• Tidak ada hasil yang ditemukan

Apa Kata Alkitab mengenai Cinta dan Persahabatan

Bab V Pembahasan Tiap Bab Buku Siswa

C. Apa Kata Alkitab mengenai Cinta dan Persahabatan

Alkitab tidak membahas secara khusus mengenai berpacaran. Namun Alkitab membahas mengenai cinta dan persahabatan. Di dalam pacaran ada cinta dan persahabatan. Mengenai persahabatan, Alkitab memberikan banyak petunjuk bagi orang Kristen. Misalny, Kitab Amsal 17:17 yang mengatakan: “seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu”. Kitab Amsal 27:10a mengatakan: “jangan kau tinggalkan temanmu “, bahkan dikatakan kata-kata yang keras dari seorang sahabat yang diucapkan dengan ketulusan hati akan membawa kita kembali ke jalan yang benar (Am. 27:9). Beberapa bagian Alkitab yang dikutip ini membuktikan bahwa Tuhan memberkati persahabatan dan menolong kita untuk mengembangkan persahabatan. Bahkan dalam hubungan persahabatan yang lebih khusus bahwa sahabat menaruh kasih setiap waktu.

Selanjutnya, dikatakan bahwa tiap orang hendaknya berhati-hati dalam memberikan/menyampaikan kasih sayang, karena hati kita mempengaruhi segala sesuatu dalam hidup kita. Kitab Amsal 4:23 mengatakan: “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” Artinya, dalam membangun hubungan pacaran, hendaknya manusia menggunakan hati nurani sebagai panduan sehingga tidak melakukan penyimpangan yang akan membawa pada penyesalan. Surat 1 Korintus 15:33 mengatakan bahwa pergaulan yang buruk akan merusak kebiasaan yang baik. Jadi, jika salah memilih teman, sahabat ataupun pacar, maka seseorang yang tadinya baik akan menjadi buruk karena teman, sahabat, pacar yang buruk cenderung mempengaruhi kita menjadi buruk.

Alkitab menulis tentang cinta-kasih yang tidak egosentris atau mementingkan diri sendiri, melainkan cinta kasih yang bersifat “memberi” kepada orang lain ketimbang “menerima”. Ada beberapa kata dalam bahasa Yunani yang diterjemahkan menjadi “cinta” atau “kasih” dalam Alkitab Perjanjian Baru:

Agape: cinta ilahi yang tidak menuntut balas. Seperti cinta Tuhan pada umat-Nya, tanpa syarat apapun. Cinta ini merupakan cinta kasih yang murni dan utuh serta melahirkan rasa nyaman dan kebahagiaan.

Philia: cinta kasih persahabatan antara dua orang teman. Saling memberi dan menerima, saling mengisi dan melengkapi.

Storge: cinta kasih antara orangtua dengan anak, antara sesama saudara. Ada sebuah kata lain yang digunakan untuk menjelaskan “cinta” atau “kasih” dalam bahasa Yunani, yang tidak muncul dalam Perjanjian Baru, yaitu Eros: cinta berahi, yaitu cinta yang didasarkan isik, seksual dan hasrat untuk

memenuhi ketertarikan itu dalam sebuah hubungan.

Masing-masing unsur dalam kata agape, philia, eros dan storge menggambarkan cinta yang saling melengkapi. Jika seseorang jatuh cinta, cintanya mengandung unsur eros (ketertarikan isik dan hasrat), philia (persahabatan), agape (cinta tanpa pamrih atau menuntut balas), storge (mencintai seperti ia mencintai saudaranya, kasih yang murni, mau menolong dan mengayomi). Becermin pada kata cinta menurut Alkitab maka ada unsur kasih yang tulus, penghargaan serta saling membarui kehidupan dan menghasilkan sesuatu yang baik. Jadi, jika hubungan pacaran itu membawa pengaruh buruk dan menghasilkan sesuatu yang buruk dan menyimpang, maka hubungan itu bukanlah hubungan yang sehat.

Berdasarkan acuan Alkitab, maka hubungan pacaran hendaknya didasari oleh tiga elemen dasar, yaitu: Unsur komitmen untuk memenuhi tanggung jawab sebagai seorang sahabat (menaruh kasih setia setiap waktu, menghargai, menolong dan membawa ke jalan yang benar). Unsur perhatian dan kepedulian untuk kebaikan serta ketenteraman sahabatnya. Yang terakhir unsur kasih sayang yang tulus.

