• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPELEMENTASI INFORMASI PENURUNAN NILAI fOF2 PADA

INFORMASI PENURUNAN NILAI FREKUENSI KRITIS LAPISAN F2 (foF2) IONOSFER BAGI PENGGUNA KOMUNIKASI RADIO SINGLE

4 IMPELEMENTASI INFORMASI PENURUNAN NILAI fOF2 PADA

LAYANAN SWIFtS

Implementasi informasi penurunan nilai foF2 pada layanan SWIFtS disajikan dalam kemasan informasi prediksi depresi MUF. Dalam layanan SWIFtS, informasi depresi MUF ditujukan sebagai informasi prediksi peristiwa penurunan nilai foF2 terhadap nilai median bulanan-nya. Tingkat gangguan informasi depresi

MUF diklasifikasikan dalam skala

kualita-tif. Definisi dari skala yang digunakan dalam depresi MUF pada layanan SWIFtS dijelaskan pada Tabel 4-1

49

Tabel 4-1: SKALA DEPRESI MUF PADA LAYANAN SWIFtS

Skala Penjelasan

Quiet

Ionosfer dalam kondisi normal sesuai dengan variasi harian frekuensi kritis F2 (foF2) ionosfer yang tidak lebih besar dari 30 %

Minor

MUF depression akibat penurunan nilai foF2 yang lebih

dari 30 % dari nilai median foF2 dengan durasi kejadian mencapai 30 menit

Moderate

MUF depression akibat penurunan nilai foF2 yang lebih

dari 30 % dari nilai median foF2 dengan durasi kejadian mencapai 2 jam

Strong

MUF depression akibat penurunan nilai foF2yang lebih

dari 30 % dari nilai median foF2 dengan durasi kejadian mencapai 2-6 jam.

Severe

MUF depression akibat penurunan nilai foF2yang lebih

dari 30 % dari nilai median foF2 dengan durasi kejadian mencapai 6-12 jam.

Extreme

MUF depression akibat penurunan nilai foF2yang lebih

dari 30 % dari nilai median foF2 dengan durasi kejadian mencapai > 12 jam.

Untuk menyatakan terjadinya peristiwa penurunan nilai foF2, nilai ambang batas (threshold) yang digunakan dalam layanan SWIFtS adalah 30% dari nilai median bulananfoF2. Penurunan nilai foF2 dinyatakan terjadi apabila nilai

foF2 mengalami penurunan lebih besar

dari 30% dari nilai median bulanannya. Besaran nilai ambang batas tersebut mengacu pada bobot nilai median foF2 yang proses perhitungannya diperoleh berdasarkan parameter statistik. Nilai median foF2 bukanlah sebuah nilai mutlak, namun merupakan nilai dengan peluang tertinggi yang dalam implemen-tasinya dapat menyimpang dari median

foF2. Oleh karena itu, simpangan yang

digunakan sebagai toleransi terjadinya

penurunan nilai foF2 adalah sebesar 30%. Batas nilai toleransi tersebut mengacu pada implementasi yang dilakukan oleh Badan Meteorologi Australia (BOM, 2017).

Pada Gambar 4-1 disajikan contoh informasi penurunan nilai foF2 pada layanan SWIFtS. Informasi yang disajikan merupakan prakiraan terjadinya kondisi penurunan nilai MUF yang merupakan representasi penurunan nilai foF2 dalam suatu sirkuit komunikasi radio. Level gangguan informasi depresi MUF yang dinyatakan dalam Gambar 4-1 menun-jukkan bahwa dalam satu hari kedepan gangguan yang terjadi akan berada di level Moderate.

50

Gambar 4-1: Informasi penurunan nilai foF2 dalam layanan SWIFtS

Berdasarkan Tabel 4-1, nilai depresi

MUF yang mencapai skala Moderate

memiliki arti bahwa peluang terjadinya penurunan nilai foF2 dapat mencapai 2 jam untuk satu hari kedepan. Bagi pengguna komunikasi radio SSB, hal ini bermanfaat sebagai informasi kemung-kinan terjadinya kegagalan komunikasi radio SSB pada frekuensi tertentu akibat menurunnya nilai foF2. Nilai fc yang digunakan dapat mengalami kegagalan karena menurunnya nilai frekuensi yang mampu dipantulkan oleh lapisan ionosfer. Bagi pengguna komunikasi radio, infor-masi prediksi tersebut sangat bermanfaat sebagai dasar untuk menyiapkan langkah antisipasi. Pengguna komunikasi radio SSB dapat mempertimbangkan dan menyiapkan solusi lain agar komunikasi yang direncanakan dapat tetap terjadi. Kondisi ini menunjukkan bahwa informasi penurunan nilai foF2 merupakan hal

yang sangat penting bagi pengguna komunikasi radio SSB.

