem kehidupan baik individu maupun kelompok. Oleh karenanya agar kedudukan tersebut dapat tercapai maka syariat meluruskan tujuan dalam menuntut ilmu, yakni:

1. Untuk memahami agama dan mengenal Allah.

2. Untuk melaksanakan kesempurnaan tugas menjadi hamba dan kholifah Allah. Dalam hadits juga menjelaskan tentang pentingnya pendidikan diantaranya:

ةملسم و ملسم لك ىلع ةضيرف ملعل ا بلط

“ yang artinya menuntut ilmu itu wajib bagi kaum muslimin danmuslimat”.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

disebutkan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggarawan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu”.7

Dalam Kamus Pendidikan, kurikulum dapat menyatakan kepada total struktur ide dan kegiatan yang disusun oleh suatu lembaga pendidikan untuk memenuhi kebutuhan pelajaran bagi siswa untuk melaksanakan tujuan pendidikan.8 Sedangkan dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia kurikulum diartikan sebagai seperangkat pelajaran yang diberikan dalam suatu kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pendidkan tertentu.9

7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan

Nasional….cet. 1, h. 4.

8

Lenny Fanggidaej, Kamus Pendidikan,(Jakarta: Restu Agung,1995), h. 57.

(18)

Berdasarkan pengertian tentang kurikulum diatas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum tidak hanya sebatas pada sejumlah pelajaran yang harus disampaikan kepada peserta didik saja, tetapi juga mencakup berbagai aktivitas yang dilakukan oleh pendidik dalam rangka mempengaruhi anak didik didalam belajar untuk mencapai suatu tujuan. Aktivitas tersebut dapat dilakukan di dalam maupun di luar kelas, yang tentunya termasuk didalamnya kegiatan belajar-mengajar dan bagaimana mengatur strategi dalam proses pembelajaran. Artinya dibutuhkan adanya perencanaan atau pengorganisasian dari proses belajar mengajar, juga perlu adanya kontrol dan evaluasi sehingga tujuan pendidikan yang diharapkan dapat tercapai.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP pasal 1, ayat 15) disebutkan bahwa “KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing

satuan pendidikan”.10 KTSP merupakan salah satu bentuk realisasi kebijakan desentralisasi di bidang pendidikan agar kurikulum benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengembangan potensi peserta didik.

Melalui KTSP, setiap sekolah diberi peluang untuk menyusun kurikulumnya sendiri. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam perencanaan, pelaksanaan maupun pengembangan kurikulum. Sebagai pelaksana kurikulum, gurulah yang menciptakan kegiatan belajar mengajar, dengan segenap kemampuannya guru dapat menciptakan situasi belajar yang aktif, menggairahkan dan mampu mendorong siswanya untuk berprilaku kreatif dan inovatif.

KTSP menekankan pada kemampuan (kompetensi) yang harus dicapai, dan dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kemampuan lulusan yang harus dinyatakan dengan standar kompetensi, yaitu kemampuan minimal apa yang harus dicapai lulusan. Standar kompetensi lulusan merupakan modal utama untuk bersaing di tingkat regional maupun global, karena persaingan sumber daya manusia.

10

(19)

Karakteristik kurikulum ini adalah: (1) hasil belajar dinyatakan dengan kemampuan atau kompetensi yang dapat didemontrasikan atau ditampilkan; (2) semua peserta didik harus mencapai ketuntasan belajar, yaitu menguasai semua kompetensi dasar; (3) kecepatan belajar peserta didik tidak sama; (4) penilaian mengunakan acuan kreteria; (5) ada program remedial, pengayaan, dan percepatan; (6) tenaga pengajar atau pendidik merancang pengalaman belajar peserta didik; (7) tenaga pengajar sebagai fasilitator; dan (8) pembelajaran mencakup aspek afektif yang terintegrasi dalam semua bidang studi.

2.Landasan Pengembangan KTSP

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam sistem pendidikan, karena dalam kurikulum tidak hanya dirumuskan tentang tujuan pendidkan yang harus dicapai, tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa. Mengingat pentingnya peranan kurikulum didalam pendidikan, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa mengunakan landasan yang kokoh dan kuat.

Pengembangan KTSP didasarkan pada dua landasan pokok, yakni landasan emperik dan landasan formal.11 Yang menjadi landasan empirik di antaranya adalah Pertama, adanya kenyataan rendahnya kualitas pendidikan baik dilihat dari sudut

prosess maupun hasil belajar. Kedua, Indonesia adalah negara yang sangat luas yang memiliki keragaman sosial budaya dengan potensi dan kebutuhan yang berbeda. Akibatnya, lulusan pendidikan tidak sesuai dengan harapan dan kebutuhan daerah di mana siswa tinggal.

Yang menjadi landasasn formal pengembangan KTSP adalah.12

a. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional b. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan

c. Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

11

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Kencana Pranada Media Group, 2008), h. 133.

12 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2007),

(20)

d. Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan e. Permendiknas No. 22, dan 23.

