Berita
DIRGANTARA
MAJALAH ILMIAH SEMI POPULER
VOL. 18 NO. 1 JUNI 2017 ISSN 1411-8920
DITERBITKAN OLEH:
LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL
Jl. Pemuda Persil No. 1, Jakarta 13220, INDONESIA
Berita
DIRGANTARA
MAJALAH ILMIAH SEMI POPULER
VOL. 18 NO. 1 JUNI 2017 ISSN 1411-8920
Igif G Prihanto
1 – 18
Rommy Hartono, Deddy El Amin, Rakhmad Yatim
19 – 28
Fanny Aditya Putri dan Sinta Berliana Sipayung
29 – 36
Lilik S. Supriatin
37 – 42
Varuliantor Dear
43 – 52
DITERBITKAN OLEH:LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL
Jl. Pemuda Persil No. 1, Jakarta 13220, INDONESIA
Berita
DIRGANTARA
MAJALAH ILMIAH SEMI POPULER
SUSUNAN DEWAN PENYUNTING BERITADIRGANTARA
Penyunting:
Ketua
Dra. Sinta Berliana S., M.Sc
Anggota
Dra. Nanik Suryo Harjani, M.Si Drs. Mamat Ruhimat, M.Si
Ir. Widodo Slamet, M.Si Ir. Setiadi, MT Kosim Abdurohman. ST Fajar Iman Nugraha, ST, MTi
SUSUNAN SEKRETARIAT REDAKSI BERITA DIRGANTARA
Pemimpin Umum:
Ir. Christianus Ratrias Dewanto, M.Eng Pemimpin Redaksi:
Ir. Jasyanto, MM Redaksi Pelaksana: Mega Mardita, S.Sos.,M.Si
Suryadi, S.Sos Aprian Rizki Fauzi, S.IK
Aulia Pradipta, S.S. Tata Letak
M. Luthfi
VOL.18 NO.1 JUNI 2017 ISSN 1411-8920
DARI MEJA PENYUNTING Sidang pembaca yang terhormat,
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, Berita Dirgantara Vol. 18, No. 1, Juni 2017 dapat hadir kembali ke hadapan para pembaca sekalian.
Berita Dirgantara edisi kali ini memuat 5 (lima) artikel yaitu,
“Government Dan Penerapannya” ditulis oleh Igif G. Prihanto.
E-Government oleh PBB didefinisikan sebagai penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi dan penerapannya oleh pemerintah untuk menyediakan informasi dan layanan publik kepada masyarakat;
“Rancang Bangun Simulator Pembangkit Data Attitude Control System (ACS) Stream” ditulis oleh Rommy Hartono, Deddy El Amin, Rakhmad Yatim. Perancangan, pembuatan, dan pengujian simulator data pembangkit data Attitude Control System (ACS) yang mampu menunjukkan hasil-hasil data dari sensor yang ada di satelit;
“Evapotranspirasi Potensial DAS Cimanuk Menggunakan Parameter Temperatur Berbasis Data Modis” ditulis oleh Fanny Aditya Putri dan Sinta Berliana Sipayung. Salah satu metode penginderaan jauh yang dapat digunakan untuk mengestimasi nilai evapotranspirasi adalah data
Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS);
“Konsep Daerah Aliran Udara Erupsi Gunung Api dan Aplikasinya” ditulis oleh Lilik S. Supriatin. Perpaduan antara peta daerah aliran udara erupsi gunung api dan aliran sungai serta informasi spasial lain dapat digunakan sebagai pedoman untuk pembuatan jalur evakuasi warga sekitar gunung api ketika erupsi terjadi;
Artikel terakhir dengan judul “Informasi Penurunan Nilai Frekuensi Kritis Lapisan F2 (foF2) Ionosfer Bagi Pengguna Komunikasi Radio Single Side Band (SSB)”, ditulis oleh Varuliantor Dear. Penurunan nilai frekuensi kritis lapisan F2 (foF2) ionosfer memiliki dampak terhadap pengguna komunikasi radio SSB (Single Side Band). Dampak tersebut berkaitan dengan aspek perambatan gelombang radio pada lapisan ionosfer dan metoda yang digunakan dalam proses pemilihan frekuensi.
Demikian makalah-makalah yang dapat kami sajikan dalam edisi kali ini, semoga sidang pembaca dapat mengambil manfaatnya.
Penyunting
Alamat Penerbit/Redaksi : LAPAN, JL. Pemuda Persil No. 1 Rawamangun, Jakarta Timur 13220
Telepon : 4892802, ext. 142, 146 Fax : (021) 47882726 Email : [email protected]
[email protected] Milis : [email protected]
Berita Dirgantara merupakan terbitan ilmiah semi populer di bidang kedirgantaraan.
Terbit setiap enam bulan, memuat tulisan yang bersifat ilmiah semi populer mengenai hasil-hasil penelitian, tinjauan atau pandangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan bidang kegiatan kedirgantaraan dari para peneliti dan staf LAPAN maupun non LAPAN. Setiap orang dapat mengutip terbitan LAPAN dengan menyebutkan
1
E-GOVERNMENT DAN PENERAPANNYA
Igif G. PrihantoPusat Teknologi Informasi dan Standar Penerbangan dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Jl. Pemuda Persil No. 1, Jakarta 13220 Indonesia e-mail: igif.prihanto @lapan.go.id
RINGKASAN
E-Government oleh PBB didefinisikan sebagai penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi dan penerapannya oleh pemerintah untuk menyediakan informasi dan layanan publik kepada masyarakat. Sejak itu, beberapa negara anggota PBB mulai berlomba-lomba menjadi yang terdepan dalam implementasi e-Government. Implementasi e-Government ini mampu menciptakan interaksi yang ramah, nyaman, transparan dan murah antara pemerintah dan masyarakat
(G2C-government to citizens), pemerintah dan perusahaan bisnis (G2B-(G2C-government to business enterprises)
dan hubungan antar pemerintah (G2G- government to government). Adapun penerapan digunakan untuk (1) mempromosikan pemerintahan yang lebih efisien dan efektif, memfasilitasi layanan pemerintah yang lebih baik, memungkinkan akses publik yang lebih besar ke informasi, dan membuat akuntabilitas pemerintah lebih baik ke publik; dan (2) memperpendek jarak antara aparat pemerintah sebagai pelayan publik dengan masyarakat sebagai public service customer. Oleh karena itu kajian ini bertujuan untuk mengetahui tentang e-Government dan penerapannya. Hasilnya menunjukkan bahwa e-Government telah dikembangkan dan diterapkan oleh beberapa negara maju maupun negara berkembang dalam berbagai bidang, antara lain untuk pendataan data penduduk di Korea, Layanan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik di LAPAN, J-ID (Jembrana Identitas Diri) dan J-Net (Jimbarwana Networking) di Pemerintah Kabupaten Jembrana.
1 PENDAHULUAN
Menurut World Bank (2015),
e-Government diartikan sebagai penggunaan
teknologi informasi oleh lembaga peme-rintah yang mempunyai kemampuan untuk mentransformasikan hubungan pemerintah dengan warganya, pelaku dunia usaha (bisnis), dan lembaga pemerintah lainnya. PBB mendefinisikan
e-Government sebagai penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi dan penerapannya oleh pemerintah untuk menyediakan informasi dan layanan publik kepada masyarakat (Alshomrani, 2012). Pemerintah Selandia Baru melihat
e-Government adalah sebuah cara bagi
pemerintahaannya menggunakan sebuah teknologi baru untuk melayani masyarakat dengan memberikan kemudahan akses pelayanan dan informasi, menambah
kualitas pelayanan, serta memberikan peluang berpartisipasi dalam proses dan institusi demokrasi. Pemerintah Federal Amerika Serikat dalam mendefinisikan
e-Government mengacu kepada
penyam-paian informasi dan pelayanan online pemerintahan melalui internet atau media digital lainnya. Italia mungkin termasuk salah satu negara yang paling lengkap dan detail dalam mendefinisikan
e-Government sebagai penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi yang modern pada pengadministrasian negara, melalui berbagai aplikasi. Indonesia melalui Kemkominfo menegaskan e-Government adalah upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Menurut
2
Forman (2005), e-Government secara umum dapat didefinisikan sebagai penerapan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kinerja dari fungsi dan layanan pemerintah tradisional. Lebih spesifik lagi, e-Government adalah penggunaan teknologi digital untuk mentransformasi kegiatan-kegiatan pemerintah yang ber-tujuan untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi, dan penyampaian layanan.
