• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kota yang Nyaman dan Aman

Dalam dokumen PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA (Halaman 132-137)

ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

4.2.11. Kota yang Nyaman dan Aman

Luasan Ruang terbuka hijau di Kota Yogyakarta pada tahun 2011 telah mencapai 32,46% dengan luas taman sebesar 63.305m2, dimana 17,96% merupakan RTH publik dan 14,59% RTH privat (BLH Kota Yogyakarta, 2011). Meskipun sudah melebihi 30% seperti yang diamanatkan dala undang-undang tetapi untuk RTH publik belum mencapai target. Dalam undang-undang disebutkan bahwa untuk RTH publik harus mencapai 20%. Sedangkan untuk RTH privat melebihi target.

Merujuk pada isu-isu global, baik yang tercantum pada Millenium Development Goals (MDGs) maupun Agenda 21, terdapat beberapa isu lingkungan penting di Kota Yogyakarta yang selaras dengan isu-isu global, dan harus mendapat perhatian lebih. Goal ke-7 MDGs menyebutkan tentang Ensure Environmental Sustainability, atau jaminan keberlanjutan lingkungan. Goal atau tujuan ke-7 MDGs tersebut memiliki target untuk mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam program dan kebijakan negara, dan mengembalikan sumber daya yang hilang.

Isu strategis lingkungan yang ada di Kota Yogyakarta, jika dikaitkan dengan isu global dapat dikelompokkan menjadi 4 fokus:

Isu terkait perlindungan terhadap atmosfer didasari atas kesepakatan internasional Vienna Convention for the Protection of the Ozone Layer tahun 1985, Montreal Protocol on Substances yang merupakan amandemen dari Deplete the Ozone Layer tahun 1987, United Nations Framework Convention on Climate Change tahun 1992 dan intrumen internasional dan regional lainnya.

Isu perlindungan atmosfer ditujukan untuk menekan pemicu perubahan iklim dan kebocoran lapisan ozon, melalui mengurangi, mengevaluasi, dan mengatur ulang aktifitas penyebab emisi. Agenda 21 memfokuskan program perlindungan atmosfer pada 4 sektor berikut:

a. Pengembangan energi terbarukan, efisiensi dan konsumsi energi.

Energi sangat penting dalam pembangunan ekonomi dan sosial, serta meningkatkan kualitas hidup. Banyak sumber energi tersedia dibumi ini, tapi manusia sering memanfaatkan sumber energi tersebut secara tidak berkelanjutan. Kebutuhan untuk mengontrol emisi mendasari efisiensi produksi dan konsumsi energi. Pada skala lokal pengembangan energi dari limbah merupakan isu penting bagi pemerintah Kota Yogyakarta. Masyarakat

Kota Yogyakarta dengan pengalamannya mengelola sampah komunal merupakan peluang bagi pengembangan energi terbarukan dari kegiatan pengolahan limbah.

b. Pengurangan Emisi dari Sektor Transportasi.

Transportasi juga memegang peran penting dalam menjalankan roda pembangunan ekonomi dan sosial. Namun, kebutuhan akan transportasi memiliki kecenderungan untuk terus meningkat, padahal sektor transportasi juga turut menyumbang emisi. Sehingga perlu pengkajian ulang tentang sistem transportasi yang ada, dan membutuhkan design yang lebih efektif untuk sistem transportasi dimasa mendatang. Trans-Jogja merupakan salah satu upaya pemerintah Kota Yogkayarta untuk menata transportasi yang lebih baik. Inovasi sumber energi yang terbarukan bagi Trans-Jogja perlu mendapat perhatian pada lima tahun mendatang. Program SEGOSEGAWE juga merupakan program yang dalam lima tahun mendatang memerlukan pengembangan, khususnya dalam dalam menyediakan jalur sepeda yang lebih aman dan nyaman.

Kemungkinan Trans-Jogja diberi fasilitas untuk mengangkut sepeda (di dalam atau di luar bus) juga menjadi isu pengurangan emisi yang penting.

c. Peningkatan upaya sekuestrasi gas rumah kaca

Upaya sekuestrasi dapat dilakukan dengan mengembangkan tutupan vegetasi. Di daerah perkotaan upaya ini dilakukan dengan mengoptimalkan lahan yang masih terbuka untuk ruang terbuka hijau baik yang privat maupun yang ruang publik. Walaupun RTH tidak mungkin mampu menyerap emisi yang dihasilkan oleh penduduk Kota Yogyakarta, keberadaan RTH dapat memperbaiki iklim mikro kota dan estetika kota. Dengan demikian perluasan RTH di area publik dan privat merupakan isu masih penting untuk diangkat pada lima tahun mendatang.

Selain perluasan RTH, RTH harus dikembangkan sebagi fungsi habitat satwa dan pengembangan ekonomi lokal untuk mewujudkan terwujudnya kampung hijau dan kota hijau.

Jika dirinci, isu strategis Lingkungan Kota Yogyakarta dalam kaitannya dengan perlindungan terhadap atmosfer adalah:

a) Peningkatan jumlah penduduk dan aktifitasnya, terkait konsumsi bahan akar

b) Alternatif energi terbarukan dan ramah lingkungan disektor transportasi c) Pengembangan sistem transportasi masal yang dapat mengurangi emisi gas

rumah kaca.

d) Zero waste dalam industri dan rumah tangga

e) Peningkatan penyerapan karbon Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Sumber air tawar merupakan komponen penting dari hidrosfer bumi dan merupakan bagian yang sangat dibutuhkan oleh manusia dan keseluruhan ekosistem.

