• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA

F. Apoteker

Menurut Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker(Anonim, 2004).

Pada kode etik apoteker Indonesia pasal 5 Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1960, apoteker harus menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan semata. Lebih lanjut lagi, pasal 7 menyatakan bahwa apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya. Apoteker juga mempunyai kewajiban terhadap pasien yaitu mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak azasi penderita dan

melindungi makhluk hidup insani seperti yang tercantum pada pasal 9 (Hartini dan Sulasmono, 2006).

WHO menyatakan peran apoteker ke dalam istilah “Seven Star of Pharmacist” yang meliputi :

1. Care Giver. Apoteker sebagai pemberi pelayanan dalam bentuk pelayanan klinik, analitik, dan teknis, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam memberikan pelayanan, apoteker harus berinteraksi dengan pasien secara individu ataupun kelompok, apoteker harus menggabungkan pelayanannya ke dalam sistem pelayanan kesehatan secara berkesinambungan dan pelayanan yang dihasilkan harus bermutu tinggi.

2. Decision-maker. Apoteker mendasarkan pekerjaannya pada kecukupan, keefektifan dan biaya yang efisien terhadap seluruh penggunaan sumber daya alnya sumber daya manusia, obat, bahan kimia, peralatan, prosedur, pelayanan dan lain-lain. Untuk mencapai hal tersebut kemampuan dan keterampilan apoteker perlu diukur untuk kemudian hasilnya dijadikan dasar dalam penentuan pendidikan dan pelatihan yang diperlukan.

3. Comunicator. Apoteker mempunyai kedudukan yang penting dalam berinteraksi dengan pasien maupun dengan tenaga kesehatan yang lain. Oleh karena itu harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang cukup baik. Komunikasi tersebut meliputi komunikasi verbal, non verbal, mendengar dan kemampuan menulis, dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan kebutuhan.

4. Leader. Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin. Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian mengambil keputusan empatik dan efektif, serta kemampuan mennyampaikan dan mengelola hasil keputusan.

5. Manager. Apoteker harus efektif dalam mengelola sumber daya (manusia, fisik, anggaran) dan informasi, juga harus dapat dipimpin dan memimpin orang lain dalam tim kesehatan. Ke depannya lagi apoteker harus tanggap terhadap kemajuan teknologi informasi dan bersedia berbagi informasi mengenai obat dan hal-hal lain yang berhubungan dengan obat.

6. Life-long learner. Apoteker harus tertarik untuk belajar sejak dari kuliah dan semangat belajar harus selalu dijaga walaupun sudah bekerja untuk menjamin bahwa keahlian dan keterampilannya selalu baru dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan terkini (up to date) dalam melakukan praktek profesi. Apoteker juga harus mempelajari cara belajar yang efektif.

7. Teacher. Apoteker mempunyai tanggung jawab untuk mendidik dan melatih apoteker generasi mendatang. Partisipasinya tidak hanya dalam berbagi ilmu pengetahuan baru satu sama lain, tetapi juga kesempatan memperoleh pengalaman dan peningkatan keterampilan.

(WHO, 1997) Di dalam standar kompetensi farmasis yang disusun oleh ISFI (Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia) tahun 2004, farmasis atau apoteker di rumah sakit memiliki standard operating procedure yang terkait dengan manajemen praktis farmasi. Manajemen praktis farmasi ini meliputi:

1. Merancang, membuat, mengetahui, memahami, dan melaksanakan regulasi di bidang farmasi. Penjabaran dari kompetensi tersebut adalah dengan menampilkan semua kegiatan operasional kefarmasian di farmasi rumah sakit berdasarkan berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku dari tingkat lokal, regional, nasional, maupun internasional.

2. Merancang, membuat, melakukan pengelolaan farmasi rumah sakit yang efektif dan efisiensi. Penjabaran kompetensi di atas adalah dengan mendefinisikan falsafah asuhan kefarmasian, visi, misi, isu-isu pengembangan, penetapan strategi, kebijakan, program dan menerjemahkannya ke dalam rencana kerja (plan of Acdon).