Dalam implementasinya, seorang pejabat senior Asean Development Bank (ADB) bernama Clay W., Wesscot men-definisikan e-Government sebagai peng-gunaan teknologi informasi dan komuni-kasi (Information and Communication
Technology, ICT) untuk mempromosikan
pemerintahan yang lebih efisien dan efektif, memfasilitasi layanan pemerintah yang lebih baik, memungkinkan akses publik yang lebih besar ke informasi, dan membuat akuntabilitas pemerintah lebih baik ke publik. Pada dasarnya
e-Government menurut Lee (2009), bertujuan
menyampaikan layanan pemerintah kepada masyarakat dengan lebih efektif. Pada umumnya, semakin banyak layanan
online yang tersedia dan semakin luas
penggunaan layanan tersebut, maka akan semakin besar dampaknya terhadap
e-Government.
Pengembangan e-Government
tersebut diarahkan untuk mencapai empat tujuan, yaitu: (a) pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik yang memiliki kualitas dan lingkup yang dapat memuaskan masyarakat luas serta dapat terjangkau di seluruh wilayah Indonesia setiap saat tidak dibatasi oleh sekat waktu dan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat; (b) pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha untuk meningkatkan perkembangan perekonomi-an nasional dperekonomi-an memperkuat kemampuperekonomi-an menghadapi perubahan dan persaingan perdagangan internasional; (c) pem-bentukan mekanisme dan saluran
komunikasi dengan lembaga-lembaga negara serta penyediaan fasilitas dialog publik bagi masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam perumusan kebijakan negara; dan (d) pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang transparan dan efisien serta memperlancar transaksi dan layanan antar lembaga pemerintah dan pemerintah daerah otonom.
Penerapan e-Government dimak-sudkan untuk memperpendek jarak antara aparat pemerintah sebagai pelayan publik dengan masyarakat sebagai public
service customer karena e-Government
merupakan front office bagi kantor layanan publik pemerintah (Rokhman, 2008). E-Government juga memungkinkan pelayanan publik menjadi lebih efisien karena layanan tidak harus dilakukan dengan komunikasi tatap muka (Rokhman, 2011). Idealnya pengembangan
e-Government diharapkan dapat
mem-bantu meningkatkan interaksi antara pemerintah, masyarakat, dan bisnis, sehingga mendorong perkembangan politik dan ekonomi (Istiyanto dan Sutanta, 2012). Hal ini menyebabkan
e-Government atau pemerintahan berbasis
elektronik semakin berperan penting bagi semua pengambil keputusan pada penyelenggaraan pemerintahan (Yalia, 2011). Oleh karena itu makalah ini bertujuan membahas e-Government dan aplikasinya.
2 E-GOVERNMENT
2.1 Pengertian E-Government
Konsep e-Government ini menurut Indrajit (2002) adalah menciptakan interaksi yang ramah, nyaman, transparan dan murah antara pemerintah dan masyarakat (G2C-government to citizens), pemerintah dan perusahaan bisnis (G2B-government to business enterprises) dan hubungan antar pemerintah (G2G-
government to government). Selain
menciptakan interaksi, e-Government ini menurut Rahardjo (2001) juga merupakan
3
penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara Pemerintah dan pihak-pihak lain. Pada dasarnya e-Government menurut Lee (2009) bertujuan menyampaikan layanan pemerintah kepada masyarakat dengan lebih efektif. Semakin banyak layanan
online yang tersedia dan semakin luas
penggunaan layanan tersebut, maka akan semakin besar dampaknya terhadap
e-Government. Pada intinya e-Government
adalah penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara Pemerintah dan pihak-pihak lain. Penggunaan teknologi informasi ini kemudian menghasilkan hubungan bentuk baru, seperti: Government to
Citizen (G2C), Government to Business
(G2B) dan Government to Government (G2G).
2.2 Jenis-jenis Pelayanan e-Government
Menurut Idrajit (2002), salah satu cara mengkategorikan jenis-jenis pelayanan tersebut adalah dengan melihatnya dari dua aspek utama: (1) Aspek Kompleksitas, yaitu yang menyangkut seberapa rumit anatomi sebuah aplikasi e-Government yang ingin dibangun dan diterapkan; dan (2) Aspek Manfaat, yaitu menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan besarnya manfaat yang dirasakan oleh para penggunanya.
Berdasarkan dua aspek di atas, maka jenis-jenis proyek e-Government dapat dibagi menjadi tiga kelas utama, yaitu: Publish, Interact, dan Transact (Gambar 2-1). Ketiga jenis layanan
e-Government tersebut dapat dijelaskan,
sebagai berikut:
a. Jenis Publish. Jenis ini merupakan implementasi e-Government yang termudah karena selain proyeknya yang berskala kecil, kebanyakan aplikasinya tidak perlu melibatkan sejumlah sumber daya yang besar dan beragam. Di dalam kelas Publish ini yang terjadi adalah sebuah
komunikasi satu arah, dimana pemerintah mempublikasikan berbagai data dan informasi yang dimilikinya untuk dapat secara langsung dan bebas diakses oleh masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan melalui internet. Biasanya kanal akses yang dipergunakan adalah komputer atau handphone melalui medium internet, dimana alat-alat tersebut dapat dipergunakan untuk mengakses situs (website) departemen atau divisi terkait dimana kemudian
user dapat melakukan browsing
(melalui link yang ada) terhadap data atau informasi yang dibutuhkan, b. Jenis Interact. Berbeda dengan kelas
Publish yang sifatnya pasif, pada kelas Interact telah terjadi komunikasi dua arah antara pemerintah dengan mereka yang berkepentingan. Ada dua jenis aplikasi yang biasa dipergunakan. Yang pertama adalah bentuk portal dimana situs terkait memberikan fasilitas searching bagi mereka yang ingin mencari data atau informasi secara spesifik (pada kelas Publish,
user hanya dapat mengikuti link saja).
Yang kedua adalah pemerintah menyediakan kanal dimana masyarakat dapat melakukan diskusi dengan unit-unit tertentu yang berkepentingan, baik secara langsung (seperti chatting,
tele-conference, web-TV, dan lain
sebagainya) maupun tidak langsung (melalui email, frequent ask questions,
newsletter, mailing list, dan lain
sebagainya),
c. Jenis Transact. Yang terjadi pada kelas ini adalah interaksi dua arah seperti pada kelas Interact, hanya saja terjadi sebuah transaksi yang berhubungan dengan perpindahan uang dari satu pihak ke pihak lainnya (tidak gratis, masyarakat harus membayar jasa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah atau mitra kerjanya). Aplikasi ini jauh lebih rumit dibandingkan dengan dua kelas
4
lainnya karena harus adanya sistem keamanan yang baik agar perpindahan uang dapat dilakukan secara aman dan hak-hak privasi berbagai pihak yang bertransaksi terlindungi dengan baik.
