Ir. Soelardjo Kertoatmodjo M.Sc. MET. (Alumnus FT-ITB, ’57)
tensi tinggi untuk dikembangkan. Saya tidak tahu mengapa saya punya perasaan seperti itu. Ternyata kalau kita lihat sekarang, Teknik Fisika yang saya bayangkan itu memang benar-benar mempunyai potensi untuk berkembang ke bidang yang mem- punyai keunikan yang khusus, sehingga tidak perlu adanya tumpang tindih dengan jurusan lain.
Bukankah perkuliahan di Teknik Fisika dari dulu sudah tumpang tindih dengan di Elektro, di Mesin?
Memang benar kita ikut kuliah-kuliah dari jurusan lain. Tetapi sebenarnya kuliah-kuliah tersebut menunjang ide dari bidang Teknik Fisika itu sendiri. Dengan kata lain, kuliah-kuliah yang lain itu mengandung visi ke-fisikateknik-an. Misalnya saja kalau kita bicara suatu proses kimia, di sana tidak sepenuhnya terjadi proses atau reaksi kimia saja, tetapi proses fisisnya juga banyak.
Waktu itu Teknik Fisika sudah memiliki keahlian yang men- jurus, yaitu mengenai building physics (Fisika Bangunan) yang dibangun oleh Prof. Adhiwijogo yang notabene beliau berasal dari jurusan Teknik Sipil. Jadi, dalam hal ini konstruksi bangunan yang terkait dengan akustik dan sebagainya itu merupakan ba- gian dari ke-teknikfisika-an yang belum di eksploitasi, sehingga tidak ada orang yang menggarapnya.
Saya juga ikut kuliah "Menggambar Teknik" di Jurusan Teknik Mesin. Karena kalau kita mau membuat sesuatu itu, harus digambar terlebih dahulu. Saya masih menyimpan sketsa-sketsa gambar untuk dikonstruksi menjadi suatu desain, yang sampai sekarang masih saya banggakan. Di Teknik Fisika dulunya sudah ada bengkel logam dan bengkel gelas. Jadi, meskipun kuliah kita ikut jurusan lain, tetapi ternyata kuliah-kuliah tersebut mengisi penjurusan keahlian yang ingin dibangun di Teknik Fisika, yang nantinya dikembangkan sendiri di Teknik Fisika.
Kemudian saya juga ikut kuliah elektronika dari jurusan Elektro. Dan ternyata selama kuliah elektronika tersebut kita membangun kurikulum elektronika untuk keperluan Teknik Fisi- ka sendiri. Dan menurut saya hal ini tidak terus melemahkan ke-
55
Teknik-Fisika-an pada waktu itu, oleh karena memang dosennya pada waktu itu tidak banyak. Jadi memang ada beberapa mata kuliah yang kita harus ikut dengan jurusan lain. Tetapi selama proses berjalan, kita terus membangun kurikulum sendiri. Pada waktu itu, bagaimana kelengkapan bahan-bahan perku- liahan?
Dulu Laboratorium Bosscha itu memiliki fasilitas perpustaka- an. Pada waktu itu terjadi pemisahan antara Fisika Murni dengan Fisika Teknik, sehingga perpustakaan tersebut, yang tadinya dikelola oleh Jurusan Fisika Murni, dibagi dua. Buku-buku yang menyangkut ke-teknik-an diambil oleh Fisika Teknik untuk dip- indahkan menjadi perpustakaan Fisika Teknik sendiri, sedangkan yang ilmu murninya diambil oleh Fisika Murni untuk menjadi perpustakaan Fisika Murni. Jadi, dengan kata lain, kita juga dari dulu sudah punya fasilitas perpustakaan sendiri. Kejadian tersebut terjadi sekitar awal-awal mau berdirinya ITB, yaitu pada tahun 1958.
Kemudian, ternyata Fisika Teknik juga bisa dekat dengan badan Tenaga Atom, BATAN. Jadi, Teknik Tenaga Atom yang pada waktu itu juga sedang dibangun, kita involved di situ, se- hingga banyak mahasiswa atau asisten dari Teknik Fisika yang bekerja di BATAN. Itu merupakan salah satu fasilitas dulunya. Tetapi karena sekarang BATAN sudah beridiri sendiri, mereka mengambil tenaga kerja sendiri. Hal itu bisa menjadi motivasi bahwa Teknik Fisika itu juga bisa bergerak di bidang Teknik Nuklir, sampai sekarang. Seperti misalnya, saya mendalami tentang bahan-bahan Nuklir.