Ungkapan cinta yang terdalam juga ditemukan dalam Surat Korintus tentang kasih. Bagian Alkitab itu digubah dalam bentuk lagu rohani Bahasa Kasih atau Bahasa Cinta. Kasih atau cinta itu digambarkan sebagai berikut:

• Lemah lembut • Murah hati • Panjang sabar • Memaafkan

• Tidak sombong atau memegahkan diri • Jujur

Cinta kasih itu mencakup seluruh aspek hidup manusia. Jadi, itu bukan sekadar hasrat, berahi, atau perasaan emosional semata. Tetapi cinta kasih itu merupakan ekspresi hidup dalam hubungan antarmanusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral, etika dan religius.

D. Penjelasan Bahan Alkitab

Kejadian 2:18-25

Kisah mengenai penciptaan perempuan dalam Kejadian 2:18-24 menurut Sabda.org.id agaknya berasal dari sebuah tradisi tersendiri. Dalam Kejadian 2:16 Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan, mereka juga diberi perintah dan tanggung jawab. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa Allah memberikan perintah-Nya kepada laki-laki maupun perempuan. Gambaran ini maksudnya mengutarakan kesatuan dan kesejajaran antara perempuan dengan laki-laki (Kej. 2:20). Pandangan ini jugalah yang telah dikemukakan dalam Kejadian 1:27 dengan bentuk lain issya = perempuan; ‘isy = laki-laki. Pasangan kata-kata ini menekankan, bahwa perempuan dan laki-laki seimbang dan diciptakan untuk bersatu dalam perkawinan monogami.

Kata Ibrani basar (daging) sehubungan dengan manusia dan binatang pertama-tama berarti gumpal urat-urat, tetapi kata basar berarti juga seluruh tubuh, malahan seluruh umat manusia dan segala makhluk hidup. Sementara itu, jiwa, nefesy, artinya nyawa, ruah, menjiwai daging.

Kata basar sering juga menunjuk pada kefanaan dan kelemahan manusia, lihat Kejadian 6:3; Mazmur 56:5; Yesaya 40:6; Yeremia 17:5. Roh dan daging saling berlawanan. Menurut Sabda.org.id, Bahasa Ibrani tidak mempunyai kata yang memiliki pengertian tubuh. Dalam Perjanjian Baru kekurangan itu diatasi dengan kata Yunani soma yang dipakai di samping kata sarks (daging). Keduanya menjadi satu daging: ungkapan ini mengambarkan hubungan yang mempersatukan laki-laki dengan perempuan. Allah memberi tugas pada manusia untuk memberi nama pada makhluk-makhluk lainnya, berarti Allah menempatkan manusia di atas makhluk-makhluk itu.

Dalam kisah penciptaan pertama secara konseptual sudah dijelaskan bahwa perempuan dan laki-laki diciptakan setara sebagai gambar Allah (Kej. 1:27). Sementara itu, Kitab Kejadian 2:18-25 menunjuk pada proses penciptaan perempuan untuk memperlihatkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Kesetaraan itu tampak pada:

Pertama, perempuan diciptakan untuk menjadi penolong yang sepadan. Mengapa? Karena tugas manusia untuk mengelola taman Eden bukan untuk dikerjakan sendirian. Semua binatang yang diciptakan Allah sebelum manusia pertama dijadikan, tidak dapat disepadankan dengan dirinya. Karena itu, perempuan diciptakan sebagai “penolong yang sepadan” untuk mendampingi manusia itu dalam menunaikan tugas mulia tersebut. Penolong sering dimengerti sebagai sekadar asisten yang berstatus lebih rendah daripada yang ditolong. Padahal kata yang sama digunakan juga untuk menyatakan bahwa Allah adalah penolong Israel (Ul. 33:26). Oleh karena itu, penolong di sini justru memiliki fungsi komplementer artinya saling melengkapi. Perempuan diciptakan untuk melengkapi laki-laki dan begitupun sebaliknya dengan laki- laki, sehingga keduanya dapat mewujudkan karya pemeliharaan Allah bagi dunia ini.

