Berita
DIRGANTARA
MAJALAH ILMIAH SEMI POPULER
VOL. 13 NO. 1 MARET 2012 ISSN 1411-8920
IDENTIFIKASI GELOMBANG GRAVITAS MENGGUNAKAN DATA
RADAR MF
Sri Ekawati, P. Abadi dan G. Wikantho
INTEGRASI PERANGKAT MONITORING IONOSFER NEAR REAL
TIME SEBAGAI BAGIAN DARI SISTEM PEMANTAU CUACA
ANTARIKSA
Varuliantor Dear
UPAYA MENAMBAH KAPASITAS HARDISK PADA SERVER FTP LAPAN
BANDUNG MENGGUNAKAN GCONCAT
Alhadi Saputra
METODE MANAJEMEN BACKUP DATA SEBAGAI UPAYA
PENYELAMATAN DATA ON LINE WEB LAPAN BANDUNG
Elyyani
TELAAH PERBANDINGAN HASIL UJI KOMUNIKASI
MENG-GUNAKAN SISTEM AUTOMATIC LINK ESTABLISHMENT (ALE)
DENGAN DATA IONOSONDA TANJUNGSARI UNTUK SIRKUIT
KOMUNIKASI BANDUNG-WATUKOSEK
Varuliantor Dear
DITERBITKAN OLEH:
LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL Jl. Pemuda Persil No. 1, Jakarta 13220, INDONESIA
Berita
DIRGANTARA
MAJALAH ILMIAH SEMI POPULER
VOL. 13 NO. 1 MARET 2012 ISSN 1411-8920
IDENTIFIKASI GEOMBANG GRAVITAS MENGGUNAKAN DATA
RADAR MF ………...
Sri Ekawati, P. Abadi dan G. Wikantho
INTEGRASI PERANGKAT MONITORING IONOSFER NEAR REAL
TIME SEBAGAI BAGIAN DARI SISTEM PEMANTAU CUACA
ANTARIKSA ...
Varuliantor Dear
UPAYA MENAMBAH KAPASITAS HARDISK PADA SERVER FTP
LAPAN BANDUNG MENGGUNAKAN GCONCAT...
Alhadi Saputra
METODE MANAJEMEN BACKUP DATA SEBAGAI UPAYA
PENYELAMATAN DATA ON LINE WEB LAPAN BANDUNG ...
Elyyani
TELAAH PERBANDINGAN HASIL UJI KOMUNIKASI
MENGGUNA-KAN SISTEM AUTOMATIC LINK ESTABLISHMENT (ALE) DENGAN
DATA IONOSONDA TANJUNGSARI UNTUK SIRKUIT KOMUNIKASI
BANDUNG-WATUKOSEK ...
Varuliantor Dear
1 – 8
9 – 16
17 – 21
22 – 27
28 – 37
DITERBITKAN OLEH:LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL Jl. Pemuda Persil No. 1, Jakarta 13220, INDONESIA
Berita
DIRGANTARA
MAJALAH ILMIAH SEMI POPULER
SUSUNAN DEWAN PENYUNTING BERITA DIRGANTARA
Keputusan Kepala LAPAN Nomor: KEP/083/IV/2012
Tanggal: 19 April 2012 Penanggung Jawab: Sekretaris Utama LAPAN
Pemimpin Umum:
Karo Kerjasama dan Hubungan Masyarakat
Sekretaris:
Ka. Bag. Hubungan Masyarakat Ka. Subbag Publikasi Penyunting Penyelia: Euis Susilawati Penyunting Pelaksana: Agus Harno N. Widodo Slamet Gathot Winarso Timbul Manik Waluyo Eko Cahyono
Ediwan
VOL.13 NO.1 MARET 2012 ISSN 1411-8920
DARI MEJA PENYUNTING Sidang pembaca yang terhormat,
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, Berita Dirgantara Vol. 13, No. 1, Maret 2012 dapat hadir kembali ke hadapan para pembaca sekalian.
Berita Dirgantara edisi kali ini memuat 5 (lima) artikel yaitu, “Identifikasi Gelombang Gravitas Menggunakan Data Radar MF” ditulis oleh Sri Ekawati, P. Abadi dan G. Wikantho. Ionosfer sangat sensitif oleh berbagai gangguan. Salah satu faktor gangguan tersebut adalah gelombang gravitas. Gelombang ini memegang peranan yang penting dalam dinamika daerah mesosfer, thermosfer bawah dan ionosfer; “Integrasi Perangkat Monitoring Ionosfer Near Real Time Sebagai bagian dari Sistem Pemantau Cuaca Antariksa” ditulis oleh Varuliantor Dear. Monitoring data Ionosfer Loka Pengamat Dirgantara (LPD) Tanjungsari
near real time sebagai bagian dari sistem pemantau cuaca antariksa
dilakukan dengan mengintegrasikan jaringan Virtual Private Network (VPN) berbasis protokol file transfer protocol (ftp) dengan jaringan Local Area
Network (LAN); “Upaya Menambah Kapasitas Hardisk pada Server FTP
LAPAN Bandung menggunakan GConcat” ditulis oleh Alhadi Saputra. Saat ini LAPAN Bandung memiliki server FTP yang berguna untuk menyimpan data mentah dan data hasil olahan observasi peralatan yang berada di loka atau balai pengamatan dirgantara. Data ini digunakan untuk keperluan kelengkapan data dalam penelitian yang sedang dikembangkan; “Metode Manajemen Backup Data Sebagai Upaya Penyelamatan Data On Line web LAPAN Bandung” ditulis oleh Elyyani. Data on line yang dimiliki LAPAN Bandung terdiri dari database yang tersimpan pada web/email server ataupun database penelitian lain yang merupakan data siap diakses. Berbagai faktor internal menjadi salah satu penyebab kerusakan terhadap
server sebagai media penyimpanan data.
Artikel terakhir ditulis oleh Varuliantor Dear dengan judul “Telaah Perbandingan Hasil Uji Komunikasi Menggunakan Sistem Automatic Link
Establishment (ALE) Dengan Data Ionosonda Tanjungsari untuk Sirkuit
Komunikasi Bandung-Watukosek”. Perbandingan data hasil uji komunikasi menggunakan sistem Automatic Link Establishment (ALE) dengan data Ionosonda Tanjungsari untuk sirkuit komunikasi Bandung-Watukosek dilakukan guna mengetahui kelayakan sistem ALE untuk uji komunikasi radio HF sirkuit Bandung Watukosek.
Demikian makalah-makalah yang dapat kami sajikan dalam edisi
kali ini, semoga sidang pembaca dapat mengambil manfaatnya.
Penyunting
Alamat Penerbit/Redaksi : LAPAN, JL. Pemuda Persil No. 1 Rawamangun, Jakarta Timur 13220
Telepon : 4892802 (Hunting) Fax : (012) 4894815 Email : [email protected]
[email protected] Milis : [email protected]
Berita Dirgantara merupakan terbitan ilmiah semi poluler di bidang kedirgantaraan.
Terbit setiap 3 bulan, memuat tulisan yang bersifat ilmiah semi populer mengenai hasil-hasil penelitian, tinjauan atau pandangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan bidang kegiatan kedirgantaraan dari para peneliti dan staf LAPAN maupun non LAPAN. Setiap orang dapat mengutip terbitan LAPAN dengan menyebutkan
Identifikasi Gelombang Gravitas Menggunakan……. (Sri Ekawati et al.)
1
IDENTIFIKASI GELOMBANG GRAVITAS
MENGGUNAKAN DATA RADAR MF
Sri Ekawati, P. Abadi dan G. Wikantho
Peneliti Bidang Ionosfer dan Telekomunikasi, Pusfatsainsa, LAPAN e-mail: [email protected], [email protected]
RINGKASAN
Ionosfer sangat sensitif oleh berbagai gangguan. Salah satu faktor gangguan tersebut adalah gelombang gravitas. Gelombang ini memegang peranan yang penting dalam dinamika daerah mesosfer, thermosfer bawah dan ionosfer. Propagasi gelombang gravitas dari bawah akan menyebabkan turbulensi, menjalarkan momentum dan energi dari troposfer ke atmosfer lebih atas serta mempengaruhi sirkulasi global, temperatur dan komposisi dari atmosfer tengah dan atas. Gelombang gravitas dapat diamati dengan radar Medium Frequency (MF). Data yang digunakan dalam makalah ini adalah data kecepatan angin dari radar MF Pameungpeuk-LAPAN bulan Januari 2009. Makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemunculan gelombang gravitas dari data kecepatan angin radar MF dengan metode hodograph. Analisis hodograph digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gelombang gravitas dan arah penjalaran gelombang gravitas. Hasil menunjukkan grafik hodograph yang berbentuk elips dan berlawanan arah jarum jam terbentuk pada pukul 18:00 WIB pada 3 Januari 2009 dan pukul 19:00 WIB pada 04 Januari 2009.