Apakah yang Bapak ketahui tentang visi didirikannya Teknik Fisika?
Visi yang dilontarkan dari Jurusan yaitu "Kunci Palsu". Artinya, kita bisa masuk ke segala bidang teknologi dan ilmu pengetahuan yang ada. Teknik fisika itu bidang yang inter- disciplinary. Artinya, segala sesuatu proses pekerjaan bisa menyangkut ke-teknikfisika-an. Dulu juga ada Pak Sismoyo,
seorang alumnus Teknik Fisika juga yang ikut mendesain kapal terbang di Nurtanio.
Jadi, kembali lagi dengan Jurusan Teknik Fisika, sampai sekarang saya masih merasa bersemangat dengan Teknik Fisika oleh karena bidang ini mempunyai potensi yang sangat tinggi bagi saya. Jadi sampai sekarang, di meja saya masih banyak sekali konsep-konsep desain yang menunggu untuk direalisasikan se- cara engineering.
Siapa yang pertama kali melontarkan istilah ‘kunci palsu’? Memang awalnya yang mendirikan Teknik Fisika adalah orang Belanda. Namun, Prof. Adhiwijogo-lah yang selalu me- mikirkan Teknik Fisika ke depannya. Kemudian beliau meng- gunakan istilah "kunci palsu" tersebut, yang sekarang diterjemah- kan dengan "field engineer", yang artinya "insinyur lapangan", Jadi, ketika berada di lapangan dan menemukan permasalahan, kita bisa secara otomatis merasakannya, dan langsung bisa me- mikirkan solusinya.
Apakah pada masa Bapak kuliah, dosen-dosen Belanda masih terlibat dalam mengajar di Teknik Fisika?
Memang dosen-dosen Belanda masih ada, tetapi saya su- dah tidak sempat diajar oleh mereka di Teknik Fisika ini. Tetapi ketika saya mengambil kuliah di Matematika, saya sempat diajar oleh dosen Belanda. Ketika di Teknik Fisika, saya sempat diajar oleh Prof. Adhiwijogo. Beliau ini dari Jurusan Teknik Sipil dan beliau inilah yang menekuni building physics. Beliau berpendapat bahwa kalau building physics mau berkembang, building phys- ics tidak menempel di Sipil. Building physics ini tidak harus pada bangunan gedung, tetapi bisa juga pada kapal laut atau kapal terbang.
Pernah juga ada percobaan mengenai pendeteksian instrumentasi kontrol pada satelit ketika melewati gaya gravi- tasi. Percobaan ini untuk mendeteksi transmisi sinyal, apakah transmisi itu tetap berjalan baik, ketika satelit terbang melewati daerah yang tidak ada gaya gravitasinya.
57
Percobaan tersebut dijadikan sebuah praktikum di Teknik Fisika, oleh karena selain buku-buku yang tersedia sebagai bahan perkuliahan ada, juga ada praktikumnya. Namanya "Praktikum Lanjut". Praktikum ini tidak terkait dengan mata kuliah. Tetapi praktikum lanjut ini adalah praktikum yang wa- jib dilakukan agar bisa lulus. Ada juga praktikum yang terkait dengan mata kuliah. Jadi, untuk setiap mata kuliah yang ada praktikumnya, praktikumnya itu tersendiri.
Apakah perbedaan antara sistem pendidikan Belanda dan sistem pendidikan Amerika?