Kedua, perempuan diciptakan dari rusuk laki-laki. Itu sebabnya manusia itu bisa menyatakan tentang pasangannya, “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku ...” . Ada tekanan kesatuan esensi perempuan dan laki- laki. Kesatuan esensi inilah yang mendorong adanya persatuan suami istri yang melebihi sekadar persatuan tubuh (seks), melainkan juga dalam setiap aspek kehidupan mereka.

Kesetaraan inilah yang harus mendasari pernikahan Kristen. Laki-laki dan perempuan sama derajat di hadapan Allah dan memberi diri dipersatukan agar dapat dipakai Allah untuk menjadi alat anugerah-Nya bagi dunia ini. Persatuan ini harus dipelihara dengan tetap saling memberi diri sebagai wujud saling melengkapi, serta menjaga keterbukaan satu sama lainnya, “keduanya telanjang, ... tetapi mereka tidak merasa malu”).

Mengapa harus ada dua jenis kelamin?

Allah mengatakan: “Tidak baik kalau manusia (laki-laki) itu seorang diri saja”. Artinya manusia baru menjadi lengkap jika ada laki-laki dan perempuan. Kelengkapan itu bukan hanya menyangkut jenis kelamin namun dalam rangka melaksanakan perintah Allah untuk berkarya membangun kehidupan, menjaga, melestarikan alam serta keberlangsungan hidup ciptaan Allah lainnya. Lebih khusus lagi adalah dalam rangka membangun relasi dengan Allah.

1 Korintus 13

Menurut sabda.or.id bagian Alkitab ini sering disebut “madah cinta” dalam memaparkan keagungan cinta kasih, yaitu cinta kepada Allah jang mewujud pula dalam cinta-kasih kepada sesama manusia. Rasul Paulus demikian terharu,

sehingga bahasanya menjelma seperti syair yang indah. Bagian Alkitab terdiri dari tiga bagian.

Dalam bagian pertama (1-3) ditandaskan, bahwa segala keunggulan dan jasa serta kebaikan manusia tidak berharga jika tidak dijiwai oleh cinta kasih. Artinya, semua perbuatan baik yang dilakukan oleh orang beriman harus dimotivasi oleh cinta-kasih.

Dalam bagian kedua (4-7) Paulus menguraikan apa saja yang merupakan indikator kasih: sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak bersukacita karena ketidakadilan, menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Itulah indikator cinta-kasih sejati dan yang sempurna.

Dalam bagian ketiga (8-13) ditulis mengenai nilai mutlak dan abadi dari cinta-kasih. Kehidupan manusia akan menjadi lebih baik dan menyenangkan jika cinta-kasih sejati menjadi lanadasan dalam membangun kehidupan pribadi dan keluarga.

Di balik setiap tindakan yang manusia lakukan, pasti ada motivasi. Tentu saja masing-masing orang bertindak dengan motivasi yang berbeda-beda. Namun, dalam kehidupan Kristen, setiap tindakan orang harus didasari oleh motivasi yang sama, yaitu kasih. Mengapa? Rasul Paulus menjelaskan bahwa dalam kehidupan orang percaya, kasih bukan sekadar identitas atau ciri Kekristenan tetapi jiwa dan jati diri orang Kristen. Dengan demikian, kasih adalah sesuatu yang mutlak ada dalam kehidupan orang Kristen. Penjelasan Rasul Paulus tidak berhenti sampai di situ. Selanjutnya ia mengatakan bahwa semua karunia yang orang Kristen miliki, tidak berarti apa-apa jika tidak didasari oleh kasih. Paulus memberikan suatu pengajaran yang sangat keras kepada orang Kristen karena menyangkut keberadaan mereka sebagai milik Kristus, dan hidup di dalam Kristus.

