• Tidak ada hasil yang ditemukan

Antimicrobial Stewardship Program

Dalam dokumen Departemen Ilmu Kesehatan Anak - FKUI (Halaman 151-156)

Antimicrobial Stewardship Program merupakan bagian kegiatan PPRA dengan tujuan,11,12

y Optimalisasi luaran (outcome) sekaligus mengurangi dampak negatif penggunaan antibiotik seperti seleksi timbulnya organisme patogen serta mengurangi kemungkinan resistensi terhadap anti-mikroba.

y Mengontrol infeksi secara komprehensif untuk membatasi penyebaran atau transmisi bakteri yang sudah resisten melalui prinsip kewaspadaan standar (standard precaution).13

Antimicrobial Resistance Control Program

Pelaksanaan Antimicrobial Stewardship Program dikelompokkan dalam 2 strategi yaitu strategi utama dan strategi pendukung. Strategi utama meliputi, 1. Audit secara prospektif disertai dengan umpan balik dan intervensi.

Audit kualitatif dilakukan dengan menggunakan alur Gyssens14 untuk meningkatkan kualitas penggunaan antibiotik melalui penelusuran terhadap kualitas dan kelengkapan rekam medik, indikasi penggunaan antibiotik secara tepat, pemilihan antibiotik berdasarkan efektivitas, keamanan, kenyamanan, spektrum antimikroba, biaya pengobatan, ketepatan dosis, interval, cara pemberian serta lama pengobatan yang optimal. Kegiatan audit kualitatif dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan keempat pilar yang mendukung kegiatan PPRA. Audit kuantitatif dilakukan dengan menghitung penggunaan antibiotik di suatu bangsal atau depertemen di rumah sakit dalam hal persentase pasien yang dirawat yang mendapat antibiotik selama perawatan. Juga dapat dihitung jumlah antibiotik yang diekspresikan dalam defined daily dose

(DDD) per 100 pasien/hari. Defined daily dose diasumsikan dosis antibiotik pemeliharaan rata-rata (average maintenance dose) yang digunakan pada orang dewasa. Melalui data tersebut dapat dihitung jumlah maksimal antibiotik yang diresepkan melalui kalkulasi dosis x frekuensi x lama pemberian.4

2. Pembatasan jenis antibiotik dalam formularium rumah sakit. Antibiotik hanya dapat diberikan atas indikasi yang telah disetujui bersama dan harus melalui pengesahan (approval) oleh dokter spesialis yang bertugas sebagai dokter penanggungjawab pelayanan (DPJP) yang menguasai penggunaan antibiotik secara bijak. Untuk jenis antibiotik yang tergolong lini-C (restricted) maka pengesahan harus melalui Tim POKJA PPRA yang ditunjuk. Upaya tersebut dapat mengawasi secara langsung penggunaan antibiotik oleh Tim Farmasi Klinik yang tergabung dalam PPRA.

Strategi pendukung mencakup kegiatan sebagai berikut.11

1. Pelatihan dan penerapan pedoman penggunaan antibiotik (PPAB) dan penyusunan clinical pathway berbagai penyakit infeksi bakteri. Setelah pelatihan peserta diharapkan memperoleh pemahaman dan persamaan persepsi agar terbina suatu sikap dan perilaku yang mendukung tercapainya upaya pengendalian resistensi antimikroba.

2. Mengkaji dan memberi umpan balik kepada dokter penulis resep dan memberi rekomendasi alternatif antibiotik untuk terapi yang lebih tepat.

Review penggunaan antibiotik tersebut dikaji setiap hari. Upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan menggunakan antibiotik secara tepat dan rasional.

Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak lXIII

3. Meningkatkan pengisian rekam medik melalui bantuan teknologi – informasi. Melalui penggunaan teknologi elektronik diharapkan pengisian data rekam medik menjadi sangat mudah dan dapat diakses dan dianalisis lebih cepat dan akurat. Telah disadari bahwa peralatan teknologi – informasi yang canggih membutuhkan investasi yang cukup mahal 4. Melakukan streamlining atau terapi deeskalasi segera setelah hasil

pemeriksaan mikrobiologi diperoleh sehingga pengobatan empiris dapat diubah menjadi terapi definitif dengan memilih antibiotik yang lebih sensitif dengan spektrum sempit, lebih aman, dengan biaya yang lebih terjangkau. Upaya teresbut dapat mencegah timbulnya seleksi bakteri resisten. Untuk mencapai upaya tersebut dibutuhkan fasilitas laboratorium mikrobiologi yang memadai dengan hasil biakan yang relatif cepat didapat.

Secara ringkas, melalui program antibiotic stewardship diharapkan untuk memperoleh outcome yang lebih baik dalam menggunakan antibiotik secara bijak dan sekaligus dapat menekan penyebaran bakteri resisten di rumah sakit.