2.3 Tahapan Tingkat Perkembangan E-Government
Menurut Hardjaloka (2014), secara umum tahapan tingkat perkembangan
e-Government sebagai berikut:
a. Emergence. Pada tahap ini dapat dilihat bahwa keseluruhan model memiliki kesamaan konsep yakni menggunakan website sebagai sarana untuk mempublikasikan informasi namun data dan informasi yang dipublikasikan tidak lebih dari sekedar visi, misi, dan aktivitas organisasi pemerintah tersebut. Adapun dalam tahap ini, website masih menjadi sarana komunikasi satu arah dan belum terdapat interaksi secara elektronik antara pemerintah dan masyarakat ataupun adanya tautan yang menghubungkan ke website lembaga pemerintah lainnya,
b. Enhance. Dalam tahap ini, sistem e-Government telah lebih dikembangkan
dengan cara memberikan tautan yang menghubungkan dengan informasi-informasi tertentu berupa formulir perizinan, dokumen, laporan, peraturan,
atau newsletters. Adapun publikasi atas informasi melalui elektronik dapat mengurangi jumlah pegawai negeri yang seharusnya melayani masyarakat untuk memberikan informasi tersebut. Untuk tetap menjaga kemutakhiran informasi, masa masing-masing lembaga pemerintah harus memperbaharui informasi minimal 3 (tiga) bulan sekali, c. Interaksi. Pada tahap interaksi,
halaman situs yang disajikan pemerintah tidak sekedar menyajikan paparan dan informasi mengenai keberadaannya secara online, tetapi juga disertai fasilitas komunikasi secara elektronik (e-mail) sehingga dapat tercipta komunikasi dua arah antara pemerintah dan masyarakat. Kebanyakan situs yang dibangun oleh pemerintah Indonesia baru memasuki tahap interaksi. Penyajian fasilitas e-mail ini dimaksudkan untuk memberikan titik kontak penyaji situs dan pengunjung situs serta memungkinkan pengunjung situs menggali informasi yang lebih mendalam tentang berbagai macam hal yang terkait dengan keberadaan penyaji situs. Dengan adanya halaman situs yang dapat menciptakan komunikasi dua arah seperti ini dapat meningkatkan responsifitas pemerintah terhadap masyarakat,
Gambar 2-1: Jenis Layanan e-Government Sumber: United Kingdom Cabinet Office (dalam Indrajit, 2002)
5
d. Transaksi. Pada tahap ini layanan yang diberikan pemerintah melalui halaman situs tidak sebatas informasi mengenai organisasi pemerintah yang bersangkutan secara online dan fasilitas komunikasi melalui e-mail tetapi juga melayani kebutuhan lain dalam dua puluh empat (24) jam sepanjang hari seperti pembuatan, perpanjangan, atau pembaharuan perijinan, passport, kartu identitas tertentu atau yang lainnya, beserta pelaksanaan pem-bayarannya. Oleh karena itu, tahap ini mensyaratkan validitas situs termasuk keamanannya, terutama keamanan untuk proses approval dari pihak pemerintah. Proses approval harus dipastikan hanya dilakukan oleh pejabat pemerintah yang memang secara struktur memiliki kewenangan untuk melakukannya, e. Transformasi/terintegrasi. Pada tahap
ini, seluruh lembaga pemerintah telah terintegrasi dalam satu halaman situs sehingga suatu halaman situs dapat menjadi one stop service bagi masya-rakat serta masyamasya-rakat dapat turut berpartisipasi dalam kegiatan pemerin-tahan yang dilakukan secara online untuk meningkatkan transparansi, efisiensi, kualitas layanan publik, pengembangan ekonomi dan mem-berantas korupsi. Lebih lanjut, tahap transformasi ini membutuhkan tek-nologi yang tinggi, tingkat keamanan yang tinggi serta keterbukaan pihak pemerintah untuk mempublikasikan informasi.
2.4 Model Penyampaian Layanan E-Government
Model penyampaian yang utama adalah Government-to-Citizen atau
Government-to-Customer (G2C),
Government-to-Business (G2B) serta
Government-to-Government (G2G). Menurut
Suaedi (2010) berdasarkan realitas kehidupan modern, jenis layanan
e-Government tersebut ada empat yaitu:
1) Government to Citizens (G-to-C). Tipe G-to-C merupakan aplikasi e-Government yang paling umum, di mana pemerintah membangun dan menerapkan berbagai portofolio teknologi informasi dengan tujuan utama memperbaiki interaksi dengan masyarakat; 2) Government to
Business (G-to-B). Tipe G-to-B merupakan
aplikasi e-Government yang digunakan untuk memperlancar perusahaan swasta dalam menjalankan roda perusahaannya serta menciptakan relasi dengan pemerintah secara baik dan efektif; 3)
Government to Governments (G-to-G).
Merupakan aplikasi e-Government yang digunakan antar pemerintah untuk memperlancar kerjasama dalam melaku-kan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi perdagangan, proses-proses politik, maupun mekanisme hubungan sosial dan budaya; 4) Government to
Employees (G-to-E). Merupakan aplikasi e-Government yang digunakan untuk
meningkatkan kinerja dan kesejahteraan pegawai negeri yang bekerja di sejumlah institusi pemerintahan sebagai pelayan masyarakat.
Menurut Fang (2002) berdasarkan jenis interaksi, jenis layanan e-Government tersebut ada delapan (Gambar 2-2) yaitu: (a) Pemerintah ke masyarakat (G2C) merupakan penyampaian layanan publik dan informasi satu arah oleh pemerintah ke masyarakat, (b) Masyarakat ke pemerintah (C2G) yang memungkinkan pertukaran informasi dan komunikasi antara masyarakat dan pemerintah, (c) Pemerintah ke bisnis (G2B) terdiri dari transaksi-transaksi elektronik dimana pemerintah menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan bagi kalangan bisnis untuk bertransaksi dengan pemerintah. Contoh, sistem e-procurement, (d) Bisnis ke pemerintah (B2G) yang mengarah kepada pemasaran produk dan jasa ke pemerintah untuk membantu pemerintah menjadi lebih efisien melalui misalnya, peningkatan proses bisnis dan manajemen data elektronik. Sistem
e-6
procurement adalah contoh aplikasi yang
memfasilitasi baik interaksi G2B maupun B2G, (e) Pemerintah ke pegawai (G2E) yang terdiri dari inisiatif-inisiatif yang memfasilitasi manajemen pelayanan dan komunikasi internal dengan pegawai pemerintahan. Contohnya, sistem manajemen SDM online, (f) Pemerintah ke pemerintah (G2G) yang memungkinkan komunikasi dan pertukaran informasi
online antar departemen atau lembaga
pemerintahan melalui basis data terintegrasi, (g) Pemerintah ke organisasi nirlaba (G2N) artinya pemerintah menyediakan informasi bagi organisasi nirlaba, partai politik, atau organisasi sosial, dan (h) Organisasi nirlaba ke pemerintah (N2G) yang memungkinkan pertukaran informasi dan komunikasi antara pemerintah dengan organisasi nirlaba, partai politik atau organisasi sosial.
Dalam konsep e-Government,
Indrajit (2002) juga memperkenalkan
empat jenis klasifikasi, yaitu: Government
to Citizens (G-to-C), Government to
Business (G-to-B), Government to
Governments (G-to-G), dan Government to Employees (G-to-E) (Gambar 2-3), dengan
penjelasan sebagai berikut:
a. Government to Citizens (G2C). Tipe ini
merupakan aplikasi e-Government yang paling umum, dimana pemerintah membangun dan menerapkan berbagai portofolio teknologi informasi dengan tujuan utama untuk memperbaiki hubungan interaksi dengan masyarakat (rakyat). Dengan kata lain, tujuan utama dari dibangunnya aplikasi
e-Government bertipe G to C adalah
untuk mendekatkan pemerintah dengan rakyatnya melalui kanal-kanal akses yang beragam agar masyarakat dapat dengan mudah menjangkau pemerintahnya untuk pemenuhan berbagai kebutuhan pelayanan sehari-hari,
7
b. Government to Business (G2B). Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan adalah membentuk sebuah lingkungan bisnis yang kondusif agar roda perekenomian sebuah negara dapat berjalan sebagai-mana mestinya. Dalam melakukan aktivitas sehari-harinya, entitas bisnis semacam perusahaan swasta mem-butuhkan banyak sekali data dan informasi yang dimiliki oleh pemerintah. Disamping itu, yang bersangkutan juga harus berinteraksi dengan berbagai lembaga kenegaraan karena berkaitan dengan hak dan kewajiban organisasinya sebagai sebuah entitas berorientasi profit. Diperlukannya relasi yang baik antara pemerintah dengan kalangan bisnis tidak saja bertujuan untuk memperlancar para praktisi bisnis dalam menjalankan roda perusahaannya, namun lebih jauh lagi banyak hal yang dapat menguntungkan pemerintah jika terjadi relasi interaksi yang baik dan efektif dengan industri swasta,
c. Government to Governments (G2G). Di era globalisasi ini terlihat jelas adanya kebutuhan bagi negara-negara untuk saling berkomunikasi secara lebih intens dari hari ke hari. Kebutuhan untuk berinteraksi antar pemerintah dengan pemerintah setiap harinya tidak hanya berkisar pada hal-hal yang berbau diplomasi semata, namun lebih jauh lagi untuk memperlancar kerjasama antar negara dan kerjasama antar entitas-entitas negara (masyarakat, industri, perusahaan, dan lain-lain) dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi perdagangan, proses-proses politik, mekanisme hubungan sosial dan budaya, dan lain sebagainya,
d. Government to Employees (G2E). Pada akhirnya, aplikasi e-Government juga diperuntukkan sebagai peningkatkan kinerja dan kesejahteraan para pegawai negeri atau karyawan pemerintahan yang bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayan masyarakat.