1 PENDAHULUAN
Ionosfer sangat sensitif terhadap berbagai gangguan. Konsentrasi elektron dan ion di ionosfer tidak hanya dipenga-ruhi oleh radiasi sinar dan partikel bermuatan dari matahari saja, tetapi dipengaruhi juga oleh angin, pasang karena matahari dan bulan, sistem arus listrik dan bermacam-macam gelombang (Soegeng, 1994). Gambar 1-1 menunjuk-kan ilustrasi berbagai faktor yang mem-pengaruhi ionosfer. Selain gangguan dari atas, ionosfer juga dipengaruhi gangguan dari bawah ionosfer seperti gelombang atmosfer. Salah satu gelom-bang tersebut adalah gelomgelom-bang gravitas. Gelombang gravitas merupakan gelombang atmosfer yang gayanya ter-simpan sebagai gaya apung (buoyancy). Pecahnya gelombang gravitas menye-babkan terjadinya turbulensi pada troposfer dan atmosfer tengah. Pada sirkulasi global, sejumlah gelombang gravitas menjalarkan momentum dan energi dari troposfer ke atmosfer lebih
atas yang dikenal dengan fenomena kopel dinamis (Martiningrum, 2000). Selain itu, gelombang gravitas juga dapat mempengaruhi temperatur dan komposisi dari atmosfer tengah dan atas (Gavrilov,2004).
Salah satu teknik pengamatan gelombang gravitas dapat menggunakan radar MF. Di Pameungpeuk-LAPAN terdapat alat Radar MF dengan daya 10 kWatt beroperasi pada frekuensi 2.008 MHz dan sounding setiap 2 menit, selama 24 jam. Secara terperinci dijelaskan pada Tabel 1-1. Radar ini adalah produk dari GENESIS-Australia, yaitu perusahaan yang berkecimpung di bidang perangkat pengukur parameter atmosfer yang menggunakan gelombang radio. Data yang dihasilkan berupa kecepatan angin rata-rata dari ketinggian 52 km sampai dengan ketinggian 122 km dalam arah zonal (Timur-Barat), meredional (Utara-Selatan), vertikal dan horizontal (Pusainsa, 2010).
2
Gambar 1-1: Ionosfer rentan dipengaruhi oleh faktor dari atas dan dari bawah (sumber : D.R. T. Ram S.)
Tabel 1-1: SPESIFIKASI RADAR MF PAMEUNGPEUK-LAPAN
Jenis Radar Radar Medium Frequency (MF) Posisi Koordinat Geografis 7,4
°
LS, 107,4°
BTFrekuensi 2,008 MHz
Daya peak (kW) 10 kWatt (peak)
Sasaran Mesosfer, Thermosfer Bawah Daerah Jangkauan Ketinggian 52 – 122 km
Memancar (Sounding) Setiap 2 menit
Identifikasi Gelombang Gravitas Menggunakan……. (Sri Ekawati et al.)
3
Oleh karena itu, tujuan dari makalah ini adalah mengidentifikasi gelombang gravitas dengan menggunakan data radar MF Pameungpeuk. Pada makalah ini menitikberatkan pada pengolahan data radar MF dan metode-nya sehingga identifikasi gelombang gravitas dapat diperoleh.
2 METODOLOGI
Untuk mengolah data Radar MF tidak mudah. Ada tiga proses pe-ngolahan data, yaitu:
Mengkonversi dari data mentah ke data format teks dengan software
Spaced Sensor Wind Measurement Analysis (SSWMA).
Menghilangkan header setiap 2 menit dan seleksi data.
Menghitung rata-rata per-jam.
Data hasil pengukuran Radar MF disimpan dalam file biner, yang ber-ukuran relatif kecil dibandingkan file teks. Software yang mengontrol peng-operasian radar MF, tampilan data
real-time dan software konversi dibuat
dengan bahasa C untuk Unix. Karena beragamnya software para pengguna data, maka program konversi untuk mengubah file data biner menjadi file data teks sangat penting. Software konversi data file biner ke dalam file teks adalah SSWMA. Pengkonversian dilakukan dengan memberikan perintah (dalam promt Unix) sebagai berikut:
sswma –cat /local10/results/pameungpeuk.20090104.sswma
>/usr/home/ags/20090104.txt
Tabel 2-1: DATA RADAR MF PAMEUNGPEUK 04 JANUARI 2009
/local0/Results/pameungpeuk.20090104.sswma is a version 2 SSWMA data file Record 0 acquired at 04/01/2009 00:01:01 GMT (mode 1)
Height | Status Za Ma Zt Mt Vv FT CFT Ps Rat Rot NTD SNR1 SNR2 SNR3 AMP1 AMP2 AMP3 NSR1 NSR2 NSR3 ---+--- 52.00 km | 2 -16 -12 -12 +20 +28 +28 54.00 km | 2 -14 -18 -13 +21 +25 +28 56.00 km | 2 -14 -13 -14 +21 +27 +27 58.00 km | 2 -12 -12 -12 +22 +28 +28 60.00 km | 2 -13 -17 -18 +22 +25 +26 62.00 km | 2 -12 -15 -13 +22 +26 +28 64.00 km | 2 -12 -14 -19 +22 +26 +24 66.00 km | 2 -14 -11 -14 +21 +28 +27 68.00 km | 2 -15 -15 -15 +21 +26 +27 70.00 km | 2 -10 -10 -13 +23 +28 +28 72.00 km | 7 +1.34 -6 -4 -7 +25 +32 +31 74.00 km | 7 -0.82 -3 +0 -2 +27 +34 +33 76.00 km | 4 -1.51 8.12 -2 -0 -2 +27 +33 +33 78.00 km | 4 -7.02 11.28 -6 -5 -5 +25 +31 +32 80.00 km | 0 -97 -52 -9 -11 +3.07 3.74 3.80 343 1.56 +73 16 -2 -1 -3 +27 +33 +33 +1 +2 +2 82.00 km | 7 -2.79 +4 +4 +1 +30 +35 +35 84.00 km | 4 -4.55 8.75 +11 +10 +9 +33 +38 +39 86.00 km | 0 +43 -15 +33 -15 -2.24 5.03 5.61 422 1.13 -54 2 +11 +12 +12 +34 +39 +40 -13 -13 -14 88.00 km | 0 +43 -9 +38 -17 +0.73 1.76 2.01 238 1.63 +86 3 +7 +9 +9 +32 +38 +39 -8 -9 -8 90.00 km | 10 -4.03 1.15 56 +7 +8 +9 +32 +37 +38 -4 -10 -8 92.00 km | 7 -3.16 +10 +8 +8 +33 +37 +38 94.00 km | 131 -1.23 +99 +27 +34 +44 +45 +45 96.00 km | 131 -1.42 +33 +28 +99 +45 +46 +45 98.00 km | 131 -1.40 +34 +28 +30 +46 +46 +45 Record 1 acquired at 04/01/2009 00:02:43 GMT (mode 1)
Height | Status Za Ma Zt Mt Vv FT CFT Ps Rat Rot NTD SNR1 SNR2 SNR3 AMP1 AMP2 AMP3 NSR1 NSR2 NSR3 ---+--- 52.00 km | 2 -9 -17 -18 +23 +24 +25 54.00 km | 2 -12 -9 -27 +22 +28 +20 56.00 km | 2 -11 -7 -12 +22 +29 +27 58.00 km | 2 -19 -18 -12 +18 +24 +27 60.00 km | 2 -12 -12 -15 +21 +26 +26 62.00 km | 2 -10 -15 -11 +22 +25 +28 64.00 km | 2 -12 -13 -9 +22 +26 +29 66.00 km | 2 -13 -15 -10 +21 +25 +28 68.00 km | 2 -12 -11 -19 +22 +27 +24 70.00 km | 2 -17 -8 -7 +19 +28 +30 72.00 km | 2 -6 -4 -3 +25 +31 +32 74.00 km | 3 -0.55 -3 -2 -1 +26 +32 +33 76.00 km | 7 -1.06 -4 -6 -5 +26 +30 +31 78.00 km | 7 -3.91 -3 -3 -7 +26 +31 +30 80.00 km | 0 -50 -114 -8 -14 -1.72 3.28 3.33 395 1.36 -18 4 -1 +1 -3 +27 +33 +32 -1 -3 -1 82.00 km | 0 +25 -58 +9 -25 +1.14 2.86 3.03 317 1.36 +27 33 +0 +2 +0 +27 +33 +33 -2 -5 -3 84.00 km | 0 +47 -14 +33 -13 +0.07 2.82 3.12 301 1.28 +81 14 +5 +6 +5 +30 +36 +36 -6 -9 -8 86.00 km | 0 +47 -7 +40 -18 +1.18 2.35 2.66 262 1.36 -71 0 +8 +10 +9 +31 +37 +38 -10 -15 -11
4
Hasil yang diperoleh adalah data dalam bentuk teks dengan nama file 20090104.txt. Seperti terlihat pada Tabel 2-1. Format datanya terdiri dari header dan tabel data. Header memberikan informasi waktu sounding yang ditandai dengan record. Record-0 mengambil data pada pukul 00:01:01 GMT, selanjutnya
Record-1 mengambil data pada pukul
00:02:43 GMT, begitu seterusnya. Satu hari, data dapat mempunyai record mencapai lebih dari 800 Record. Kolom pertama adalah ketinggian, kemudian status data. Selanjutnya kecepatan Angin yaitu Za, Ma, Zt, Mt dan Vv. Kemudian status penghitungan internal yaitu Ft,
CFT, Ps, rat, Rot, NTD dan yang terakhir
adalah status sinyal pada ketiga grup
antena, yaitu: SNR1, SNR2, SNR3, AMP1,
AMP2, AMP3, NSR1, NSR2 dan NSR3.
Data sudah dalam bentuk teks tetapi masih sulit untuk diolah. Maka, data tersebut perlu diolah kembali menggunakan Matlab sehingga menjadi data yang siap olah. Seperti ditunjukkan pada Tabel 2-2 dengan keterangan kolom Tabel 2-3.
