• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab V Pembahasan Tiap Bab Buku Siswa

H. Penjelasan Bahan Alkitab

I. Kegiatan Pembelajaran

1. Pendahuluan

Bagian pendahuluan mengarahkan peserta didik dalam memahami isi pembelajaran serta judul pelajaran. Melalui pengantar, peserta didik dimotivasi untuk merasa tertarik mempelajari topik dan isi pelajaran yang disampaikan. Kegiatan pembelajaran dapat dibuka dengan membaca puisi “Jika” oleh Rudyard Kipling

2. Kegiatan 1

Berbagi Pengalaman

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dapat menggali persepsi serta pengalaman peserta didik mengenai pertumbuhan dirinya. Mereka diminta untuk berbagi pengalaman mengenai hari ulang tahunnya. Hendaknya guru bersikap bijak dalam membimbing peserta didik, jika ada di antara mereka yang bersikap tertutup dan tidak ingin menceritakan tentang pengalamannya, kemungkinan ada hal yang ingin dilupakannya ataupun menyakitkan untuk diceritakan. Dalam kasus ini, guru mengarahkan peserta didik tersebut untuk lebih fokus pada apakah mereka mengucap syukur pada Tuhan di hari ulang tahunnya?

Guru dapat bertanya kepada peserta didik, apa yang mereka pahami tentang menjadi dewasa. Dari jawaban-jawaban mereka buatlah kategorisasi sejauh mana pemahaman peserta didik, hanya terbatas pada pertumbuhan isik saja, dan mana yang menunjukkan pemahaman bahwa kedewasaan itu juga berkaitan dengan kematangan pribadi dan kematangan emosional. Apa sajakah ciri-ciri seseorang yang menunjukkan kematangan emosionalnya? Kepada peserta didik bisa diperkenalkan beberapa contoh, seperti keberanian bertanggung jawab, kejujuran, hidup bertanggung jawab dan berhikmat. Sudah tentu masih banyak lagi ciri-ciri kedewasaan yang lain, namun baiklah kita membatasinya dengan ciri-ciri di atas.

Selanjutnya guru bisa mengutip beberapa kasus mutakhir yang menunjukkan masalah yang dapat kita temukan di masyarakat, yang menunjukkan ketidakdewasaan seseorang atau sekelompok orang. Misalnya, anak-anak yang tawuran, pejabat yang korupsi dan berbohong, pemimpin yang tidak mau bertanggung jawab dan mengakui kesalahannya. Selanjutnya, peserta didik dibimbing untuk mampu menilai pertumbuhan dirinya secara utuh baik jasmani maupun rohani terutama berbagai

pertumbuhan biologis dan psikologis. Kegiatan ini menjadi penopang (bersifat memperkuat) pembahasan mengenai bertumbuh ke arah yang lebih baik.

3. Kegiatan 2

Belajar Dari Cerita Kehidupan

Kisah Tonya Harding menunjukkan bahwa kedewasaan seseorang tidak ditentukan oleh pertambahan usia, ada banyak aspek yang turut mempengaruhi pertumbuhan seorang manusia menjadi dewasa. Tonya Harding mungkin bukanlah otak kejahatan yang dilakukan terhadap Nancy Kerrigan, yaitu melukainya supaya Kerrigan tidak bisa ikut dalam pertandingan sepatu es itu. Meskipun demikian, Harding dijatuhi hukuman yang cukup berat, karena ia mengetahui rencana itu, tetapi tidak melaporkannya kepada pihak yang berwajib.

