• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan 2. Peningkatan Vigor Benih Cabai melalui Invigoras

2a).Invigorasi dengan Metode Perendaman Benih Menggunakan Bakteri Probiotik Pseudomonas Kelompok fluorescens (P24)

Perlakuan tingkat vigor awal dan perlakuan perendaman benih menunjukkan adanya interaksi pada tolok ukur daya berkecambah (DB), bobot kering kecambah normal (BKKN), indeks vigor (IV), keserempakan tumbuh (KST), dan kecepatan tumbuh (KCT) (Tabel 1). Pada Tabel 2 menunjukkan

pengaruh faktor tunggal tingkat vigor awal dan perlakuan perendaman terhadap tolok ukur potensi tumbuh maksimum (PTM) dan laju pertumbuhan kecambah (LPK) yang menunjukkan tidak ada interaksi dari kedua faktor perlakuan, sehingga data yang ditampilkan berdasarkan pengaruh faktor tunggal.

Hasil interaksi antara perlakuan tingkat vigor dan perlakuan perendaman menunjukkan terjadinya peningkatan viabilitas potensial dan vigor benih secara nyata yang dinilai berdasarkan tolok ukur daya berkecambah (DB), bobot kering kecambah normal (BKKN), indeks vigor (IV), keserempakan tumbuh (KST), dan

kecepatan tumbuh (KCT) (Tabel 1). Benih dengan tingkat vigor awal yang rendah

(14%) menunjukkan peningkatan viabilitas potensial dan vigornya setelah diberi perlakuan perendaman hingga tidak berbeda nyata dengan benih yang memiliki tingkat vigor awal tinggi. Hal ini membuktikan bahwa perlakuan invigorasi dengan metode perendaman dapat meningkatkan performansi perkecambahan. Hasil ini sejalan dengan beberapa penelitian yang pernah dilakukan, perlakuan perendaman dapat meningkatkan perkecambahan dan pertumbuhan tomat dan bawang (Ali et al. 1990), jagung (Dezfuli et al. 2008), dan cabai (Sutariati dan Wahab 2012). Perlakuan perendaman benih dengan bakteri Psudomonas kelompok fluorescens (P24) tidak memberikan perbedaan yang nyata dibandingkan dengan perlakuan perendaman lainnya.

Pengaruh tingkat vigor dan perlakuan perendaman terhadap tolok ukur potensi tumbuh maksimum (PTM) dan laju pertumbuhan kecambah (LPK) tidak menunjukkan adanya interaksi dari dua faktor perlakuan tersebut (Tabel 2). Tingkat vigor awal benih berdasarkan tolok ukur potensi tumbuh maksimum tidak berbeda nyata antara tingkat vigor tinggi, sedang, dan rendah. Pada tolok ukur laju pertumbuhan kecambah, tingkat vigor awal benih menunjukkan perbedaan yang nyata antara tingkat vigor tinggi dengan tingkat vigor rendah. Perlakuan perendaman dengan akuades secara nyata meningkatkan potensi tumbuh maksimum benih dibandingkan kontrol dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan perendaman lainnya. Berdasarkan tolok ukur laju pertumbuhan kecambah, perlakuan perendaman dengan akuades dan media tumbuh King‟s B cair mampu meningkatkan laju pertumbuhan kecambah paling baik dan berbeda secara nyata dengan kontrol dan perendaman dengan isolat Psudomonas kelompok fluorescens (P24).

Tabel 1 Interaksi perlakuan invigorasi dengan metode perendaman dan tingkat vigor benih terhadap daya berkecambah (DB), bobot kering kecambah normal (BKKN), indeks vigor (IV), keserempakan tumbuh (KST), dan