Air dibutuhkan oleh semua aspek kehidupan. Sehingga keberadaan air harus dipastikan ketersediaannya dengan kualitas yang baik, karena dengan demikian akan memelihara keseluruhan populasi di planet ini, selain itu juga memelihara fungsi hidrologi, biologi dan kimia ekosistem, menyesuaikan aktifitas manusia dalam pemanfaatan air sesuai batas-batas kemampuan alam, dan melawan vektor penyakit yang hidup di air.

Isu terkait perlindungan ketersediaan air tawar di Kota Yogyakarta secara kualitas dan kuantitas, terbagi menjadi beberapa sektor:

a. Terpeliharanya imbuhan air tanah

Pemanfaatan Kota Yogyakarta sebagai areal terbangun telah menyebabkan infiltrasi air air hujan yang berfungsi sebagai imbuhan air tanah menjadi terganggu. Kondisi ini juka dibiarkan tanpa terkendali akan menyebabkan imbuhan air tanah berkurang dan selanjutnya akan mengancam ketersediaan air tanah. Sebagian besar penduduk Kota Yogyakarta masih tergantung pada air tanah, sehingga ancaman terhadap keberadaan air tanah menjadi ancaman serius bagi penduduk Kota Yogyakarta. Upaya-upaya untuk tetap menjaga imbuhan air tanah melalui pembangunan biopori sumur resapan menjadi isu strategis yang mutlak harus dijadikan perhatian. Manajemen aliran permukaan harus diupayakan dengan semaksimal mungkin sehingga volume infiltrasi air ke dalam tanah dapat semakin meningkat.

b. Pengendalian pencemaran air tanah

Isu penting kedua terkait dengan perlindungan terhadap ketersediaan sumber air adalah upaya penjaminan kualitas air tanah di wilayah Kota Yogyakarta. Upaya ini hanya dapat dilakukan dengan cara pengendalian pencemaran air tanah. Pencemaran air tanah sebagian besar berasal dari

bakteri e-coli dari tanki septik penduduk dan limbah cair domestik maupun industri. Upaya untuk mengurangi limbah yang terinfiltrasi lansung ke dalam air tanah merupakan isu strategis yang harus tetap diangkat sebagai program pembangunan Kota Yogyakarta, yaitu melalui peningkatan kapasitas IPAL komunal dan IPAL terpadu serta fasilitas water purifier.

Jika dirinci, isu strategis lingkungan Kota Yogyakarta dalam kaitannya dengan perlindungan ketersediaan air tawar secara kualitas maupun kuantitas adalah:

a. Peningkatan kebutuhan air bersih

b. Ketersediaan air tanah yang terus menurun

c. Pencemaran air permukaan dan air tanah oleh limbah cair rumah tangga, industri, maupun pertanian

d. Sumur resapan dan biopori

e. Kerusakan ekosistem aquatik sungai

f. Penanganan air limbah dan penyediaan sanitasi lingkungan g. Gerakan program kali bersih

h. Sarana saluran drainase yang belum tertata akibat peralihan lahan pertanian menjadi lahan permukiman

i. Pengelolaan air limbah pedagang kaki lima j. Pengembangan MCK Komunal

k. Sarana saluran limbah rumah tangga/asseinering sebagai pendukung kebersihan lingkungan

l. Kesadaran masyarakat tentang fungsi sumur resapan air hujan

Perilaku masyarakat terhadap lingkungan merupakan isu strategis yang harus menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan Kota Yogyakarta.

Membangun perilaku ramah lingkungan merupakan proses yang panjang dan harus dimulai sejak dini, bertahap dan berkesinambungan.upaya-upaya strategis dalam membangun perilaku ramah lingkungan di Kota Yogyakarta dapat dilakukan dengan:

a. Kampanye lingkungan mengenai kota/kampung hijau, kali bersih, langit biru dan SEGOSEGAWE

b. Peningkatan kapasitas kader lingkungan (satpol PP pelanggaran ringan,

c. Peningkatan peran dunia usaha/retail dalam pengurangan penggunaan plastik berwarna dan bahan tidak dapat didaur ulang.

Modal merupakan faktor produksi yang krusial dalam kegiatan ekonomi di suatu daerah. Semakin besar akumulasi modal yang ada, kegiatan ekonomi akan dapat memproduksi output pada tingkat yang lebih tinggi. Oleh sebab itu, beberapa hal perlu diperhatikan terkait dengan penanaman modal di kota yogyakarta.

a. Pelayanan jasa dengan dukungan sistem informasi pelayanan publik dan penciptaan iklim investasi. Keberadaan pelayanan yang baik serta iklim investasi yang kondusif akan menarik perhatian investor untuk melakukan penetrasi ke pasar bisnis Kota Yogyakarta.

b. Pelayanan investasi yang terpadu dan terintegrasi perlu disediakan agar birokrasi penanaman modal tidak menghambat kelancaran baik dari segi perizinan hingga selesai.

c. Pemetaan kebutuhan investasi sektoral. Pemetaan ini berfungsi untuk mengoptimalkan multiplier effect dari investasi. Pemetaan sektor potensial, khususnya sektor jasa di Kota Yogyakarta, akan membantu pemerintah dalam managemen investasi. Kemudian, keberhasilan investasi ada satu sektor tertentu, jasa, akan membawa dampak positif bagi sektor yang lain.

d. Wilayah potensial investasi. Selain pemetaan sektor, pemetaan wilayah potensial juga perlu dilakukan agar sasaran investasi dapat tercapai.

e. Pendukung investasi. Aspek pendukung seperti kepastian hukum, kemudahan perijinan, stabilitas politik, kemudahan memperoleh tenaga kerja, insentif pada bidang pariwisata, dan pengelolaan investasi akan menentukan seberapa besar penanaman modal yang dapat diusahakan di Kota Yogyakarta.

BAB V

Dalam dokumen PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA (Halaman 132-137)