Uraian singkat mengenai isi pasal yang melandasi KTSP sebagai berikkut: 1. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Beberapa pasal yang terkait dengan KTSP adalah: Pasal 1 Ayat 19 tentang pengertian kurikulum; Pasal 36 Ayat 2 dan 3 tentang prinsip pengembangan kurikulum; dan Passal 37 Ayat 1 tentang muatan kurikulum pendidikan dasar dan menengah.13

2. Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Beberapa pasal yang terkait dengan KTSP adalah:Pasal 1 Ayat 5 tentang Standar Isi; Pasal 6 Ayat 6 tentang Kurikulum Pendidikan Umum, Kejurusan, dan Khusus; Pasal 16 Ayat 1 tentang Pedoman Kurikulum; dan Pasal 20 tentang Perencanaan Proses Pembelajaran.14

3. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Mengatur tentang standar isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yang mencakup lingkup materi minimal dadn tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi minimal lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.15 4. Permendiknas No 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.

Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik. Standar Kompetensi Lulusan meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan lulusan minimal mata pelajaran.16 5. Permendiknas No 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas No 22

dan 23. Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari yang telah ditetapkan,

13

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional,(Jakarta: Visimedia,2007).

14

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Sinar Grafika Offset,2006).

15

Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2006).

16 Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, (Jakarta: Sinar

(21)

dengan memperhatikan panduan penyusunan KTSP pada satuan pendidikan dasar dan menengah yang disusun Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).17

3.Tujuan KTSP

Setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pasti mempunyai tujuan, begitu pula dengan menerapkan KTSP. Menurut E. Mulyasa, secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian wewenang (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipasif dalam pengembangan kurikulum.18 Dengan KTSP diharapkan guru dapat mengembangkan kurikulum dalam kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik serta tuntutan masyarakat dan pengguna lulusan.

Sedangkan secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk.19

1.Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber-sumber yang tersedia.

2.Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

3.meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.

4. Prinsip dan Acuan Pengembangan KTSP

Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah.

17

Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23, (Jakarta: Sinar Grafika Offset,2006).

18

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan….,h. 22.

19

(22)

Beberapa prinsip dalam pengembangan KTSP diantaranya.20

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya

2. Beragam dan terpadu

3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

5. Menyeluruh dan berkesinambungan 6. Belajar sepanjang hayat, dan

7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Selain itu, KTSP disusun dengan memperhatikan acuan operasional sebagai berikut.21

1. Peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia

2. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkebangan dan kemampuan peserta didik

3. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan 4. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional

5. Tuntutan dunia kerja

6. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni 7. Agama

8. Dinamika perkembangan global

9. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan 10. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat 11.Kesetaraan gender

12.Karakteristik satuan pendidikan

5. Komponen KTSP

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memiliki 5 komponen yaitu: 1. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan

20

Mimin Haryati, Model dan Tingkat Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta:Gaung Persada Pres,2007),cet. Ke-1, h. 1-2.

21

(23)

Rumusan tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan mengacu pada tujuan umum pendidikan sebagai berikut:

a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakan dasar kecerdasan , pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

b. Tujuan pendidikan menengah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, sserta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

c. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdassan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, sesrta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai kejuruannya.

2. Struktur dan muatan KTSP

Struktur kurikulum tingkat ssatuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah tertuang dalam standar isi yang dikembangkan dari kelompok mata pelajaranssebagai berikut:

a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi d. Kelompok mata pelajaran estetika

e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan

Muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Disamping itu, materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk kedalam isi kurikulum.

3. Kalender Pendidikan

(24)

4. Pengembangan Silabus

Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Berdasarkan silabus inilah guru dapat mengembangkan menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar bagi siswanya.

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP adalah penjabaran dari silabus sebagai rencana guru dalam pelaksanaan pembelajaran untuk setiap pertemuan. Dalam RPP guru harus menyusun strategi dan langkah-langkah apa yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.

6. KTSP murni dari DIKNAS

Pemberlakuan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan pendidikan yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi pengelolaan pendidikan dengan diberikannya wewenang kepada sekolah untuk menyusun kurikulumnya mengacu pada Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional dan pasal 35 tentang Standar Nasional Pendidikan. Juga adanya tuntunan globalisasi dalam bidang pendidikan yang memacu agar hasil pendidikan nasional dapat bersaing dengan hasil pendidikan Negara-negara maju.

Desentralisasi pengelolaan pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan kondisi daerah perlu segera dilaksanakan. Bentuk nyata dari desentralisasi pengelolaan pendidikan ini adalah diberikannya kewenangan kepada sekolah untuk mengambil keputusan berkenaan dengan pengelolaan pendidikan. Seperti dalam pengelolaan kurikulum, baik dalam penyusunannya maupun pelaksanaannya di sekolah.

(25)

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. Pengembangan kurukulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk : (a) belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. (b) belajar untuk memahami dan menghayati. (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif. (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain. Dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Kewenangan sekolah dalam menyusun kurikulum memungkinkan sekolah menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, kondisi daerah. Dengan demikian, daerah atau sekolah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan hal-hal yang akan diajarkan, pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan belajar mengajar.

Jadi, KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus.