Simpulan

Masalah resistensi antimikroba terutama antibiotik merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dan tidak terkendali merupakan sebab utama timbulnya resistensi secara global, termasuk timbulnya mikroba yang multiresisten terhadap sebagian besar antibiotik yang beredar, terutama di lingkungan rumah sakit. Masalah tersebut sangat serius dan harus ditanggapi dengan sungguh-sungguh.

World Health Organization secara proaktif menanggapi masalah ini dengan berbagai upaya dan strategi dan kebijakan WHO. Hal tersebut ditanggapi secara positif oleh hampir semua negara termasuk Indonesia dengan menyusun program nasional pengendalian resistensi antimikroba. Dengan tema utama penggunaan antibiotik secara bijak dan upaya menekan penyebaran kuman resisten di lingkungan rumah sakit yang berkordinasi dengan 4 pilar yaitu Tim Mikrobiologi Klinik, Panitia Farmasi, Terapi, Tim Farmasi Klinik dan Tim Program Pengendalian Infeksi di rumah sakit (PPIRS).

Tugas utama Tim PPRA antara lain menyusun kebijakan penggunaan antibiotik di tingkat rumah sakit beserta standar prosedur operasional (SPO) dan instruksi kerja (IK) untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan PPRA. Untuk pelaksanaan operasional di tingkat departemen dibuat buku panduan penggunaan antibiotik (PPAB) sebagai acuan pemilihan antibiotik secara bijak untuk berbagai penyakit infeksi yang dihadapi. Semua kebijakan dan buku panduan serta SOP yang telah disusun disebarluaskan dan

Antimicrobial Resistance Control Program

disosialisasikan kepada semua tenaga kesehatan yang terlibat dalam kegiatan PPRA. Dalam proses implementasi di lapangan disusun pula antibiotic stewardship program (ASP) dengan tujuan mengoptimalkan penggunaan antibiotik secara bijak serta mengurangi penyebaran kuman resisten dengan penerapan prinsip kewaspadaan standar (standard precaution).

Kepustakaan

1. World Health Organization 2004. Regional office for South East Asia monitoring of antimicrobial resistance. Report of an intercountry workshop. Vellare, Tamil- Nadu, India, 14-17 October 2003.

2. World Health Organization 2005. Containing antimicrobial resistance, WHO policy perspective on medicine. WHO, Geneva 2005.

3. World Health Organization. Intervension and strategies to improve the use of antimicrobials in developing countries. Drug management program. World Health Organization 2001.

4. Ministry of Health, Republic of Indonesia. Antimicrobial resistance, antibiotic usage and infection control. A-self-assessment program for Indonesia hospitals 2005. Directorate General of Medical Care, Ministry of Health, Republic of Indonesia, Jakarta 2005.

5. World Health Organization report on infections disease 2000. Overcoming antimicrobial resistance. WHO/CDS/2000.2.

6. World Health Organization 2002. Promoting rational use of medicine: Core component. WHO policy perspective on medicine, Geneva, September 2002. 7. World Health Organization 2001. WHO global strategy for containment of

antimicrobial resistance. WHO, Geneva 2001.

8. World Health Organization. Global health security, epidemic alert and response. Implementation workshop on the WHO global strategy for containment of antimicrobial resistance. Geneva, Switzerland 25-26 November 2002.

9. Dirjen Bina Pelayanan Medik DepKes -RI. Surat keputusan no. HK.00.06.1.1.4168/2005 tentang penilaian infrastruktur rumah sakit untuk mendukung Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA). Dirjen Bina Pelayanan Medik DepKes-RI, Jakarta 2005.

10. Direktur Utama RSCM. Surat keputusan no. 7139/TU.K/34/VIII/2009 tentang Tim Program Pengendalian Resistensi Antimikroba. RS dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta 2009.

11. Dirjen Bina Pelayanan Medik KemKes-RI. Pedoman umum penggunaan antibiotik. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta 2011.

12. Peterson LR. Preventing antimicrobial resistance. The role of antimicrobial stewardship. One day workshop: Importance of antimicrobial stewardship in controlling antimicrobial resistance. CRID-TROPHID – Division of Tropical Diseases Department of Internal Medicine Faculty of Medicine University of Indonesia and ARCP DR. Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, March 10, 2012.

Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak lXIII

13. Soemanto RK. Buku pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Edisi ke.4. Jakarta: Komite PPIRS RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumol 2011.h.3-64.

14. Gyssens IC. Quality measures of antimicrobial drug use. Int antimicrob agent 2011;17:9-19.

15. World Health Organization. Defined daily dose (DDD). WHO collaborating centre for drugs statistics methodology. Diunduh dari: http://www.whocc.no/ atcddd/July2004.

Dalam dokumen Departemen Ilmu Kesehatan Anak - FKUI (Halaman 151-156)