5 PENUTUP

Keberhasilan komunikasi radio SSB tidak dapat dilepaskan dari kebutuhan akan informasi kondisi ionosfer yang salah satunya adalah parameter nilai

foF2. Nilai foF2 menjadi faktor penentu

keberhasilan perambatan gelombang radio pada lapisan ionosfer sehingga digunakan juga dalam menentukan nilai frekuensi kerja (fc) dalam Metode manajemen frekuensi. Peristiwa penurunan nilai

foF2 akan berimbas pada kegagalan

perambatan gelombang radio sehingga informasi dari depresi foF2 merupakan hal yang penting untuk disampaikan kepada pengguna komunikasi radio SSB. Informasi depresi foF2 bermanfaat untuk digunakan oleh praktisi komunikasi radio SSB baik dalam proses perencanaan,

51

pelaksanaan, maupun evaluasi kegiatan komunikasi radio yang dilakukan secara rutin. Informasi tersebut juga diterapkan dalam layanan SWIFtS yang dikemas didalam informasi prediksi MUF Depression.

DAFTAR RUJUKAN

Abubar, M., 2016. Dinas Kesehatan Waropen

akan Pasang Perangkat Komunikasi SSB di Puskesmas”. ANTARAPAPUA. http://

www.

antarapapua.com/berita/455855/dinas- kesehatan-waropen-akan-pasang- perangkat-komunikasi-ssb-di-puskesmas, akses Januari 2017.

Blaunstein, N., and Plohotniuc, E., 2008.

Ionosphere and Applied Aspects of Radio Communication and Radar. CRC Press

Taylor & Francis Group. ISBN 978-1-4200-5514-6.

BOM, 2017. Current foF2 Plots. http:// www.sws.bom.gov.au/HF_Systems/1/2/1 .Bureau of Meteorology Australia. Akses Januari 2017.

Davies, K., 1990. Ionospheric Radio. Radio

Waves. Propagation of effects on

ionosphere. Peter Peregrinus Ltd.

London, United Kingdom. ISBN 0 86341 186 X.

Dear, V., 2012. Telaah Perbandingan Hasil uji

komunikasi Menggunakan Sistem Automatic Link Establishment (ALE)

dengan Data Ionosonda Tanjungsari Untuk Sirkuit Komunikasi Bandung-Watukosek.” Berita Dirgantara Vol 13 No.

1 Maret 2012. ISSN 1411-8920.

Faiz, 2015. Operator Radio SSB Sintang Dapat

Pembekalan Teknis. Antara Kalbar.

http://www. antarakalbar.

com/berita/333539/operator-radio- ssb-sintang-dapat-pembekalan-teknis, akses Januari 2017.

Ismailian T., N., 2015. Begini Cara TNI AU

Pantau Pesawat Asing yang Melintas di Perairan Ambalat. DetikNews. http://news.detik.com/

berita/2940206/begini-cara-tni-au- pantau-pesawat-asing-yang-melin-tas-di-perairan-ambalat. Akses Januari 2017. ISPACG, 2010. HF Frequency Management

Guidance Materiel for the South Pacific Region. International Civilaviation Organization Asia And Pacific Office (ICAO) documents ISPACG.

Kemkominfo, 2008. Peraturan Menteri

Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor: 28/P/M.Kominfo/ 9/2008tentang Tata Cara Dan Persyaratan Perizinan Penyelenggara-an Penyiaran. Kemenkominfo, 2008.

Maslin, N., M., 2003. HF Communications: A

Systems Approach : Chapter 8 : Frequency Management, CRC Press.

McNamara, L.,F., 1991a. The Ionosphere:

Communications, Surveillance, and Direction Finding, Chapter 7. Communications Problems under Normal Conditions, Krieger Publishing Company.hal. 93-103.

McNamara, L.,F., 1991b. The Ionosphere: Communications, Surveillance, and Direction Finding, Chapter 6; Predictions for HF Communications”, page 75-92,

Krieger Publishing Company.

Muslim, B., Jiyo, Martiningrum, D., R, and Asnawi, 2012. Current Status and Future

Plan of Ionospheric Observation and Research in LAPAN”. 1 st AOSWA

WORKSHOP, Chiang May Thailand, 22-24 Februari 2012. http://aoswa. nict. go.jp/wsreport2012/pdf/[I-04]

presentation.pdf.

Polakitan, K., 2012. Dua Dokter PTT Layani Warga

di Kecamatan Marore. Antara Sulut.

http://www. antarasulut.

com/berita/16542/dua-dokter-ptt-layani-warga-di-kecamatan-marore, akses Januari 2017.

Rowell, T., F., Yizengaw, E., Doherty, P., H., and Basu, S., 2017. Ionospheric Space

Weather. Longitude and Hemispheric

Dependences and Lower Atmosphere Forcing. John Wiley & Sons, Inc. Hoboken, New Jersey.ISBN : 978-1-118-92920-9.

52

Suhartini, S., 2012. Analisis Kompatibilitas Indeks

Ionosfer Regional. Jurnal Sains Dirgantara Vol. 9 No. 2 Juni 2012. ISSN 1412-808X.

Widianingrum, C., Sucipto, dan Sodikin, I.,

2015.Pussainsa Kembangkan Swifts.

http://pussainsa.lapan.go.

id/index.php/subblog/read/2015/284/P ussainsa-Kembangkan-Swifts, Akses April 2015.

Zolesi, B., and Cander, L.,R., 2014. Ionospheric

Prediction and Forecasting. Springer

Heidelberg New York Dordrecht London. DOI 10.1007/978-3-642-38430-1.

(Pedoman Penulisan Berita Dirgantara)

JUDUL MAKALAH DITULIS DENGAN HURUF KAPITAL TEBAL