2.1. Tujuan:

a. Tercapainya tujuan praktek kefarmasian berdasarkan falsafah asuhan kefarmasian yaitu meningkatkan dan menjaga kualitas hidup pasien melalui hasil pelayanan klinis yang positif.

b. Terbentuknya pola pikir farmasis yang stratejik dan mampu mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi.

c. Terselenggaranya praktek kefarmasian yang berbasis stratejik. 2.2. Ruang lingkup

Ruang lingkup kompetensi ini meliputi tahap-tahap dalam manajemen stratejik sejak dari perancangan sampai evaluasi kegiatan.

2.3. Kegiatan

a. Merumuskan falsafah, visi, dan misi dari praktek kefarmasian.

b. Menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman baik untuk lingkungan internal maupun ekternal.

c. Memilih isu-isu pengembangan.

d. Menetapkan strategi pengembangan, tujuan, dan prioritas berdasarkan isu-isu yang dipilih.

e. Menyusun kebijakan, program dan sasaran. f. Menyusun anggaran.

g. Melaksanakan program yang telah ditetapkan.

h. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap program-program yang telah dilakukan.

i. Menjaga dan meningkatkan mutu sesuai dengan tuntutan konsumen berdasar pada pertimbangan klinis.

2.4. Tanggung jawab a. Farmasis.

b. Pimpinan rumah sakit.

c. Pemerintah (akreditasi, registrasi, perancang regulasi). 2.5. Cara evaluasi

a. Menilai perencanaan dan kesesuaian falsafah, visi, dan misi dengan semangat asuhan kefarmasian.

b. Menilai dokumen perencanaan stratejik yang dihasilkan. c. Melihat kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan.

3. Merancang, membuat, melakukan pengelolaan obat yang efektif, dan efisien. Penjabaran dari kompetensi di atas adalah dengan seleksi, perencanaan, penganggaran, pengadaan, produksi, penyimpanan, pengamanan persediaan, perancangan, dan pelaksanaan sistem distribusi, melakukan dispensing serta evaluasi penggunaan obat dalam rangka pelaksanaan kepada pasien yang terintegrasi dalam asuhan kefarmasian dan sistem jaminan mutu pelayanan.

3.1. Tujuan:

a. Tersusunnya standar obat berdasarkan analisis farmakologi, farmakoepidemiologi dan farmakoekonomi sehingga menjamin kualitas, ketersediaan, keamanan, dan efektivitas penggunaan obat.

b. Terciptanya sistem pengadaan yang efisien sehingga dapat menjamin ketersediaan obat yang tepat, dalam jumlah cukup, dengan harga murah, dan dengan standar kualitas yang telah dikenal dari sumber resmi dan dapat dipertanggungjawabkan.

c. Terciptanya sistem penyimpanan dan pengamanan persediaan yang menjamin perpindahan obat dari sumber pemasok sampai ke pengguna dengan proses yang murah dan terpercaya, terhidar dari pemborosan, kerusakan, dan kehilangan , serta menjamin stabilitas/kualitas obat.

d. Terciptanya sistem distribusi yang menjamin sampainya obat ke pengguna dengan cara efektif.

e. Terciptanya sistem dispensing yang menjamin efektifitas penggunaan obat yang menjamin efektifitas penggunaan obat dalam dosis dan jumlah yang sesuai dengan yang diresepkan, dengan instruksi yang jelas dan dalam bentuk kemasan yang menjaga potensi obat.

f. Tersedianya data yang dapt menggambarkan pola penggunaan obat, memecahkan masalah-masalah penggunaan obat yang spesifik, dan memonitor penggunaan obat dari waktu ke waktu.

g. Terbentuknya sistem informasi yang menjamin bahwa setiap aktivitas kegiatan pengelolaan obat dilakukan secara bertanggung jawab dan menghasilkan keluaran sesuai dengan spesifikasiyang dipersyaratkan.

3.2 Ruang lingkup

Ruang lingkup kompetensi ini meliputi semua tahap-tahap proses pengelolaan obat sejak dari seleksi, perencanaan, penganggaran, pengadaan, produksi, penyimpanan, distribusi, dispensing, penggunaan, dan evaluasi.

