• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

C. Mutu Pendidikan

1. Pengertian Mutu Pendidikan

Mutu atau kualitas dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia artinya “ baik

buruk mengenai suatu benda, kadar, taraf atau derajat ( kecakapan, kecerdasan,

kualitas )”.33

Menurut M. N. Nasution yang berjudul Manejemen Mutu Terpadu(TQM),mengatakan bahwa kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (Full Customer Satisfaction).Suatu produk dapat dikatakan berkualitas apabila dapat memberi kepuasan sepenuhnnnya kepada konsumen,yaitu sesuai

sengan apa yang diharapkan oleh konsumen atau produk”.34

Sedangkan menurut, Garpin dan Davis (1994),juga mengatakan bahwa

kualitas adalah “suatu kondisi yang dinamis yang berhubungan dengan produk, /tenaga kerja, proses, tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi

harapan pelanggan atau konsumen”.35

Secara umum mutu atau kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari suatu barang/jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau tersirat. Mutu juga bisa dikatakan sebuah kadar kebaikan atau keburukan yang ada di suatu benda/jasa, atau juga bisa dikatakan derajat yang di suatu benda/jasa.

Dalam kontek pendidikan, pengertian mutu dalam hal ini"mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam proses pendidikan yang bermutu terlibat sebagai input, seperti:bahan ajar (kognitif, afektif atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai dengan kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrsi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya seperti penciptaan suasana yang kondusif".36

Dengan demikian mutu pendidikan adalah tingkat atau taraf kemampuan dalam mengelola secara operasional dan efesien terhadap komponen yang berkaitan

33

Frista Artmanda W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,(Jombang : Lintas Media),h.686 34

M.N.Nasution, Manejemen Mutu Terpadu (TQM), (Jakarta : Gilia Indonesia,2005),edisi ke-II,h.3

35

M.N.Nasution, Manejemen Mutu Terpadu (TQM),h.3 36

dengan pendidikan, sehingga menghasilkan nilai tambah menurut norma dan standar yang berlaku.

2. Komponen Mutu Pendidikan

Dalam dunia pendidikan upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak dapat dilakukan secara sepihak atau sendiri-sendiri. Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pihak sekolah,masyarakat dan siswa itu sendiri. Mutu Pendidikan akan meningkat apabila ditunjang dari kualitas komponen-komponen pendidikan itu sendiri.

Komponen yang berkait dengan mutu pendidikan yang termuat dalam buku Panduan Manajemen Sekolah, adalah 1) siswa: kesiapan dan motivasi belajar, 2) guru: kemampuan professional, moral kerjanya (kemampuan personal), dan kerjasamanya(kemampuan social), 3) kurikulum: relevansi konten dan operasionalisasi proses pembelajarannya, 4) dan, sarana prasarana: kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses pembelajaran, 5) masyarakat (orang tua, penguna lulusan, perguruan tinggi): partisipasinya dalam pengembangan program-program pendidikan sekolah. Mutu komponen-komponen tersebut diatas menjadi focus perhatian kepala sekolah.37

Siswa merupakan abjek sekaligus subjek pendidikan, khususnya di sekolah, kesiapan dan motivasi belajar siswa dalam menerima materi pelajaran akan menjadi modal dalam meningkatkan mutu pendidikan. Berkaitan dengan kesiapan motivasi tersebut peran guru disini menjadi sangat penting dalam memberikan dorongan semangat kepada para siswa. Dalam hal ini, maka kemampuan atau kompetensi guru dalam berkomunikasi dengan siswa akan menentukan.

Guru merupakan “komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya

proses dan hasil pendidikan yang berkualitas/bermutu. Oleh karena itu,upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa dukungan oleh guru yang

professional dan berkualitas”.38

Dengan demikian dalam meningkatkan mutu

37

Moh.Iwan Apriyadi, Manejemen Peningkatan Mutu Pendidikan,http://www.mohiwanapriyadi@blogspot.com.

38

E.Mulyasa,Standar kompetensi dan Sertifikasi Guru,(Bandung : Remaja Rosdakarya,2007),Cet.1,h.5

pendidikan maka hal yang harus didahulukan adalah kompetensi guru baik pedagogic, kepribadian, professional, maupun kemampuan social.