Gambar 2-3: Empat Jenis Klasifikasi e-Government berdasarkan konsep E-Government (Sumber: Indrajit, 2002)
8
2.5 Tahapan Pelaksanaan e-Government Beberapa negara maju maupun berkembang, menurut Satriya (2004) telah melaksanakan pengembangan
e-Government sesuai dengan karakteristik
negara masing-masing, sehingga jarang ditemukan negara-negara tersebut melaksanakan e-Government dengan tahapan yang sama. Kondisi ini diperkuat oleh hasil penelitian Parayno (1999) di Philipina dan Kang (2000) yang dikutip oleh Satriya (2004) bahwa ada negara yang mendahulukan perdagangan (custom) dan e-Procurement, ada negara yang memprioritaskan pelayanan pendidikan, ada yang mendahulukan sektor kesehatan, dan ada juga yang mengutamakan kerjasama regional.
Menurut Wescott (2001) yang dikutip oleh Satriya (2004), berbagai langkah dan strategi dalam tahapan pelaksanaan e-Government yang dilaksana-kan oleh negara-negara tersebut, secara umum yang biasanya dipilih adalah (a) membangun sistem e-mail dan jaringan, biasanya dapat dimulai dengan menginstalasi suatu aplikasi untuk mendukung fungsi administrasi dasar seperti sistem penggajian dan data kepegawaian; (b) meningkatkan kemampuan organisasi dan publik dalam mengakses informasi, bisa di mulai dengan pengaturan workflow yang meliputi file, image, dokumen, dan lain-lain dari satu works station ke work
station lainnya dengan menggunakan
manajemen bisnis untuk melaksanakan proses pengkajian, otorisasi, data entry,
data editing, dan mekanisme
pendelegasi-an dpendelegasi-an pelakspendelegasi-anapendelegasi-an tugas; c) sementara itu menciptakan komunikasi dua arah antar pemerintah dan masyarakat, bisa dilaksanakan dengan menginformasikan satu atau lebih email address, nomor telepon dan facsimile pada website untuk meningkatkan minat dan kesempatan masyarakat dalam menggunakan pelayan-an dpelayan-an memberikpelayan-an umppelayan-an balik. Pertukaran value antar pemerintah dan
masyarakat memang harus di mulai secepatnya karena telematika sangat mendukung pelaksanaan pembangunan dan proses interaksi bisnis secara lebih
flexible dan nyaman di mana
dimungkin-kan terjadinya proses pertukaran value atau tata nilai dan informasi dengan pihak pemerintah; (d) pertukaran value yang dimaksud bukan hanya tata nilai dan budaya, tapi juga secara nyata memulai terjadinya transaksi elektronis, seperti transfer dana antar rekening bank melalui ATM dan Internet sebagai bagian proses pelayanan publik; (e) menyiapkan sebuah portal yang informatif, sebagai ujung tombak pelaksanaan e-Government diperlukan untuk mengintegrasikan informasi dan jenis pelayanan dari berbagai organisasi pemerintah sehingga dapat membantu masyarakat dan stakeholder lainnya dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Portal ini sebisa mungkin haruslah dapat membimbing segenap lapisan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam menjelajah dunia informasi. 2.6 Strategi Pengembangan
e-Government
Dalam Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2003 tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan
E-Government ditegaskan bahwa ada enam
strategi pengembangan e-Government yang pelaksanaannya, sebagai berikut: a. Mengembangkan sistem pelayanan yang
andal, terpercaya serta terjangkau masyarakat luas. Sasarannya antara lain, perluasan dan peningkatan kualitas jaringan komunikasi ke seluruh wilayah negara dengan tarif terjangkau. Sasaran lain adalah pembentukan portal informasi dan pelayanan publik yang dapat mengintegrasikan sistem manajemen dan proses kerja instansi pemerintah, b. Menata sistem dan proses kerja pemerintah dan pemerintah daerah otonom secara holistik. Dengan
9
strategi ini, pemerintah ingin menata sistem manajemen dan prosedur kerja pemerintah agar dapat mengadopsi kemajuan teknologi informasi secara cepat,
c. Memanfaatkan teknologi informasi secara optimal. Sasaran yang ingin dicapai adalah standardisasi yang berkaitan dengan interoperabilitas pertukaran dan transaksi informasi antarportal pemerintah. Standardisasi dan prosedur yang berkaitan dengan manajemen dokumen dan informasi elektronik. Pengembangan aplikasi dasar seperti e-billing, e-procurement,
e-reporting yang dapat dimanfaatkan
setiap situs pemerintah untuk menjamin keamanan transaksi informasi dan pelayanan publik. Sasaran lain adalah pengembangan jaringan intra pemerintah,
d. Meningkatkan peran serta dunia usaha dan mengembangkan industri telekomunikasi dan teknologi informasi. Sasaran yang ingin dicapai adalah adanya partisipasi dunia usaha dalam mempercepat pencapaian tujuan strategis e-Government. Itu berarti, pengembangan pelayanan publik tidak perlu sepenuhnya dilayani oleh pemerintah,
e. Mengembangkan kapasitas sumber daya manusia, baik pada pemerintah maupun pemerintah daerah otonom disertai dengan meningkatkan
e-literacy masyarakat.
2.7 Keuntungan dan Manfaat e-Government
Keuntungan e-Government menurut Purbo (2009) adalah (a) melayani masyarakat secara elektronik 24 jam sehari, 7 hari seminggu, kapan pun, dari manapun secara online. (b) melayani masyarakat lebih cepat, efisien, trans-paran, dan responsif. Keuntungan lain dari penerapan e-Government menurut Yalia (2011) adalah peningkatan efisiensi, kenyamanan, serta aksesibilitas yang
lebih baik dari pelayanan publik sekaligus memberikan keterpaduan antar instansi dalam pelaksanaan e-Government serta memaksimalkan pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi untuk pengolahan, pengelolaan, penyaluran, dan pendistribusian informasi dalam pelayanan publik.
Sementara dua negara besar yaitu Amerika dan Inggris melalui Al Gore dan Tony Blair (dalam Indrajit, 2002), secara jelas dan terperinci menggambarkan manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya konsep e-Government bagi suatu negara, antara
lain: (a) memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholdernya (masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja efektivitas dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara; (b) meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Corporate
Governance; (c) mengurangi secara
signifikan total biaya administrasi, relasi, dan interaksi yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholdernya untuk keperluan aktivitas sehari-hari; (d) memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang berkepentingan; (e) menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat dan tepat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai perubahan global dan trend yang ada; dan (f) memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara merata dan demokratis.
2.8 Tantangan e-Government
Dalam menerapkan e-Government, menurut Christhoper G. Reddick pada tahun 2011 dalam Hardjaloka (2014)
10
terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi, antara lain:
a. Minimnya Peraturan Daerah yang Mengatur Mengenai penerapan
e-Government. Dalam rangka menerapkan e-Government di setiap daerah maka
pemerintah daerah harus menerbitkan peraturan daerah yang mengatur mengenai kewajiban penerapan
e-Government di daerahnya. Meskipun
demikian, masih banyak pemerintah daerah yang belum menerbitkan peraturan daerah tersebut,
b. Belum Ada Tradisi Saling Berbagi Informasi (No Culture of Sharing). Dalam penerapan e-Government maka pemerintah dituntut untuk mem-publikasikan seluruh informasi yang dimiliki melalui internet kepada masyarakat. Meskipun demikian, mempublikasikan informasi masih belum menjadi hal yang lazim di kalangan masyarakat Indonesia sehingga banyak oknum pejabat publik yang justru mempersulit masyarakat untuk mendapatkan akses untuk memperoleh informasi tersebut,
c. Belum Ada Tradisi Untuk Mendoku- mentasikan (No Culture of Documenting). Selain belum ada tradisi untuk berbagi informasi, Indonesia juga menghadapi tantangan di mana para pejabat publik belum terbiasa untuk mendokumentasi segala informasi. Hal ini tentu menghambat penerapan
e-Government di mana semua informasi
harus didokumentasikan dan dipubli-kasikan,
d. Kurangnya Sumber Daya Manusia yang andal dan Kemampuan Masyarakat dalam menggunakan teknologi. Dalam menerapkan e-Government maka dibutuhkan Sumber Daya Manusia yang andal di bidang teknologi informasi. Meskipun demikian, saat ini masih banyak pejabat publik yang tidak memiliki kemampuan yang memadai di bidang teknologi informasi
yang mengakibatkan terhambatnya penerapan e-Government. Selain itu, tantangan yang dihadapi dari sisi masyarakat ialah masih banyak masyarakat yang belum memahami mengenai penggunaan teknologi, e. Infrastruktur yang Mahal dan Belum
Memadai. Di Indonesia, infrastruktur telekomunikasi masih belum tersebar secara merata bahkan masih banyak warga negara yang belum dialiri sarana listrik. Hal tersebut tentu membutuhkan banyak investasi dari pemerintah untuk membangun infra-struktur listrik dan telekomunikasi. Meskipun demikian, biaya yang tinggi menghambat pemerintah dalam pem-bangunan infrastruktur listrik dan telekomunikasi. Dengan demikian, infrastruktur yang belum memadai dan biaya yang mahal menghambat penerapan e-Government khususnya di daerah,
f. Akses yang Terbatas Dengan minimnya infrastruktur yang memadai membuat akses terhadap e-Government menjadi terbatas pada tempat-tempat tertentu saja.
