• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI DAERAH ALIRAN UDARA ERUPSI GUNUNG API

KONSEP DAERAH ALIRAN UDARA ERUPSI GUNUNG API DAN APLIKASINYA

3 APLIKASI DAERAH ALIRAN UDARA ERUPSI GUNUNG API

Walaupun erupsi gunung api setelah beberapa lama debu vulkaniknya dapat menyuburkan lahan, tetapi ketika erupsi gunung api terjadi selalu saja terdapat dampak buruk yang ditimbulkan (minimal hujan debu). Debu vulkanik yang dilepaskan oleh erupsi gunung api mengandung mineral silikat yang berbentuk kristal runcing dan tajam sehingga jika terkena mata dan masuk ke dalam sistem pernafasan akan sangat berbahaya.

Erupsi gunung api adalah bencana alam alami yang tidak dapat diprediksi bila akan terjadi. Oleh karena itu dengan melihat dampak yang diakibatkannya maka adalah sangat perlu untuk membuat peta daerah aliran udara erupsinya. Peta daerah aliran udara ini akan mencakup trayektori dari material erupsi itu sendiri. Gambar 3-1 akan menyajikan contoh daerah aliran udara polutan belerang dari kebakaran hutan di Australia yang menuju Bandung.

Keterangan: warna merah menunjukkan arah angin pada ketinggian 100 m, hijau pada ketinggian 300 m, dan biru pada 500 m (Sumber: Supriatin et al., 2016)

41

Erupsi gunung api mencakup tiga jenis material yaitu padat (lahar dan debu vulkanik), cair (lava), dan gas (awan panas dan sebaran gas-gas vulkanik yang beracun mengandung sulphat). Peta daerah aliran udara erupsi gunung api untuk mengetahui trayektori penyebaran awan panas, hujan debu, dan emisi gas-gas vulkanik, sementara trayektori lava dan lahar di darat dan dalam aliran sungai tidak dapat diketahui. Jadi mungkin saja warga masyarakat akan selamat dan terhindar dari awan panas, tetapi dapat saja terperangkap oleh banjir lahar dingin sehingga korban dapat bertambah. Oleh karena itu jalur evakuasi warga sekitar gunung api dibuat berdasarkan ke dua informasi itu yaitu daerah aliran udara erupsi gunung api dan aliran sungai. Gambar 3-2 menyajikan aliran lahar dingin gunung Merapi di Yogyakarta

Kombinasi antara informasi daerah aliran udara erupsi gunung api dan daerah aliran sungai tempat mengalirnya lahar dingin serta sistem informasi geografi (berupa lokasi bunker/ruang bawah tanah, jalan, tanah lapang yang aman, kantor pemerintahan, fasilitas umum) dapat digunakan sebagai pedoman pembuatan jalur evakuasi warga yang tinggal di sekitar gunung api. Jalur evakuasi ini bertujuan untuk mengurangi korban

awan panas dan lahar dingin. Gambar 3-2 menyajikan konsep pembuatan jalur evakuasi warga masyarakat sekitar erupsi gunung api.

Jalur evakuasi akan dibuat melalui daerah atau lokasi yang menghindari daerah aliran udara erupsi gunung api dan juga menghindari daerah aliran sungai atau genangan lahar dingin yang sewaktu-waktu dapat saja menjadi bencana banjir lahar dingin. Jalur evakuasi ini juga akan dibuat menuju bunker atau lokasi fasilitas umum/fasilitas sosial yang dimiliki pemerintah desa setempat atau menuju lokasi pengungsian.

Seringkali ketika berkunjung ke rumah sakit, pusat perbelanjaan, atau fasilitas umum lainnya jalur evakuasi dan lokasi titik berkumpul jika terjadi bencana kebakaran atau gempa bumi diberi tanda-tanda khusus berupa petunjuk yang ditempel pada dinding lengkap dengan tanda panah yang menuju ke pintu keluar atau lokasi titik berkumpul yang aman. Untuk jalur evakuasi warga masyarakat yang tinggal di sekitar gunung api seharusnya juga demikian sehingga ketika terjadi erupsi gunung api, warga tidak kebingungan harus ke mana dan mencari tempat pengungsian yang aman. Aparat desa juga harus dengan gencar mensosialisasikan jalur evakuasi korban erupsi gunung api ini kepada warganya.