(26)

B. Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Secara sederhana pelaksanaan diartikan sebagai penerapan atau implementasi. Sebagaimana dikutip Mulyasa, Miller dan Seller mengatakan bahwa pelaksanaan atau implementasi kurikulum merupakan suatu proses penerapan konsep, ide, program, atau tatanan kurikulum ke dalam praktek pembelajaran atau aktivitas-aktivitas baru sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan untuk berubah.22 Sementara sebagaimana dikutip Syafrudin Nurdin, Fullan mendefinisikan “pelaksanaan atau implementasi sebagai proses untuk menerapkan ide, program atau seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat

menerima dan melakukan perubahan”.23

Berdasarkan uraian diatas, dapat dikemukakan pelaksanaan kurikulum adalah operasionalisasi konsep kurikulum yang masih bersifat tertulis (potensial) menjadi aktual dalam bentuk kegiatan pembelajaran.

Menurut Mulyasa sebagaimana dikutip M. Joko Susilo mengungkapkan bahwa pelaksanaan kurikulum adalah hasil terjemahan guru terhadap kurikulum sebagai rencana tertulis, yang sedikitnya dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu.24

1. Karakteristik kurikulum; yang mencakup ruang lingkup ide baru suatu kurikulum dan kejelasannya bagi pengguna di lapangan.

2. Strategi Pelaksanaannya; yaitu strategi yang digunakan dalam pelasanaan kurikulum, seperti diskusi profesi, seminar, penataran, lokakarya, penyediaan buku kurikulum dan kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong penggunaan kurikulum di lapangan.

3. Karakteristik pengguna kurikulum; yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap guru terhadap kurikulum, serta kemampuannya untuk merealisasikan kurikulum dalam pembelajaran.

Sementara menurut Mars seperti dikutip joko sosilo, mengemukakan ada tiga faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kurikulum, yaitu dukungan kepala sekolah;

22

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 94.

23

Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 33.

24

(27)

dukungan rekan sejawat guru; dan dukungan internal yang datang dari dalam diri guru sendiri.25 Dari ketiga faktor tersebut, faktor guru merupakan faktor penentu disamping faktor-faktor lain. Dengan kata lain, keberhasilan pelaksanaan kurikulum dissekolah sangat ditentukan oleh guru, karena bagaimanapun baiknya sarana dan prasarana pendidikan apabila guru tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, maka hasil dari pelaksanaan kurikulum (pembelajaran) tidak akan memuaskan.

Terdapat beberapa strategi yang perlu diperhatikan dalam penerapan KTSP, diantaranya adalah:

1. Perencanaan/ Persiapan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran adalah suatu usaha dan proses yang dilakukan secara sadar dengan mengacu pada tujuan (pembentukan kompetensi), dengan sistematis dan terarah pada terwujudnya perubahan tingkah laku.26 Sedangkan Aminuddin mengatakan pembelajaran adalah proses yang terjadi sehingga membuat seseorang atau sejumlah orang, yaitu peserta didik melakukan proses belajar sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah di programkan.27

Persiapan mengajar pada hakekatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan tentang apa yang dilakukan. Dengan demikian, persiapan mengajar merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, terutama berkaitan dengan pembentukan kompetensi. Dalam mengembangkan persiapan mengajar, terlebih dahulu harus menguasai secara teoritis dan praktis unsur-unsur yang terdapat dalam persiapan mengajar. Kemampuan membuat persiapan mengajar merupakan langkah awal yang harus dimiliki guru dan sebagai muara dari segala pengetahuan teori, keterampilan dasar, dan pemahaman yang mendalam tentang objek belajar dan situasi pembelajaran.

Dalam persiapan mengajar harus jelas kompetensi dasar yang akan dikuasai peserta didik, apa yang harus dilakukan, apa yang harus dipelajari, bagaimana

25

M. Joko Susulo, kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyosongnya..,cet. Ke-1, h. 176.

26

Zurinal dan Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar Pelaksana Pendidikan, (Yogyakarta: UIN Press, 2006), h. 117.

27

(28)

mempelajarinya, serta bagaimana guru mengetahui bahwa peserta didik telah menguasai kompetensi tertentu. Aspek-aspek tersebut merupakan unsur utama yang secara minimal harus ada dalam setiap persiapan mengajar sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran dan membentuk kompetensi peserta didik.

Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan persiapan mengajar, diantaranya:

1. Kompetensi yang dirumuskan dalam persiapan mengajar harus jelas, makin konkrit kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tersebut. 2. Persiapan mengajar harus sederhana dan fleksibel serta dapat dilaksanakan

dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. 3. Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam persiapan

mengajar harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

4. Persiapan mengajar yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh serta jelas pencapaiannya.

5. Harus ada koordinasi antar komponen pelaksana program di sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim (team teaching) atau moving class.

E. Mulyasa menyebutkan bahwa guru profesianal harus mampu mengembangkan persiapan mengajar yang baik, logis dan sistematis, karena disamping untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran, persiapan mengajar

merupakan bentuk dari “ profesional accoutability ”. Dengan mengutip pemikiran Cynthia, E. Mulyasa mengemukakan bahwa persiapan mengajar akan membantu guru dalam mengorganisasikan materi standar, serta mengantisipasi peserta didik dan masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pembelajaran.

