• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian berbasis ilmiah mengenai pilihan terapi cairan pada DBD

Dalam dokumen Departemen Ilmu Kesehatan Anak - FKUI (Halaman 61-65)

Beberapa studi terkini menunjukkan bahwa koloid dapat diberikan terlebih dahulu sebelum cairan kristaloid untuk mengatasi syok.18-20 Pada penelitian sebelumnya telah dilaporkan uji acak tersamar ganda untuk mengetahui efektivitas regimen cairan kristaloid dan koloid yang berbeda pada tata laksana SSD. Pertama, penelitian pendahuluan di mana 50 anak menerima satu dari empat cairan (6 % dekstran 70, 3 % gelatin, laktat Ringer, atau 0,9 % saline) selama dua jam untuk resusitasi awal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbaikan yang lebih besar secara bermakna dalam indeks jantung, hematokrit, dan tekanan darah antara anak-anak yang telah menerima cairan koloid dibandingkan dengan anak-anak yang menerima cairan kristaloid. Semua anak sembuh, tetapi perbedaan dalam efek lanjutan di antara keempat cairan tersebut tidak diperiksa.28

Penelitian lain dilakukan selama 1 tahun terhadap 230 anak dengan SSD yang menerima terapi dengan cairan yang sama. Studi tersebut memfokuskan pada efek-efek lanjutan. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya keuntungan yang jelas dari keempat cairan yang digunakan dalam hal lama syok teratasi dan waktu untuk mencapai stabilitas kardiovaskular, namun RL mencapai waktu pemulihan paling lama.28

Uji acak tersamar ganda untuk resusitasi inisial pada 383 anak dengan SSD yang diberikan cairan RL, 6% dextran 70 dan 6% hidroksi etil starch (HES), menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna diantara ke-3 cairan tersebut.29 Namun, reaksi efek sampaing lebih banyak dari dextran. TPemberian cairan pada anak dengan SSD, menunjukkan bahwa belum ada bukti bahwa koloid lebih unggul daripada kristaloid untuk resusitasi awal. 30, 31

Pilihan cairan inisial untuk neonatus dan anak dengan syok hipovolemia adalah cairan isotonis.32 Penelitian sistematik review menunjukkan bahwa belum ada cukup bukti bahwa koloid lebih unggul sebagai pilihan cairan inisial untuk mengatasi syok pada anak.33 Pemberian cairan secara agresif pada SSD menurunkan mortalitas. 34 Kedua koloid HES 10% dan 10% dextran 40 untuk

Pemilihan Terapi Cairan untuk Demam Berdarah Dengue

SSD, terbukti aman dan tidak ditemukan reaksi alergi, tidak terjadi gangguan fungsi ginjal dan gangguan hemostasis. 35

Beberapa cairan koloid sintetik tersedia saat ini, masing-masing dengan karakteristik fisikokimia yang unik dan efikasi yang berbeda tertera pada tabel 1. 17,35,36 Studi patofisiologi menunjukkan bahwa kebocoran lebih sering terjadi pada protein-protein plasma yang relatif kecil (misalnya, albumin) dibandingkan dengan molekul-molekul besar (misalnya, IgG). Hal tersebut menunjukkan bahwa cairan koloid dengan berat molekul yang lebih besar dapat memberikan keuntungan dengan mempertahankan volume intravaskular lebih lama dan memperbaiki oksigenasi jaringan.13

Tabel 1.Perbandingan beberapa koloid 17

Sifat koloid Volume eks-

pansi inisial

Lama efek volume (jam)

Reaksi simpang pada koagulasi

Reaksi alergi Efek samping lain 3% Gelatin MW 35.000 60-80 3-4 +/- ++ 10% Dextran40 MW 40.000 170-180 4-6 ++ + Gagal ginjal 6%Dextran70 MW 70.000 100-140 6-8 ++ + 56% HES MW 200,000 100-140 6-8 + +/- 6% HES MW 400,000 80-100 12-24 ++ +

Prognosis bergantung pada berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan syok. Pada sebagian besar kasus SSD, cairan kristaloid isotonik cukup efektif, terutama kasus syok kompensasi.17, 21,24

Simpulan

Prinsip pemberian cairan untuk DBD adalah penggantian volume plasma. Pada DBD terjadi peningkatan permeabilitas kapiler yang membutuhkan pemberian cairan kristaloid sejumlah cairan dehidrasi sedang (rumatan ditambah 5-8%).