3.3 Kegiatan 1) Seleksi:

a. Melakukan tinjauan terhadap masalah-masalah kesehatan yang terjadi. b. Mengidentifikasi pemilihan terapi, bentuk, dan dosis obat.

c. Menentukan kriteria seleksi obat.

d. Melakukan standarisasi obat sesuai kriteria seleksi obat dalam rangka memutuskan macam-macam obat yang akan digunakan di rumah sakit. e. Menentukan standar obat atau formularium rumah sakit.

f. Menjaga dan memperbaharui standar obat atau formularium yang berlaku pada periode tertentu.

2) Perencanaan, pengadaan, dan produksi

a. Meninjau ulang obat-obat yang telah diseleksi. b. Memilih cara perencanaan yang paling sesuai. c. Menghitung jumlah kebutuhan obat.

d. Menyesuaikan antara kebutuhan dengan dana yang tersedia. e. Memonitor dan evaluasi pemasok dan memilihyang terpercaya. f. Memilih metode pengadaan yang paling menguntungkan.

g. Melakukan negosiasi atas dasar kualitas, jaminan ketersediaan, pelayanan purna jual, dan harga yang wajar.

h. Membuat kontrak yang spesifik sesuai hasil negosiasi. i. Memonitor surat pesanan yang dibuat.

j. Memastikan kesesuaian antara surat pesanan, spesifikasi barang dan dokumen pendukung yang menyertai.

k. Melakukan pembayaran sesuai waktu yang disepakati. l. Melakukan pembayaran sesuai waktu yang telah disepakati. m. Menjaga mutu produksi sediaan farmasi.

3) Penyimpanan dan pengamanan persediaan:

a. Merancang fisik dan peralatan yang diperlukan sesuai dengan undang dan peraturan yang berlaku untuk menjamin stabilitas obat.

b. Merancang dan melaksanakan prosedur tetap pengamanan persediaan. c. Menjamin prosedur tetap agar selalu sesuai dengan kebutuhan.

d. Menerima obat yang sudah sesuai dengan dokumen penyerta. e. Menyimpan obat sesuai dengan sistem penyimpanan yang dipilih.

f. Mengadministrasikan semua penerimaan obat ke dalam kartu stok, kartu stelling atau ke dalam komputer.

g. Melayani permintaan obat dari unit pelayanan, lengkap dengan sistem administrasinya.

h. Menggunakan siatem pengawasan yang menjamin kualitas obat dan kondisi stok shingga terhindar dari kerusakan, kehilangan, kekosongan dan kelebihan stok.

i. Merancang, menggunakan, menjaga, meningkatkan sistem informasi agar selalu sesuai dengan kebutuhan.

j. Mendokumentasikan seluruh dokumen-dokumen pendukung seperti

certificate of analysis, material safety, data sheet dan lain-lain. 4) Perancangan dan pelaksanaan sistem distribusi:

a. Mempelajari macam-macam sistem distribusi yang ada.

b. Melakukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari faktor internal maupun eksternal.

c. Memilih sistem distribusi yang sesuai, kemudian dituangkan dalam prosedur tetap.

e. Membuat komitmen bersama mengenai pelaksanaan sistem distribusi yang dipilih.

f. Melaksanakan sistem distribusi sesuai prosedur tetap. g. Memonitor pelaksanaan distribusi.

h. Memonitor dan evaluasi sistem distribusi yang dilaksanakan. 5) Dispensing:

a. Menerima, memvalidasi dengan jalan membaca, menginterpretasi, dan menganalisis resep.

b. Mengambil keputusan profesional berdasarkan analisis, secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.

c. Menyiapkan item obat yang dibutuhkan berdasarkan standar etika, standar praktek dan ilmu kefarmasian.

d. Memberi label atau etiket.

e. Menyerah kan obat kepada pasien diikuti dengan pemberian informasi yang memadai dan dibutuhkan pasien.

f. Mendokumentasikan segala sesuatu yang telah dilakukan.

g. Memastikan setiap tahap proses dsipensing dilakukan mengikuti prosedur tetap yang disepakati.

h. Memonitor dan evaluasi sistem dan praktek dispensing yang telah dilakukan.

