• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. PENDAHULUAN

2.5 Oksidasi dan Antioksidan

2.5.2 Antioksidan dan enzim antioksidan

Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam (Suhartono 2002). Berdasarkan sumber perolehannya ada 2 macam antioksidan, yaitu antioksidan alami dan antioksidan buatan/sintetik (Dalimartha dan Soedibyo 1999). Antioksidan adalah senyawa-senyawa yang mampu menghilangkan, membersihkan, menahan pembentukan maupun memadukan efek spesies oksigen reaktif (Lautan 1997).

Molekul - molekul antioksidan di dalam tubuh bertugas untuk melindungi sel- sel tubuh dan komponen tubuh lainnya dari radikal bebas, baik yang berasal dari metabolisme tubuh maupun yang berasal dari lingkungan. Antioksidan juga diduga dapat mencegah terjadinya kanker karena kemampuannya dalam menangkal radikal bebas yang merupakan salah satu penyebab kanker (Kumar dan Kumar 2009). Penggunaan senyawa antioksidan juga anti radikal saat ini semakin meluas seiring dengan semakin besarnya pemahaman masyarakat tentang peranannya dalam

 

menghambat penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, arterosklerosis, kanker, serta gejala penuaan (Tahir et al. 2003).

Berdasarkan reaksinya dengan radikal bebas atau oksidan dalam sistem pertahanan tubuh, antioksidan dikelompokkan menjadi antioksidan primer, antioksidan sekunder, dan antioksidan tersier. Antioksidan primer bekerja dengan memutus rantai reaksi menjadi senyawa nonradikal atau radikal yang lebih stabil. Antioksidan jenis ini dapat menetralisasi radikal bebas dengan menyumbangkan salah satu elektronnya. Antioksidan yang termasuk dalam kelompok ini adalah tokoferol dan asam askorbat (Christyaningsih et al.2003). Antioksidan sekunder bekerja dengan cara mencegah tahapan inisiasi dalam reaksi berantai radikal bebas. Antioksidan yang tergolong dalam kelompok ini adalah superoksida dismutase dan glutation peroksidase. Antioksidan tersier merupakan antioksidan yang bertugas untuk memperbaiki molekul-molekul yang telah mengalami kerusakan akibat radikal bebas. Antioksidan tersier juga berperan dalam membuang berbagai molekul yang telah rusak akibat teroksidasi sebelum molekul-molekul tersebut terakumulasi dalam tubuh dan mengganggu berbagai proses di dalam sel tubuh (Tandon etal. 2005).

Berdasarkan sumbernya, antioksidan dalam tubuh manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu antioksidan endogen dan antioksidan eksogen. Antioksidan eksogen adalah senyawa-senyawa yang memiliki daya antioksidan yang berasal dari luar tubuh, contohnya adalah vitamin A, asam askorbat, tokoferol, dan beberapa polifenol. Senyawa-senyawa ini dapat diperoleh dari tanaman khususnya komponen karotenoid dan vitamin E yang terdapat pada minyak sawit mentah Antioksidan endogen merupakan antioksidan yang dihasilkan oleh tubuh, berupa enzim yang dapat mengubah radikal bebas menjadi radikal bebas lain atau senyawa lainnya yang lebih tidak berbahaya bagi tubuh. Beberapa contoh enzim antioksidan endogen adalah superoksida dismutase, katalase, dan glutation peroksidase (Ming et al. 2009).

Antioksidan yang dikonsumsi dapat menghambat atau memperlambat pembentukan radikal bebas dan singlet oksigen pada tahap awal pembentukannya (initiaton step) serta dapat memutuskan rantai reaksi radikal pada tahap propagasi (propagation step) sewaktu terjadi oksidasi lipid. Antioksidan yang dikonsumsi dapat

aktif secara biologis dengan mekanisme yang berbeda, yaitu (a) bertindak sebagai pendonor hidrogen, (b) pengikat atau chelator ion-ion metal atau sebagai penginaktivasi singlet oksigen. Singlet oksigen bukanlah radikal bebas melainkan elektron yang berada dalam keadaan tereksitasi sehingga dapat bereaksi secara dekstruktif dengan biomolekul yang mengandung ikatan rangkap. Karotenoid adalah senyawa yang mampu menginaktivasi singlet oksigen dengan cara physical quenching yaitu suatu proses dimana singlet oksigen dikembalikan kedalam keadaan semula (groundstate) tanpa membutuhkan oksigen pembentukan produk baru (Barnes dan Darley-Usmar 2001).