3 PENERAPAN e-GOVERNMENT Dalam memasuki era informasi di abad globalisasi dewasa ini,
e-Government telah diterapkan oleh
beberapa negara maju maupun negara berkembang dalam berbagai bidang, antara lain untuk pendataan penduduk di Korea, Layanan Pengadaan Barang/ Jasa secara Elektronik di LAPAN dan penerapan Jembrana Identitas Diri (J-ID) dan Jimbarwana Networking (J-Net) di Pemerintah Kabupaten Jembarana Bali.
3.1 Penerapan e-Government pada Pendataan Penduduk di Korea
Informasi pendataan penduduk juga merupakan tugas utama
e-Government. Di Republik Korea, proses
11
mengintegrasikan seluruh data terkait pendataan penduduk ke dalam data tunggal untuk tiap individu, dan pembangunan basis data pendataan penduduk nasional (Gambar 3-1). Selama periode dua tahun (1989-1990), pegawai sipil yang berada di 3.678 kantor distrik seluruh negara secara manual memasuk-kan data dari sekitar 5,7 juta data. Di tahun 1998, Resident Registration Cards
Issuance Center (Pusat Penerbitan KTP)
didirikan untuk meningkatkan efisiensi layanan yang memanfaatkan jaringan sistem pendataan penduduk dari lembaga-lembaga utama pemerintah. Pada 2001, sistem pendataan penduduk dikembangkan dan didistribusikan untuk penggunaan umum.
Sistem pendataan penduduk tersedia online untuk semua lembaga administratif yang membutuhkan infor-masi untuk berbagai operasi. Sistem jaringan administrasi dapat menyediakan layanan utama seperti: manajemen pendataan penduduk, pemungutan pajak penduduk, penerbitan otomatis izin untuk masuk sekolah dan penerbitan daftar pemilih. Bagi penduduk, dengan adanya sistem yang saling terhubung memungkinkan seseorang yang tinggal di satu distrik meminta salinan data kependudukannya di kantor distrik lainnya, dan perubahan alamat secara otomatis dicatat di data pensiun nasional, data asuransi kesehatan, data kendaraan, dan surat izin mengemudi.
12
3.2 Penerapan e-Government pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik di LAPAN
LAPAN memiliki komitmen yang kuat untuk melakukan pengadaan barang/jasa pemerintah melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dengan membuka situs formal dengan nama http://lpse.lapan.go.id/eproc/ (Gambar 3-2). Kebijakan pelaksanaan pengadaan tersebut tertuang dalam Instruksi Kepala LAPAN Nomor 01 Tahun 2011 tentang Kewajiban Penggunaan Layanan Pengadaan Secara Elektronik Tertanggal 28 Juni 2011. Dalam instruksi ini ditegaskan bahwa dalam rangka pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Kementerian/ Lembaga diwajibkan menggunakan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), dan memberi instruksi kepada Sekretaris Utama, Para Deputi, Para Kepala Biro/Pusat/Inspektur, Pejabat Pembuat Komitmen (P2K), Para Kepala Balai, Para Kepala Loka, dan Panitia/ Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa untuk melaksanakan pengadaan barang/ jasa di lingkungan LAPAN wajib meng-gunakan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) berbasis web
(e-procurement) khususnya dalam
“pekerjaan pelelangan”.
Dalam pelaksanaannya, selama 2014, LPSE LAPAN telah mengadakan 19 paket barang, 11 paket jasa konsultasi badan usaha, lima paket pekerjaan konstruksi, dan satu paket pengadaan jasa lainnya. Jumlah total pengadaan melalui LPSE tersebut mencapai Rp 107.586 miliar, bahkan untuk meningkatkan kinerja layanan pengadaan, LPSE LAPAN juga telah menyusun enam dokumen standard
operational procedure serta berhasil
meraih tiga sertifikat LPSE.
LPSE LAPAN telah memperoleh tiga sertifikat standar layanan dari
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah (LKPP) seperti terlihat pada Gambar 3-3. Ketiga sertifikat ini diberikan sebagai bentuk pengakuan bahwa LPSE LAPAN telah melakukan layanan pengadaan secara elektronik dengan baik kepada penyedia barang/ jasa. Ketiga sertifikat standar layanan tersebut adalah: (1) Sertifikat Standar Kebijakan Layanan, diberikan sebagai bentuk komitmen LPSE terhadap internal maupun eksternal dalam meningkatkan kualitas layanan beserta proses penyelenggaraannya; (2) Standar Pengorganisasian Layanan, diberikan karena organisasi yang dikelola untuk penyelenggaraan layanan, organisasi bersifat formal atau merupakan gugus tugas/fungsi dalam penyelenggaraan layanan, organisasi terstandar mengikuti kaidah IT Service Management, Service
Management System; dan (3) Standar
Pengelolaan Aset Layanan, diberikan karena pengelolaan dan pengamanan aset LPSE telah dilaksanakan untuk melakukan pelayanan. Selain itu, LAPAN secara aktif juga menyelenggarakan Bimbingan dan Pelatihan Teknis Layanan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara Elektronik (LPSE) seperti terlihat pada Gambar 3-4. Bimtek ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang Inpres No. 1 Tahun 2015 tentang Percepatan Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Perpres RI Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Ke empat atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, serta Penggunaan Aplikasi Sistem Pengadaan Secara Elektronik Versi 3.6. Kegiatan ini diikuti oleh 103 peserta yang terkait dengan pengadaan barang/jasa seperti Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Pengadaan, Bendahara, serta Tim Penerima Pengadaan Barang/Jasa (Humas LAPAN, 2014).
13
14
Gambar 3-3: Setifikat LPSE dari LKPP (Sumber: Humas LAPAN, 2014)
Gambar 3-4: Penyelenggaraan Bimtek LPSE (Sumber: Humas LAPAN, 2014)
3.3 Penerapan e-Government pada J-ID dan J-Net di Pemkab Jembrana
Berdasarkan sumber dari Pemerintah Daerah Kabupaten Jembrana di Bali ternyata penerapan
e-Government telah diterapkan pada J-ID
(Jembrana Identitas Diri) dan J-Net (Jimbarwana Networking). Sebelumnya, masyarakat Jembrana yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan mendapatkan identitas kesehatan dalam bentuk kartu yang dikeluarkan pihak JKJ, Rumah Sakit Umum Negara dan untuk keluarga miskin atau yang
mengikuti ASKES mendapatkan juga kartu ASKES. Berkaitan dengan adanya tiga kartu yang dimiliki oleh masyarakat dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan, Pemerintah Kabupaten Jembrana memandang perlu adanya integrasi dari tiga kartu tersebut termasuk sistem informasi yang mendukungnya, sehingga menjadi satu kesatuan yaitu J-ID. Keunggulan J-ID ini antara lain:
a. Dalam Bidang Kesehatan, J-ID dapat digunakan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di Pos
15
Kesehatan Desa (Poskesdes), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Praktek Petugas Pelayanan Kesehatan (Dokter/Bidan) dan Rumah Sakit Umum Negara. Dengan menunjukkan J-ID, rekam medik pasien dapat diakses secara online melalui Jimbarwana
Network (J-Net) sehingga diagnosa
kesehatan menjadi lebih tepat. Dengan proses transaksi yang online,
Pemerintah Kabupaten Jembrana, baik itu Direktur JKJ, Direktur Rumah Sakit, Kepala Dinas Kesehatan dan Sosial hingga Bupati Jembrana dapat mengakses Sistem Informasi Daerah (SIMDA) yang berkaitan dengan laporan di bidang kesehatan, seperti: Kunjungan Pasien, 10 Besar Penyakit, dan lain-lain. Secara lengkap J-ID
untuk pelayanan dapat dilihat pada Gambar 3-5.
b. Dalam Bidang Politik/Demokrasi. Dilatarbelakangi oleh kesemrawutan Pemilu Legislatif yang lalu, di mana terjadi DPT bermasalah dan lambannya penghitungan suara yang berpotensi munculnya ketidakpuasan terhadap hasil pemungutan suara, maka J-ID/ KTP SIAK dapat dipakai masyarakat sebagai kartu identitas dalam pelaksa-naan pesta demokrasi (e-voting) di tingkat dusun dan desa. Dengan menggunakan J-ID/KTP SIAK yang berupa smart card, proses pendaftaran dan perhitungan suara dapat dilakukan dengan lebih cepat dan transparan. Lebih lanjut tentang
e-voting dengan menggunakan JID/KTP
SIAK (Gambar 3-6).