Penekanan Rasul Paulus tentang kasih sebagai jiwa dan jati diri Kekristenan kepada orang-orang Kristen di Korintus saat itu merupakan salah satu bentuk ungkapan yang memprihatinkan dirinya. Jemaat Korintus yang merasa dirinya memiliki karunia dari Tuhan, menjadi sombong dan mulai menganggap bahwa diri mereka lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan jemaat yang tidak memiliki karunia tersebut. Karena itu Paulus menegaskan bahwa kepandaian berbicara, bernubuat, memiliki hikmat dan pengetahuan manusia jika tidak disertai kasih hanya akan menciptakan kegaduhan, dan membuat dirinya tidak

berharga (1 Kor. 13: 1-3). Penekanan Paulus ini memberikan pelajaran penting untuk kita, orang-orang Kristen masa kini, yaitu bahwa kita adalah orang yang dihidupkan oleh Kristus dan bagi Kristus. Karena itu kitalah orang-orang yang akan memiliki dan menyatakan kasih Kristus itu dalam segala aspek kehidupan kita.

Yang Terutama adalah Kasih

Kasih bukan saja salah satu ciri khas orang Kristen, tetapi jiwa dan jati diri Kekristenan. Kasih merupakan sesuatu yang mutlak dalam kehidupan orang percaya. Rasul Paulus menegaskan bahwa karunia yang paling utama yang harus dipraktikkan oleh setiap warga gereja untuk membangun tubuh Kristus adalah kasih (1 Kor. 12:31). Karunia sehebat apa pun akan menjadi sia-sia dan tidak berguna bagi orang lain, juga bagi diri sendiri, bila tidak dilakukan dalam kasih. Kasih berkaitan erat dan terwujud dalam beberapa sifat yang mencerminkan sifat Kristus sendiri, yaitu sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan bagi diri sendiri. Orang yang hanya mementingkan diri sendiri, tidak memiliki kasih. Yang abadi adalah kasih.

E. Kegiatan Pembelajaran

1. Pengantar

Bagian pengantar memberikan gambaran sekaligus pengarahan pada peserta didik mengenai isi pembelajaran. Terutama mengenai beberapa penekanan penting dalam pembahasan materi pelajaran.

2. Kegiatan 1

Memahami makna puisi atau ilm. Pada kegiatan ini, guru memfasilitasi peserta didik untuk mengkaji puisi atau ilm mengenai pacaran dan percintaan orang muda. Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk mengarahkan perhatian peserta didik pada topik pembahasan sekaligus menguji pendapat mereka mengenai cinta dan pacaran.

3. Kegiatan 2

Pendalaman konsep cinta dan pacaran. Guru mendengarkan pendapat peserta didik mengenai apa itu jatuh cinta dan pacaran. Guru mengarahkan percakapan serta meluruskan konsep mengenai cinta kasih dan pacaran mengacu pada Surat 1 Korintus 13 dan Kitab Kejadian 2:18-25.

4. Kegiatan 3

Diskusi. Pada bagian ini, peserta didik memperlihatkan hasil observasi mereka dari berbagai sumber mengenai masalah-masalah yang terjadi di kalangan remaja sebagai akibat dari pacaran. Melalui diskusi ini, guru dapat menunjukkan pada peserta didik mengenai berbagai akibat yang merugikan jika remaja tidak memahami makna berpacaran serta melakukan berbagai penyimpangan dalam berpacaran. Dalam mengarahkan peserta didik, hendaknya guru tidak hanya menunjukkan akibat negatif melainkan juga dorongan positif yang dapat dikaitkan dengan pacaran. Hal ini penting sebagai upaya menyeimbangkan akibat positif dan negatif dalam berpacaran sehingga pembahasan materi tidak memberikan gambaran seolah-olah guru antipati terhadap ketertarikan terhadap lawan jenis. 5. Kegiatan 4

Pendalaman Alkitab. Pada aktivitas ini, peserta didik menggali nilai-nilai persahabatan, cinta dan kasih yang terdapat dalam Alkitab. Bahwa daya tarik erotis merupakan karunia Tuhan dan karena itu bukanlah dosa. Ketika daya tarik erotis menuntun pada penyimpangan melalui pikiran, perkataan maupun mewujud dalam tindakan, maka hal itu bertentangan dengan nilai- nilai iman Kristen.