Sistem pendidikan Belanda menggunakan sistem yang ter- buka. Artinya, terserah mahasiswanya sendiri dalam mengikuti perkuliahan. Sehingga, mahasiswa harus aktif untuk mencari ilmu pengetahuan sendiri dari yang diadakan oleh Belanda. Kalau sistem pendidikan Amerika itu lebih terprogram. Buku- buku disediakan di perpustakaan, dan ada responsi. Dalam mem- berikan kuliah sudah disediakan catatan yang terstruktur dari catatan dosennya, bahkan kadang-kadang berbentuk diktat. Tetapi perlu diingat bahwa ketika di zaman Belanda, ilmu pe- ngetahuan waktu itu belum begitu maju. Jadi, contohnya, kuliah elektronika itu saya rasakan seperti hanya mengajarkan sejarah elektron. Namun ternyata itu sangat penting, meskipun hanya sejarah elektronnya saja. Kita bisa tahu apa itu elektron, dan bisa dideteksi dengan menggunakan alat apa. Tetapi belum sampai menunjukkan kepada alat-alatnya. Ketika di zaman Amerika, ada elektronika 2 dan kemudian ada alat-alatnya, dan praktikum, dan sebagainya. Sistem pendidikan Amerika itu tidak hanya prag- matis, artinya dengan adanya catatan kuliah yang terstruktur, tetapi juga lebih praktis dalam isi pengajarannya.
Kalau kita kuliah di Amerika, dengan mengikuti perkuliahan sesuai prosedur, kepribadian kita itu terbentuk secara oto- matis. Secara otomatis kita bisa mandiri dan inovatif, apalagi kalau sampai dengan S3. Sehingga kita tidak perlu mengikuti kursus-kursus kepribadian, karena sudah otomatis terbentuk. Ini karena di Amerika sistemnya "all in". Latihan untuk menin-
gkatkan kemampuan diri itu sudah ada, baik itu kemampuan menulis, membaca atau presentasi, asalkan semuanya itu diikuti dengan tertib. Dari mulai mendaftar kuliah, mengikuti kuliah dan responsi, menyerahkan home work, semuanya harus disiplin, walaupun kuliah tersbut tidak ada kreditnya.
Bagaimana penjenjangan Bapak dari menjadi asisten sampai menjadi dosen Teknik Fisika?
Pertama-tama, karena saya mendapatkan beasiswa sebagai asisten, saya harus mengembalikan beasiswa tersebut dengan cara bekerja. Kemudian setelah lulus, ada kesempatan untuk jadi dosen. Lalu saya melamar menjadi dosen dan diterima. Memang saya sempat berpikir untuk kerja di perusahaan, oleh karena kerja di perusahaan juga merupakan tantangan. Saya sempat melamar di ARCO dan di TEXMACO, dan diterima. Namun, karena posisi per- usahaan tersebut waktu itu di bawah politik, akhirnya saya me- mutuskan mengundurkan diri, oleh karena takut terpengaruh sama partai politik.
Memang ada kemungkinan bahwa kalau bekerja di per- usahaan, taraf hidup kita bisa lebih baik. Tetapi aturan di peru- sahaan itu strict, sehingga belum tentu setiap perusahaan mau memberikan kesempatan bagi kita untuk mengembangkan ino- vasi-inovasi baru. Dan hal itu risikonya lebih berat dibandingkan menjadi dosen.
Namun, karena saya sudah tahu lingkungan di Teknik Fisika, dan mempunyai motivasi yang tinggi akan bidang teknik fisika, akhirnya saya memutuskan untuk jadi dosen di Teknik Fisika, ITB. Setelah jadi dosen ada kesempatan untuk belajar di luar negeri, namun semangat belajarnya hanya sampai S2 di Amerika, dan terakhir tahun 1998 di Montpelier, Perancis.
Ada yang mengatakan bahwa bidang teknik fisika itu "all round engineering". Bagaimana menurut pandangan Bapak?
"All round engineer" itu kalau saya terjemahkan, "field engi- neer". Artinya, selama permasalahan yang timbul di lapangan itu terkait dengan ke-teknikfisika-an, kita diharapkan bisa ikut me- nangani. Jadi, all round itu kan juga tergantung dengan pribadi-
59
nya masing-masing untuk menyiapkan dirinya sendiri.
Misalnya, saya yang mendalami proses material, hampir semua proses material saya pahami kecuali polimer. Awalnya saya sudah memutuskan untuk mempelajari proses material non-or- ganik saja dan tidak ‘menjamah’ polimer yang termasuk material organik. Tetapi ternyata polimer tidak bisa dipisahkan dari proses material. Sehingga, mau tidak mau saya harus mulai lagi untuk mempelajari dan memahami material organik.