Pengolahan yang dilakukan meliputi penambahan kolom waktu yang diambil dari data setiap record. Data yang diambil adalah data ketinggian, status, Zt (kecepatan angin arah barat-timur/zonal true) dan Mt (kecepatan angin arah utara-selatan/meridional true) dan Vv (kecepatan angin arah vertikal). Status data yang digunakan hanyalah data yang ber-status ‘0’.
Tabel 2-2: DATA RADAR MF 4 JANUARI 2009 SIAP OLAH
0 1.0000 1.0000 80.0000 0 -9.0000 -11.0000 3.0700 0 1.0000 1.0000 86.0000 0 33.0000 -15.0000 -2.2400 0 1.0000 1.0000 88.0000 0 38.0000 -17.0000 0.7300 0 2.0000 43.0000 80.0000 0 -8.0000 -14.0000 -1.7200 0 2.0000 43.0000 82.0000 0 9.0000 -25.0000 1.1400 0 2.0000 43.0000 84.0000 0 33.0000 -13.0000 0.0700 0 2.0000 43.0000 86.0000 0 40.0000 -18.0000 1.1800 0 2.0000 43.0000 90.0000 0 29.0000 -1.0000 1.4600 0 2.0000 43.0000 92.0000 0 37.0000 -17.0000 2.4400 0 4.0000 25.0000 80.0000 0 -12.0000 -4.0000 2.8600 0 4.0000 25.0000 84.0000 0 26.0000 -12.0000 2.5400 0 4.0000 25.0000 86.0000 0 42.0000 -33.0000 3.4000 0 4.0000 25.0000 90.0000 0 33.0000 -3.0000 -2.5800 0 4.0000 25.0000 92.0000 0 26.0000 -7.0000 -1.0200 0 6.0000 8.0000 84.0000 0 31.0000 -13.0000 1.6000
Tabel 2-3: KETERANGAN KOLOM DATA RADAR MF SIAP OLAH
Kolom
ke-
Keterangan
Satuan
1
Jam
2
Menit
3
Detik
4
Ketinggian
kilometer
5
Status
Data yang valid status 0
6
Kecepatan Angin Zonal
m/s
7
Kecepatan Angin Meridional
m/s
Identifikasi Gelombang Gravitas Menggunakan……. (Sri Ekawati et al.)
5
Tabel 2-4: TABEL DATA KECEPATAN ANGIN ZONAL 04/01/09 (RATA-RATA SETIAP JAM)
Tabel 2-1. Rata-rata Angin Zonal tanggal 4 Januari 2009
11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00 19:00 20:00 21:00 22:00 23:00 82 9 23 66,5 9,5 84 9 19,5 33,6 20,5 -8 0,5 -145 86 -1,1429 -5,6364 -13,6 5,0909 15,8333 32,8889 37,1333 38,9167 42,8 33,1667 20 88 -25 -4 16,8095 18,5 17,8333 33,7273 35,9412 41,8333 46,1667 41 37,25 40,5 31,35 90 -21 -0,1333 24,7 31,1818 40,0769 38,6 43 51,25 48,8125 37,2308 36,125 17,5 34,8636 92 3,2 12,1333 28,9474 39,2308 45,75 44,3913 37,2 42,5385 51,6111 48,5333 39,0556 44,4615 34,4615 94 -7,875 20,5385 26,8333 50,7647 43,0833 36,1765 34,0417 44,45 54,7368 37,6667 15,6 22,4 96 14,5714 23 19,75 43,4615 35,5 23,9091 30,2143 34 39 98 11,1667 13,625 20,6667 38 16,75 24,8889 100 27 13 -49,2222 -47,6364 -46,6667 16,2222 -7,6667 -19,6667 102 27,25 -16,3333 -18,9 -55,3333 -72 24 -8,5 104 21,6667 -63 2 -21,5 -50,6667 22,8571 -54 -96,6 106 13,2857 -65 -34,6667 -35,5 -31,5714 -24,25 -41,3333 -38 108 8,5 -41 -39 8 -44,6 -10 -17,5 -44,8 -56 110 -6,25 -37 -8,6 6,7273 -9,4286 -49 -63 -106,8 112 3,6667 17,5 5 -28,4286 4,7143 -1,25 -45,7143 26,8 -52,5 -60,6 114 -17,2 -34,8333 -18,375 15,8571 -10,5 -36,2857 -96 -49 3 116 3,3333 9 19 15 -9,75 16,3333 -20,5 -38,5 37,5 -67,6667 -67,5 118 30,7778 -7 9 -17 -1,8571 -59 -20 -57,5 -85,6667 -64 120 28,875 11,5 -18,7273 -12,3333 -8,2 -39,75 -1 -1 -115,5 122 16,4286 -2 -18,25 -23,5714 16,2 -9,1818 -42 1,6667 -12,5 124 Ketinggian
Tabel 2-5:TABEL DATA KECEPATAN ANGIN MERIDIONAL 04/01/09 (RATA-RATA SETIAP JAM)
Tabel 2-3. Rata-rata Angin Meridional tanggal 4 Januari 2009
11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00 19:00 20:00 21:00 22:00 23:00 82 65 -12 -183 -76,5 84 17 12,5 24,8 -8,75 -18 -21 -56 86 31,2857 28,6364 38 23,4545 19,75 5,5556 -3,1333 -26,0833 -21,8 -28 -51,7143 88 41 39,3667 30,6667 20,5714 15,4167 2,5909 -4,8235 -22,2917 -26 -23,5714 -36,25 -52 -43,2 90 40 34,8333 25,3 19,8636 -0,7692 4,1667 -17,3462 -28 -30,125 -27,7692 -38,875 -27,5 -36,7273 92 32,7 33,9333 21,3684 15,5385 -4,5 7,2174 -8,68 -16,6154 -20,4444 -27,4 -19,2778 -16,9231 -15,6154 94 20,125 28,5769 22,1667 6,9412 5,3333 0,4118 4,4167 -14,95 -9,1579 -18,6667 8,4 -5,3 96 19,5714 22,9231 13,75 0,0769 4 15,8182 20,2143 9 6,75 98 26,8333 14,75 8 32 37,4167 44,8889 100 23 33 74,3333 36,5455 13,3333 34,3333 104,3333 -4,3333 102 23,25 -27 58,9 0,2222 59 38,6667 74 104 28,6667 22 85,4 27,875 5 47,2857 -38 81,8 106 19,8571 -49,3333 69,7778 -4,25 94,8571 25,5 75,6667 44,75 108 37,8333 20 21 51,0909 -4,6 105,5 4,5 12 44,8333 110 115,5 20 26 32,2727 20,4286 65,25 -64 96,8 112 26,7778 100 -13,5 54,4286 38,7143 16,5 39,4286 65 31 46 114 6 0 68 41,25 41 50,5 48,4286 59 13 65,3333 116 18,6667 -2 77 58,75 39,75 30,1111 41,25 26,625 178 3,6667 -1 118 20 -13 52 53,6154 56,2857 37 51,8571 95,5 -13 78 120 30,125 64,5 28,9091 69,6667 66 50,75 38 92 20 122 -14,7143 42,5 32,9375 71,4286 51,4 52,2727 21 27,6667 37 124 Ketinggian
Tabel 2-3 adalah keterangan dari setiap kolom data pada Tabel 2-2. Sebagai contoh, pada baris ke-1. Kolom 1 sampai 3 menunjukkan waktu. Waktu pengamatan adalah 0:01:01, pada ketinggian 80 kilometer, status 0, Zt = -9 (kecepatan angin zonal sebesar 9 m/s ke arah barat), Mt = -11 (kecepatan angin meridional sebesar 11 m/s ke arah selatan) dan Vv = 3,07 (kecepatan angin vertikal sebesar 3 m/s ke arah atas).
Proses ketiga adalah pengolahan dari data siap olah menjadi tabel rata-rata setiap jam. Data kecepatan angin
dirata-ratakan setiap satu jam ber-dasarkan ketinggian. Hasil tabel data rata-rata setiap jam kecepatan angin zonal ditunjukkan pada Tabel 2-4 dan rata-rata setiap jam kecepatan angin meridional ditunjukkan pada Tabel 2-5.
Pengolahan selanjutnya adalah menggunakan metode Hodograph untuk mengolah data rata-rata setiap jam.
Hodograph berasal dari bahasa Yunani,
yaitu hodos yang artinya arah, dan graph yang artinya grafik. Hodograph adalah salah satu metode untuk mengetahui adanya gelombang gravitas. Untuk
6
memperoleh hodograph ini, dibuat profil kecepatan angin zonal dan meridional pada tiap ketinggian. Koordinat yang terbentuk dari masing-masing ketinggian, mulai ketinggian terbawah hingga teratas, maka akan menggambarkan suatu bentuk mirip elips. Pembentukan gambar elips tersebut dapat terjadi searah gerakan jarum jam ataupun berlawanan dengan arah jarum jam. Gambar elips yang terbentuk yang berlawanan dengan arah jarum jam menunjukkan arah penjalaran gelombang gravitas ke atas (Ristanti, 1998 dan Ekawati, 2011).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 3-1 adalah plot angin zonal (kiri) dan meridional (kanan) pada tanggal 3 Januari 2009 pukul 18:00 WIB. Gambar 3-2 adalah plot angin zonal (kiri) dan meridional (kanan) pada tanggal 4 Januari 2009 pukul 19:00 WIB. Dari semua data bulan Januari 2009 setiap jam, grafik hodograph yang berbentuk
elips hanya terlihat pada tanggal 3 dan
4 Januari 2009 saja dan hanya terbentuk pada pukul 18:00 WIB pada 3 Januari 2009 dan pukul 19:00 WIB pada 04 Januari 2009. Titik berwarna violet adalah plot data, sedangkan warna garis biru adalah rata-rata data per-jam dan garis merah adalah smoothing data menggunakan metode 5-point moving
average.