(29)

Adapun perangkat pembelajaran utama yang harus disiapkan oleh guru adalah:

1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan lapangan untuk setiap Kompetensi Dasar. Rencana pembelajaran ini merupakan realisai dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus. Komponen rencana pembelajaran meliputi: identitas mata pelajaran, kompetensi dasar indikator, materi pokok, langkah kegiatan, alat dan media, dan penilaian.

2. Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Tujuan Pembelajaaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional yang ditargetkan/dicapai dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar. Apabila rumusan kompetensi dasar sudah operasional, rumusan tersebutlah yang dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan pembelajaaran. Tujuan pembelajaran dapat terdiri atas sebuah tujuan beberapa tujuan.

3. Mempersiapkan Alat Peraga

Penggunaan alat peraga dalam kegiatan pembelajaran akan mempertinggi komunikasi pada saat proses belajar berlangsung.

4. Memilih Metode yang Sesuai

(30)

5. Penataan Tempat Belajar

Tempat belajar seperti ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM ( Pendekatan Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok.

Adapun menurut Sobry Sutikno, perencanaan pembelajaran dapat dilakukan dengan.28

a. Membuat silabus dan RPP. b. Menentukan tujuan.

c. Memilih metode pembelajaran yang dipakai dan alat bantu pembelajaran yang relevan.

d. Menentukan cara penilaian atau evaluasi yang akan dipakai untuk mengetahui kemajuan belajar siswa.

e. Menentukan waktu pendidikan dimulai dan tempat pendidikan dilaksanakan. f. Menentukan buku wajib dan pilihan.

g. Membuat ringkasan informasi yang dibagikan.

2. Kegiatan Pembelajaran

Dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat tiga kegiatan pokok yang secara umum dibagi kedalam tiga tahap kegiatan yaitu: kegiatan pendahuluan pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran dan kegiatan akhir pembelajaran/penutup. Ketiga kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kegiatan Pendahuluan Pembelajaran

28

(31)

Kegiatan pendahuluan pembelajaran dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran untuk mendorong siswa menfokuskan dirinya agar mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

Sifat dari kegiatan pembukaan adalah kegiatan untuk pemanasan. Pada tahap ini dapat dilakukan penggalian terhadap pengalaman anak tentang tema yang akan disajikan.

Beberapa kegiatan pendahuluan yang perlu dilakukan dalam pembelajaran. Diantaranya sebagai berikut:

1. Menciptakan kondisi awal pembelajaran

Untuk mewujudkan kondisi awal pembelajaran yang baik, perlu adanya upaya yang harus dilakukan oleh guru, upaya di antaranya:

a. Menciptakan semangat dan kesiapan belajar, upaya ini dapat diwujudkan melalui bimbingan dari guru pada siswa. Dapat juga dilakukan dengan cara dan teknik yang digunakan oleh guru dalam pembelajan.

b. Menciptakan suasana demokrasi dalam belajar, upaya ini dapat diwujudkan melalui cara dan teknik yang digunakan guru dalam mendorong siswa agar kreatif dalam belajar dan mengembangkan keunggulan yang dimiliki siswa.

2. Melaksanakan apersepsi dan atau penilaian kemampuan awal siswa

Kegiatan ini lebih menekankan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan awal yang telah dimiliki siswa. Dalam hal ini, guru juga perlu menhubungkan materi pelajaran yang telah dimiliki siswa dengan materi yang akan dipelajari siswa.

(32)

dipelajari sebelumnya dan memberikan komentar terhadap jawaban peserta didik yang dilanjutkan dengan materi pelajaran yang akan dibahas.

b. Kegiatan Inti dalam Pembelajaran

Kegiatan belajar mengajar (KBM) dirancang mengikuti prinsip-prinsip belajar mengajar. Belajar mengajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna dan pemahaman. Dengan demikian, guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk mengunakan otoritas atau haknya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar berada pada diri siswa, tetapi guru bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat. Di antara prinsip tersebut adalah:

1. Berpusat pada siswa

Siswa memiliki perbedaan satu sama lain. Siswa berbeda dalam minat, kemampuan, kesenangan, pengalaman, dan cara belajar. Siswa tentunya lebih mudah belajar dengan dengar-baca, siswa lain lebih mudah dengan melihat (visual), atau dengan cara kinestetika (gerak). Oleh karena itu kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pelajaaran, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian perlu beragam sesuai karakteristik siswa.

KBM perlu menempatkan siswa sebagai subyek belajar. Artinya KBM memperhatikan bakat, minat, kemampuan, cara dan strategi belajar, motivasi belajar, dan latar belakang sosial siswa. KBM perlu mendorong siswa untuk mengembangkan potensinya secara optimal.

2. Belajar dengan mengalami

(33)

Dalam hal ini, beberapa topik tidak mungkin disediakan pengalaman nyata, guru dapat menggantikan dengan model atau situasi buatan dalam wujud simulasi. Jika ini juga tidak mungkin, sebaiknya siswa memperoleh pengalaman melalui alat audio-visual (dengar pandang). Pilihan pengalaman belajar melalui mendengar adalah pilihan terakhir.

