• Tidak ada hasil yang ditemukan

(P24) untuk Meningkatkan Produksi dan Mutu Benih Cabai serta Pengendalian terhadap Colletotrichum acutatum

Percobaan ini dilakukan bertujuan memberikan perlakuan kepada benih sebelum penanaman di lapang berdasarkan metode terbaik dari percobaan 2, serta perlakuan penyemprotan selama penanaman untuk meningkatkan mutu produksi benih cabai dan pengendalian terhadap patogen terbawa benih Colletotrichum acutatum. Hasil percobaan 2, menunjukkan bahwa invigorasi benih dengan metode matriconditioning dengan bahan matriks arang sekam dan bakteri Pseudomonas kelompok fluorescens (P24) merupakan perlakuan terbaik dibandingkan dengan perlakuan metode perendaman.

Rancangan Percobaan

Percobaan ini dilakukan menggunakan rancangan Petak Terbagi RAK (Rancangan Acak Kelompok). Faktor pertama sebagai petak utama dari pecobaan ini yaitu tanaman tanpa inokulasi Colletotrichum acutatum (I0) dan tanaman yang

diinokulasi dengan Colletotrichum acutatum (I1). Faktor kedua sebagai anak petak

yaitu aplikasi Pseudomonas kelompok fluorescens (P24), yang terdiri dari enam taraf yaitu:

K : kontrol

F : penyemprotan fungisida

M : matriconditioning dengan arang sekam dan P. kel. fluorescens (P24) M+B1 : matriconditioning dengan arang sekam dan P. kel. fluorescens (P24) dan

penyemprotan P. kel. fluorescens (P24) fase bibit

M+B2 : matriconditioning dengan arang sekam dan P. kel. fluorescens (P24) dan

penyemprotan P. kel. fluorescens (P24) fase bibit dan berbunga

M+B3 : matriconditioning dengan arang sekam dan P. kel. fluorescens (P24) dan

penyemprotan P. kel. fluorescens (P24) fase bibit, berbunga, dan berbuah Percobaan ini terdiri dari 12 kombinasi perlakuan dengan masing-masing perlakuan terdiri dari tiga ulangan. Jumlah tanaman yang ditanam dan diamati setiap unit percobaan yaitu 10 tanaman. Jika terdapat pengaruh nyata dari faktor yang diuji pada analisis sidik ragam (taraf kepercayaan 5%), maka dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT).

Persemaian Benih dan Penanaman di Lapang

Benih yang sudah sudah diberi perlakuan sebelum penanaman, disemai dalam tray semai berisi 72 lubang. Media semai yang digunakan yaitu media tanam dan pupuk kandang steril dengan perbandingan 1:1. Bahan matriks yang digunakan untuk matriconditioning ditaburkan secara merata ke benih yang diberi perlakuan matriconditioning. Persemaian dilakukan selama 6 minggu.

Pindah tanam ke lapang dilakukan pada 6 MSS (minggu setelah semai). Penanaman dilakukan di dalam polibag berdiameter 35 cm. Media yang

15

digunakan untuk penanaman yaitu tanah dan pupuk kandang yang sudah disterilisasi. Perbandingan antara tanah dan pupuk kandang yang digunakan yaitu 1:1. Pemanenan buah hasil produksi dilakukan saat benih masak fisilogis 90% dengan ciri-ciri buah berwarna merah. Pemanen buah dilakukan pada pagi hari. Pemeliharaan Tanaman

Kegiatan pemeliharaan meliputi penyiraman, pemupukan, penyiangan gulma, penyemprotan insektisida, akarisida, dan fungisida. Pemupukan pada tanaman dilakukan setiap minggunya mengguunakan pupuk kocor NPK dengan dosis 10 g L-1, sebanyak 250 ml tanaman-1 dan penyemprotan pupuk daun gandasil D dengan dosis 2 g L-1. Pengendalian penyakit dengan penyemprotan fungisida hanya dilakukan pada unit percobaan yang diberi perlakuan penyemprotan fungisida dengan dosis 2 g L-1.

Perlakuan Penyemprotan Isolat Bakteri

Penyemprotan isolat bakteri Pseudomonas kelompok fluorescens (P24) dilakukan pada tiga fase tanaman, yaitu fase bibit, fase berbunga dan fase berbuah. Penyemprotan pada fase bibit dilakukan pada 4 MSS (minggu setelah semai). Penyemprotan pada fase berbunga dilakukan pada 4 MST (minggu setelah tanam). Penyemprotan pada fase berbuah dilakukan pada 8 MST. Perlakuan penyemprotan dilakukan dengan menyemprot suspensi bakteri ± 5 ml tanaman-1. Penyemprotan dilakukan ke daerah perakaran tanaman.

Perbanyakan Cendawan Colletotrichum acutatum dan Perlakuan Inokulasi Cendawan

Perbanyakan cendawan untuk inokulasi dilakukan dengan membiakkan potongan media agar potato dextrose agar (PDA) yang berisi konidia (biakan murni) ke media PDA dalam cawan petri dan diinkubasi selama 7 hari. Spora yang terbentuk dari biakan cendawan berumur 7 hari, dipanen dengan cara menambahkan 10 ml akuades ke cawan petri berisi cendawan. Permukaan isolat digosok perlahan untuk melepaskan spora dari konidia. Suspensi spora dihitung kerapatannya menggunakan metode plating hingga mencapai kerapatan 5.0 x 105 spora ml-1 (Syukur et al. 2013). Inokulasi C. acutatum dilakukan pada saat tanaman dalam fase pembungaan (6 MST). Inokulasi dilakukan dengan cara menyemprotkan suspensi spora ke seluruh bagian tanaman sebanyak 5 ml tanaman-1.

Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan antara lain pengamatan saat penanaman di lapang dan pengamatan hasil panen yaitu buah dan benih.

Pengamatan saat penanaman di lapang antara lain: 1) Daya Tumbuh (%)

Pengamatan dilakukan terhadap jumlah bibit yang tumbuh normal pada 2 MSS. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

DT = Σ Bibit yang tumbuh normal x 100% Σ Benih yang ditanam

2) Indeks Vigor (%)

Pengamatan dilakukan terhadap jumlah bibit yang tumbuh normal pada 1 MSS. Rumus yang digunakan sebagai berikut :

IV = Σ Bibit yang tumbuh normal x 100% Σ Benih yang ditanam

3) Kecepatan tumbuh (%N etmal-1)

Pengamatan dilakukan terhadap bibit normal yang tumbuh sejak hari pertama hingga hari ke-14 setelah semai.

KCT= Σ

% Bibit normal ke - i

x 100% Jam pengamatan ke - i/24

4) Keserempakan tumbuh (%)

Pengamatan dilakukan terhadap jumlah bibit normal pada hari diantara hitungan pertama dan hitungan kedua pengujian daya berkecambah. Pada benih cabai pengamatan keserempakan tumbuh dilakukan pada hari ke- 10 dan hari ke-11 setelah tanam yang kemudian dirata-rata.

KST = (Σ KN hari ke- 10 + Σ KN hari ke-11)/2 x 100%

Σ Benih yang ditanam 5) Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan mulai 1 minggu setelah pindah tanam (MST) hingga 10 MST. Pengukuran dilakukan seminggu sekali, dimulai dari pangkal batang hingga titik tumbuh.

6) Insidensi penyakit (%)

Pengukuran insidensi penyakit antraknosa yang terjadi pada tanaman dimulai dari penanaman sampai dengan pada saat panen. Penghitungan kejadian penyakit menggunakan rumus :

% KP = n x 100% N

Keterangan :

KP= Kejadian Penyakit (%)

n = Jumlah tanaman yang terserang antraknosa N = Jumlah seluruh tanaman

Pengamatan terhadap hasil panen antara lain: 1) Jumlah buah sehat per tanaman (buah)

Pengamatan dilakukan mulai dari panen pertama hingga terakhir dengan menghitung jumlah buah cabai sehat yang dipanen per tanaman

2) Bobot total buah sehat per tanaman (g)

Pengamatan dilakukan mulai dari panen pertama hingga terakhir dengan menghitung total bobot buah sehat yang dipanen.

3) Jumlah buah terserang antraknosa per tanaman (buah)

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah buah yang terserang antraknosa per tanaman.

4) Jumlah buah yang diproduksi per tanaman (buah)

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah total buah yang terbentuk per tanaman.

5) Persentase buah terserang antraknosa (%)

Pengamatan dilakukan dengan menghitung persentase jumlah buah yang terserang antraknosa terhadap jumlah buah yang terbentuk per tanaman.

17

6) Bobot per buah (g)

Pengamatan bobot per buah dilakukan dengan mengambil 10 sampel buah yang dipanen secara acak.

7) Rendemen benih

Rendemen adalah angka penyusutan dan dinyatakan dakam persen (%). Pengamatan rendemen dilakukan pada masing-masing tanaman. Rumus penghitungan dilakukan sebagai berikut :

Rendemen (%) = Bobot benih yang dihasilkan x 100% Bobot total buah sehat

10) Pengujian viabilitas dan vigor benih

Pengujian viabilitas dan vigor benih dilakukan terhadap benih hasil produksi tanaman cabai. Pengujian viabilitas dan vigor dengan metode pengujian seperti percobaan I. Peubah viabilitas potensial benih yang diamati yaitu daya berkecambah (DB), potensi tumbuh maksimum (PTM), dan bobot kering kecambah normal (BKKN). Peubah vigor benih yang diamati yaitu indeks vigor (IV) dan kecepatan tumbuh (KCT).

11) Pengujian kesehatan benih

Pengujian kesehatan dilakukan terhadap benih hasil produksi tanaman cabai. Pengujian dilakukan dengan metode blotter test dengan media kertas merang yang akan diamati yaitu patogen terbawa benih yang diinokulasikan Colletotrichum accutatum.

Pengujian dilakukan dalam cawan petri yang berisi 3 lembar kertas merang steril yang telah dilembabkan dengan aquades steril. Setiap cawan petri diisi dengan 25 butir benih. Pengujian dilakukan dalam laminar air flow cabinet. Selanjutnya benih diinkubasi dalam ruangan 25 oC selama 7 hari dengan penyinaran lampu ultraviolet 12 jam terang dan 12 jam gelap secara bergantian. Pengamatan terhadap karakteristik koloni dan struktur cendawan menggunakan mikroskop. Persen benih terinfeksi dihitung menggunakan rumus:

Persen benih terinfeksi (%) = Σ benih terinfeksi C. acutatum × 100% Σ benih yang diuji