Gambar 3-3 adalah grafik
hodograph tanggal 3 Januari 2009
pukul 18:00 WIB (kiri) dan hodograph kecepatan angin 4 Januari 2009 pukul 19:00 WIB (kanan). Sumbu-x adalah
smoothing kecepatan angin zonal
rata-rata per-jam dan sumbu-y adalah
smoothing kecepatan angin meridional
rata-rata per-jam. Hasilnya, terlihat
hodograph berbentuk elips yang
menan-dakan keberadaan gelombang atmosfer gravitas. Arahnya pun berlawanan jarum jam yang menunjukkan arah penjalaran gelombang menuju ke arah atas.
Gambar 3-1: Profil angin zonal (kiri) dan angin meridional (kanan) tanggal 3 Januari 2009
Identifikasi Gelombang Gravitas Menggunakan……. (Sri Ekawati et al.) 7 Awal Akhir Awal Akhir
Gambar 3-3: Hodograph kecepatan angin 3 Januari 2009 pukul 18:00 WIB (kiri) dan Hodograph kecepatan angin 4 Januari 2009 pukul 19:00 WIB (kiri)
4 PENUTUP
Radar MF memberikan informasi kecepatan angin yang selanjutnya dapat diolah untuk identifikasi gelombang gravitas dengan berbagai metode. Pada makalah ini digunakan metode per-hitungan rata-rata setiap jam, perhi-tungan smoothing data dan analisis
hodograph. Analisis hodograph cukup
baik dalam mengidentifikasi keberadaan gelombang gravitas. Dari semua data bulan Januari 2009 setiap jam, grafik
hodograph yang berbentuk elips hanya
terlihat pada tanggal 3 dan 4 Januari 2009 saja dan hanya terbentuk pada pukul 18:00 WIB pada 3 Januari 2009 dan pukul 19:00 WIB pada 04 Januari 2009. Arah grafik tersebut berlawanan jarum jam. Ini menunjukkan pada waktu tersebut terdapat gelombang gravitas dengan propagasi dari bawah ke arah atas. Selanjutnya akan menyebabkan turbulensi dan gangguan di Ionosfer. Ucapan Terimakasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada personil Loka Pengamatan Pameungpeuk dan Tim Jaringan LAPAN Bandung yang telah mengunggah data radar MF ke ftp://ftp.dirgantara-lapan. or.id/.
DAFTAR RUJUKAN
Abadi, P., Ekawati, S., Dedi, N., 2011.
Observasi kemunculan Spread-F di atas pameungpeuk dan Keter-kaitannya terhadap Gelombang dari Atmosfer Bawah dengan Menggunakan Radar MF dan HF.
Prosiding Seminar Radar Nasional 2011. ISSN : 1979-2921.
Ekawati, S., 2011. Identifikasi Gelombang
Gravitas Atmosfer dari Fenomena Awan Gelombang. Prosiding Seminar
Radar Nasional 2011. ISSN: 1979-2921.
Gavrilov, N. M., Riggin, DM, Fritts, DC, 2004. Interannual variations of
the Mean Wind and Gravity Wave Variances in the Middle Atmosphere over Hawaii. Journal of
Atmos-pheric and Solar-Terrestrial Physics 66 (2004). 637-645.
Martiningrum, D. R., 2000. Teknologi
Pengamatan Gelombang Atmosfer dengan Radar dan Airglow Imaging (Pencitraan Airglow) untuk Men-dukung Penelitian Dinamika Atmosfer. Warta LAPAN, 2000.
Pusainsa, 2010, http://pameungpeuk. dirgantara-lapan.or.id/ content/ peralatan-dan-fasilitas. 2010.
8
Ram, S. T., Yamamoto, M., Liu, H., Thampi, S.V., Liu,C.H., Su, S.Y., Lei, J., 2011. Periodic Solar Wind
Forcing During the Extreme Solar Minimum and the response of Global Ionosphere at Different altitudes Observerd by FORMOSAT-3/COSMIC. Presentation at LAPAN.
2011. RISH, Kyoto University.
Ristanti, N., Gatot, W., Yasminal, A., Nolly, A.H. dan Heri, 1998.
Pengaruh Gelombang Gravitas terhadap Lapisan Ionosfer. majalah
LAPAN, No. 87. Tahun XXII bulan Oktober 1998. ISSN 0126-0480. Soegeng, 1994. Ionosfir. Yogyakarta: Andi
Integrasi Perangkat Monitoring Ionosfer Near…… (Varuliantor Dear)
9
INTEGRASI PERANGKAT MONITORING IONOSFER
NEAR REAL TIME
SEBAGAI BAGIAN DARI
SISTEM PEMANTAU CUACA ANTARIKSA
Varuliantor Dear
Peneliti Bidang Ionosfer dan Telekomunikasi, Pusat Sains Antariksa, LAPAN e-mail: [email protected]
RINGKASAN
Monitoring data Ionosfer Loka Pengamat Dirgantara (LPD) Tanjungsari near real
time sebagai bagian dari sistem pemantau cuaca antariksa dilakukan dengan
mengintegrasikan jaringan Virtual Private Network (VPN) berbasis protokol file transfer
protocol (ftp) dengan jaringan Local Area Network (LAN). Dengan menggunakan software
aplikasi emulator DOSBox seperti yang telah disajikan oleh Dear (Dear, 2010), disertai dengan pembuatan program aplikasi pengendali DOSBox yang bekerja secara otomatis, monitoring data ionosfer LPD Tanjungsari secara near real time dapat diwujudkan. Dengan pengintegrasian sistem tersebut, penampilan data kondisi ionosfer terkini dapat terlaksana untuk mendukung fungsi ruang monitoring cuaca antariksa dalam rangka memberikan informasi tentang kondisi cuaca antariksa.
1 PENDAHULUAN
Sistem pemantau cuaca antariksa (space weather) yang ditempatkan pada ruang pemantau cuaca antariksa LAPAN Bandung merupakan sistem yang menya-jikan informasi layanan cuaca antariksa baik bagi masyarakat umum maupun masyarakat khusus. Pada ruangan ini, data yang terkait dengan kondisi cuaca antariksa disajikan dalam beberapa layar monitor komputer, yang bertujuan untuk memberikan kemudahan penjelasan dari pemahaman tentang kondisi cuaca antariksa yang sedang terjadi maupun yang telah terjadi dalam waktu dekat. Dengan tujuan tersebut, maka informasi yang disajikan pada sistem pemantau cuaca antariksa sepatutnya merupakan data yang terkini (real time) atau setidaknya mendekati data terkini (near
real time).
Salah satu unsur dari informasi kondisi cuaca antariksa adalah kondisi lapisan ionosfer. Ionosfer diamati dengan menggunakan radar Ionosfer yang dikenal dengan ionosonda. Di Indonesia, iono-sonda yang digunakan beragam bentuk-nya dan tahun pembuatanbentuk-nya. Salah
satu radar ionosonda, yang sampai saat ini secara berkesinambungan melakukan pengamatan dengan hasil tampilan visual yang cukup baik dan jelas, adalah ionosonda yang ditempatkan di Loka Pengamat Dirgantara (LPD) Tanjungsari. Ionosonda tersebut merupakan buatan perusahaan KEL Aerospace Inc., Australia pada era tahun 90-an. Sehingga pem-bacaan data ionosonda Tanjungsari menggunakan komputer dengan spesifi-kasi umum, yang mudah diperoleh pada saat ini, mengalami kendala untuk di-lakukan. Oleh karena itu, perlu meng-gunakan software emulator DOSBox untuk mengatasi masalah tersebut (Dear, 2010).
Untuk mendukung fungsi dari sistem pemantau cuaca antariksa, pe-nampilan data ionosfer perlu dilakukan sebagai salah satu unsur utama kondisi cuaca antariksa. Oleh karena itu, perangkat monitoring ionosfer near real
time, yang berfungsi untuk menyajikan
data ionosfer terkini, juga perlu diinte-grasikan pada ruang monitoring cuaca antariksa. Hal ini dilakukan, agar pen-jelasan informasi tentang kondisi cuaca antariksa dapat dilakukan dalam satu
10
kesatuan sistem. Selain sudah memung-kinkannya penampilan data ionosonda Tanjungsari pada komputer dengan spesifikasi yang umum digunakan saat ini, jaringan pengiriman data ionosonda LPD Tanjungsari, yang telah dibangun oleh Bidang Teknologi Pengamatan, juga dapat dimanfaatkan untuk penerapan penampilan data ionosonda pada ruang pemantau cuaca antariksa. Pada makalah ini dibahas tentang integrasi perangkat monitoring data ionosfer LPD Tanjungsari secara near real time pada ruang pe-mantau cuaca antariksa LAPAN Bandung. Tujuan dari makalah ini adalah untuk memberikan penjelasan tentang cara pengintegrasian perangkat monitoring ionosfer tersebut, baik dari segi meka-nisme proses yang dilakukan maupun hasil yang diperoleh.