Secara umum dapat dijelaskan bahwa minyak sawit mentah yang kaya akan komponen bioaktif karotenoid dan tokoferol serta tokotrienol dapat berfungsi sebagai antioksidan, baik sebagai antioksidan eksogen yang bekerja langsung didalam tubuh atau sebagai komponen yang diperlukan untuk menjaga keberadaan antioksidan endogen didalam tubuh. Kemampuan suatu senyawa dalam bertindak sebagai antioksidan dapat ditentukan dengan melihat potensial reduksi standar 1 elektronnya. Untuk dapat bekerja sebagai antioksidan, maka senyawa tersebut harus memiliki potensial reduksi standar yang lebih rendah dibandingkan dengan radikal bebas. Potensial reduksi standar senyawa beta karoten sebesar 1060 mV atau lebih tinggi dibandingkan dengan radikal bebas yang ada. Oleh sebab itu, beta karoten bereaksi dengan radikal bebas melalui mekanisme lain, yaitu dengan cara inaktivasi singlet oksigen (Liebler 1993).

Enzim antioksidan adalah sebuah mekanisme enzimatis didalam tubuh yang dapat membantu menghancurkan radikal bebas sebelum mereka menyebabkan kerusakan selular. Dalam kondisi normal, secara alamiah enzim antioksidan dapat mengatasi radikal bebas yang dihasilkan oleh proses metabolisme tubuh. Ada beberapa macam enzim antioksidan didalam tubuh, diantaranya superoksida dismutase dan katalase.

Superoksida Dismutase

Superoksida dismutase merupakan salah satu enzim antioksidan yang dihasilkan oleh tubuh. Superoksida dismutase merupakan enzim antioksidan

 

terbanyak di dalam tubuh, yang sebagian besar dari enzim ini terletak di organ hati. Enzim ini termasuk dalam golongan metaloenzim. Berdasarkan kofaktor dan distribusinya didalam tubuh, enzim superoksida dismutase dibagi menjadi copper, zinc superoxide dismutase (Cu, Zn-SOD) yang terdapat dalam sitoplasma eukariot, manganese superoxide dismutase (Mn-SOD) yang terdapat pada mitokondria organisme aerobik, iron superoxide dismutase (Fe-SOD) yang terdapat pada prokariot dan ekstra selular superoksida dismutase (Ec-SOD) yang banyak ditemukan pada cairan ekstraselular mamalia (Choi et al.1999).

SOD tergolong enzim yang sangat stabil karena tiap subunitnya dihubungkan oleh ikatan non-kovalen dan terangkai olah rantai disulfida. Senyawa sianida dan dietilditiokarbamat dapat menghambat aktivitas dari Cu, Zn-SOD tetapi tidak Mn- SOD dan Fe-SOD. Inaktivasi dari enzim SOD inipun dapat terjadi saat adanya molekul H2O2 dan EDTA (Choi et al.1999).

Aktivitas dari superoksida dismutase dapat diukur dengan menggunakan beberapa cara, diantaranya dengan mengukur daya hambat yang ditimbulkan SOD terhadap reaksi yang bergantung pada radikal superoksida maupun dengan menggunakan metode pulse radiolytic. Tetapi cara yang paling umum digunakan adalah dengan pengukuran daya hambat suatu reaksi yang bergantung pada radikal superoksida, diantaranya adalah metode yang berdasar reduksi sitokrom c oleh xantin oksidase (McCord 1969), metode yang berdasarkan reaksi autooksidasi dari pirogalol (Marklund dan Marklund 1974) dan metode penghambatan reduksi nitroblue tetrazolium oleh enzim xantin oksidase (Sun et al. 1988). Prinsip analisa SOD menggunakan metode penghambatan reduksi nitroblue tetrazolium dapat dilhat pada Gambar 6.