kecepatan tumbuh (KCT) pada benih cabai Seloka IPB

Invigorasi Benih

Tingkat Vigor Benih

V1 V2 V3 DB (%) I0 60.00 bB 090.00 bA 91.00 aA I1 96.00 aA 100.00 aA 96.00 aA I2 97.00 aA 099.00 aA 91.00 aB I3 93.00 aA 097.00 aA 85.00 aA BKKN (g) I0 0.0427 bB 0.0710 aA 0.0787 aA I1 0.0815 aA 0.0846 aA 0.0867 aA I2 0.0762 aA 0.0864 aA 0.0875 aA I3 0.0701 aA 0.0729 aA 0.0634 aA IV (%) I0 14.00 cC 34.00 bB 53.00 aA I1 68.00 aB 84.00 aA 57.00 aB I2 44.00 bA 53.00 bA 48.00 aA I3 24.00 bcB 54.00 bA 32.00 bB KST (%) I0 50.00 bB 82.00 bA 91.00 aA I1 95.00 aA 98.00 aA 96.00 aA I2 90.00 aB 98.00 aA 90.00 abB I3 83.00 aA 93.00 aA 78.00 bA KCT (% etmal-1) I0 07.02bB 11.23 cA 12.33 aA I1 13.30aA 14.19 aA 13.28 aA I2 12.38aB 13.28 abA 12.24 aB I3 11.27aA 13.16 bA 10.56 bA

Keterangan: V1= vigor rendah, V2 = vigor sedang, V3= vigor tinggi, I0= tanpa perendaman, I1=

perendaman dengan akuades, I2= perendaman dengan media King‟s B cair, I3=

perendaman dengan P. kel. fluorescens (P24). Angka yang diikuti dengan huruf kecil

yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf α = 5%; Angka

yang diikuti dengan huruf kapital yang sama pada baris yang sama tidak berbeda

nyata pada taraf α = 5%

Perlakuan perendaman dengan akuades menghasilkan nilai viabilitas potensial dan vigor tertinggi dibandingkan dengan perlakuan perendaman lainnya. Perlakuan perendaman dengan media tumbuh dan isolat Pseudomonas kelompok fluorescens menghasilkan nilai viabilitas potensial dan vigor lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan perendaman dengan akuades. Hal ini diduga karena kandungan hara yang terdapat dalam media tumbuh bakteri serta zat pengatur tumbuh yang dihasilkan isolat Pseudomonas kelompok fluorescens yang berlebih untuk kebutuhan perkecambahan benih. Menurut Setyowati (2013), perlakuan pelapisan benih dengan bakteri probiotik dan penyemprotan dengan media tumbuh bakteri dapat meningkatkan jumlah daun dan tinggi bibit cabai

21

mulai 3 MST hingga 6 MST bila dibandingkan dengan tanpa penyemprotan media tanam. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam media tumbuh bakteri tersebut terdapat kandungan hara yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman cabai. Isolat bakteri Pseudomonas kelompok fluorescens (P24) mampu menghasilkan zat pengatur tumbuh IAA, sitokinin dan giberelin yang berperan dalam perkecambahan benih terutama dalam pematahan dormansi, sehingga dapat meningkatkan perkecambahan (Widajati et al. 2012; Sutariati et al. 2006a; Liu et al. 2013; Kucera et al. 2005). Hara dan zat pengatur tumbuh dalam konsentrasi tertentu tersebut dapat membantu meningkatkan perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman secara optimum, tetapi apabila dalam konsentrasi yang kurang tepat dapat menghambat perkecambahan serta pertumbuhan (Karjadi dan Buchory 2008). Pada konsentrasi yang tinggi zat pengatur tumbuh IAA lebih bersifat menghambat pertumbuhan (Suprapto 2004; Dewi 2009). Diduga hal itu yang menyebabkan rendahnya viabilitas potensial dan vigor benih yang diberi perlakuan perendaman dengan media King‟s B dan perendaman dengan isolat bakteri Pseudomonas kelompok fluorescens (P24) dibandingkan perendaman dengan akuades.

Tabel 2 Pengaruh perlakuan invigorasi dengan metode perendaman dan tingkat vigor benih terhadap tolok ukur potensi tumbuh maksimum (PTM) dan laju pertumbuhan kecambah (LPK) pada benih cabai Seloka IPB

Perlakuan PTM (%) LPK (mg KN-1) Tingkat Vigor V1 91.75 3.09 b V2 96.75 3.25 ab V3 93.50 3.46 a Invigorasi benih I0 87.33 b 3.14 b I1 99.00 a 3.46 a I2 96.67 a 3.49 a I3 93.00 ab 2.97 b

Keterangan: V1= vigor rendah, V2= vigor sedang, V3= vigor tinggi, I0= kontrol kering, I1=

perendaman dengan akuades, I2= perendaman dengan media King‟s B cair, I3=

perendaman dengan P. kel. fluorescens(P24); Angka yang diikuti dengan huruf yang

sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf α = 5%

2b).Invigorasi dengan Metode Matriconditioning Benih Menggunakan Bakteri Probiotik Pseudomonas Kelompok fluorescens (P24)