2 DASAR TEORI
2.1 Data Ionosonda Tanjungsari
Data pengamatan ionosfer yang hingga saat ini berjalan secara ber-kesinambungan adalah data dari perang-kat ionosonda Loka Pengamat Dirgantara (LPD) Tanjungsari. Data Ionosonda LPD Tanjungsari memiliki format yang khusus dan unik. Dengan keunikan dan ke-khususan format dari data ionosonda tersebut, mengakibatkan pembacaan data ionosonda hanya dapat disajikan dengan menggunakan software khusus yang disediakan oleh pihak pembuat ionosonda. Software tersebut dikenal sebagai software EIU-712G dan bekerja pada sistem operasi Windows 98 atau generasi sebelumnya.
Software EIU-712G hanya dapat
bekerja pada platform sistem operasi generasi Windows 98 atau generasi sebelumnya, sehingga penyajian data ionosonda memerlukan program aplikasi bantu yang berupa software aplikasi
emulator DOS atau dikenal dengan DOSBox. Dengan menggunakan software aplikasi bantu tersebut, komputer dengan spesifikasi yang umum ada dipasaran saat ini, tetap dapat digunakan untuk menampilkan data visual ionosonda tersebut. Contoh penampilan data visual ionosonda atau yang umum dikenal sebagai ionogram menggunakan software DOSBox ditunjukkan pada Gambar 2-1.
Pada Gambar 2-1 disajikan tam-pilan salah satu data ionosonda Tanjung-sari dengan menggunakan software aplikasi bantu agar dapat tampil pada komputer dengan platform sistem operasi Windows 7. Pada Gambar tersebut di-tampilkan hasil jejak pantulan gelombang elektromagnetik oleh lapisan ionosfer secara vertikal yang disebut ionogram. Data tersebut diperoleh dari pengamatan yang dilakukan setiap 15 menit.
2.2 Jaringan Pengiriman Data
Untuk menyalurkan data dari hasil pengamatan Ionosonda Tanjungsari menuju LAPAN Bandung, LAPAN telah membangun jaringan Virtual Private
Network (VPN) yang bekerja secara
otomatis (Suryana, 2010). Dengan meng-gunakan jaringan internet berbasis protokol File Transfer Protocol (FTP), data yang diperoleh dari peralatan Ionosonda akan terkirim secara periodik dan otomatis ke dalam server yang berlokasi di LAPAN Bandung. Dengan mekanisme alur penyimpanan yang otomatis tersebut, maka kebutuhan akan data yang cepat bagi para peneliti, perekayasa, maupun litkayasa dapat teratasi dengan baik dan mudah. Pada Gambar 2-2 disajikan ilustrasi jaringan VPN antara peralatan Ionosonda Tanjungsari dengan server LAPAN Bandung.
Integrasi Perangkat Monitoring Ionosfer Near…… (Varuliantor Dear)
11
Gambar 2-1: Salah satu tampilan visual data ionosonda dengan menggunakan software DOSBox
Gambar 2-2: Jaringan aliran data Ionosonda dengan server LAPAN Bandung
3 METODOLOGI
Data yang diperoleh pada jaringan server LAPAN Bandung dapat disajikan pada komputer ruang monitoring cuaca antariksa dengan melakukan integrasi jaringan VPN Ionosonda Tanjungsari-LAPAN Bandung dengan jaringan LAN
pada sistem pemantau cuaca antariksa. Pada Gambar 3-1 disajikan ilustrasi integrasi jaringan VPN Tanjungsari-LAPAN Bandung dengan jaringan LAN sistem pemantau cuaca antariksa yang ditempatkan pada ruang monitoring cuaca antariksa.
12
Gambar 3-1: Ilustrasi integrasi jaringan VPN Ionosonda Tanjungsari-LAPAN Bandung dengan jaringan LAN pada ruang monitoring cuaca antariksa
Pada Gambar 3-1 terlihat bahwa integrasi jaringan VPN dengan LAN ruang monitoring cuaca antariksa memerlukan penambahan sebuah server. Penambahan server dengan nama Server Radio tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya konflik antara software aplikasi yang digunakan. Konflik ini dapat terjadi antara
software downloader ftp dari data server
LAPAN Bandung dengan software DOSBox, yang berfungsi sebagai platform penampil data ionogram, apabila dijalankan pada sebuah komputer yang sama. Pada
software DOSBox, perintah fungsi
pembaharu memori file yang dilakukan dengan menekan tombol ”Ctrl” dan ”F4” secara bersamaan (DOSBox, 2010), me-miliki fungsi yang berbeda bagi software ftp downloader yang digunakan. Bagi
software Turboftp, yang merupakan software ftp downloader yang digunakan,
perintah tersebut memiliki arti sebagai perintah untuk memutus hubungan jaringan (TurboSoft, 2010). Sehingga dengan kondisi tersebut, proses
pengambilan data dari server LAPAN Bandung akan menjadi terhambat.
Untuk mengatasi konflik antar
software aplikasi tersebut, penambahan
sebuah server perlu diterapkan. Server yang digunakan dimaksudkan agar kedua
software aplikasi yang digunakan tidak
bekerja di satu komputer. Sebuah komputer digunakan sebagai server, sedangkan sebuah komputer lagi diguna-kan untuk penampilan data ionosonda.
Software downloader ftp berjalan pada
komputer server yang digunakan sebagai media penyimpanan data yang juga ber-fungsi untuk mengalirkan data kepada komputer penampil data ionosonda. Sedangkan komputer penampil data ionosonda merupakan komputer pada ruang monitoring cuaca antariksa yang telah terinstal dengan software DOSBox. Proses aliran data dari server LAPAN Bandung hingga proses penampilan data pada ruang monitoring cuaca antariksa disajikan pada diagram alur Gambar 3-2.
Integrasi Perangkat Monitoring Ionosfer Near…… (Varuliantor Dear)
13
Gambar 3-2: Diagram alur mekanisme pengambilan data dari server LAPAN Bandung hingga penampilan data Ionosonda Tanjungsari pada ruang monitoring cuaca antariksa
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari penerapan berdasarkan metodologi yang disajikan pada Gambar 3-1 dan Gambar 3-2 diperoleh hasil seperti yang terlihat pada Gambar 4-1. Pada Gambar 4-1 disajikan tampilan data ionosonda yang telah tampil pada ruang monitoring cuaca antariksa.
Pada Gambar 4-1 terlihat bahwa penampilan data ionosonda telah dapat dilakukan pada komputer ruang monitoring cuaca antariksa. Namun, agar tampilan ini selalu terbaharui
secara otomatis sesuai dengan data yang diperoleh pada komputer ruang monitoring cuaca antariksa, maka diper-lukan pembuatan software bantu yang bekerja untuk mengendalikan aktifitas pada software DOSBox. Software bantu tersebut memiliki fungsi sebagai penekan tombol keyboard secara otomatis sesuai dengan fungsi yang diinginkan. Fungsi tersebut antara lain sebagai pembaharu (up date) memori file pada sistem DOSBOX dan pembaharu penampilan data terkini.
MULAI
SELESAI
Kirim Data Pada Ruang Monitoring
Tampilkan Data Menggunakan Software Emulator Periksa apakah ada
data terbaru? Data Ionogram dari
SERVER LAPAN
Ambil data dari Server per 16 menit dan simpan pada
server ruang radio
TIDAK
14
Gambar 4-1: Tampilan data ionosonda Tanjungsari pada ruang monitoring cuaca antariksa
Eksekusi fungsi pembaharu file memori dalam DOSBox dilakukan dengan menekan tombol ”Ctrl” dan ”F4” secara bersamaan, seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Sedangkan untuk pembaharu penampilan data ionosonda Tanjungsari pada software EIU71-2G, fungsi tersebut dapat dilakukan dengan menekan tombol ”PageDown” pada
keyboard (KEL, 1998). Gambar tampilan
program bantu untuk mengendalikan fungsi pembaharu memori file pada DOSBox dan tampilan data ionosonda menggunakan software EIU71-2G disajikan pada Gambar 4-2.
Gambar 4-2: Tampilan software bantu pengendali DOSBox dan tampilan ionosonda
Sesuai dengan mekanisme pe-ngambilan data pada jaringan VPN data Ionosonda LPD Tanjungsari–server LAPAN Bandung yang dilakukan per 16 menit, maka software pengendali DOSBox juga dibuat secara otomatis untuk bekerja setiap 16 menit sekali. Interval waktu yang serupa ini dilakukan sebagai upaya agar tampilan pada layar komputer cuaca antariksa dapat sesuai dengan data yang terbaru (sinkronisasi).
Untuk melihat keberhasilan peng-gunaan software bantu tersebut, maka dapat dilakukan dengan cara memper-hatikan memori file yang tersimpan pada
software DOSBox, baik itu sebelum
maupun sesudah data pada server radio diperbaharui. Pada Gambar 4-3 disajikan tampilan isi memori file pada program DOSBox sebelum dan sesudah berjalan-nya software pengendali DOSBox tersebut.
Integrasi Perangkat Monitoring Ionosfer Near…… (Varuliantor Dear)
15
(a) (b)
Gambar 4-3: Tampilan isi memori file pada DOSBox (a) sebelum dan,(b) sesudah berjalannya program pengendali DOSBox
Pada Gambar 4-3 terlihat per-bedaan antara isi file pada memori file DOSBox sebelum dan sesudah aplikasi program pengendali DOSBox dijalankan. Dari gambar tersebut terlihat bahwa pada saat sebelum fungsi kendali DOSBox dijalankan, data terakhir yang tersedia pada memori file DOSBox merupakan data pengamatan pada pukul 20:30 WIB (a). Namun, setelah aplikasi software kendali DOSBox tersebut berjalan, data terakhir yang diterima merupakan data pengamatan pada pukul 23:45 WIB (b). Dengan terbaharuinya data tersebut, maka data ionosonda yang ditampilkan pada ruang monitoring cuaca antariksa juga merupakan data pengamatan pada pukul 23:45 WIB.