Menurut E.Mulyasa”salah satu komponen penting komponen pendidikan

yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun

penyelenggara; khususnya oleh guru dan kepala sekolah”.39

Oleh karena itu dalam rangka peningkatan mutu pendidikan maka implementasi kurikulum harus yang relevan sesuai dengan realita yang ada. Selain itu kurikulum harus operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah.

Salah satu komponen pendidikan yang mendukung terhadap proses belajar mengajar di sekolah adalah sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana pendukung yang dimiliki oleh lembaga pendidikan haruslah mencukupi dan efektif dalam mendukung terhadap proses belajar mengajar di sekolah. Standar sarana dan prasarana yang harus dimiliki adalah ruang belajar, tempat olahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, dan lain sebagainya. Dengan demikian maka upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat terwujud.

Meningkatkan mutu pendidikan juga harus oleh masyarakat(orang tua, penguna lulusan, dan perguruan tinggi). Menurut Hasbullah”kemajuan dan

keberadaan suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh peran serta masyarakat yang ada.Tampa partisipasi dan dukungan masyarakat, jangan diharapkan pendidikan dapat berkembang dan dapat tumbuh sebagaimana yang

diharapkan”.40

Dengan demikian maka dukungan dan partisipasi dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam rangka upaya peningkatan mutu pendidikan.

3. Indikator Mutu Pendidikan

Indicator atau intrumen yang dapat dijadikan tolak ukur untuk mengetahui mutu pendidikan adalah mengacu pada :

1. Hasil akhir pendidik, hasil pendidikan dapat berupa nilai akhir dari ujian akhir sekolah (UAS) atau Ujian Nasional (UN).

2. Prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu.

39

E.Mulyasa,Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,(Bandung:Remaja Rosdakarya,2007),Cet.II,h.4

40

Hasbullah,Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan,(Jakarta :Raja Grafindo Persada,2003),Cet.III,hal.99-100

3. Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan dapat berupa hasil tes akedemis dan dibidang lain.

4. Adanya perubahan sesuatu kearah yang lebih baik.

5. Instrument input, yaitu alat berinteraksi dengan raw input (siswa). 6. Raw input dan lingkungan.41

Untuk mengetahui mutu dalam pendidikan terdapat beberapa instrument yang dapat menjadi sebuah ukuran. Mutu pendidikan mengacu kepada hasil akhir pendidikan berupa prestasi akademis, misalnya hasil Ujian Nasional(UN) yang dilaksanakan secara serentak oleh pemerintah. Dapat pula dilihat dari prestasi oleh sekolah dalam kurun waktu tertentu misalnya, setiap akhir semester, setiap akhir tahun, atau 2 tahun, 5 tahun bahkan 10 tahun. Atau prestasi dibidang lain, misalnya di bidang olahraga dan keterampilan. Prestasi juga dapat diukur dari adanya perubahan kedewasaan siswa dalam bersikap.

Dalam pendidikan terdapat proses interaksi antara instrument input yang terdiri dari kepala sekolah, guru, sarana dan prasarana, kurikulum, biaya pendidikan dengan raw input (siswa). Selain intraksi diatas juga terdapat hubungan raw input dan lingkungan. Oleh karena itu lingkungan yang baik yang berada di sekeliling raw input dapat memberikan pengaruh terhadap mutu pendidikan.42

4. Dimensi Mutu Pendidikan

Dalam dunia pendidikan upaya peningkatan mutu pendidikan tidap dapat dilaksanakan secara sepihak atau sendiri-sendiri. Peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah, masyarakat, dan siswa itu sendiri. Maka untuk memperjelas pendidikan sekolah ada baiknya diketahui demensi mutu pendidikan yaitu:

a. Mutu pengelola

Mutu pengelola pendidikan disekolah dapat dinilai dari kemampuan kepala sekolah yang mungkin bagi siswa maupun guru-guru untuk belajar dengan aktif. Setiap sumber pendidikan seperti buku, perpustakaan, alat

41

Umaedi,Manejemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah,http://www.ssep.Net/dirictor.Html

42

praktek, alat peraga, lingkungan, dan sebagainya benar-benar disediakan dan dikelola secara efisien agar membantu memberikan kemudahan bagi siswa belajar.

b. Mutu siswa

Mutu siswa dinilai dari ciri yang dimiliki siswa secara perorangan yaitu fisik dan kesehatan, ciri intelegensi, dan ciri aspirasinya. Upaya dalam mempertinggi mutu siswa sebaiknya dilakukan melalui kebijakan pendidikan seperti penyelenggaraan proses mengajar, bantuan gizi untuk anak balita, kelompok bermain dan sebagainya.