16
Gambar 3-6: J-ID untuk Pilkadus (Sumber: Pemerintah Kabupaten Jembrana, 2016) Selain J-ID, Pemkab Jembrana juga
berhasil membangun J-Net. Keberadaan insfrastruktur jaringan atau yang dikenal dengan Jimbarwana Network (J-Net) yang telah sampai hingga ke desa-desa, memungkinkan PPK (Petugas Pelayanan Kesehatan), baik itu Puskesmas, Dokter, dan Bidan dapat meng-akses basis data pasien yang terdapat di JKJ atau Rumah Sakit Umum Negara. J-Net ini merupakan jaringan mengintegrasikan kecamatan, desa-desa, sekolah, puskesmas dan lain-lain se-Kabupaten Jembrana, dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan menuju ketata Pemerintahan yang baik (Good Governance), peningkatan kualitas pendidikan atau e-learning, dan pema-syarakatan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi kepada kalangan masyarakat atau e-people. Keunggulan
J-Net ini adalah (1) meningkatkan
efektifitas pelaksanaan pemerintahan di daerah baik DPRD maupun Eksekutif melalui komunikasi timbal balik secara lebih cepat; (2) meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat melalui komputeri-sasi administrasi pemerintahan di tingkat
Kecamatan, Desa dan Kelurahan (ada 31 Jenis Surat Keterangan); (3) meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada semua lapisan melalui akses jaringan internet yang dapat menjadi perangsang tumbuhnya simpul simpul ekonomi baru di pelosok desa; (4) meningkatkan kualitas intelektual anak didik melalui akses internet atau jaringan pendidikan. 4 PENUTUP
Dari penjelasan e-Government terkait dengan pengertian, jenis dan model layanan, keuntungan dan manfaat serta tahapan pengembangan e-Government yang telah dikemukakan di
atas, terlihat bahwa e-Government telah dikembangkan dan diterapkan oleh beberapa negara maju maupun negara berkembang dalam berbagai bidang, antara lain untuk pendataan data penduduk di Korea, Layanan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik di LAPAN, J-ID (Jembrana Identitas Diri) dan J-Net (Jimbarwana Networking) di Pemerintah Kabupaten Jembrana. Kondisi ini dapat disimpulkan bahwa
17
penerapan e-Government oleh masing-masing negara memiliki pengertian, model, pola, tahapan dan strategi yang berbeda-beda karena sangat tergantung dari kemauan, kemampuan dan karateristik masing-masing negara tersebut.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih diberikan kepada Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Standar Penerbangan dan Antariksa LAPAN sebagai salah satu pihak yang telah mendukung dalam pendiseminasian informasi e-Government ini.
DAFTAR RUJUKAN
Alshomrani, Saleh, 2012. A Comparative Study
on United Nations e-Government Indicators Between Saudi Arabia and USA”. Journal of Emerging Trends in Computing and Information Sciences, 3(3), 411-420.
Fang, Zhiyuan, 2002. E-Government in Digital
Era: Concept, Practice, and Development,
International Journal of the Computer, the Internet and Management, 10 (2), 1-22.
Forman, Mark, 2005. E-Government: Using IT to
Transform the Effectiveness and Efficiency of Government. Diakses Maret
2011 dari http://siteresources.World bank.org/INTEDEVELOPMENT/Resource s/FormanEgov(6_05).ppt.
Hardjaloka, Loura, 2014. Studi Penerapan
E-Government di Indonesia dan Negara Lainnya Sebagai Solusi Pemberantasan Korupsi di Sektor Publik. Jurnal Rechts
Vinding, 3(3), hal. 435-452.
Humas LAPAN, 2014. LPSE LAPAN Raih
Sertifikat Standar Layanan. Diakses 16
Agustus 2016 dari http://www.lapan.go. id/index.php/subblog/read/2014/842/L PSE-LAPAN-RAIH-SERTIFIKAT-STANDAR-LAYANAN/1450.
Indrajit, Richardus Eko, 2002. Electronic
Government: Strategi Pembangunan dan Pengembangan Sistem Pelayan Publik Berbasis Teknologi Digital. Yogyakarta:
Andi, 2002.
Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2003 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government.
Istiyanto, Jazi Eko, dan Edhy Sutanta, 2012.
Model Interoperabilitas Antar Aplikasi E‐Government. Jurnal Teknologi Technoscientia, 4(2), 2012:137-148.
Lee, Nag Yeon, 2009. Penerapan e-Government. Akademi Esensi Teknologi informasi dan komunikasi untuk Pimpinan Pemerintahan. Asian and Pasific Training Centre For
Information and Communication
Technology For Development. Diakses 10 Maret 2011 dari http://unapcict.org. Download Maret 2011.
Pemerintah Kabupaten Jembrana, 2016. J-ID
(Jembrana Identitas Diri). Diakses 13 Juli
2016 dari http://www.jembranakab.go. id/index.php?module=jid.
Purbo, Onno W., 2009. Perkembangan
E-Government dari Sisi Akademis.
Disampaikan pada Seminar Pembukaan Bimbingan Teknis Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian Hotel Mesra - Samarinda, 9 November 2009.
Rahardjo, Budi, 2001. Membangun
e-Government. Makalah pada Seminar
Nasional Jaringan Komputer II, yang diselenggarakan oleh Technic Study Club, STMIK Dipanegara Makassar, 19 Mei 2001. Diakses 10 April 2013 dari http://www.geocities.com/seminartsc. Rokhman, Ali, 2008. Potret dan hambatan
E-Government Indonesia. Diakses 20 April
2013 dari http://io.ppi.jepang.org. download 16 Februari 2009.
Rokhman, Ali, 2011. E-Government Adoption in
Developing Counries: The Case of Indonesia. Journal of Emerging Trends in
Computing and Information Sciences, 2(5), 228-236.
Satriya, Eddy, 2004. WSIS dan Pembangunan
Telematika Nasional. Diakses 15 Januari
2011 dari http://www.bappenas.go.id/ get-file-server/node/2764/.
Sosiawan, Edwi Arief, 2004. Tantangan dan
Hambatan Implementasi E-Government di Indonesia. Diakses 20 Mei 2013 http://
18
edwi.dosen.upnyk.ac.id/Tantangan%20e gov.pdf.
Suaedi, Falih, 2010. Revitalisasi Administrasi
Negara: Reformasi Birokrasi dan e-Governance. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wescott, Clay G., 2001. E-Government: Enabling
Asia-Pacific Governments and Citizents to do Public Business Differently. Paper
presented at Asian Development Forum, Bangkok, 14 June 2001.
World Bank, 2015. E-Government. Diakses 20 Juli 2016 dari http://www.worldbank. org/en/topic/ict/brief/e-government. Yalia, Mulyono, 2011. Menuju Pelayanan Publik
yang Lebih Baik Dengan E-Government,
Observasi, 9(2), 65-74.