Percobaan invigorasi dengan metode matriconditioning menunjukkan tidak terdapat interaksi antara perlakuan tingkat viabilitas dan perlakuan matriconditioning. Pengaruh tingkat viabilitas terhadap viabilitas potensial (Tabel 3) dan vigor (Tabel 4) benih pada percobaan invigorasi dengan metode matriconditioning ini menunjukkan bahwa terjadi perbedaan yang nyata pada tolok ukur daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, laju pertumbuhan kecambah, dan keserempakan tumbuh, sedangkan pada tolok ukur bobot kering kecambah normal, indeks vigor dan kecepatan tumbuh perlakuan tingkat viabilitas tidak berbeda nyata.

Tabel 3 Pengaruh perlakuan invigorasi dengan metode matriconditioning dan tingkat viabilitas benih terhadap tolok ukur viabilitas potensial benih cabai Seloka IPB

Perlakuan DB (%) PTM (%) BKKN (g) Tingkat viabilitas V1 83.77 b 88.52 b 0.0730 V2 88.17 ab 94.41 a 0.0721 V3 92.73 a 95.15 a 0.0745 Invigorasi Benih M0 86.93 91.97 0.0698 cd M1 83.73 89.03 0.0672 d M2 89.67 94.67 0.0739 bc M3 86.05 90.04 0.0666 d M4 88.00 91.33 0.0709 cd M5 91.14 95.30 0.0779 b M6 92.05 96.52 0.0862 a

Keterangan: DB= daya berkecambah, PTM= potensi tumbuh maksimum, BKKN= bobot kering

kecambah normal, V1= viabilitas rendah, V2= viabilitas sedang, V3= viabilitas tinggi,

M0= kontrol kering, M1= matriconditioning dengan gambut, M2= matriconditioning

dengan arang sekam, M3= matriconditioning media king‟s B dengan gambut, M4=

matriconditioningmedia king‟s B dengan arang sekam, M5= matriconditioning isolat

P. kel. fluorescens (P24) dengan gambut, M6= matriconditioning isolat P. kel.

fluorescens (P24) dengan arang sekam. Angka yang diikuti dengan huruf yang sama

pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf α = 5%

Tabel 4 Pengaruh perlakuan invigorasi dengan metode matriconditioning dan tingkat viabilitas benih terhadap tolok ukur vigor benih cabai Seloka IPB

Perlakuan LPK (mg KN-1) IV (%) KST (%) KCT (% etmal-1) Tingkat viabilitas V1 4.05 a 45.35 78.73 b 11.18 V2 3.93 b 51.74 80.32 b 11.85 V3 3.90 b 45.30 86.24 a 12.15 Invigorasi Benih M0 3.86 cd 24.72 d 81.41 10.77 b M1 3.75 d 34.81 cd 76.29 10.62 b M2 3.93 c 66.78 a 81.22 12.99 a M3 3.69 d 43.06 bc 80.90 11.25 b M4 3.87 cd 52.67 b 81.83 11.89 ab M5 4.15 b 43.34 bc 84.40 11.77 ab M6 4.49 a 66.85 a 86.29 12.81 a

Keterangan: LPK= laju pertumbuhan kecambah, IV= indeks vigor, KST= keserempakan tumbuh,

KCT= kecepatan tumbuh, V1= viabilitas rendah, V2= viabilitas sedang, V3= viabilitas

tinggi, M0= kontrol kering, M1= matriconditioning dengan gambut, M2=

matriconditioning dengan arang sekam, M3= matriconditioning media king‟s B

dengan gambut, M4= matriconditioning media king‟s B dengan arang sekam, M5=

matriconditioning isolat P. kel. fluorescens (P24) dengan gambut, M6=

matriconditioning isolat P. kel. fluorescens (P24) dengan arang sekam. Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf

23

Perlakuan invigorasi dengan metode matriconditioning memberikan pengaruh yang nyata terhadap viabilitas potensial (Tabel 3) dan vigor (Tabel 4) pada tolok ukur bobot kering kecambah normal (BKKN), laju pertumbuhan kecambah (LPK), indeks vigor (IV) dan kecepatan tumbuh (KCT) serta tidak berpengaruh nyata pada tolok ukur daya berkecambah (DB), potensi tumbuh maksimum (PTM) dan keserempakan tumbuh (KST). Perlakuan awal benih dengan metode matriconditioning dilaporkan dapat meningkatkan perkecambahan dan bobot kering kecambah benih bawang (Kepczynska et al. 2003), cabai (Asie 2004), dan tomat (Susilawati 2006).