6. Kegiatan 5

Apakah anak SMA boleh pacaran? Peserta didik diminta menjawab pertanyaan ini. Pasti akan muncul berbagai jawaban. Untuk peserta didik yang berada di kota-kota besar, mungkin telah terbiasa dengan percakapan mengenai jatuh cinta dan pacaran. Mereka lebih terbuka dalam hal ini, namun bagi peserta didik yang berasal dari masyarakat yang masih merasa tabu untuk membicarakan topik ini, guru dapat memotivasi mereka untuk bersikap jujur dan terbuka dalam menjawab. Hendaknya guru bersikap terbuka dalam menerima berbagai pendapat dan jawaban. Peran guru sebagai pendengar, kemudian meluruskan pemahaman peserta didik. Jawaban atas pertanyaan apakah anak SMA boleh pacaran, bukanlah boleh ataukah tidak. Namun, apakah memahami makna berpacaran dan sanggup menerima berbagai akibat dari berpacaran? Guru perlu menjelaskan bahwa ketertarikan terhadap lawan jenis berdasarkan isik atau popularitas semata-mata akan mengaburkan makna persahabatan dalam berpacaran. Di kota-kota besar, ada kecenderungan remaja lebih menyukai seseorang yang popular di sekolah padahal popularitas bukanlah jaminan bahwa

seseorang dapat menjadi sahabat yang setia dan mencintai dengan tulus hati. Hendaknya guru memberikan penekanan bahwa karakter dan sifat yang baik dapat menjadi pertimbangan utama dalam memilih teman dekat. Guru dapat menjelaskan bahwa ketertarikan isik bukanlah cinta.

7. Kegiatan 6

Menulis puisi atau releksi mengenai jatuh cinta. Pada kegiatan ini guru dapat memperoleh gambaran mengenai pemahaman peserta didik tentang cinta dan pacaran, ungkapan hati yang paling jujur dari peserta didik sekaligus memperoleh gambaran bagaimana mendampingi serta mengarahkan peserta didik agar mampu bertindak benar dalam berpacaran. Kompetensi dasar yang menjadi acuan pembelajaran ini adalah: bergaul dengan orang lain tanpa kehilangan identitas. Artinya meskipun peserta didik bergaul dengan manusia dari berbagai latar belakang yang berbeda namun identitasnya sebagai remaja Kristen yang taat pada ajaran imannya tidak menjadi luntur. Hal itu juga berlaku dalam hubungan persahabatan dan pacaran.

F. Penilaian

Penilaian dilakukan dalam bentuk tes lisan yaitu pemahaman peserta didik mengenai cinta dan pacaran, tes tertulis mengenai apakah peserta didik SMA boleh pacaran, penugasan berupa melakukan wawancara mengenai perilaku berpacaran di kalangan remaja yaitu penilaian kinerja dalam melakukan observasi dan hasil wawancara, penilaian produk atau karya releksi atau puisi.

T u g a s

Tugaskan peserta didik untuk melakukan wawancarai terhadap sesama remaja SMA di sekolah, di lingkungan gereja atau tempat tinggal. Daftar pertanyaan terdapat dalam buku siswa. Guru dapat menambahkan daftar pertanyaan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.

Penjelasan Bab X

Batas-batas dalam Berpacaran

Bahan Alkitab: Yeremia 29:11; Amsal 23:18; 1 Korintus 3:16

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

1.4 Mensyukuri karunia Allah melalui kebersamaan dengan orang lain tanpa kehilangan identitas.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

2.4 Bersedia hidup bersama dengan orang lain tanpa kehilangan identitas.

3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab

fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesiik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

3.4 Menganalisis makna kebersamaan dengan orang lain tanpa kehilangan identitas

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

4.4 Membuat proyek mengenai kebersamaan dengan orang lain tanpa kehilangan identitas

Indikator:

• Melakukan observasi mengenai berpacaran dan batas-batas dalam berpacaran di kalangan remaja.

• Menjelaskan tujuan orang berpacaran.

• Mengeksplorasi bagian Alkitab yang dijadikan acuan mengenai batasa- batas dalam berpacaran dibandingkan dengan gaya berpacaran remaja masa kini.

• Mendeskripsikan akibat positif dan negatif dari hubungan pacaran di kalangan remaja.

• Mendiskusikan beberapa penyimpangan yang terjadi dalam hubungan pacaran.