3. Mengembangkan keterampilan sosial, kognitif, dan emosional

Siswa akan lebih mudah membangun pemahaman apabila dapat mengkomunikasikan gagasannya kepada siswa lain atau guru. Dengan kata lain, membangun pemahaman akan ledih mudah melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya. Interaksi memungkinkan terjadinya perbaikan terhadap pemahaman siswa melalui diskusi, saling bertanya, dan saling menjelaskan. Interaksi dapat ditingkatkan dengar belajar kelompok. Penyampaian gagasan oleh siswa dapat mempertajam, memperdalam, memantapkan, atau menyempurnakan gagasan itu karena memperoleh tanggapan dari siswa lain atau guru.

4. Perpaduan kemandirian dan kerjasama

Siswa perlu berkompetensi, bekerjasama dan mengembangkan solidaritasnya. KBM perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan semangat berkompetensi ssehat untuk memperoleh penghargaan, bekerjaama, dan solidaritas. KBM perlu menyediakan tugas-tugas yang memungkinkan siswa bekerja secara mandiri.

Kegiatan inti dalam pembelajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, kegiataan inti dalam pembelajaran merupakan kegiatan yang kompleks dalam proses belajar mengajar yang mengutamakan pada proses pembentukan pengalaman belajar siswa. Paling tidak ada tiga jenis pengalaman belajar, yaitu.29

a. Pengalaman mental

Beberapa bentuk pengalaman mental dapat diperoleh antara lain melalui membaca buku, mendengarkan ceramah, mendengarkan berita

29

(34)

radio, melakukan perenungan, menonton televisi atau film. Pada pengalaman belajar melalui pengalaman mental, biasanya siswa hanya memperoleh imformasi melalui indera pendengaran dan penglihatan. Ditinjau dari tingkat perlembangan anak, pengalaman belajar melalui indera pendengaran lebih sulit dari pada melalui indera penglihatan karena melalui indera pendengaran diperlukan kemampuan abstraksi dan konsentrasi penuh.

b. Pengalaman fisik

Pengalaman belajar jenis meliputi kegiatan pengamatan, percobaan, penelitian, kunjungan, karya wisata/study tour, pembuatan buku harian, dan beberapa bentuk kegiatan praktis lainnya. Lazimnya, siswa dapat memanfaatkan seluruh inderanya ketika menggali imformasi melalui pengalaman fisik.

c. pengalaman sosial

Beberapa bentuk pengalaman sosial yang dapat dilakukan antara lain; melakukan bazarm, pameran, jual beli, pengumpulan dana untuk bencana alam, melakukan wawancara dengan tokoh, bermain peran, berdiskusi, berkerja bakti, atau ikut arisan. Pengalaman belajar ini akan lebih bermanfaat kalau masing-masing siswa diberi peluang untuk berinteraksi satu sama lain: bertanya, menjawab, berkomentar, mempertanyakan jawaban, mendemonstrasikan, dan sebagainya.

Mengingat belajar merupakan proses siswa membangun gagasan/pemahaman sendiri, maka kegiatan pembelajaran hendaknya mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berbuat, berfikir, berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru. Suasana belajar yang disediakan guru hendaknya memberikan peluang kepada siswa untuk melibatkan mental secara aktif melalui beragam kegiatan, seperti kegiatan mengamati, bertanya/mempertanyakan, menjelaskan, berkomentar, mengumpulkan data, dan sejumlah kegiatan mental lainnya.

(35)

aktivitas siswa yang dibimbing secara efektif oleh guru. Langkah-langkah kegiatan inti dalam pembelajaran meliputi.30

1. Memberitahukan tujuan/topik pelajaran yang akan dibahas 2. menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang harus ditempuh

siswa.

3. membahas/menyajikan materi pelajaran. c. Kegiatan Akhir dan tindak Lanjut Pembelajaran

Kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran harus direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis, efektif, efisien, dan fleksibel. Kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran harus merupakan rangkaian kegiatan pendahuluan dan kegiatan inti pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan dalam kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran adalah.31

1). Melaksanakan penilaian akhir 2). Mengkaji hasil penilaian akhir

3).Melaksanakan kegiatan tindak lajut, alternatif kegiatan di antaranya: memberikan tugas atau latihan-latihan, menjelaskan kembali bahan pelajaran yang dianggap silit oleh siswa, menugaskan membaca materi pelajaran tertentu, memberikan motivasi/bimbingan belajar

4). Memberikan umpan balik

5). Mengemukakan topik bahasan yang akan datang 6). Menutup pelajaran

3. Penilaian (evaluasi)

Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya suatu pembelajaran, maka perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian (evaluasi). Penilaian adalah proses sistematis pengumpulan imformasi (angka, deskripsi verbal), analisis dan interpretasi imformasi untuk memberikan keputusan terhadap kadar hasil kerja.32 Seriven menyatakan bahwa harus ada hubungan yang erat antara: pertama, tujuan kurikulum dengan bahan pelajaran, kedua, bahan pelajaran

30

Sofa, Prosedur umum pembelajaran. Diakses dari http://massofa.wordpress.com

31

Sofa, Prosedur umum pembelajaran. Diakses dari http://massofa.wordpress.com

32

(36)

dengan evaluasi, dan ketiga, tujuan kurikulum dengan evaluasi. Jadi, evaluasi itu harus merujuk kepada kurikulum dan bahan pelajaran.