4. Kegiatan 3 Diskusi

Setelah mempelajari cerita Tonya Harding, peserta didik diminta untuk melakukan diskusi mengenai manusia yang meskipun sudah berusia dewasa namun belum memiliki kepribadian yang matang. Dalam diskusi, peserta didik diperhadapkan dengan sejumlah situasi yang lazim mereka temukan dalam hidup sehari-hari. Lewat situasi-situasi itu, guru hendaknya melihat sejauh mana peserta didik sudah menguasai bahan yang dipelajarinya pada Bab 1 ini. Sudah tentu guru sendiri pun perlu mengetahui jawaban- jawaban mana yang tepat yang mestinya diberikan oleh para murid, namun hendaknya guru tidak langsung menilai jelek hasil pikiran peserta didik. 5. Kegiatan 4

Belajar tentang Kematangan Pribadi dan Ekspresi Emosi

Peserta didik mempelajari bagaimana proses menuju kematangan pribadi dan bagaimana mengendalikan emosi secara sehat. Dalam bagian ini diperlihatkan mengenai macam-macam emosi yang dikenal dengan sebutan display rules.

6. Kegiatan 5

Belajar dari Alkitab

Dalam kegiatan ini, peserta didik belajar mengenai Samuel, Hofni dan Pinehas. Samuel adalah anak yang dibimbing oleh imam Eli untuk bekerja di Bait Allah sedangkan Hofni dan Pinehas adalah anak imam Eli. Samuel

bertumbuh menjadi pribadi yang dewasa dan berhikmat sedangkan dua orang anak imam Eli, Hofni dan Pinehas bertumbuh sebagai manusia yang labil dan tidak bertanggung jawab. Peserta didik juga mempelajari perpecahan yang terjadi dalam gereja di Korintus di mana masing-masing kelompok merasa paling hebat dan paling benar.

Uraian Alkitab dilanjutkan dengan mempelajari beberapa bagian Alkitab, yaitu Kitab Amsal dan 1 Raja-raja untuk memperdalam pemahaman mengenai bertumbuh semakin berhikmat. Kemudian guru dapat memperkenalkan tokoh-tokoh Alkitab yang menjadi dasar pelajaran untuk pertemuan ini. Misalnya, peserta didik bisa menyebutkan sejumlah kasus yang terjadi di sekitar mereka sendiri, jadi tidak perlu mencari berita dari surat-surat kabar. Di beberapa tempat di Indonesia, kemungkinan sekali peserta didik tidak mempunyai akses kepada sumber berita.

Tanyakan kepada peserta didik, apa yang mereka temukan dalam cerita- cerita Alkitab yang disampaikan oleh guru. Tanyakan pula, seberapa jauh kehidupan mereka mirip atau berbeda dengan kehidupan Samuel. Atau sebaliknya, kehidupan mereka lebih mirip dengan kehidupan Hofni dan Pinehas? Apakah mereka sudah berusaha mendengarkan suara Allah di dalam hidup mereka? Bagaimana mereka tahu bahwa itu adalah suara Allah dan bukan suara hati mereka sendiri?

Contohnya, ada seorang teman yang meminta nasihat kepada temannya tentang sebuah masalah yang ia hadapi. Ia sudah menemui begitu banyak orang, namun ia tetap tidak merasa puas dengan jawaban yang diberikan. Akhirnya ia bertemu dengan seseorang yang memberikan jawaban atau solusi yang cocok dengan pikiran teman ini. Karena itu dia berkata, “Nah, ini dia! Tuhan sudah berbicara lewat orang ini!” Kesimpulan yang dapat kita tarik ialah bahwa teman ini sebetulnya hanya ingin mencari orang yang mau mengiyakan atau menyetujui apa yang ada dalam pikirannya. Selama ia belum menemukannya, ia akan terus mencari orang itu.

Begitu pula yang seringkali terjadi dengan orang yang merasa sudah mendengar suara Allah. Menarik bukan, bahwa ternyata apa yang dia yakini sebagai suara Allah lebih sering cocok dengan pikirannya dan kehendaknya sendiri? Bukan sebaliknya! Dalam Alkitab kita bisa menemukan banyak sekali contoh tentang orang-orang yang mendengar suara Allah, dan ternyata suara itu sama sekali berbeda dengan apa yang mereka harapkan. Contoh: Abraham yang dipanggil keluar meninggalkan sanak keluarga dan kotanya. Atau Nuh yang disuruh membangun bahtera yang besar di tengah-tengah

daratan yang jauh dari samudera. Atau Yunus yang tidak mau menaati perintah Allah untuk pergi memberitakan penghukuman kepada Niniwe, dan lain-lain.