19
RANCANG BANGUN SIMULATOR PEMBANGKIT DATA
ATTITUDE CONTROL SYSTEM (ACS) STREAM
Rommy Hartono1, Deddy El Amin, Rakhmad Yatim Pusat Teknologi Satelit
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Jl. Cagak Satelit Km. 4, Bogor 16310 Indonesia
e-mail: [email protected] RINGKASAN
Sebuah satelit membutuhkan sistem pengendalian untuk menentukan sikap (attitude) diluar angkasa agar bisa dikendalikan. Rotasi satelit berpotensi menyebabkan perubahan posisi satelit. Untuk itu diperlukan suatu mekanisme pengontrolan posisi satelit untuk menjaga posisi dan kesetimbangan. Tulisan ini menjelaskan perancangan, pembuatan, dan pengujian simulator data pembangkit data Attitude Control System (ACS) yang mampu menunjukkan hasil-hasil data dari sensor yang ada di satelit. Rancang bangun ini menggunakan mikrokontroller ATmega32, dengan perangkat lunak yang bekerja bahasa Basic Compiler, antarmuka serial RS422, perancangan desain simulator menggunakan software Proteus7, dan perancangan skematik dan layout PCB menggunakan
software Eagle. Data yang dihasilkan mikrokontroller berupa data streaming secara continue dari
format data yang telah ditentukan yang akan di teruskan ke Payload Data Handling (PDH) berbasis
Field Programmable Gate Array (FPGA) melalui antarmuka serial RS422. Dari hasil pengujian di
dapatkan simulator pembangkit data ACS mampu mentransmit data secara terus menerus sebanyak 248 byte secara continue dengan delay waktu 500ms.
1 PENDAHULUAN
Dalam rangka kemandirian penguasaan teknologi satelit kususnya di Indonesia, Pusat Teknologi Satelit sampai saat ini masih terus melakukan penelitian dan pengembangan di setiap perangkat pendukung satelit yang dibawanya, mulai dari payload satelit,
spacecraft bus dan ground station. Khusus
untuk payload satelit, penguasaan teknologi yang dikembangkan berhubung-an dengberhubung-an muatberhubung-an yberhubung-ang akberhubung-an dibawa oleh satelit dengan misi satelit. Contoh
payload satelit adalah kamera optik,
video analog, Receiver Automatic Identification System (AIS), Automatic
Packet Reporting System (APRS),
bolometer, Synthetic Aperture Radar (SAR). Untuk menata agar data-data dari muatan satelit tersebut dapat dibawa oleh sistem transmisi dengan runtun dan efisien maka dibutuhkan PDH
(payload data handling), setelah itu data keluaran dari PDH akan ditransmisikan ke stasiun bumi mengunakan transmitter yang ada pada satelit (Laporan kegiatan bidang muatan satelit, 2015).
Data keluaran PDH ini masuk kedalam sistem transmitter. Untuk mentransmisikan data dari satelit ke stasiun bumi dibutuhkan Forward Error
Control (FEC) yang efisien dan tepat agar
mampu mengkoreksi kesalahan informasi yang terjadi di kanal propagasi, untuk itu dibutuhkan sistem modulasi sinyal yang sesuai dengan kapasitas bandwith yang tersedia dan level frekuensi cariernya. Terakhir sinyal dikuatkan mengunakan amplifier, multifier dan
di-filter agar tidak terjadi interferesensi
dengan sistem komunikasi yang lain.
Payload yang dibawa oleh satelit
memuat data yang cukup banyak jenis dan kapasitasnya. Agar semua data
20
muatan tersebut dapat dibawa oleh transmitter yang memiliki keterbatasan
bandwith dan keterbatasan durasi
kontak antara satelit dan ground station maka dibutuhkan PDH yang andal yang dapat me manage semua data yang dihasilkan oleh muatan satelit agar dapat diterima seluruhnya oleh ground
station. PDH yang dihasilkan mengikuti
standar Consultative Committee for Space
Data Systems (CCSDS) yang disesuaikan
dengan tiap data muatan satelit, kapasitas
bandwith dan datarate transmitter
muatan satelit (Laporan kegiatan bidang muatan satelit, 2015).
Alasan pemilihan pembuatan simulator pembangkit data ACS stream dikarenakan simulator data ACS sangat dibutuhkan oleh semua paket pada setiap muatan satelit yang menunjukkan posisi dan waktu dari semua sensor yang ada di satelit, dan sangat dibutuhkan untuk time stamp pada paket PDH. Batasan dari penelitian ini adalah bahwa perancangan, pembuatan, dan pengujian rancang bangun simulator data pembangkit data ACS melalui streaming data secara continue hasil-hasil data
yang diperoleh dari sensor yang ada pada satelit seperti system time, spacecraft
mode, sensor star tracker, gyro, reaction wheel, sun sensor, dan lainnya. Tujuan
dari rancang bangun simulator pembangkit data Attitude Control System (ACS) agar data muatan satelit dapat
di-generate menggunakan microcontroller
tanpa menggunakan perangkat aslinya sehingga lebih mudah pada saat proses pengujian dan pengetestan PDH berbasis FPGA.
2 METODOLOGI
Metodologi yang digunakan dalam rancang bangun simulator pembangkit data ACS stream adalah perancangan sistem hardware dan perancangan elektronik beserta firmware mikrokontroler. Rancangan hardware meliputi pemilihan komponen elektronika beserta pembuatan papan Printed Circuit Board (PCB), sedangkan rancangan firmware mikro-kontroler menggunakan mikrokonroler ATMega 32dengan ICMAX 491 untuk
interface serial dengan PC. Diagram blok
sistem rancang bangun ini di tunjukkan pada Gambar 2-1.
21
3 PROSES PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULATOR PEM-BANGKIT DATA ACS STREAM 3.1 Perancangan Hardware
Perancangan hardware meliputi
pemilihan komponen elektronika,
pembuatan schematic dan layout board yang akan di gunakan di dalam rancang bangun ini. Untuk mempermudah
dalam perancangan pembuatan
schematic dan layoutboard PCB
menggunakan softwareEAGLE (Easily
Applicable Graphical Layout Editor), software ini banyak di gunakan sebagai alat bantu untuk mendesain skema
rangkaian elektronika dan PCB (http://
www.cadsoftusa.com, 2015).Diagram alir perancangan hardware dapat dilihat pada Gambar 3-1.
3.2 Perancangan Firmware Mikro-kontroler
Gambar 3-1: FlowChart perancangan Hardware
Perancangan dilakukan
mengguna-kan mikrokontroler ATMega 32A type PU dengan memiliki 40 pin I/O, two8-bit
timer/counter, one 16-bit timer/counter,
10 bit ADC, beroperasi pada tegangan 4.5 – 5.5 V, dan programmable serial UART (National Semiconductor Corporation, 2000). Perancangan firmware mengguna-kan bahasa Basic Compiler (BASCOM)
dikarenakan mudah di kembangkan
dengan library pendukung yang cukup
banyak(http://www.mcselec.com,2016).
Perancangan mikrokontroler mencakup komunikasi serial dengan PC via RS-422 dengan di dukung oleh IC MAX 491 yg terdapat pada papan PCB.Diagram alir
perancangan mikrokontroler dapat
dilihat pada Gambar 3-2.
Inisialisasi Variable 1. Set Microkontroler
2. Set Baud Rate 3. Set Crystal Inisialisasi dan set
Value for all Constanta Set Timer0 Mikrokontroler
Set Prescale Set UART Transmit ACS Stream Total 248 byte Checksum Delay (1 second) Loop Program Mulai
Gambar 3-2: Flowchart perancangan firmware mikrokontroler
Dimulai dengan inisialisasi
variable, setting mikrokontroler yang akan di gunakan, baudrate untuk komunikasi dengan PC secara serial, pemilihan crystal pada mikrokontroler.
crystal ini merupakan frekuensi kerja
pada mikrokontroler, biasanya frekuensi
crystal standar dari type AVR ialah 8Mhz
(http://www.alldatasheet.com,2016). Proses selanjutnya ialah meng-konfigurasi timer pada mikrokntroler, dalam hal ini timer yang di gunakan adalah timer0, dikarenakan timer jenis ini memiliki 8 bit atau maksimal jumlah
22
Hal yang terakhir ialah mengaktifkan komunikasi serial dengan memanfaatkan port Tx pada mikrokontroler.
Tabel 3-1 menunjukan isi dari data ACS yang nantinya akan dipaketkan kedalam PDH. Untuk pembuatan
breadboard model PDH menggunakan
FPGA, data input dari berbagai muatan satelit yang salah satunya adalah ACS dibangkitkan sendiri menggunakan
microcontroller kemudian data ACS akan
dihubungkan menggunakan interface LVDS kedalam FPGA. Adapun data ACS yang akan dibangkitkan menggunakan
microcontroller (Tabel 3-1).
3.3 Perancangan Perangkat Lunak (GUI)
Perancangan GUI menggunakan
bahasa pemograman Borland
Delphi7.GUI ini menampilkan data hasil streaming dari mikrokontroler.Data yang
di hasilkan ialah data berupa Hexa, dan dikonversi menjadi string.Data logger berbasis text untuk menyimpan data
hasil dari streaming simulator ACS.