Hubungan evaluasi terhadap kurikulum dan bahan pelajaran adalan hubungan yang saling kontrol. Jika materi pelajaran sudah relevan dengan tujuan pembelajaran yang tercantum dalam kurikulum, maka evaluaisi yang berhubungan dengan materi akan secara otomatis berhubungan dengan kurikulum. Namun jika materi pelajaran tidak akan menyokong tujuan kurikulum.

Penilaian hasil belajar idealnya dapat mengungkap semua aspek domain pembelajaran, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sebab siswa yang memiliki kemampuan kognitif baik saat diuji dengan paper-and-pencil test belum tentu ia dapat menerapkan dengan baik pengetahuannya dalam mengatasi permassalahan kehidupan.

Penilaian hasil belajar sangat terkait dengan tujuan yang ingin dicapai dalam prosses pembelajaran. Pada umumnya tujuan pembelajaran mengikuti pengklasifikasian hasil belajar yaitu cognitive, affective, dan psychomotor.

Kognitif adalah ranah yang menekankan pada pengembangan kemampuan dan keterampilan intelektual. Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap nilai dan emosi. Sedangkan psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan atau keterampilan motorik. Namun ketiga di mana pembelajaran itu memang tidak dapat dipaksakan pada semua mata pelajaran dalam porsi yang sama.

(37)

C.Mutu Pendidikan Terpadu(TQM),mengatakan bahwa kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (Full Customer Satisfaction).Suatu produk dapat dikatakan berkualitas apabila dapat memberi kepuasan sepenuhnnnya kepada konsumen,yaitu sesuai

sengan apa yang diharapkan oleh konsumen atau produk”.34

Sedangkan menurut, Garpin dan Davis (1994),juga mengatakan bahwa

kualitas adalah “suatu kondisi yang dinamis yang berhubungan dengan produk, /tenaga kerja, proses, tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi

harapan pelanggan atau konsumen”.35

Secara umum mutu atau kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari suatu barang/jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau tersirat. Mutu juga bisa dikatakan sebuah kadar kebaikan atau keburukan yang ada di suatu benda/jasa, atau juga bisa dikatakan derajat yang di suatu benda/jasa.

Dalam kontek pendidikan, pengertian mutu dalam hal ini"mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam proses pendidikan yang bermutu terlibat sebagai input, seperti:bahan ajar (kognitif, afektif atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai dengan kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrsi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya seperti penciptaan suasana yang kondusif".36

Dengan demikian mutu pendidikan adalah tingkat atau taraf kemampuan dalam mengelola secara operasional dan efesien terhadap komponen yang berkaitan

33

Frista Artmanda W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,(Jombang : Lintas Media),h.686 34

M.N.Nasution, Manejemen Mutu Terpadu (TQM), (Jakarta : Gilia Indonesia,2005),edisi ke-II,h.3

35

M.N.Nasution, Manejemen Mutu Terpadu (TQM),h.3 36

(38)

dengan pendidikan, sehingga menghasilkan nilai tambah menurut norma dan standar yang berlaku.

2. Komponen Mutu Pendidikan

Dalam dunia pendidikan upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak dapat dilakukan secara sepihak atau sendiri-sendiri. Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pihak sekolah,masyarakat dan siswa itu sendiri. Mutu Pendidikan akan meningkat apabila ditunjang dari kualitas komponen-komponen pendidikan itu sendiri.

Komponen yang berkait dengan mutu pendidikan yang termuat dalam buku Panduan Manajemen Sekolah, adalah 1) siswa: kesiapan dan motivasi belajar, 2) guru: kemampuan professional, moral kerjanya (kemampuan personal), dan kerjasamanya(kemampuan social), 3) kurikulum: relevansi konten dan operasionalisasi proses pembelajarannya, 4) dan, sarana prasarana: kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses pembelajaran, 5) masyarakat (orang tua, penguna lulusan, perguruan tinggi): partisipasinya dalam pengembangan program-program pendidikan sekolah. Mutu komponen-komponen tersebut diatas menjadi focus perhatian kepala sekolah.37

Siswa merupakan abjek sekaligus subjek pendidikan, khususnya di sekolah, kesiapan dan motivasi belajar siswa dalam menerima materi pelajaran akan menjadi modal dalam meningkatkan mutu pendidikan. Berkaitan dengan kesiapan motivasi tersebut peran guru disini menjadi sangat penting dalam memberikan dorongan semangat kepada para siswa. Dalam hal ini, maka kemampuan atau kompetensi guru dalam berkomunikasi dengan siswa akan menentukan.

Guru merupakan “komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya

proses dan hasil pendidikan yang berkualitas/bermutu. Oleh karena itu,upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa dukungan oleh guru yang

professional dan berkualitas”.38

Dengan demikian dalam meningkatkan mutu

37

Moh.Iwan Apriyadi, Manejemen Peningkatan Mutu Pendidikan,http://www.mohiwanapriyadi@blogspot.com.