Yang kedua, men- genai istilah "all round", selama permasalahan tersebut masih di bidang ke-Teknik Fisika-an, kita diharapkan dapat ikut menyelesaikan masalah tersebut. Misalnya saya
ikut mengusulkan agar Teknik Fisika mempunyai laboratorium Komputasi, oleh karena sekarang ini kemampuan komputer sudah banyak dikembangkan. Kalau perlu ada mata kuliah mengenai komputer di sini, oleh karena itu sudah gak bisa di- hindarkan lagi. Jadi, "all round" itu ada batasnya, yaitu sejauh terkait dengan ke-teknikfisika-an, diharapkan lulusan Teknik Fisika bisa masuk ke situ.
Ada juga yang mengartikan bidang teknik fisika itu "garis depannya engineering". Menurut saya, maksudnya yaitu kita diharapkan bisa menerjemahkan teori-teori baru dari science ke engineering. Jadi, bidang Teknik Fisika itu berdiri di antara science dan teknologi, dan kalau bisa berada di depan. Con- toh tentang ini adalah ketika di masa awal kita mengarahkan pikiran kita ke Teknik Kondisi Lingkungan, yaitu bidang yang ditekuni oleh Porf. Iskandar Danusugondho. Pada awalnya, pengembangan teknologi tersebut di Indonesia dimulai oleh Prof. Iskandar Danusugondho, dari Teknik Fisika. Kemudian dikembangkan oleh Teknik Mesin. Hal ini sah-sah saja. Tetapi nantinya mesti kita yang mengembangkan bidang tersebut, sampai ke low temperature physics. Jadi, kalau bisa kita selalu
yang di depan, sebagai ujung tombaknya.
Contoh lainnya yang menjadi perkiraan saya yaitu me- ngenai liquifaction (pencairan) batu bara. Ke depannya menurut saya, itu merupakan lahan Teknik Fisika. Teknologi pencairan batu bara itu sudah mulai mendekati komersial sekarang. Kita bisa masuk di instrumentasinya, di thermal material-nya ataupun di proses materialnya. Di dunia itu belum ada mengenai pencairan batu bara, sedangkan negara kita kaya akan batu baranya. Nah, kita harus berani masuk ke bidang tersebut. Kita bisa memproses batu bara menjadi bahan bakar minyak (BBM), sebagai pen- damping BBM yang sekarang. Secara tidak sengaja, saya sudah concern mengenai liquifaction coal sejak 5-8 tahun yang lalu, meskipun saya tidak ikut penelitian di bidang itu. Dan sekarang literatur mengenai hal itu sudah ada diperpustakaan saya, dan tinggal ambil saja ketika dibutuhkan. Apalagi sekarang dunia mulai membicarakan tentang "nano material" serta prosesnya, kita harus masuk ke bidang ini.
Apakah motivasi Bapak memilih bidang proses material? Pertama, karena saya melihat bahwa tentang proses mate- rial yang spesifik, yang terkait dengan fisika itu belum banyak yang mengembangkan, sehingga saya kira prospeknya sangat bagus. Kedua, saya melihat bahwa mata kuliah di Teknik Fisika mendukung perkembangan proses material lebih lanjut. Se- hingga, mata-mata kuliah lain yang terkait dengan material juga harus saya bangun. Lalu saya mengusulkan mata-mata kuliah seperti: Teknik Kristalisasi, Teknik Lapisan Tipis, Sifat dan Bahan Magnetik, Bahan Thermoelektrik, Bahan Semikonduktor, Bahan Keramik, Thermodinamika Proses Material, Struktur dan Sifat Material, Kekuatan Mekanik Material, Sistem dan Teknik Sensor, dan terakhir, saya menekankan bahwa kita harus membangun Kom- putasi di bidang Material. Saya ikut memberikan kuliah untuk ke delapan mata kuliah tersebut. Dalam satu semester itu bisa 3 – 4 dari mata-mata kuliah tersebut yang diajarkan. Karena Matematika, Mekanika Fluida, dan Instrumentasi-nya sudah kuat, saya ting- gal men-dompleng-kan saja kuliah-kuliah ini. Kemudian saya
61
membangun KBK (Kelompok Bidang Keahlian) di bidang "Proses Material", dan mendirikan Laboratorium Proses Material.