Senyawa NBT akan mendeteksi adanya radikal superoksida yang dihasilkan dari proses penguraian xantin oleh xantin oksidase. Radikal superoksida yang terbentuk akan mereduksi NBT dan membentuk warna formazan, yang dapat dibaca pada panjang gelombang 450 nm. Enzim SOD dalam eritrosit akan dapat menghambat kerja superoksida dalam mereduksi NBT dengan cara mengubah radikal superoksida menjadi hidrogen peroksida (H2O2) dan oksigen (O2). Satu unit SOD

didefinisikan sebagai jumlah enzim yang dibutuhkan untuk menghambat 50% dismutasi dari radikal superoksida (Sun et al 1988).

Gambar 6 Mekanisme reaksi analisa superoksida dismutase (Sun et al. 1988).

Katalase

Katalase adalah suatu protein heme. Enzim ini terdiri atas empat subunit yang identik, masing-masing mengandung suatu gugus heme Fe (III) – protoporfirin yang terikat pada sisi aktifnya (Deshpande et al. 1996). Enzim katalase yang terlokalisasi pada manusia dalam peroksisom dan hematis. Katalase yang terlokalisasi pada manusia dalam peroksisom dan hematis. Katalase mendegradasi air teroksigenasi menjadi air (H2O2 menjadi H2O dan ½ O2).

2 H2O2Æ H2O +O2

Pada manusia, enzim ini ditemukan didalam darah, ginjal, limfa, pancreas, otak, jantung, paru-paru, adipose, kelenjar adrenal dan konsentrasi tertinggi terdapat pada hati, yaitu ± 1400 U/mg protein (Halliwell 1999). Pada organ dan jaringan katalase ditemukan pada periksosom, mitokondria dan reticulum endoplasma.

Nitroblue tetrazolium Warna Formazan

 

Aktivitas enzim katalase meningkat dengan meningkatnya akumulasi H2O2(Green 1985).

Salah satu metode yang digunakan dalam penentuan aktivitas katalase adalah metode kalorimetri yang dikembangkan oleh Sinha (1972). Metode ini menggunakan zat warna kalium bikromat dalam suasana asam asetat glasial sebagai indikator. Ion tersebut dapat direduksi menjadi kromat oleh senyawa H2O2Perubahan warna yang muncul dibaca secara spektrofotometri pada panjang gelombang 570 nm. Satu unit aktivitas katalase adalah banyaknya H2O2yang dipakai oleh katalase per menit.

Sel Darah Merah (Eritrosit)

Eritrosit adalah suatu sel yang berisi hemoglobin dan membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh disebut juga sel darah merah (red blood cell). Warna kemerah-merahan disebabkan adanya kandungan hemoglobin. Bentuk sel darah merah adalah biconcave discoid dengan diameter 7 μm dan ketebalan 1-3 μm. Eritrosit terdapat sekitar 45% volume darah, dengan jumlah yang dapat bervariasi tergantung faktor kesehatan dan ketinggian. Orang yang tinggal di tempat 18.000 kaki diatas permukaan laut bisa memiliki sel darah merah 8,3 x 106/mm3 (Weiss 1975).

Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 μm dan ketebalan 2

μm, lebih kecil daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada tubuh manusia. Eritrosit normal memiliki volume sekitar 9 femtoliter. Sekitar sepertiga dari volume diisi oleh hemoglobin, total dari 270 juta molekul hemoglobin, dimana setiap molekul membawa 4 gugus heme (Hilman et al. 2005). Dalam rangka mengikat oksigen, besi yang terdapat pada heme yang mengisi separuh jumlah hemoglobin harus dijaga dalam bentuk tereduksi disamping sebagai agen oksidasi endogen dan eksogen.