c. Mutu guru

Mutu pendidikan sangat erat kaitannya dengan mutu guru yang menyelenggaraan pendidikan disekolah. Guru sebagai penunjang utama mutu pendidikan mempunyai tugas dan peran yang sangat penting dalam menciptakan pendidikan yang sesuai dengan tujuan nasional Negara Indonesia. d. Mutu belajar siswa

Peningkatan mutu pendidikan tidak dapat hanya diputuskan karena peningkatan mutu mengajar dari guru melainkan harus pula disertai dengan peningkatan mutu belajar pada pihak siswa. Untuk itu guru harus mampu membangkitkan siswa berpartisipasi aktif secara fisik, mental dan emosional. e. Mutu hasil belajar

Hasil belajar belajar merupakan akibat langsung dari tinggi rendahnya keinginan belajar sebagai bentuk terpenting dari hasil pendidikan.

Kemampuan belajar lulusan perlu dijadikan criteria mutu pendidikan yang menjadi dasar untuk belajar secara berkelanjutan baik disekolah yang lebih tinggi dalam kehidupannya.

5. Kerangka Berfikir

Nilai Ujian Nasional (UN) dibawah standar kemudian, kreativitas, kompetensi dan profesionalisme guru yang jauh dari harapan, menyebabkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Hal ini terlihat dalam indeks pembangunan manusia pada program pembangunan PBB (UNDP), Indonesia

menempati peringkat 107 yang jauh di bawah Negara-negara tetangga seperti; Brunei, Filifina, Malaysia dan Vietnam.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia diperlukan suatu terobosan dalam penyempurnaan kurikulum yang berlaku dalam system pendidikan Indonesia. Kurikulum haruslah sesuai dengan perkembangan globalisasi. Kurikulum haruslah kontekstual yang relevan dengan kondisi social, budaya, ekonomi, dan IPTEK.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang diterapkan di Indonesia yang sudah diterapkan semenjak tahun 2006 sampai sekarang. Penerapan KTSP dalam system pendidikan Indonesia tidak sekedar pergantian kurikulum, tetapi menyangkut perubahan secara mendasar dalam system pendidikan. Penerapan KTSP menuntut perubahan paradigma dalam pembelajaran dan persekolahan, karena dengan penerapan KTSP tidak hanya menyebabkan perubahan konsep, metode, dan strategi guru dalam mengajar, tetapi juga menyangkut pola pikir, filosofis, komitmen guru, sekolah, dan stakeholder pendidikan. Karena itu KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang berlaku sebelumnya.

Dalam penerapannya KTSP diharapkan mampu meningkatkan mutu pendidikan. Harapan tersebut bisa memberdayakan satuan pendidikan dalam kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik. Secara khusus kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumber-sumber belajar yang tersedia.

6. Study Terdahulu yang Relevan

Menurut penelitian Ainul Mardhiyah pada skripsi yang berjudul Implementasi KTSP di MTsN Tanggerang 1 menyatakan berjalan dengan baik (efektif). Sebab implementasi KTSP yang efektif akan memberikan kontribusi yang positif bagi peningkatan kualitas sekolah berupa kinerja guru yang semakin baik, kompetensi guru yang terus berkembang, dan juga dapat meningkatkan potensi serta bakat peserta didik.

Menurut penelitian Fitri Rahmawati pada skripsi yang berjudul Efektivitas Implementasi KTSP pada Pelajaran PAI Terhadap pembentukan siswa di SMP

Negeri 182 Jakarta menyatakan penerapan KTSP pada pelajaran PAI berlangsung dengan baik dan mampu membentuk akhlak siswa.

Pada penelitian ini, KTSP diterapkan sebagai upaya untuk peningkatan mutu pendidikan. Penerapan kurikulum tersebut haruslah relevan dan kontekstual. Penerapan ini mampu mewujudkan dimensi mutu pendidikan yang meliputi mutu penggelola, mutu siswa, mutu guru, dan mutu hasil belajar. KTSP sebagai salah satu bagian komponen mutu pendidikan selain kompetensi guru, sarana prasarana dan manajemen sekolah, haruslah mendapatkan perhatian dan menjadi prioritas.

Dokumen terkait