Pilihan cairan resusitasi inisial untuk anak adalah kristaloid isotonis. Pada pasien SSD dapat terjadi asidosis dan gangguan elektrolit yang harus dikoreksi. Pemberian cairan resusitasi secara agresif memberikan prognosis yang baik. Berdasarkan penelitian berbasis ilmiah belum ada bukti bahwa pemberian koloid lebih unggul dari pada kristaloid untuk resusitasi inisial pada anak.

Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak lXIII

Daftar pustaka

1. Rigau-Perez JG, Clark GC, Gubler DJ, Reiter P, Sanders EJ, Vorndam AV. Dengue and dengue heamorrhagic fever. Lancet. 1998;352:971–7.

2. Karyanti MR, Hadinegoro SR. Perubahan epidemiologi demam berdarah dengue di Indonesia. Sari Pediatri. 2009;10:424-32.

3. Subdirektorat Pengendalian Arbovirus. Informasi umum demam berdarah dengue. Jakarta: Dit PPBB Ditjen PP dan PL KemKes RI; 2011.

4. Halstead SB. Epidemiology of dengue and dengue haemorrhagic fever. Dalam: Gubler DJ and Kuno G, penyunting. Dengue and dengue haemorrhagic fever. Ed ke-1. Wallingford: CAB International; 1997. h. 23-44.

5. Halstead SB. Antibody, Macrophages, Dengue Virus Infection, Shock and Hemorrhage: A Pathogenetic Cascade. Rev of Infect Dis. 1989;11: 830-9. 6. Rigau-Perez JG, Clark GC, Gubler DJ, Reiter P, Sanders EJ, Vorndam AV. Dengue

and dengue haemorrhagic fever. Lancet. 1998;352:971-7.

7. Simmons CP, Farrar JJ, Chau NVV, Wills B. Dengue. N Eng J Med. 2012;366:1423-32. 8. Greenbaum LA. Pathophysiology of Body Fluid and Fluid Therapy. Dalam:

Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Ed ke-18. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007. h. 267-74. 9. Lee YR, Liu MT, Lei Hy, Wu JM, Tung YC, dkk. MCP-1, a highly expressed

chemokine in dengue haemorraghic fever/dengue shock syndrome patients may cause permeability change, possibly through reduced tight junctions of vascular endothelium cells. J Gen Virol. 2006;87:3623-30.

10. Bethell DB, Flobbe K, Phuong CXT, Day NPJ, Phuong PT, Buurman WA. Pathophysiologic and prognostic role of cytokines in dengue hemorrhagic fever. JID. 1998;177:778-82.

11. McBride WJH, Bielefeldt-Ohmann H. Dengue viral infections; pathogenesis and epidemiology. Microbes and Infection. 2000;1041-50.

12. Sanches EN, Despres P, Cedillo-Baroon L. Innate Immune Response to dengue virus. Arch Med Res. 2005;36:425-35.

13. Wills BA, Oragui EE, Dung NM, dkk. Size and charge characteristics of the protein leak in dengue shock syndrome. J Infect Dis. 2004;190:810-8.

14. Gamble J, Bethell D, Day NPJ, Loc PP, Phu NH, Gartsides IB, dkk. Age-related changes in microvascular permeability : a significant factor in the susceptibility of children to shock? Clin Science. 2000;98:211-6.

15. WHO. Dengue guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control. New Edition. Geneva: WHO Press; 2009.

16. WHO 2011. Comprehensive guidelines for prevention and control of dengue and dengue haemorrhagic Fever. New Delhi: Mahatma Ghandi Marg; 2011. 17. Griffel MI, Kaufman BS. Pharmacology of colloids and crystalloids. Critical Care

Clinics. 1992;8:235-53.