6) Evaluasi penggunaan obat:

a. Menetapkan tujuan yang akan dicapai dalam evaluasi.

b. Menetapkan indikator yang akan digunakan untuk memonitor dan evaluasi. c. Mengumpulkan data penerimaan resep.

d. Melakukan evaluasi menggunakan indikator yang telah ditetapkan. e. Menganalisis dan menyimpulkan hasil evaluasi.

f. Membuat rekomendasi hasil evaluasi. 7) Sistem jaminan mutu:

a. Menetapkan standar yang memungkinkan untuk dicapai dalam semua tahapan proses.

b. Melakukan semua kegiatan sesuai prosedur tetap.

c. Memonitor dan evaluasi nutu kegiatan dengan jalan membandingkan antara ketentuan yang berlaku dengan kenyataan di lapangan.

d. Menganalisis hasil evaluasi dan membuat rekomendasi untuk mendorong terjadinya peningkatan mutu secara terus-menerus yang dapat diukur dar standar yang semakin meningkat.

3.4. Tanggung jawab: a. Farmasis b. Staf farmasi

c. Pimpinan/pemilik modal 3.5. Cara evaluasi:

a. Menilai standar mutu yang dihasilkan dibandingkan dengan standar.

c. Menilai peningkatan standar dari waktu ke waktu.

d. Menilai rancangan organisasi kerja meliputi arah dan kerangka organisasi, sumber daya manusia, fasilitas, keuangan termasuk sistem informasi manajemen.

4. Merancang organisasi kerja yang meliput; arah dan kerangka organisasi, sumber daya manusia, fasilitas, keuangan, termasuk sistem informasi manajemen.

5. Merancang, melaksanakan, memantau dan menyesuaikan struktur harga, berdasarkan kemampuan bayar dan kembalian modal serta imbalan jasa praktek kefarmasian. 5.1. Tujuan :

Tercapainya struktur harga yang rasional, ekonomi, dan politik baik regional, nasional maupun internasional meliputi kemampuan bayar untuk kepuasan konsumen, kemajuan institusi dan pemberian pelayanan, penghargaan terhadap profesi, pengembalian investasi dan prinsip efisiensi dan aspek-aspek lain.

5.2. Ruang lingkup

Ruang lingkup kompetensi ini meliputi pengelolaan keuangan yang menjamin terjangkaunya pelayanan oleh masyarakat, perkembangan institusi dan penghargaan terhadap profesi.

5.3. Kegiatan:

a. Mengumpulkan data-data yang diperlukan meliputi data epidemiologi, konsisi ekonomi dan sosial masyarakat, perhitungan investasi, biaya operasional dan data lain yang diperlukan.

b. Analisis terhadap data yang terkumpul.

c. Menyususn struktur harga secara umum dan struktur harga untuk komoditas khusus.

d. Menyusun kebijakan struktur harga berdasarkan negosiasi dengan pihak lain yang berwenang di dalam institusi.

e. Memberlakukan struktur harga sesuai kebijakan.

f. Merancang struktur harga pemberian jasa meningkatkan profesionalisme yang mampu meningkatkan profesionalisme farmasi.

5.4. Tanggung jawab: a. Farmasis.

b. Bagian Akuntansi dan Keuangan c. Pimpinan institusi/Pemilik modal d. Pemerintah

e. Organisasi profesi (ISFI) 5.5. Cara evaluasi:

a. Menilai kesesuaian antara struktur harga dengan daya beli masyarakat. b. Menilai tingkat pengembalian invastasi.

c. Menilai struktur jasa profesi dibandingkan dengan kelayakan penghargaan terhadap profesi.

6. Memonitor dan evaluasi penyelenggaraan seluruh kegiatan operasional mencakup aspek manajemen maupun klinis yang mengarah pada kepuasan konsumen.

Dokumen terkait