• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aparatur Pemerintah Daerah

Dalam dokumen PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA (Halaman 90-93)

ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

4.1.2 Aparatur Pemerintah Daerah

Dalam rangka meningkatkan standar dan kualitas pelayanan kepada masyarakat masih diperlukan peningkatan kualitas pengelolaan kebijakan dan regulasi, pelayanan publik, produktivitas aparatur, kesejahteraan pegawai, budaya kerja aparatur, dan partisipasi masyarakat sehingga hasil-hasil pembangunan secara nyata dirasakan seluruh masyarakat.

Peningkatan kapasitas aparatur pemerintah daerah telah banyak dilakukan, baik melalui pendidikan maupun pelatihan. Pelatihan tersebut diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan pemerintah daerah atau karena adanya kebijakan baru Pemerintah. Komponen-komponen penunjang pendidikan dan pelatihan (diklat) seperti kualitas pengajar, koordinasi dalam penyelenggaraan diklat, fasilitas diklat, dan sebagainya juga terus ditingkatkan. Namun, pengaturan atau pedoman dalam manajemen aparatur itu sendiri masih memerlukan penanganan yang lebih baik, termasuk perlunya dikembangkan standar kompetensi maupun pola mutasi untuk aparat pemerintah daerah. Pengaturan teknis ini diperlukan karena adanya tuntutan yang berbeda antara sebelum dan setelah diberlakukannya kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah.

Dari sisi ketersediaan pegawai, menurut perhitungan berdasarkan Permenpan dan Reformasi Birokrasi Nomor 26 Tahun 2011 dan Kepmenpan Nomor KEP75/M.PAN/7/2004 (Analisis beban kerja), jumlah PNS Kota Yogyakarta sebanyak 7.944 orang dan menurut analisis jabatan 2011 sebanyak 11.385 orang.

Kondisi jumlah Pegawai yang ada sampai dengan tanggal 1 April 2012 sebanyak 8.333 orang, sehingga masih ada kekurangan 3.052 orang pegawai. Kondisi ini merata di diseluruh SKPD termasuk yang melayani langsung masyarakat yaitu sektor pendidikan dan kesehatan serta pelayanan masyarakat di kewilayahan.

4.1.3 Kesehatan

Permasalahan kesehatan di Kota Yogyakarta terkait dengan kesehatan ibu hamil, kesehatan balita, makanan pendamping ASI balita, kasus pneumonia balita (penderita penyakit paru-paru pada usia balita), rujukan yang diberikan

PUSKESMAS untuk masyarakat umum dan khusus bagi keluarga miskin serta Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan kesehatan lingkungan.

Kesadaran bagi masyarakat, khususnya dukungan dari keluarga pada ibu hamil sangat diperlukan demi tercapainya kesehatan ibu dan bayi. Pemeriksaan kehamilan begitu penting bagi ibu hamil karena dalam pemeriksaan tersebut akan dilakukan monitoring secara menyeluruh baik mengenai kondisi ibu maupun janin yang sedang dikandungnya. Dengan pemeriksaan kehamilan maka dapat diketahui perkembangan kehamilan, tingkat kesehatan kandungan, kondisi janin, dan bahkan penyakit atau kelainan pada kandungan yang diharapkan dapat dilakukan penanganan secara dini.

Temuan yang terjadi di Kota Yogyakarta adalah imunisasi drop out/tidak kembali dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat akan kegunaan dan manfaat dari imunisasi bagi balita. Selain itu pengetahuan ibu tentang imunisasi memang diperlukan agar meningkatkan kesadaran bagi orang tua terhadap anaknya tentang pencegahan penyakit dan kesehatan anak. Meskipun demikian keterlibatan pamong/pihak pemerintah dalam memotivasi ibu dalam upaya preventif cukup berpengaruh.

Kasus yang ditemukan di Kota Yogyakarta salah satunya adalah belum terpenuhinya makanan pendamping untuk balita untuk keluarga miskin. Masalah yang ditemui ini disebabkan oleh tidak lancarnya makanan pendamping ASI balita makanan pendamping ASI balita yang berasal dari pusat hanya diterima pemerintah Kota Yogyakarta. Pemenuhan makanan pendamping ASI balita bagi keluarga miskin terkendala/tergantung kiriman dari pusat.

Selama beberapa tahun ini penyakit ISPA selalu menempati urutan pertama dalam 10 Besar Penyakit di Puskesmas se Kota Yogyakarta. Hingga bulan Oktober 2010, berdasarkan laporan LB1 (Laporan Bulanan Data Kesakitan) jumlah penderita ISPA mencapai 48.351 orang (20,8% dari seluruh penderita baru yang berkunjung ke puskesmas) dan jumlah penderita Pneumonia sebanyak 747 orang (0,3%). Kegiatan Pengendalian Penyakit ISPA, pengamatan perlu dilakukan lebih intensif terutama penderita Pneumonia pada usia balita, karena penyakit ini secara nasional masih sering menimbulkan kematian. Jumlah penderita yang ditemukan cukup tinggi walaupun tidak setinggi perkiraan yang ditetapkan secara nasional.

setiap tahunnya. Bila angka itu diterapkan di Yogyakarta maka diperkirakan dalam tahun 2010 ini terdapat lebih dari 2500 penderita.

Data rujukan yang diberikan PUSKESMAS untuk keluarga miskin saat ini masih menjadi satu dengan data rujukan untuk masyarakat umum. Terjadinya missing data untuk kasus rujukan bagi keluarga miskin dikarenakan perbedaan pemahaman indikator capaian data rujukan. Bagi keluarga miskin, rujukan dari PUSKESMAS ke Rumah Sakit dibebaskan biaya. Akan tetapi kurangnya pengetahuan masyarakat terkadang justru menjadi kendala dalam pengurusan/proses rujukan.

Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah tindakan yang dilakukan oleh perorangan, kelompok atau masyarakat yang sesuai dengan norma-norma kesehatan, menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam pembangunan kesehatan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Banyak penyakit dapat dihindari dengan PHBS, mulai dari Diare, DBD, flu burung, atau pun flu babi yang akhir-akhir ini marak. Salah satu faktor yang mendukung PHBS adalah kesehatan lingkungan. Kesehatan lingkungan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pelaksanaan perawatan komunitas. Maka guna tercapainya keberhasilan intervensi perawatan komunitas perlu adanya pembahasan khusus mengenai PHBS kesehatan lingkungan.

PHBS dalam tatanan rumah tangga yang masih perlu diperhatikan pemerintah Kota Yogyakarta adalah indikator tidak merokok, Indikator Olahraga dan kepesertaan JPKM. Masih banyak masyarakat Kota Yogyakarta yang merokok sehingga diasumsikan semua anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut mempunyai kemungkinan terpapar asap rokok yang dapat menimbulkan berbagai penyakit akibat asap rokok baik aktif maupun pasif.

Sedangkan untuk kasus JPKM, masyarakat Kota Yogyakarta yang belum sadar akan pentingnya ikut menjadi anggota JPKM/Asuransi Kesehatan bagi dirinya sendiri maupun anggota keluarganya. Namun kemungkinan yang lain adalah karena adanya Jamkesos/Askeskin/KMS yang diberikan kepada masyarakat miskin sehingga mereka merasa sudah difasilitasi oleh Pemkot Yogyakarta dan tidak perlu menjadi anggota JPKM di wilayahnya. Sedangkan pada kasus olah raga, masyarakat Kota Yogyakarta masing cukup banyak yang belum sadar akan pentingnya melakukan olahraga setiap hari.

Dalam dokumen PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA (Halaman 90-93)