18. WHO Dengue Haemorrhagic Fever: Diagnosis, Treatment, Control. World Health Organization, Geneva, Second edition; 1997.

19. Imm A, Carlson RW. Fluid resuscitation in circulatory shock. Critical Care Clinics 1993;9:313-33.

Pemilihan Terapi Cairan untuk Demam Berdarah Dengue

20. Schierhout G, Roberts I. Fluid resuscitation with colloid or crystalloid solutions in critically ill patients: a systematic review of randomised trials. Brit. Med J. 1998;316:961-4.

21. Choi P, Yip G, Quinonez LG, Cook DJ. Crystalloids vs. colloids in fluid resuscitation: a systematic review. Crit Care Med.1999;27:200-10.

22. Soni A, Chugh K, Sachdev A, Gupta D. Management of dengue fever in ICU. Indian Journal of Pediatrics. 2001;68:1051-5.

23. Ranjit S, Kissoon N. Dengue hemorrhagic fever and shock syndromes. Pediatr Crit Care Med. 2011;12:90-100.

24. Haupt MT, Kaufman BS, Carlson RW. Fluid resuscitation in patients with increased vascular permeability. Critical Care Clinics 1992;8:341-53.

25. Moxon C, Wills B. Management of severe dengue in children. Hot topics in infection and immunity in children IV. 2008;10:131-44.

26. Sumpelmann R, Witt L, Brutt M, Osterkorn D, Koppert W, Osthaus WA. Changes in acid-base, electrolyte and hemoglobin concentrations during infusion of hydroxyethyl starch 130/0.42/6 : 1 in normal saline or in balanced electrolyte solution in children. Pediatric Anesthesia. 2010;20:100-4.

27. Depkes RI. Pedoman tatalaksana klinis infeksi dengue di sarana pelayanan kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2005.

28. Ngo N, Cao X, Kneen R, dkk. Acute management of dengue shock syndrome: a randomized double-blind comparison of 4 intravenous fluid regimens in the first hour. Clin Infect Dis. 2001;32:204-13.

29. Wills Ba, Dung MN, Loan HT, Tam DT, Thuy TT, dkk. Comparison of three fluid solutions for resuscitation in dengue shock syndrome. N Engl J Med. 2005;353:877-89.

30. Smart K, Safitri I. Evidence behind the WHO guidelines: hospital care for children: what treatments are effective for the management of shock in severe dengue?. J Trop Paed. 2009;55:145-7.

31. Premaratna R, Liyanaarachchi E, Weerasinghe M, de Silva HJ. Should colloid boluses be prioritized over crystalloid boluses for the management of dengue shock syndrome in the presence of ascites and pleural effusions?. BMC Infectious Diseases. 2011;11:1-6.

32. Boluyt N, Bollen CW, Bos AP, Kok JH, Offringa M. Fluid resuscitation in neonatal and pediatric hypovolemic shock: a Dutch pediatric society evidence-based clinical practice guideline. Intensive Care Med. 2006;32:995-1003.

33. Akech S, Ledermann H, Maitland K. Choice of fluids for resuscitation in children with severe infection and shock: systematic review. Brit Med J. 2010;341:1-8. 34. Ranjit S, Kissoon N, Jayakumar I. Aggressive management of dengue shock

syndrome may decrease mortality rate: a suggested protocol. Pediatr Crit Med. 2005;6:490-2.

35. Khilnani P. The need for more evidence in the treatment of dengue hemorrhagic fever and shock syndromes. Pediatr Crit Care Med. 2011;12:116-7.

36. Kalayanarooj S. Choice of colloidal solutions in dengue hemorrhagic fever patients. J Med Assoc Thai. 2008;91:97-103.

Dalam dokumen Departemen Ilmu Kesehatan Anak - FKUI (Halaman 61-65)