Perbedaaan waktu yang mencapai lebih dari menit 15, (interval waktu data pengamatan Ionogram Tanjungsari) untuk data pengamatan yang diterima oleh komputer penampil data Ionosonda, disebabkan terlambatnya proses update data dari server stasiun Tanjungsari menuju server Lapan Bandung melalui jaringan VPN. Dari pengamatan selama uji coba, keterlambatan data yang diterima oleh server Bandung dapat mencapai lebih dari dua jam dan kadang mencapai satu hari. Oleh karena itu, maka konsistensi proses up-date data dari server Tanjung-sari menuju server LAPAN Bandung perlu terlaksana untuk mendukung ter-baharuinya data secara real time.
Dari hasil penerapan yang dila-kukan, diperoleh tampilan data ionosonda yang merupakan data terbaru sesuai dengan data pengamatan ionosonda yang telah masuk ke jaringan server LAPAN Bandung. Pengintegrasian perangkat monitoring Ionosfer near real time sebagai bagian dari sistem pemantau cuaca antariksa telah dapat dilakukan tanpa mengakibatkan terjadinya konflik antar
software aplikasi yang digunakan. Dengan
integrasi tersebut data ionosfer yang terkini dapat disajikan pada sistem pemantau cuaca antariksa.
5 PENUTUP
Integrasi perangkat monitoring ionosfer near real time pada sistem pemantau cuaca antariksa dapat dilaku-kan dengan memanfaatdilaku-kan jaringan VPN berbasis protokol ftp yang telah tersedia serta menggunakan software aplikasi jaringan dan software aplikasi lainnya seperti software DOSBox. Dari hasil penerapan yang dilakukan, masih diperlukan pembuatan software yang memiliki fungsi mengendalikan perintah secara otomatis pada software aplikasi DOSBox maupun EIU71-2G, yang merupakan software penampil data ionosfer. Dengan pembuatan software tersebut, tampilan data ionosfer pada sistem pemantau cuaca antariksa akan selalu ter up-date sesuai dengan data
16
yang diperoleh pada server LAPAN Bandung.
DAFTAR RUJUKAN
Dear V., 2010. Pemanfaatan DOSBox untuk
Mendukung Scaling Data Ionosfer,
Berita Dirgantara, Vol. 11 No. 4, LAPAN.
DOSBox, 2010. DOSBox information, http://www.dosbox.com/informat ion.php, download Agustus 2010.
KEL, 1998. IPS-71 Help File, KEL Aero-space Inc., Australia.
Suryana, R., 2010. Presentasi Laporan
Kegiatan Penelitian Bidang Teknologi Pengamatan, Pusat Sains Antariksa, LAPAN.
TurboSoft, 2010. TurboFTP Help File, http://www.turboftp.com/turboftp/ turboftp-overview.htm, TurboSoft. Inc., download September 2010.
Upaya Menambah Kapasitas Harddisk pada …… (Alhadi Saputra)
17
UPAYA MENAMBAH KAPASITAS
HARDDISK
PADA
SERVER
FTP
LAPAN BANDUNG MENGGUNAKAN
GCONCAT
Alhadi Saputra
Peneliti Bidang Teknologi Pengamatan, Pussainsa, LAPAN email: [email protected]
RINGKASAN
FTP merupakan salah satu aplikasi untuk mengunduh (download) dan mengunggah (upload) suatu file di server FTP. Saat ini, LAPAN Bandung memiliki server FTP yang berguna untuk menyimpan data mentah dan data hasil olahan observasi peralatan yang berada di loka atau balai pengamatan dirgantara. Data ini digunakan untuk keperluan kelengkapan data dalam penelitian yang sedang dikembangkan. Mengingat banyak sekali jenis peralatan dan format data yang dihasilkan, maka dibutuhkan media penyimpanan yang sangat besar. Tipe harddisk server FTP LAPAN Bandung adalah Serial Attached SCSI (SAS) hot plug 8 slot dengan lebar ukuran 3,5 inch, dimana satu slot harddisk mempunyai daya tampung penyimpanan sebesar 146 GigaByte. Dalam melakukan penambahan kapasitas harddisk untuk server jenis ini, dilakukan dengan cara “gconcat”. Proses gconcat ini sangat membantu sekali, karena
harddisk baru dapat bergabung menjadi satu partisi dengan harddisk lama secara
logik.
1 PENDAHULUAN
Dalam teknologi informasi, server adalah sebuah program komputer yang menyediakan layanan untuk program komputer lain dan pengguna pada komputer yang sama atau lainnya. Komputer yang menjalankan program
server juga sering disebut sebagai server. Dalam model klien atau server programming, server adalah program yang
menunggu dan memenuhi permintaan dari program klien di komputer yang sama atau lainnya. Suatu aplikasi di komputer dapat berfungsi sebagai klien dengan permintaan untuk layanan dari program lain dan juga sebagai server permintaan dari program lain (Hall dan Carl, L, 1994).
FTP adalah kepanjangan dari File
Transfer Protocol. FTP adalah sebuah
protokol jaringan sederhana dan biasanya digunakan untuk mengkopi file dan mentransfer file. Untuk mentransfer file dengan FTP digunakan program yang disebut FTP Klien. Program FTP klien ini akan diinstall pada komputer klien. Program FTP klien akan memulai
koneksi ke FTP server dengan menjalan-kan perintah pada server FTP, sehingga antara komputer klien dan server saling terkoneksi. Setelah terkoneksi dengan
server FTP, klien dapat memilih untuk
mengirim dan atau menerima salinan file secara tersendiri atau dalam kelompok pada server FTP tersebut.
Sebuah server FTP diakses dengan menggunakan Universal Resource Identifier (URI) dengan format ftp://namaserver. Klien FTP dapat menghubungi server FTP dengan membuka URI tersebut. FTP menggunakan protokol Transmission
Control Protocol (TCP) untuk komunikasi
data antara klien dan server, sehingga di antara kedua komponen tersebut akan terbentuk sebuah sesi komunikasi sebe-lum transfer data dimulai. Sebesebe-lum membuat koneksi, port TCP nomor 21 di sisi server akan "mendengarkan" per-cobaan koneksi dari sebuah klien FTP dan kemudian akan digunakan sebagai
port pengatur (control port) (1) untuk
membuat sebuah koneksi antara klien dan server, (2) untuk mengizinkan klien untuk mengirimkan sebuah perintah
18
FTP kepada server, dan juga (3) untuk mengembalikan respons server ke perintah tersebut. Sekali koneksi kontrol telah di-buat, maka server akan mulai membuka
port TCP nomor 20 untuk membentuk
sebuah koneksi baru dengan klien, untuk mentransfer data aktual yang sedang dipertukarkan saat melakukan pengun-duhan dan pengunggahan (Andi, 2010).
FTP hanya menggunakan metode autentikasi standar, yakni menggunakan
username dan password yang dikirim
dalam bentuk tidak terenkripsi. Pengguna terdaftar dapat menggunakan username dan password-nya untuk mengakses, mengunduh, dan mengunggah berkas-berkas yang ia kehendaki. Umumnya, para pengguna terdaftar memiliki akses penuh terhadap beberapa direktori, sehingga mereka dapat membuat berkas, membuat direktori, dan bahkan meng-hapus berkas. Pengguna yang belum terdaftar dapat juga menggunakan metode anonymous login, yakni dengan menggunakan nama pengguna anonymous dan password yang diisi dengan meng-gunakan alamat e-mail.
Keperluan akan pelayanan sebuah
server yang harus diberikan kepada para
pengguna di LAPAN Bandung terkadang memerlukan kapasitas harddisk berlebih. Saat ini tambahan harddisk harus segera dilakukan untuk menambah daya tam-pung harddisk server FTP karena sudah penuh. Keadaan harddisk FTP yang lama juga sudah tidak stabil, ditandai oleh bunyi perputaran disk yang semakin berisik, kemudian adanya peringatan bahwa tidak bisa melakukan proses
writing (save) maka harus segera
dilaku-kan penambahan harddisk.
Tulisan ini dibuat untuk mencari solusi bagaimana penambahan slot
harddisk baru pada server FTP LAPAN
Bandung tidak mengganggu konten dan sistem yang telah terbentuk pada storage lama menggunakan proses gconcat.
2 HARDDISK PADA SERVER FTP LAPAN BANDUNG
Hard Disk Drive (HDD) atau biasa
disebut dengan hard drive, harddisk,
atau Fixed Disk Drive (FDD) adalah
media penyimpanan non volatile yang dapat menyimpan data digital dengan cepat dan memiliki permukaan magnetis. Jenis antarmuka (interface) yang terdapat pada hard disk bermacam-macam, yaitu ATA (IDE, EIDE), Serial ATA (SATA), Small Computer System
Interface (SCSI), SAS, IEEE 1394, USB,
dan Fibre Channel. Jenis antarmuka menentukan tingkat data rate atau kecepatan transfer data. Misalnya,
hard-disk SCSI memiliki kecepatan transfer
± 5 MHz, artinya mampu melakukan transfer data hingga 5 Mb per detik.