Gambar 3-2: Aliran lahar dingin gunung Merapi

Gambar 3-3: Konsep jalur evakuasi warga masyarakat sekitar erupsi gunung api

42

4 PENUTUP

Daerah aliran udara erupsi gunung api akan mencakup daerah penyebaran awan panas, hujan debu, dan emisi gas vulkanik. Informasi arah dan kecepatan angin-angin lokal (angin lembah dan angin gunung) diperlukan untuk pembuatan daerah aliran udara ini. Daerah aliran udara dapat dimanfaatkan sebagai pedoman untuk pembuatan jalur evakuasi warga sekitar gunung api jika erupsi terjadi. Jalur evakuasi ini dibuat tidak hanya berdasarkan informasi daerah aliran udara erupsi gunung api, tetapi juga berdasarkan informasi aliran sungai serta informasi spasial lainnya yang mendukung. Jalur evakuasi warga akan menghindari daerah aliran udara erupsi gunung api, juga menghindari daerah tepian sungai tempat mengalirnya banjir lahar dingin. Jalur evakuasi warga sekitar gunung api ini nantinya harus lengkap disertai dengan tanda khusus dan tanda panah serta petunjuk yang menuju ke lokasi pengungsian atau titik berkumpul warga yang aman. Sosialisasi dari aparat desa ke warganya harus dilakukan dengan jelas dan benar guna mengurangi korban yang lebih banyak lagi.

DAFTAR RUJUKAN

Asdak, C., 2002. Hidrologi dan Pengelolaan

Daerah Aliran Sungai, Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta.

Gunawn, T., 2016. Pemanfaatan Teknologi

Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai.

Proseding Seminar Nasional Management Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai ke 2, Yogyakarta, 12 Mei 2016, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Heckendorn, P.,D., Weisenstein, S., Fueglistaler, B., P., Luo, E., Rozanov, M., Schraner, L., W., Thomason, T., Peter, 2009. The

Impact of Geoengineeringaerosols on Stratospheric Temperature and Ozone,

Environmental research Letters 4, doi: 10.1088/1748-9326/4/4/045108.

https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar gunung

berapi di Indonesia.

Richard, E. S., S. N., Williams, and B., Huebert, 1987. Annual Contribution of SO2 to The

Atmosphere by Volcanoes, Journal of

Vulcanology and Geothermal Research, 33: 1-8.

Sawyer, G. M., Salerno, G. G., Le Blond, J. S., Martin, R. S., Spam pinato, L., Roberts, T. J., Macher, T. A., Witt, M. L. I., Tsanev, V. I., Oppenheimer, C., 2008.

Gas and Aerosols Emissions from Villarrica Volcano, Chile, Journalof

Vulcanology and Geothermal Research, 203: 62-75.

Slamet, L. S., 2014. Potensi Emisi Metana Ke

Atmosfer Akibat Banjir, Berita Dirgantara, vol. 15, no. 1, Juni 2014. Soedomo, M., 2001. Kumpulan Karya Ilmiah

Mengenai Pencemaran Udara, Penerbit

ITB, Bandung.

Soenarmo, S. H., 2001. Model Dinamika

Pencemaran Udara Peranannya dalam Studi Iklim Perkotaan di Indonesia,

Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Iklim dan Cuaca Nasional, LAPAN, Bandung. Sumaryati, 2014. Mixing Height di Atas Gunung

Api di Sumatera Terkait dengan Penyebaran SO2 Vertikal, Jurnal Lingkungan Tropis, 8(1), Maret 2014, 39-47.

Supriatin, L. S., M., Santoso, D. D., Lestiani,

2016. Estimasi Lokasi Sumber

Pencemar Udara Jarak Jauh di Kota Bandung, dalam Buku Bunga Rampai yang berjudul Sains dan Teknologi Atmosfer Benua Maritim Indonesia,

Media Akselerasi, Bandung.

USGS, 2010. Volcanic Gases and Their Effect. http://volcanoes.usgs.gov/hazards/gas/ index.php.

Woodhouse, M. J., A. J., Hogg., J. C., Philips, and R. S. J., Sparks, 2013. Interaction

Between Volcanic Plumes and Wind During the 2010 Eyjafjallajokull Eruption,

Iceland, Journal of Geophysical

Research Solid Earth, 118, doi: 10.1029/2012JB00959.

43

INFORMASI PENURUNAN NILAI FREKUENSI KRITIS LAPISAN F2