38

(39)

pendidikan maka hal yang harus didahulukan adalah kompetensi guru baik pedagogic, kepribadian, professional, maupun kemampuan social.

Menurut E.Mulyasa”salah satu komponen penting komponen pendidikan

yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun

penyelenggara; khususnya oleh guru dan kepala sekolah”.39

Oleh karena itu dalam rangka peningkatan mutu pendidikan maka implementasi kurikulum harus yang relevan sesuai dengan realita yang ada. Selain itu kurikulum harus operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah.

Salah satu komponen pendidikan yang mendukung terhadap proses belajar mengajar di sekolah adalah sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana pendukung yang dimiliki oleh lembaga pendidikan haruslah mencukupi dan efektif dalam mendukung terhadap proses belajar mengajar di sekolah. Standar sarana dan prasarana yang harus dimiliki adalah ruang belajar, tempat olahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, dan lain sebagainya. Dengan demikian maka upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat terwujud.

Meningkatkan mutu pendidikan juga harus oleh masyarakat(orang tua, penguna lulusan, dan perguruan tinggi). Menurut Hasbullah”kemajuan dan keberadaan suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh peran serta masyarakat yang ada.Tampa partisipasi dan dukungan masyarakat, jangan diharapkan pendidikan dapat berkembang dan dapat tumbuh sebagaimana yang

diharapkan”.40

Dengan demikian maka dukungan dan partisipasi dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam rangka upaya peningkatan mutu pendidikan.

3. Indikator Mutu Pendidikan

Indicator atau intrumen yang dapat dijadikan tolak ukur untuk mengetahui mutu pendidikan adalah mengacu pada :

1. Hasil akhir pendidik, hasil pendidikan dapat berupa nilai akhir dari ujian akhir sekolah (UAS) atau Ujian Nasional (UN).

2. Prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu.

39

E.Mulyasa,Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,(Bandung:Remaja Rosdakarya,2007),Cet.II,h.4

40

(40)

3. Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan dapat berupa hasil tes akedemis dan dibidang lain.

4. Adanya perubahan sesuatu kearah yang lebih baik.

5. Instrument input, yaitu alat berinteraksi dengan raw input (siswa). 6. Raw input dan lingkungan.41

Untuk mengetahui mutu dalam pendidikan terdapat beberapa instrument yang dapat menjadi sebuah ukuran. Mutu pendidikan mengacu kepada hasil akhir pendidikan berupa prestasi akademis, misalnya hasil Ujian Nasional(UN) yang dilaksanakan secara serentak oleh pemerintah. Dapat pula dilihat dari prestasi oleh sekolah dalam kurun waktu tertentu misalnya, setiap akhir semester, setiap akhir tahun, atau 2 tahun, 5 tahun bahkan 10 tahun. Atau prestasi dibidang lain, misalnya di bidang olahraga dan keterampilan. Prestasi juga dapat diukur dari adanya perubahan kedewasaan siswa dalam bersikap.

Dalam pendidikan terdapat proses interaksi antara instrument input yang terdiri dari kepala sekolah, guru, sarana dan prasarana, kurikulum, biaya pendidikan dengan raw input (siswa). Selain intraksi diatas juga terdapat hubungan raw input dan lingkungan. Oleh karena itu lingkungan yang baik yang berada di sekeliling raw input dapat memberikan pengaruh terhadap mutu pendidikan.42

4. Dimensi Mutu Pendidikan

Dalam dunia pendidikan upaya peningkatan mutu pendidikan tidap dapat dilaksanakan secara sepihak atau sendiri-sendiri. Peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah, masyarakat, dan siswa itu sendiri. Maka untuk memperjelas pendidikan sekolah ada baiknya diketahui demensi mutu pendidikan yaitu:

a. Mutu pengelola

(41)

praktek, alat peraga, lingkungan, dan sebagainya benar-benar disediakan dan dikelola secara efisien agar membantu memberikan kemudahan bagi siswa belajar.

b. Mutu siswa

Mutu siswa dinilai dari ciri yang dimiliki siswa secara perorangan yaitu fisik dan kesehatan, ciri intelegensi, dan ciri aspirasinya. Upaya dalam mempertinggi mutu siswa sebaiknya dilakukan melalui kebijakan pendidikan seperti penyelenggaraan proses mengajar, bantuan gizi untuk anak balita, kelompok bermain dan sebagainya.

c. Mutu guru

Mutu pendidikan sangat erat kaitannya dengan mutu guru yang menyelenggaraan pendidikan disekolah. Guru sebagai penunjang utama mutu pendidikan mempunyai tugas dan peran yang sangat penting dalam menciptakan pendidikan yang sesuai dengan tujuan nasional Negara Indonesia. d. Mutu belajar siswa

Peningkatan mutu pendidikan tidak dapat hanya diputuskan karena peningkatan mutu mengajar dari guru melainkan harus pula disertai dengan peningkatan mutu belajar pada pihak siswa. Untuk itu guru harus mampu membangkitkan siswa berpartisipasi aktif secara fisik, mental dan emosional. e. Mutu hasil belajar

Hasil belajar belajar merupakan akibat langsung dari tinggi rendahnya keinginan belajar sebagai bentuk terpenting dari hasil pendidikan.