Hard Disk Serial Attached SCSI
(SAS) adalah teknologi transfer data yang didesain untuk memindahkan data dari dan ke media penyimpanan pada komputer seperti hard drive dan tape
drive. SAS adalah serial protokol point to point yang menggantikan bus SCSI
paralel dan menggunakan SCSI standar. Saat ini, kecepatan transfer data SAS lebih rendah dibandingkan dengan implementasi SCSI paralel, tetapi di masa yang akan datang SAS akan digandakan hingga mencapai kecepatan 6 GB/s, sehingga memungkinkan banyak transfer data dengan kecepatan tinggi bila dibandingkan dengan yang sudah ada. Protokol SAS dikembangkan oleh komite teknik T10 International Committee
For Information Technology Standards
(INCITS) dan dipromosikan oleh SCSI
Trade Association (SCSITA) (Wahana
Komputer, 2007).
Gambar 2-1: Harddisk SAS Server FTP LAPAN Bandung
Upaya Menambah Kapasitas Harddisk pada …… (Alhadi Saputra)
19
FTP LAPAN Bandung dibangun pada awal tahun 2007, dimana server ini menjadi salah satu server yang terus dikembangkan hingga sekarang untuk memenuhi kebutuhan penyimpanan atau pengelolaan data penelitian. Alamat situs FTP LAPAN Bandung mempunyai dua format tampilan yaitu FTP Base dan Web
Base. Untuk FTP base, alamat situsnya
adalah ftp.dirgantara-lapan.or.id, dan untuk Web base alamat situsnya adalah http://ftp.dirgantara-lapan.or.id. FTP Base dapat dibuka dengan FTP klien seperti Filezilla, CoreFTP dan lain lain, sedangkan pada format web base dapat dibuka dengan menggunakan browser seperti Windows Explorer, Google Chrome, Mozilla dan lain lain.
FTP LAPAN Bandung dibangun menggunakan sistem operasi FreeBSD versi 6.2 dengan ProFTPd versi 1.3.
Server FTP LAPAN Bandung merupakan
keluaran Hawlett Packard tipe ML 350 Generation 5. Spesifikasi server untuk jenis ini adalah memiliki 8 buah slot
harddisk hot-plug ukuran 3,5 inch, yang
satu slotnya memiliki kapasitas 146 GB SAS drive, dan memiliki memori sebesar 1 GB (2 x 512 GB) dengan tipe PC2-5300 yang dapat di-upgrade menjadi 4 GB. Gambar 2-2 menunjukkan penem-patan storage pada server.
Kondisi storage server FTP LAPAN pada awalnya hanya memiliki satu buah
harddisk, dimana dalam harddisk tersebut
sudah memuat aplikasi dan sistem FTP dengan dukungan sistem operasi FreeBSD dan software FTP Server ProFTPD.
Harddisk ini kemudian diisi dengan
beberapa data observasi yang telah berhasil diunggah dari berbagai loka atau balai pengamatan. Semakin ber-tambahnya data, yang ingin diunggah, mengakibatkan storage penuh dan dibutuhkan penambahan kapasitas
harddisk lagi.
Gambar 2-2: Illustrasi Storage HP tipe ML 350 G5
3 UPAYA PENAMBAHAN HARD DISK
Gconcat digunakan untuk
melaku-kan konfigurasi perangkat rangkaian. Rangkaian ini dapat dikonfigurasi meng-gunakan dua metode yang berbeda: "manual" atau "otomatis". Bila meng-gunakan secara metode "manual", tidak ada metadata disimpan pada perangkat, sehingga perangkat bersambung harus dikonfigurasi dengan tangan setiap kali diperlukan. Sedangkan pada metode otomatis menggunakan on-disk metadata untuk mendeteksi perangkat. Setelah perangkat diberi label, mereka akan secara otomatis terdeteksi dan terkonfi-gurasi (FreeBSD Handbook, The Docu-mentation FreeBSD Project, 1999).
Harddisk server FTP berisi data
pengamatan hasil observasi peralatan dari loka atau balai pengamatan. Data pengamatan tersebut ditampung ke dalam satu server dengan satu buah harddisk yang mempunyai ukuran 128 GB. Gambar 3-1 menunjukkan peringatan bahwa
harddisk sudah penuh pada server FTP
LAPAN Bandung.
Pada saat kondisi penuh, harddisk
server tidak bisa menerima masukan/
unggahan data hasil observasi masing-masing peralatan, peringatan ini meng-haruskan server untuk segera menam-bahkan kapasitas harddisknya. Berikut ini adalah kondisi awal sebelum melaku-kan proses gconcat:
20
#df -h
Filesystem Size Used Avail Capacity Mounted on
/dev/da0s1a 989M 59M 851M 6% / devfs 1.0K 1.0K 0B 100% /dev /dev/da0s1g 50G 26M 50G 0% /home /dev/da0s1f 484M 26M 419M 6% /tmp /dev/da0s1e 3.8G 1.6G 1.9G 45% /usr /dev/da0s1d 2.8G 46M 2.6G 2% /var
Gambar 3-1: Warning Harddisk penuh Untuk penambahan kapasitas
harddisk pada server FTP, dilakukan
pemasangan harddisk baru, dan dilakukan format untuk harddisk baru tersebut. Setelah proses format, maka akan segera muncul sebagai device di
/dev/da1s1c, dan setelah itu dilakukan unmount untuk partisi/home. Unmount
adalah satu proses, dimana penghentian pengaksesan suatu harddisk dalam sistem operasi, sehingga folder yang di hentikan tadi menjadi tidak terhubung dengan struktur data partisi suatu
harddisk. Perintah unmount-nya adalah #unmount/home (Salim Douba, 1995).
Proses selanjutnya adalah peng-gabungan dua buah partisi /dev/da0s1g
(/home) dengan harddisk baru (/dev/
da1s1c) dengan perintah gconcat (Frank
G. Fiamingo, Linda DeBula, L. Condron, 1998). Berikut ini adalah perintah
gconcat yang digunakan:
#gconcat label -v home da0s1g da1s1c Metadata value stored on da0s1g. Metadata value stored on da1s1c. Done.
Setelah proses ini berhasil, device baru akan muncul sebagai/dev/concat/
home, kemudian dilakukan format
kembali harddisknya dengan perintah
#newfs /dev/concat/home, ketik perintah echo “geom_concat_load=”YES”>>/boot/ loader.conf dan edit/etc/fstab menjadi
Upaya Menambah Kapasitas Harddisk pada …… (Alhadi Saputra)
21
# cat /etc/fstab
Device Mountpoint FStype Options Dump Pass#
/dev/da0s1b none swap sw 0 0
/dev/da0s1a / ufs rw 1 1
/dev/concat/home /home ufs rw 2 2
/dev/da0s1f /tmp ufs rw 2 2
/dev/da0s1e /usr ufs rw 2 2
/dev/da0s1d /var ufs rw 2 2
/dev/acd0 /cdrom cd9660 ro,noauto 0 0
Mount partisi baru yang telah dibuat dengan perintah #mount /dev/concat/home/home
Hasil dari penambahan harddisk baru yang ditambahkan ke partisi /home adalah sebagai berikut:
# df -h
Filesystem Size Used Avail Capacity Mounted on
/dev/da0s1a 989M 59M 851M 6% / devfs 1.0K 1.0K 0B 100% /dev /dev/concat/home 120G 26M 111G 0% /home /dev/da0s1f 484M 26M 419M 6% /tmp /dev/da0s1e 3.8G 1.6G 1.9G 45% /usr /dev/da0s1d 2.8G 46M 2.6G 2% /var
Dari proses gconcat di atas, terlihat direktori /home menjadi 111 GB, dari sebelumnya 50 GB.
4 PENUTUP
Upaya penambahan harddisk melalui cara otomatis sangat penting dilakukan, dimana keuntungannya adalah kita tidak perlu menginstal ulang kembali
operating system yang telah terinstal.
Cara penambahan harddisk ini meng-gunakan gconcat yaitu sebuah perintah yang harus dijalankan dengan berbagai proses yaitu pemasangan harddisk baru, pendeteksian harddisk baru, proses
unmount partisi, proses formating, proses
penggabungan partisi, dan proses pengenalan akses pada sistem harddisk pada operating system. Semua data hasil observasi yang sudah tersimpan dalam direktori home akan lebih lebar dengan adanya penambahan harddisk dan proses gconcat.
DAFTAR RUJUKAN
Andi, 2010. Instalasi dan Konfigurasi
FTP Server, Yogyakarta, Penerbit
Andi.
Frank G. Fiamingo, Linda DeBula, L. Condron, 1998. Introduction to
UNIX, University Technology Service,
The Ohio State University.
FreeBSD Handbook, The FreeBSD Documentation Project, Copyright © 1995, 1996, 1997, 1998, 1999 by The FreeBSD Documentation Project, FreeBSD Inc.
Hall dan Carl, L, 1994. Technical
Foundations of Client/Server System,
Jon wiley & Son, Inc., USA.
Salim Douba, 1995. Networking UNIX, Sams Publishing.
Wahana Komputer, 2007. Teknik Mengelola Dan Menyelamatkan Data di Harddisk, Yogyakarta,
22
METODE MANAJEMEN BACKUP DATA SEBAGAI UPAYA
PENYELAMATAN DATA ON LINE WEB LAPAN BANDUNG
Elyyani
Peneliti Bidang Sistem Informasi, LAPAN e-mail: [email protected]; [email protected]
RINGKASAN
Data on line yang dimiliki LAPAN Bandung terdiri dari database yang tersimpan pada web/email server dan database penelitian lain yang merupakan data yang siap diakses secara on line oleh pemakai. Berbagai faktor internal menjadi salah satu penyebab kerusakan terhadap server sebagai media penyimpanan data. Salah satu cara yang terbaik untuk menyelamatkan data dari kehilangan atau kerusakan adalah melalui manajemen backup data secara teratur. Penggabungan metode full backup dan
incremental backup dapat dijadikan solusi dalam manajemen backup data, dimana
metode ini merupakan metode yang sangat mudah dalam penggunaan serta ekonomis dari sisi media backup. Langkah berikutnya setelah manajemen backup data adalah proses restore yang merupakan proses penting setelah backup.