Awalnya saya punya misi mengenai proses material, bahwa material yang dikembangkan adalah material yang khusus menghasilkan energi. Contohny: Bahan Magnetik, Teknologi Nuklir, dan Thermoelektrik. Mengenai Komputasi di bidang Material, dulunya saya sendiri belum tahu ke depannya akan seperti apa. Tetapi menurut saya, dengan adanya komputasi kita bisa berkembang sampai pada nano material. Kemudian KBK ini ditangani oleh teman-teman saya, di antaranya Pak Bambang Sunendar menangani bagian Keramik, Pak Suyatman menangani Bahan Magnetik, Pak Ahmad Nuruddin menangani Semikonduktor, Pak Nugraha menangani Semikonduktor dan Kristal Tunggal, dan Pak Hermawan K. Dipojono menangani Nano Material.
Ke depannya akan lebih diperlukan proses material yang terkait dengan komputasi. Menurut saya, biasanya negara ber- kembang itu basisnya terletak pada material. Untuk teknologi kita sudah tertinggal, kecuali untuk bahan-bahan teknologi itu sendiri. Yang harus ditekankan yaitu poses materialnya, oleh karena orang luar tuh hanya mau membeli mineralnya, terus dibawa ke luar dan diproses di sana.
Apakah Bapak punya hubungan kerja sama dengan Departe- men Teknik Material?
Kita tidak punya hubungan dengan Departemen Teknik Material. Tetapi dulu waktu mendirikan Departemen Teknik Ma- terial, saya ikut diundang. Saya juga pernah diminta untuk ikut memberikan ujian masuk untuk S2 Teknik Material, sampai tahun 2000. Tetapi saya tidak pernah jadi dosen di sana.
Apa bedanya bidang material yang Bapak kembangkan dengan yang dikembangkan oleh Departemen Teknik Material?
Berbeda. Proses material yang ada di Teknik Fisika mem- bangun pengetahuan yang berhubungan dengan ke-Teknik Fisika-an saja. Artinya, di sini lebih dijuruskan pada proses materialnya. Di sini ada praktikumnya, dan ada proses pem-
buatannya. Visinya adalah memproduksi material yang meng- hasilkan energi. Saya tidak tahu kurikulum di Departemen Teknik Material itu bagaimana. Lagipula di Departemen Teknik Material itu tidak mungkin semuanya dibuat di situ. Setiap departemen memiliki potensi untuk mengembangkan materialnya masing- masing. Menurut saya, Departemen Teknik Material itu, karena masih berhubungan dengan Teknik Mesin, potensinya, yaitu pada pengembangan baja. Mungkin mereka lebih ke material engineering-nya, sedangkan kita di Teknik Fisika, di bidang fisisnya. Kalau menyangkut proses kimia, saya rasa kita harus join dengan jurusan lain.
Tetapi saya lihat bahwa Teknik Fisika ini interdisciplinary. Arti- nya bisa masuk ke banyak bidang, kalau kita mau menekuninya. Perkiraan saya juga bahwa proses material sendiri itu banyak jalan yang bisa ditempuhnya. Misalnya saja mengenai fuel cell, yaitu membran dalam sel yang menggunakan gas tertentu, sehingga bisa menghasilkan energi. Dan fuel cell ini sampai sekarang masih banyak yang harus dikembangkan.
Saya pernah punya ide begini. Fakultas-fakultas yang ada ini kan terdiri dari banyak departemen, dan masing-mas- ing departemen ini menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan, yang terbatas pada bidang-bidang yang hanya ada di departemennya sendiri. Nah, saya mengusulkan kalau bisa dibuat merger antar departemen. Contohnya, misalnya, untuk keahlian di bidang "mekanika fliuda", ketua programnya menyebutkan bahwa untuk mendapatkan keahlian di bidang "mekanika fluida", bisa mengambil mata kuliah di Teknik Mesin, di Teknik Kima, atau dengan menyebutkan nama mata kuliah mana saja, dan di departemen mana saja, agar bisa memperoleh keahl- ian di bidang "mekanika fluida", Jadi, lulusan ini makin banyak bidang keahliannya, sehingga makin banyak yang dibutuhkan masyarakatnya. Misalnya, di dalam Fakultas Teknologi Industri dibuat merger antara Departemen Elektro dengan Departemen Informatika, sehingga bisa menghasilkan lulusan yang ahli Kom- putasi. Komputasi ini nantinya bisa bergerak di bidang teknologi, ataupun bidang non-teknologi. Itu namanya merger.