Kemampuan belajar lulusan perlu dijadikan criteria mutu pendidikan yang menjadi dasar untuk belajar secara berkelanjutan baik disekolah yang lebih tinggi dalam kehidupannya.

5. Kerangka Berfikir

(42)

menempati peringkat 107 yang jauh di bawah Negara-negara tetangga seperti; Brunei, Filifina, Malaysia dan Vietnam.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia diperlukan suatu terobosan dalam penyempurnaan kurikulum yang berlaku dalam system pendidikan Indonesia. Kurikulum haruslah sesuai dengan perkembangan globalisasi. Kurikulum haruslah kontekstual yang relevan dengan kondisi social, budaya, ekonomi, dan IPTEK.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang diterapkan di Indonesia yang sudah diterapkan semenjak tahun 2006 sampai sekarang. Penerapan KTSP dalam system pendidikan Indonesia tidak sekedar pergantian kurikulum, tetapi menyangkut perubahan secara mendasar dalam system pendidikan. Penerapan KTSP menuntut perubahan paradigma dalam pembelajaran dan persekolahan, karena dengan penerapan KTSP tidak hanya menyebabkan perubahan konsep, metode, dan strategi guru dalam mengajar, tetapi juga menyangkut pola pikir, filosofis, komitmen guru, sekolah, dan stakeholder pendidikan. Karena itu KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang berlaku sebelumnya.

Dalam penerapannya KTSP diharapkan mampu meningkatkan mutu pendidikan. Harapan tersebut bisa memberdayakan satuan pendidikan dalam kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik. Secara khusus kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumber-sumber belajar yang tersedia.

6. Study Terdahulu yang Relevan

Menurut penelitian Ainul Mardhiyah pada skripsi yang berjudul Implementasi KTSP di MTsN Tanggerang 1 menyatakan berjalan dengan baik (efektif). Sebab implementasi KTSP yang efektif akan memberikan kontribusi yang positif bagi peningkatan kualitas sekolah berupa kinerja guru yang semakin baik, kompetensi guru yang terus berkembang, dan juga dapat meningkatkan potensi serta bakat peserta didik.

(43)

Negeri 182 Jakarta menyatakan penerapan KTSP pada pelajaran PAI berlangsung dengan baik dan mampu membentuk akhlak siswa.

(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat untuk melakukan penelitian ini yaitu di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok yang terletak di Jl. Masjid 1 Cinere-Depok. Adapun waktu penelitian dilakukan selama satu bulan yaitu tanggal 28 Oktober 2010 sampai 24 Januari 2011.

C. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah guru MTs Hidayatul Umam yang berjumlah 20 orang diantaranya 13 guru di bidang agama dan 7 guru di bidang umum 43. Karena jumlah populasi dibawah 100 orang, maka seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian. Sehingga penelitian ini disebut penelitian populasi 44.

43

Profil Sekolah MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok Tahun 2010 44

(45)

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif analisis. Data-data yang diperoleh dianalisis dengan mengunakan teknik Distribusi Frekuensi Presentase. Metode ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data ditempuh dengan:

Penggunaan Kuesioner (Angket)

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data-data dari para guru mengenai penerapan KTSP sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok. Angket diberikan kepada responden berupa daftar pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya, dan responden memberikan jawaban pada kolom yang telah disediakan dengan

memberi tanda ceklist ( √ ) pada jawaban yang sesuai.

(46)

Tabel 1

Kisi-kisi Angket Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai

Gambar

Tabel 24  :  Mengadakan remedial teaching bagi siswa.
Tabel 1 Kisi-kisi Angket Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai
No Tabel 2 Nama Guru
Tabel 3 Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian pada Pemerintahan Kota Tasikmalaya melalui Dinas Pendapatan Daerah dan Badan Pengelolaan Keuangan dan Barang Daerah, penulis akan

Petani responden di Kabupaten Pandeglang pada umumnya memanfaatkan pinjaman untuk keperluan budidaya saja, budidaya, panen, pasca panen dan ada juga yang digunakan

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui faktor ekonomi makro yang mempengaruhi konsumsi masyarakat Jawa Timur, (2) menganalisis kecenderungan mengkonsumsi

Berdasarkan pada penelitian-penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa penelitian tersebut terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian yang saya kaji, selain lokasi penelitian,

Teori strukturalisme genetik Goldmann-lah yang akhirnya dapat mengatasi kelemahan teori marxis yang reduksionis dan simplistis dengan adanya ideologi atau pandangan

Modul 1: Mesin Pencari (Search Engine) Pada pencarian video, temukanlah perbedaan kata kunci dari pencarian dengan hasil sebagai berikut. Dan dengan hasil

[r]

Rekomendasi yang baik untuk permasalahan seperti ini adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar berikutnya yaitu dengan membuat marka – marka dan pembatas jalan sehingga barang