Pada makalah ini dibahas kajian metode backup data dalam upaya penyelamatan data
on line. Dalam pemilihan metode backup ini sangat tergantung pada besarnya
transaksi server, keandalan sistem dan kinerja, sehingga kita bisa memilih metode yang tepat dan aman
1 PENDAHULUAN
Seiring perkembangan komputer dan ekspansi volume data, saat ini backup data menjadi hal yang sangat penting dilakukan. Backup adalah kegiatan menyalin file atau database, sehingga salinan tersebut dapat digunakan untuk memulihkan data asli yang rusak karena berbagai sebab. Pertumbuhan data yang tersimpan pada hard disk web sebagai data on line berbanding lurus dengan pertambahan informasi yang disajikan, maka dibutuhkan antisipasi bilamana terjadi kerusakan data. Pada Gambar 1-1, volume kehilangan data semakin meningkat dari tahun ke tahun. Sekitar 70 % bisnis mengalami kehilangan data akibat berbagai kecela-kaan, seperti tidak sengaja terhapusnya data, kegagalan sistem, virus, kebakaran atau bencana lainnya, hal ini akan merangsang pertumbuhan layanan
backup data (Yurin.M., 2003).
Sebagai lembaga penelitian tentu-nya tidak bisa terlepas dari data, baik data penelitian maupun data on line yang berupa informasi publik. Data on
line adalah data yang tersimpan pada
beberapa server yang dapat diakses oleh pengguna secara on line melalui media/ jaringan internet berupa layanan informasi pada media web. Sacara garis besar, sumber ancaman/gangguan terhadap sebuah server terbagi menjadi dua: internal dan eksternal. Bahaya internal meliputi faktor keteledoran manusia dan kerusakan sistem, seperti sistem crash dan akibat dari gangguan listrik yang menyebabkan data-data penting bisa lenyap tanpa disengaja. Sedangkan bahaya eksternal umumnya berbentuk
malware yang berasal dari jaringan
internet. Hal ini berakibat pada sistem
hardware dan software menjadi tidak
berfungsi dikarenakan sistem menjadi tidak normal serta aplikasi database mengalami kerusakan.
Metode Manajemen Backup Data Sebagai Upaya…… (Elyyani)
23
Grafik 1-1: Volume data yang tersimpan di hard disk
Gambar 1-2: Proses gangguan kinerja server web Pada gambar 1-2 terlihat proses
gangguan kinerja web server ketika terjadi kerusakan (crass) pada server maupun database. Gangguan ini meng-akibatkan web server tidak bisa aktif sebagaimana mestinya, sehingga layanan informasi web LAPAN Bandung tidak bisa diakses. Untuk menghindari hilang-nya data, langkah antisipatif yang dapat dilakukan adalah dengan membackup data. Dalam pengembangannya, web LAPAN Bandung sering mengalami berbagai kendala, terutama kinerja
server. Gangguan yang sering terjadi
adalah gangguan internal seperti ke-tidakstabilan listrik. Keadaan ini sangat berpengaruh pada infrastruktur
hard-ware dan softhard-ware dalam sistem jaringan,
penanganan yang dilakukan adalah dengan mengupgrade sistem dan
recovery sistem database. Pada saat
melakukan recovery diperlukan backup
data. Jika backup data tidak sempurna,
maka recovery sistem bejalan tidak sempurna. Pada makalah ini dibahas pentingnya kajian backup data serta metode backup data agar dapat memu-dahkan dalam proses recovery sistem. 2 METODE YANG DIGUNAKAN DALAM
PROSES BACKUP DATA
Dalam strategi backup dan recovey
data ada beberapa metode yang dapat
digunakan yaitu (Stiawan, 2005): 2.1 Backup Penuh (Full Backup)
Full backup adalah proses menyalin
semua data termasuk folder ke media lain. Jika full backup ini dilakukan setiap hari, maka full backup totalnya dapat dilakukan seminggu sekali. Proses
24
backup data ini membutuhkan waktu
lebih lama karena akan menyalin semua data setiap harinya dan membutuhkan media penyimpanan yang sangat besar. Hasil full backup ini lebih cepat dan mudah saat operasi restore, seperti yang terlihat pada Gambar 2-1.
2.2 Backup Peningkatan (Incremental
Backup)
Incremental backup adalah
me-nyalin semua data yang berubah sejak terakhir kali melakukan full backup. Metode incremental backup membutuhkan semua file backup incremental agar
database dapat direstore secara lengkap
(http://www. ilmukomputer.org, 2008). Pada Gambar 2-2, proses backup ini dapat dilakukan setiap hari sedangkan
backup totalnya dapat dilakukan seminggu
sekali. Oleh karena data yang dibackup adalah data yang sudah mengalami perubahan, maka waktu backup pun menjadi lebih cepat. Hal ini dimungkinkan karena data yang dibackup semakin kecil
ukurannya dan media penyimpanan pun lebih kecil, akan tetapi waktu yang dibutuhkan untuk proses restore lebih lama (dapat dilihat pada Gambar 2-2). 2.3 Backup Cermin (Mirror Backup)
Mirror backup sama dengan full backup, tetapi data tidak dipadatkan
atau dimampatkan (dengan format.tar. zip, atau yang lain) dan tidak bisa di lindungi dengan password. Mirror backup adalah metode backup yang
paling cepat bila dibandingkan dengan metode yang lain, karena menyalin data dan folder ke media tujuan tanpa melakukan pemadatan. Tetapi hal itu menyebabkan media penyimpanannya harus cukup besar.
Dari tiga metode tersebut, setiap jenis metode backup memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, terlihat pada Tabel 2-1.
Gambar 2-1: Full backup
Gambar 2-2: Incremental backup
Full backup daily Every Friday Mon Mon Tue Wed d Thu Fri Full Tapes Full Tapes
Every Friday Mon Tue Wed
d Thu
Fri Mon
Only files changed since last incremental backup
Metode Manajemen Backup Data Sebagai Upaya…… (Elyyani)
25
Tabel 2-1: PERBANDINGAN JENIS METODE BACKUP
Jenis Metode Backup Kelebihan Kekurangan Full backup Hasil full backup lebih cepat
dan mudah saat operasi
restore
Pembuatannya membutuh-kan waktu dan ruang yang sangat besar
Incremental backup Membutuhkan waktu yang lebih singkat
Jika banyak melakukan
incremental backup, maka
data yang di backup semakin kecil ukurannya
Bacup lebih cepat daripada full backup dan
membutuh-kan tempat sementara yang lebih daripada yang dibutuhkan oleh full bacup
Waktu untuk restore sangat lama
Mirror backup Metode backup yang paling cepat
Data tidak dipadatkan atau dimampatkan (dengan format .tar, zip., atau yang lain) dan tidak bisa di lindungi dengan password
3 ANALISIS
Faktor internal berupa seringnya gangguan listrik menjadi salah satu penyebab kerusakan (crass) server sehingga mengakibatkan kinerjanya ter-ganggu baik dari sisi aplikasi maupun
database didalamnya. Disaster Recovery Planning merupakan aktivitas yang
penting, hal ini didesain untuk menjamin kelangsungan proses kegiatan vital jika terjadi disaster (Yanuardi, 2004). Untuk
recovery server yang rusak, pertama yang
harus dilakukan adalah menyelamatkan data yang ada didalamnya. Penyelamatan data akan berhasil jika backup data sudah disiapkan sebelumnya.
Pada implementasinya, proses
backup dapat dilakukan melalui
peng-gabungan kedua metode yaitu metode
full backup dan incremental backup (Li
Xiao-lei, 2009). Gambar 3-1 menggam-barkan desain proses penggabungan metode full backup dan incremental
backup. Pada metode tersebut
mengguna-kan 6 media backup yang amengguna-kan diguna-kan untuk proses incremental backup, yang jadwalnya dapat dilakukan setiap hari selama 6 hari (misalnya dari hari Minggu sampai Jumat). Sedangkan full
backup dapat dilakukan pada hari ke 7
(misalnya setiap hari Sabtu). Pada proses full backup akan menyalin semua data yang berasal dari seluruh hasil proses incremental backup. Metode penggabungan tersebut dijelaskan pada Gambar 3-1.
Setelah melakukan backup data ke media penyimpanan sementara, maka data tersebut perlu dikembalikan lagi (restore) ke media penyimpanan lain yang disebut proses restore. Backup akan menjadi sia-sia bila proses pengembalian dan perbaikan data sistem sulit dilaku-kan. Untuk mencapai tujuan ini ada beberapa pendekatan yang harus diper-hatikan, yaitu proses backup harus dilakukan dengan aturan yang jelas, hindari proses backup dengan sem-barangan dan tidak terstruktur. Seluruh data yang akan di backup seperti data
image, file dan database dipindahkan ke server backup kemudian diorganisir
dengan baik agar data tidak mudah rusak. Proses restore, sebagaimana pada Gambar 3-2, merupakan proses penting setelah backup. Backup akan menjadi sia-sia bila proses restore data sulit dilakukan.