Program dimulai dengan inisialisasi varibel, setting com, baudrate yang akan digunakan.Diagram alir perancangan pembacaan simulator pembangkit data ACS dapat dilihat pada gambar3-3.
Tabel 3-1: ACS DATA (LAPORAN KEGIATAN BIDANG MUATAN SATELIT, 2015)
Parameter/Format Description
Unsigned integer Spacecraft mode, attitude mode, system time, ACS time, time STS
Bit Float vector angular velocity, Quartenion attitude satellite, sun vector.
23
3.4 Implementasi Perancangan
Sistem rancang bangun ini terdiri dari 3 perancangan yaitu, perancangan
hardware, perancangan firmware
mikro-kontroler, dan perancangan GUI. Peran-cangan hardware yang di implementasikan pada rancang bangun ini menggunakan
software EAGLE untuk schematic dan layout board. Hasil perancangan hardware
dapat dilihat pada Gambar 3-4.
Spesifikasi untuk perancangan mikrokontroler beroperasi pada tegangan 5V yang berasal dari IC regulator 7805, DCCurrent 60mA, baudrate 9600, clock
speed 8Mhz, timer 0 = 131, dan prescale =
64, Vin=7-15V dan menggunakan RS 422 untuk komunikasi serial. Berikut adalahkonfigurasi I/O connector USB-RS422.
Untuk mempermudah dalam perencanaan firmware mikrokontroler dibutuhkan simulasi rangkaian mikro-kontroler I/O. Pada paper ini digunakan
software PROTEUS. Software PROTEUS
dapat mensimulasikan berbagai jenis mikroprosesor dan mikrokontroler, termasuk mikrokontroler keluarga AVR (Malik, 2003). Dengan menggunakan program simulasi perancangan rangkaian berbasis mikrokontroler dapat lebih mudah dilakukan serta mengurangi biaya produksi dan menghemat waktu. PROTEUS dilengkapi dengan program
compiler, sehingga dapat meruning
filekode sumber seperti assembly
menjadi file Hex sehingga nantinya dapat digunakan pada mikrokontroler yang sebenarnya (Microcomputer System Design, 2000).
(a) (b)
Gambar3-4: (a) Hasil schematic (b) Hasil Layout board dengan menggunakan software EAGLE Tabel 3-2:Konfigurasi PIN USB-RS422
24
Gambar 3-5: Simulasi pembangkit data ACS menggunakan simulasi PROTEUS
Gambar 3-6: Program pembangkit data ACS menggunakan bahasa Basic Compiler Untuk desain pembangkit data
ACS dibutuhkan beberapa device
diantaranya mikrokontroler ATMega32A,
battery, capasitor, resistor, dan virtual terminal yang di hubungkan pada pin
TXD mikrokontroler ke pin RXD virtual
terminal yang berfungsi untuk simulasi
komunikasi serial pada mikrokontroler seperti Gambar 3-5. Langkah selanjutnya adalah membuat program membangkit data ACS seperti pada Tabel 3-1 menggunakan software BASCOM yang nantinya diupload kedalam mikrokontroler atmega32.
Langkah selanjutnya adalah mem-buat program membangkit data ACS seperti pada Tabel 3-1 menggunakan
software Basic Compiler AVR, pemograman
dengan bahasa basic sering digunakan untuk melakukan pemograman mikro-kontroler AVR, programam ini mudah digunakan dan mudah untuk membuat kompailer yang akan dimasukkan kedalam microkontroler, format file dari program ini adalah .bas dan dijadikan kompailer berupa .hex (Setiawan, 2011).
Software yang nantinya di-upload ke
dalam mikrokontroler ATmega32. Perancangan GUI hanya menampil-kan data stream hasil dari mikrokontroler, dan mengkonversi data berupa Hexa ke dalam String. Setelah data terkonversi maka hasil data tersebut menunjukan data dari sensor yang ada pada satelit.
25
Gambar 3-7: Implementasi hasil GUI Untuk menjalankan GUI ini membutuhkan
spesifikasi komputer yang menggunakan
Intel core I5, 3.10 Ghz, dan RAM 4GB.
Berikut adalah implementasi perancangan GUI untuk rancang bangun simulator pembangkit data ACS Stream.
4 HASIL PERANCANGAN,PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
Setelah proses perancangan dan perakitan selesai proses berikut yang harus dilakukan adalah proses pengujian. Proses pengujian dilakukan untuk memastikan rancang bangun simulator pembangkit data ACS telah sesuai dengan hasil yang diharapkan. Proses pengujian dilakukan berdasarkan dengan teori yang ada dengan hasil yang didapat dari rancang bangun simulator pembangkit data ACS. Pengujian ini kemudian di analisa apakah sesuai dengan teori yang ada atau tidak.
4.1 Pengujian Hardware
Perangkat keras merupakan komponen nyata dari sistem yang dirancang. Berbeda dengan perangkat lunak, kesalahan dalam merancang perangkat keras akan berpengaruh besar pada kemampuan sistem/hardware. Untuk itu diperlukan ketelitian dan kecermatan dalam membangun perangkat keras. Ketelitian dan kecermatan akan menghasilkan system yang berfungsi dengan baik serta memenuhi aspek tepat guna. Gambar 4-1 merupakan hasil akhir dari perancangan hardware,
dimana board ini akan digunakan untuk realisasi rancang bangun simulator pembangkit dataACS Stream.
Gambar 4-1: Hasil akhir PCB tampak depan dan tampak belakang
26
4.2 Pengukuran Catu Daya
Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui kestabilan tegangan input alat ini dan mengetahui tegangan drop pada IC regulator yang digunakan. Prosedur pengujian ini adalah sebagai berikut, mengukur tegangan input IC regulator MC7805 dan tegangan output-nya. Hasil yang diharapkan yaitu kestabilan tegangan pada IC regulator MC7805 dan tegangan drop yang harus dicapai sekitar 2 volt yang sesuai dengan
datasheet. Untuk pengukuran drop
tegangan, input tegangan bervariasi dari 5 V sampai 12 V.
Analisa dari pengujian menunjukkan bahwa rangkaian regulator telah bekerja dengan baik. Hal ini terlihat pada saat diberi tegangan masukan sebesar 11,47 V, tegangan keluaran dari output IC
MC7805 menunjukkan tegangan stabil pada 5,12 V. Drop tegangan pada IC MC7805 juga bekerja sesuai dengan
datasheet yaitu IC MC7805 yang memiliki
tegangan drop sebesar 2 V. Hal tersebut dapat terlihat pada saat di beri masukan tegangan antara 5,14 V – 11,99 V drop tegangan terukur sebesar ±2 V, sehingga untuk mendapatkan tegangan sebesar 5 V pada keluaran dibutuhkan tegangan input minimal sebesar 7V 4.3 Pengujian Firmware Mikrokontroler
Data ACS yang dibangkitkan diantaranya adalah data unsign integer dan data Float. Ukuran dan panjang data dibangkitkan mengikuti Table 3-1. Hasil simulasi pembangkit data ACS seperti Gambar 4-3.
.
Gambar 4-2: Keterangan Dropout Tegangan (www.sparkfun.com, 2016)
27
Hasil data keluaran software pembangkit data ACS sudah sesuai dengan format data ACS. Sebanyak 248
byte dihasilkan dengan menggunakan
mikrokontrollerATMega32. Data ACS yang telah di-generate menggunakan mikrokontroler dengan total data 1 paket data ACS terdiri dari 248 byte = 1984 bits, Informasi data ACS ini, kedepannya akan ditransmisikan ke ground station mengikuti format data rekomendasi CCSDS. Satu frame data ACS berisikan 1984 bits, sebanyak 240 frame data ACS tersebut digabung kedalam satu source
packet.
4.4 Pengujian GUI
Agar supaya hardware bisa ber-fungsi diperlukan software pendukung yang digunakan untuk mengirim/ menerima data melalui serialport. Pada saat mikrokontroler mengirimkan data maka secara otomatis akan diterima oleh GUI melalui ComPort. Pada GUI ini, komunikasi yang digunakan adalah satu arah. Artinya program aplikasi ini hanya dapat menerima data dari mikrokontroler saja (Wahana computer, 2009). Komponen utama pada form ini adalah ComPort. Pada Gambar 4-4 dapat dilihat bahwa GUI menerima data secara serial, data berasal dari mikrokontroler yang dikirim secara continue, dan diterjemahkan sesuai data rekomendasi CCSDS.
(a)
(b)