Pembentukan sel darah merah atau eritropoisis terjadi di dalam sum-sum tulang belakang oleh aktivitas stem sel atau hemocytoblast. Sel-sel yang belum dewasa dengan ukuran 20-23 μm membelah secara mitosis dan mengalami beberapa transformasi sebelum menjadi eritrosit. Pada awalnya stem sel menghasilkan rubriblast yang berbentuk bulat dengan inti di tengah sitoplasma yang buram. Melalui tahapan pengembangan seperti prorubricyte, rubrycyte, metarubricyte hingga reticulocyte, inti dan sel eritrosit menjadi lebih kecil. Reticulocyte adalah prekursor

eritrosit yang tediri atas satu inti dan organela seperti mitokondria, aparatus golgi, ribosom dan retikulum endoplasma. Selanjutnya sel-sel ini membentuk dua polipeptida yaitu α- dan β-globin, dan protoporpirin dengan Fe dari hemoglobin. Setelah menyintesis hemoglobin, reticulocyte memulai proses diferensiasi dimana meraka kehilangan inti dan organelnya, sehingga pada saat sel darah merah dewasa muncul di aliran darah, sel tersebut tidak memiliki inti sel dan kemampuan metabolitnya terbatas (Williams 1987, Koolman & Rohm 2000).

Eritrosit yang bersirkulasi di dalam pembuluh darah mempunyai waktu hidup ±120 hari. Eritrosit tua akan dihancurkan oleh sistem retikulum endoplasma atau dimakan oleh makrofag ketika memasuki limpa. Sebagian besar zat besi yang terdapat dalam hemoglobin akan dipakai ulang, sedangkan heme yang tersisa akan didegradasi menjadi pigmen empedu yang disekresikan oleh hati (Williams 1987, Koolman and Rohm 2000). Eritrosit tidak memiliki ribosom dan mitokondria sehingga tidak dapat menyintesis protein sendiri. Sebanyak 95% penyusun eritrosit adalah hemoglobin dan 5% adalah enzim-enzim yang berasal dari hati. Sistem enzim antioksidan pada eritrosit berfungsi melindungi dirinya dari kerusakan oksidatif dan hemolisis. Selain itu pada membrane sel eritrosit terdapat pula vitamin E yang berfungsi sebagai penangkal radikal bebas (Zhu et al. 2002).

Eritrosit mudah mengalami oksidasi disebabkan oleh kandungan asam lemak tak jenuh yang tinggi. Senyawa oksigen reaktif yang terdapat pada plasma, sitosol, dan membrane sel dapat bereaksi dengan membrane eritrosit. Hal tersebut memengaruhi integritas membran dan menyebabkan terjadinya oksidasi lipid dan protein, yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya hemolisis (Delmas-Beauvieux et al. 1995). Kerusakan oksidatif pada eritrosit dapat dicegah oleh sistem enzim anioksidan seperti superoksida dismutase, katalase, dan glutation peroksidase yang terdapat pada eritrosit. Selain itu tersedianya vitamin E dan dan senyawa antioksidan lainnya di dalam plasma mengurangi terjadinya kerusakan oksidatif pada eritrosit (Kelleyet al. 1999).

  3. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan bulan April 2012, dengan urutan rencana kegiatan dapat dilihat pada Lampiran 1. Kegiatan pengambilan darah tahap awal dilaksanakan pada bulan Mei bertempat di puskesmas desa Dramaga dan Babakan, yang diikuti dengan tahapan intervensi selama 2 bulan. Setelah 60 hari masa intervensi dilakukan pengambilan darah tahap akhir kepada 22 responden wanita usia produktif. Kegiatan analisa darah dilakukan di Laboratotium Biokimia Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian dan Laboratorium Mikrobiologi Medik Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kuesioner (kuesioner 1 sampai kuesioner 5) selama proses intervensi, produk olahan minyak sawit mentah berlabel SAWIT-A tumis, tabung darah yang berisi antikoagulan, sel darah merah, hidrogen peroksida 30%, kalium dikromat, asam asetat glacial, buffer fosfat pH 7, pirogalol, aqua bidestilata, enzim superoksida dismutase, enzim xanthine oxidase, nitroblue tetrazolium, xanthine, EDTA, Tris-HCl pH 8 dan lain-lain.