A. Pengantar

Penjelasan mengenai batas-batas dalam berpacaran merupakan pedoman bagi remaja SMA kelas X dalam membangun persahabatan dan berpacaran. Mengapa dikatakan membangun persahabatan? Umumnya remaja membangun persahabatan terlebih dahulu baru diikuti dengan langkah berikutnya, yaitu menyatakan suka pada seseorang. Pembahasan mengenai batas-batas dalam berpacaran mengacu pada Alkitab. Memang Alkitab tidak bicara secara spesiik mengenai pacaran dan batas-batas dalam berpacaran, namun ada bagian-bagian Alkitab yang menulis mengenai bagaimana orang percaya harus menjaga kekudusan hidup, terutama dalam kaitannya dengan seksualitas dan erotisme.

Pembahasan ini merupakan kelanjutan dari pertemuan sebelumnya yang membahas mengenai apakah peserta didik SMA boleh pacaran? Dalam pembahasan itu tidak ada arahan mengenai boleh atau tidak boleh pacaran. Peserta didik diberikan kebebasan untuk menilai dirinya sendiri, apakah mereka sudah layak untuk berpacaran. Kepada peserta didik juga dikemukakan pemahaman mengenai makna pacaran dan apa saja risiko yang harus dihadapi dalam berpacaran termasuk kemungkinan adanya berbagai penyimpangan. Melalui pemaparan ini, diharapkan peserta didik dapat bersikap kritis dalam membangun hubungan persahabatan dan berpikir secara mendalam sebelum mengambil keputusan untuk berpacaran. Bagi remaja SMA kelas X topik ini mungkin agak terlambat karena remaja di zaman kini telah mengalami masa pubertas lebih awal.

B. Uraian Materi

Laporan hasil observasi dapat dijadikan sebagai titik awal pembahasan mengenai batas-batas dalam berpacaran. Guru mencatat dengan cermat hasil observasi menyangkut arti pacaran, kriteria mencari pacar dan apa yang dilakukan dalam berpacaran. Hasil observasi mengenai apa yang dilakukan dalam berpacaran dapat menjadi indikator apakah remaja melewati batas dalam berpacaran ataukah tidak.

Yang dimaksudkan dengan batas-batas dalam berpacaran adalah tindakan remaja yang tidak melanggar norma dalam keluarga dan masyarakat serta ajaran iman Kristen, yaitu ajaran iman mengenai kesucian hidup, bagaimana menjaga tubuh sebagai bait Roh Kudus. Pada masa kini, kontrol masyarakat semakin longgar disebabkan antara lain karena individualistik yang makin merebak menyebabkan remaja agak leluasa dalam mengekspresikan kedekatan hubungan dengan seseorang yang dipacarinya.

Ada survei oleh salah satu majalah perempuan terkemuka yang hasilnya cukup mengejutkan, Hasil survei itu menegaskan bahwa sebagian besar anak-anak remaja sejak SMP sudah melakukan hubungan seks. Lebih memprihatinkan lagi, hal itu terjadi di rumah ketika orangtua tidak berada di rumah. Di kota-kota besar banyak suami dan istri yang bekerja, sehingga tidak ada orang yang mengontrol anak-anak. Akibatnya mereka bebas melakukan hal-hal yang menyimpang. Hasil penelitian terbaru yang dilakukan oleh salah satu LSM di Jakarta hampir sama persis dengan temuan majalah perempuan tersebut. Kenyataan ini menjadi tanda bahaya bagi keselamatan dan masa depan remaja. Peran pendidikan agama sebagai penuntun bagi remaja untuk hidup dalam ajaran iman menjadi amat penting.

1. Apa Tujuan Pacaran?

Bicara tentang batas-batas dalam berpacaran erat kaitannya dengan apa tujuan berpacaran? Apakah hanya mengisi kekosongan dalam hidup kita, memenuhi keinginan mata atau demi kepuasan diri sendiri, di mana yang menjadi pusat perhatian hanya pada diri sendiri sehingga pada masa pacaran timbul istilah bahwa dunia ini hanya milik berdua. Apakah pacaran ada unsur asmara? Asmara itu mempunyai dua pengertian yaitu:

• Cinta kasih • Cinta berahi

Pada dasarnya asmara itu bukan cinta, karena asmara itu naksir/keinginan yang berpusat pada diri sendiri. Cinta kasih atau kasih itu menurut Alkitab bisa kita baca dalam 1 Korintus 13:4-7.

Cinta yang benar tidak dapat dijadikan topeng untuk satu maksud dan