Perlakuan matriconditioning benih dengan bahan matriks arang sekam dan isolat Pseudomonas kelompok fluorescens (P24) merupakan perlakuan yang paling baik dibandingkan tanpa perlakuan dan perlakuan matriconditioning lainya. Pada tolok ukur bobot kering kecambah normal (BKKN) dan laju pertumbuhan kecambah (LPK), perlakuan ini berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada tolok ukur indeks vigor (IV) dan kecepatan tumbuh (KCT) perlakuan

tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan matriconditioning arang sekam, dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa aplikasi Pseudomonas kelompok fluorescens (P24) dengan cara matriconditioning berbahan matriks arang sekam dapat meningkatkan viabilitas potensial dan vigor benih dengan baik. Kemampuan Psudomonas kelompok fluorescens (P24) dalam menghasilkan zat pengatur tumbuh khususnya IAA, sitokinin dan giberelin yang menyebabkan peningkatan viabilitas benih secara nyata dibandingkan dengan tanpa perlakuan. Sutariati (2009) menjelaskan perlakuan matriconditioning yang diinkoporasikan dengan Pseudomonas fluorescens memberikan pengaruh postif terhadap viabilitas benih cabai. Begitu pula dengan Ashrafuzzaman et al. (2009) dan Agustiansyah et al. (2010) menyatakan, perlakuan matriconditioning dengan rizobakteri dapat memberikan pengaruh postif terhadap perkecambahan benih padi.

Penggunaan bahan matriks arang sekam menunjukkan hasil viabilitas dan vigor yang lebih baik dari pada menggunakan gambut (Tabel 3 dan Tabel 4). Bahan matriks yang umumnya digunakan untuk matriconditioning antara lain Micro Cel-E, vermikulit untuk beberapa spesies benih sayuran dan bunga (Khan 1992), abu gosok, serbuk gergaji dan arang sekam (Yunitasari dan Ilyas 1994; Suryani 2003).

Berdasarkan hasil percobaan pertama ini didapatkan aplikasi Pseudomonas kelompok fluorescens (P24) dengan cara invigorasi yang tepat untuk meningkat viabilitas benih adalah metode matriconditioning. Metode matriconditioning yang diinkorporasikan dengan bakteri probiotik dapat meningkatkan viabilitas benih dibandingkan dengan matriconditioning dengan akuades maupun media tumbuh bakteri tersebut. Selain itu, diduga konsentrasi isolat Pseudomonas kelompok fluorescens yang diaplikasikan dengan metode matriconditioning dapat dimanfaatkan lebih optimum dibandingkan dengan metode perendaman.

Khan (1992) menyatakan, perlakuan matriconditioning memiliki fase imbibisi yang lebih lama dibandingkan perlakuan perendaman benih saja. Fase imbibisi yang cepat seperti pada perlakuan perendaman benih dapat menyebabkan rusaknya membran dikarenakan masuknya air ke dalam benih yang terlalu cepat. Ekosari et al. (2011) menambahkan, metode matriconditioning memiliki kelebihan antara lain kapasitas memegang airnya tinggi, sistem hantarannya dapat

diduga, kerapatan ruangnya besar dan memiliki sifat mencampur yang baik jika dibandingkan dengan metode perendaman (osmoconditioning).

Menurut Afzal et al. (2002) menyatakan bahwa benih jagung hibrida yang diberi perlakuan hidrasi dengan dua metode yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda, perlakuan matriconditioning mampu meningkatkan daya berkecambah, menurunkan T50, meningkatkan panjang akar, dan panjang tajuk, dibanding perlakuan osmoconditioning dan hydropriming. Afzal et al. (2004) juga menambahkan benih kanola yang diberi perlakuan matriconditioning menunjukkan pertumbuhan yang tinggi pada fase perkecambahan, fase pembibitan, serta peningkatan permeabilitas membran.

Percobaan 3. Aplikasi Probiotik Pseudomonas Kelompok fluorescens (P24)