Sedangkan alat yang digunakan adalah peralatan dokumentasi selama proses intervensi (kamera, video dan alat perekam suara), alat tulis menulis selama intervensi, box untuk mengangkut darah, sentrifugator, vortex, tabung centrifuge, freezer, spektrofotometer double beam, penangas air, inkubator, lempeng ELISA mikro, ELISA reader, mikropipet dan lain-lain.

3.3Tahapan Penelitian

Kegiatan penelitian ini merupakan bagian kecil dari Program Coorporate Social Responsibility Agribusiness and Food PT. SMART, Tbk bekerjasama dengan

Fakultas Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor yang diberi nama PROGRAM SAWITA.

Secara garis besar kegiatan penelitian meliputi penentuan lokasi penelitian, perancangan kuisioner, penjajakan responden (wawancara dan pengisan kuesioner 1), penentuan responden tetap, penentuan responden yang diambil darah, penandatanganan inform consent, pengambilan darah tahap awal, pembagian dan intervensi produk olahan minyak sawit mentah, pengambilan darah tahap akhir, analisa tingkat penerimaan konsumen terhadap produk dan analisa darah. Diagram alir proses penelitian dapat dilihat pada Gambar 7.

3.3.1 Penentuan Lokasi Intervensi

Lokasi intervensi untuk kegiatan penelitian Program SAWIT-A mencakup sepuluh (10) desa di kecamatan Dramaga, namun berdasarkan pertimbangan kemudahan pengawasan dan pemantauan untuk penelitian ini hanya dilakukan di dua (2) Desa, yaitu desa Dramaga dan desa Babakan.

3.3.2 Perancangan Kuesioner

Kuesioner yang digunakan sebagai media wawancara dirancang dan dibuat oleh panitia Program SAWIT-A dengan melibatkan peneliti dalam penyusunan konsep dan isi kuesioner.Kuesioner yang digunakan sebanyak 5 kuesioner selama penelitian berlangsung sejak awal pemilihan atau penjajakan responden, satu minggu setelah penggunaan produk, dua minggu setelah penggunaan produk, satu bulan setelah penggunaan produk dan diakhir penggunaan produk. Kuesioner untuk responden ibu dan anak usia 0 sampai dengan 12 tahun berbeda dengan untuk laki- laki dewasa, wanita dewasa dan manula. Kuesioner yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 2, 3, 4,5 dan 6.

 

Gambar 7 Skema kerja penelitian Penjajakan Calon Responden

Penentuan Lokasi Intervensi

dan Perancangan Kuisioner - Babakan

Wawancara dan Pengisian Kuisioner 1

Penentuan Responden (78 Responden)

Bersedia diambil darah YA

TIDAK

Pengambilan Darah Tahap Awal untuk 22 Responden Wanita usia

Pembagian Produk Olahan Minyak Sawit Mentah (MSMn) dan Intervensi selama 60 hari 

Pengambilan Darah Tahap Akhir untuk 22 Responden Wanita usia produktif

Analisa Tingkat Penerimaan Konsumen

Analisa Darah ; Analisa Protein, Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase danKatalase

3.3.3 Penjajakan Calon Responden

Penjajakan calon responden dilakukan dengan mengunjungi secara langsung keluarga calon responden secara door to door yang dimediasi oleh aparatur desa dan kaderposyandu. Dasar utama penentuan calon responden adalah merupakan keluarga prasejahtera. Dasar penunjang yang digunakan dalam pemilihan responden adalah karakteristik responden yaiu jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir dan pekerjaan yang tertuang pada kuesioner 1, status kesehatan responden (wawancara), kebiasaan makan dan penggunaan minyak responden (wawancara), serta pengetahuan terhadap vitamin A dan produk minyak sawit mentah. Responden dipilih dari alamat yang bervariasi untuk tujuan keanekaragaman dan sebaran responden yang merata serta menunjukkan adanya perbedaan dengan beberapa peneliti lainnya. Lampiran alamat setiap responden dapat dilihat pada Lampiran 7 .