63
Jadi, mengenai all round tadi, tergantung dari masing- masing mahasiswanya. Departemen Teknik Fisika menyedia- kan mata-mata kuliah pilihan, lalu tergantung kecerdikan mahasiswanya sendiri untuk melihat ke depan. Tetapi kalau mahasiswa itu sudah
menetapkan dirinya di bidang tertentu, itu tidak masalah. Tetapi kalau juga ingin all round, kita harus benar-benar mem- persiapkannya dengan membangun berbagai
kemampuan selama perkuliahan. Misalnya dengan mempelajari Akustik, Instrumentasi, Optik dan yang lainnya juga.
Kesempatan itu tidak datang se-konyong-konyong. Jadi all round itu tergantung dari waktu dan kesempatan yang datang pada kita. Jangan melihat all round itu bahwa hari ini saya me- nekuni Optik, besok Akustik, besoknya lagi Kontrol. Tidak bisa seperti itu. Begitu kita sudah komitmen dengan satu bidang, maka kita harus menikmati komitmen tadi. Tetapi kalau suatu saat kita terpaksa pindah, atau mau pindah, kita sudah punya basic-nya. Itu yang saya maksud all round. Jadi, Teknik Fisika ini melulus- kan alumni yang berbasiskan all round. Misalnya, kita sudah memilik Teknologi Nuklir. Nah, di dalam Teknik Nuklir itu ada Ins- trumentasi yang sudah spesifik, dan juga tentang material yang juga sudah spesifik. Tetapi kita di situ mempunyai kesempatan untuk membawa teknologi nuklir yang lebih maju.
Jadi, apakah menurut Bapak lulusan Teknik Fisika itu siap pakai?
Wah, kalau bicara siap pakai, dari dulu juga saya tidak mengatakan kalau lulusan Teknik Fisika ini siap pakai. Tetapi lulusan ini adalah lulusan yang bisa menyelesaikan masalah, dan siap untuk di-training untuk menyelesaikan masalah-masalah di industri. Tetapi tergantung juga pada mahasiswanya. Kalau dia sudah lama menyiapkan diri dalam bidang tertentu, bisa jadi
dia siap pakai. Jadi pengertian siap pakai itu tergantung maha- siswanya. Tetapi menurut saya, lulusan Teknik Fisika itu umumnya siap dilatih oleh karena background-nya sudah cukup luas.
Departemen Teknik Fisika menyediakan fasilitas belajar- mengajar dan bidang-bidang ilmu yang cukup banyak, terutama di bidang yang tergolong ke-Teknik Fisika-an. Jadi, untuk menjadi all round engineer itu tergantung pada mahasiswanya untuk memilih. Artinya, dia harus punya visi untuk menyelesaikan ma- salah. Setiap kali ada kesempatan kerja atau kesempatan untuk menyelesaikan solusi, mahasiswa tersebut harus memperhatikan background yang luas itu, meskipun tidak mendalam. Contoh- nya, lulusan Teknik Fisika sangat bervariasi pekerjaannya, mulai dari bidang teknologi sampai bidang ekonomi.
Tetapi kalau menurut istilah saya sendiri, lulusan Teknik Fisika adalah "Field Engineer". Sedangkan kalau Prof. Adhiwijogo menyebutnya dengan "kunci palsu". Jadi, sebenarnya Anda itu diminta untuk menjadi yang terdepan dalam menghadapi permasalahan ke-Teknik Fisika-an, sehingga bisa menimbulkan ide-ide baru. Dan kalau bisa ide-ide tersebut ditulis, agar cara berpikir kita berkembang.
Bagaimana keterkaitan konsep "all round" tadi dengan KBK-KBK yang berbeda di Departemen Teknik Fisika?
Justru all round tadi memang dibangun dari KBK-KBK tersebut. Kalau kita lihat secara teliti, antar-KBK ini banyak sekali kaitannya. Dan diharapkan antar KBK itu bisa saling mengisi, saling membangun dan saling mengembangkan ilmu. Misalnya tentang liquifaction coal, yang menurut saya bidang baru di Indonesia bahkan, di dunia. Saya berinisiatif untuk membuka wawasan mengenai liquifaction coal, sehingga Teknik Fisika bisa masuk di bidang tersebut.
Kalau melihat dari jumlah dosennya, kalau bisa satu ke-