Di sini guru bisa membantu peserta didik dengan menjelaskan bahwa suara Allah tentu mengarahkan kita semua kepada kebaikan. Kebaikan itu sendiri mungkin belum kita lihat atau kita sadari sekarang. Bahkan pada saat sekarang ini mungkin kita lebih merasa kehendak Allah itu terlalu berat dan sukar. Bagi orang yang sudah dewasa, tuntutan-tuntutan seperti itu akan dilaluinya dengan tabah, namun bagi mereka yang masih kanak-kanak, mungkin mereka merasa enggan menjalaninya.

7. Kegiatan 6 Sikap Saya

Peserta didik menuliskan sikap-sikap dirinya berkaitan dengan beberapa persoalan menyangkut pertumbuhan menjadi pribadi yang dewasa dan semakin berhikmat.

J. Penilaian

Bentuk penilaian dalam Bab 1 adalah tes lisan mengenai berbagi pengalaman ketika ulang tahun. Tes tertulis mengenai makna berhikmat menurut Kitab Amsal, perpecahan yang terjadi di Korintus dan pada gereja masa kini. Penilaian diri sendiri mengenai sikap peserta didik berkaitan dengan beberapa masalah yang terjadi yang dapat menjadi indikator apakah peserta didik bertumbuh menjadi pribadi dewasa dan semakin berhikmat.

Guru dapat membuat evaluasi keseluruhan atas apa yang telah dipelajari oleh peserta didik. Apakah mereka sudah memahami bahwa kedewasaan tidak hanya berkaitan dengan aspek-aspek isik saja? Apakah mereka mengerti bahwa kedewasaan juga berkaitan dengan segi-segi emosi, kematangan jiwa, tanggung jawab kepada orang lain, Guru bisa judan lain-lain. Guru bisa juga mengajak peserta didik untuk melakukan beberapa rencana kegiatan yang menunjukkan kehidupan yang bertanggung jawab. Kegiatan itu bisa terkait dengan kehidupan pribadinya, kehidupannya bersama keluarga, jemaat, atau masyarakat sekitarnya.

Penjelasan Bab II

Bertumbuh Menuju Kedewasaan yang Benar

Bahan Alkitab: Efesus 4:11-15; Kolose 1:7-12

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

1.1 Mensyukuri karunia Allah bagi dirinya yang terus bertumbuh sebagai pribadi dewasa

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

2.4 Bersedia hidup bersama dengan orang lain tanpa kehilangan identitas. 2.5 Merespons keberadaan

Allah sebagai pembaharu dalam relasi dengan sesama manusia dan alam

3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab

fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural dan pada bidang kajian yang spesiik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

3.1 Menganalisis ciri-ciri pribadi yang terus bertumbuh menjadi dewasa 3.4 Menganalisis makna

kebersamaan dengan orang lain tanpa kehilangan identitas

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

4.4 Membuat proyek mengenai kebersamaan dengan orang lain tanpa kehilangan identitas

Indikator:

• Menyebutkan tiga ciri kedewasaan yang benar.

• Menjelaskan cara-cara menghadapi ajaran-ajaran sesat.

A. Pengantar

Dalam bab sebelumnya kita sudah melihat apa saja ciri-ciri kedewasaan seseorang. Pada bagian ini penekanan yang ingin diberikan adalah bagaimana kedewasaan itu dicirikan dalam keberanian bersikap, tidak mudah ikut-ikutan dan dipengaruhi oleh teman-teman, atau ajakan-ajakan untuk melakukan sesuatu atau meyakini ajaran tertentu. Ada kalanya pula seseorang dapat berubah pikiran ketika ia mendapatkan tekanan karena suatu sikap dan keyakinan tertentu.