3.3.4 Penentuan Responden

Berdasarkan hasil wawancara langsung dan pengisian kuesioner pertama yang dilakukan pada tahapan penjajakan diperoleh sebanyak 78 responden yang berasal dari 32 keluarga di desa Dramaga (RT 01/RW 01, RT 03/RW01, RT 01/ RW 03 dn RT 02/RW 03) dan Babakan (RT 01/RW 02 dan RT 02/RW 06).Dari sejumlah total responden tersebut dilakukan pengambilan darah terhadap 22 orang wanita usia produktif dengan kisaran usia mulai dari 28 tahun sampai dengan 43 tahun.

Bagi responden dan responden analisa darah, setelah dimintai persetujuan secara langsung mengenai kesediaan pengambilan darah, kemudian menandatangani Inform Consent pengambilan darah.Penggunaan 22 responden ini berdasarkan survei bahwa ibu-ibu pada usia produktif tersebut tidak mendapatkan asupan vitaminA sintetik dari pemerintah serta tidak menggunakan produk suplemen lainnya minimal 3 bulan sebelum ditetapkan sebagai responden yang akan diambil darah. Format inform consent responden dan responden analisa darah dapat dilihat pada Lampiran 8a dan 8b.

  3.3.5 Pengambilan Darah Tahap Awal dan Akhir

Tahapan pengambilan darah bertujuan membuktikan secara ilmiah bahwa konsumsi produk minyak sawit mentah ini memberikan pengaruh yang signifikan terhadap status kesehatan responden serta untuk mengetahui kondisi sebenarnya dari status gizi responden.

Pengambilan darah dilakukan terhadap 22 responden analisa darah pada saat sebelum dan sesudah menggunakan minyak sawit mentah (MSMn).Pengambilan darah dilakukan oleh perawat yang bersertifikat dari rumah sakit atau klinik yang telah distandarisasi.Pengambilan darah dilakukan di dua tempat, yaitu di desa Dramaga dan desa Babakan bertempat dirumah Kader Desa.Darah diambil menggunakan tabung vacuntainer berisi EDTA (antikoagulan) dan langsung dibawa ke Laboratorium untuk dipisahkan menjadi 3 bagian, yaitu plasma, limfosit dan eritrosit.Kemudian sampel darah dialiquot dan disimpan pada freezer suhu -20oC sampai siap dianalisa. Proses pengambilan darah dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Proses pengambilan darah responden oleh perawat terlatih

3.3.6 Pembagian Produk Olahan Minyak Sawit Mentah(MSMn)dan Intervensi Pembagian produk minyak sawit mentah (MSMn) dilakukan sehari setelah proses pengambilan darah dilakukan. Pembagian produk awal dilakukan secara serentak untuk kedua desa. Pada saat pembagian produk olahan ini dilakukan kegiatan pertemuan masal seluruh responden dan pengarahan tentang tata cara penggunaan produk, manfaat pentingnya konsumsi MSMn serta bahan pangan yang memberikan efek terhadap kesehatan. Produk MSMn yang diberikan kepada

responden sebanyak 1 botol (kemasan 140 ml) per keluarga per minggu, dengan asumsi 1 botol tersebut dapat digunakan untuk 1 keluarga dengan anggota keluarga maksimal 10 orang. Penggunaan produk MSMn yang dianjurkan apat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Anjuran penggunaan produk minyak sawit mentah

No Volume Minyak Sawit Mentah (MSMn) Cara Penggunaan

1 1 sendok makan (6 ml) Digunakan sebagai minyak tumis, untuk porsi makan seluruh keluarga dalam sehari.

2 1 sendok teh (4 ml) Digunakan untuk menumis makanan per porsi satu kali makan

3 1-2 kecrotan (± 4 ml) Digunakan untuk makanan siap santap 1 porsi untuk 1 orang per satu kali makan

3.3.7 Monitoring dan Evaluasi

Selama proses intervensi berlangsung, dilakukan kegiatan pemantauan dan evaluasi penggunaan produk dengan cara sosialisasi, diskusi serta kunjungan secara rutin setiap minggu ke rumah responden. Peneliti melakukan pemantauan dan penambahan produk bagi responden yang stok produk MSMn mulai berkurang atau habis. Dalam kegiatan ini dilakukan pula kegiatan sosialisasi penggunaan minyak sawit mentah pada pertemuan masal seluruh responden dan peneliti sebelum intervensi, sebulan setelah intervensi, dan 2 bulan setelah intervensi yang bertempat di balai desa atau majelis taklim desa setempat. Kegiatan lain yang dilakukan adalah penyuluhan singkat mengenai minyak sawit mentah yang berupa manfaat dan cara penggunaan MSMn, demo masak bahan pangan non beras dan non terigu yang ditambahkan MSMn dan pembagian brosur serta komik yang berisi cara penggunaan minyak sawit mentah. Brosur dan komik yang digunakan selama intervensi dapat dilihat pada Lampiran 9 dan Lampiran 10. Kegiatan intervensi beserta kegiatan monitoring, diskusi dan sosialisasi dapat dilihat pada Gambar 9.

 

Gambar 9 Kegiatan intervensi dan sosialisasi di desa dramaga dan babakan

3.3.8 Analisa Tingkat Penerimaan Konsumen Terhadap Produk

Analisa penerimaan konsumen bertujuan mengetahui respon dari responden terhadap produk olahan MSMn yang dibagikan. Analisa tingkat penerimaan konsumen ditunjang berdasarkan isi kuesioner yang diedarkan sejak awal sampai akhir penelitian/program.Respon konsumen yang ingin diketahui meliputi respon awal terhadap produk, respon setelah penggunaan produk selama beberapa hari (berkaitan dengan bau, rasa dan aroma), respon terhadap kemasan produk dan respon konsumen sampai akhir penggunaan produk.

3.3.9 Analisa Darah

Analisa darah dilakukan setelah kegiatan atau program intervensi berlangsung. Komponen darah yang dianalisa adalah eritrosit, parameter yang dianalisa adalah aktivitas enzim superoksida dismutase dan aktivitas enzim katalase.Analisa kadar protein dilakukan untuk menghitung aktivitas spesifik dari enzim katalase menggunakan metode Bradford. Enzim superoksida dismutase dianalisa menggunakan metode reduksi warna nitro blue tetrazolium dalam skala mikro (microassay) dengan sedikit modifikasi. Sedangkan untuk enzim katalase menggunakan metode Sinha (1978) dengan modifikasi.

- Pemisahan Darah dan Isolasi Eritrosit

Darah yang diperoleh dari pembuluh vena responden analisa darah dimasukkan kedalam tabung vacuntainer steril yang berisi zat antikoagulan Ethylene

Diamine Tetra Acid (EDTA). Kemudian dilakukan pemisahan komponen darah

menggunakan sentrifugator pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Setelah sentrifugasi maka komponen darah tersebut akan terpisah menjadi 3 bagian, yaitu cairan bening kekuningan pada bagian atas yang disebut plasma, lapisan kedua berupa lapisan tipis yang disebut buffycoat dan lapisan paling dasar berwarna merah adalah sel darah merah/eritrosit. Dipisahkan masing-masing komponen dan dibuat aliquot, selanjutnya disimpan pada freezer suhu -20oC sampai waktu akan digunakan. - Analisa Kadar Protein Eritrosit (Bradford 1976)

Pembuatan Reagen Bradford

Reagen Bradford dibuat dengan mereaksikan sebanyak 100 mg coomasie blue G-250 dalam 50 ml etanol 95% bersama 100 ml asam fosfat 85% dan diencerkan dengan aquadest sampai volume 1 Liter. Larutan disaring menggunakan kertas saring Wathman Nomor 1 dan disimpan pada botol gelap pada suhu ruang.

Pembuatan Protein Standar (BSA)

Sebanyak 0.01 gram Bovine Serum Albumine(BSA) dilarutkan ddalam 10 ml aquades sehingga diperoleh BSA dengan konsentrasi 1000 ppm. Dijadikan larutan stok dan disimpan pada suhu -20oC sebelum digunakan. Larutan stok

Dokumen terkait