• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Nasional (RPJP)

Dalam dokumen DAN PERUMAHAN RAKYAT. Modul (Halaman 18-45)

Di dalam RPJP pada RPJM ke-4 diamanatkan bahwa arah pembangunan 2020-2024 ditujukan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing. Terdapat 4 (empat) pilar RPJMN IV tahun 2020 – 2024 yaitu:

1. Kelembagaan politik dan hukum yang mantap 2. Kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat.

3. Struktur ekonomi yang semakin maju dan kokoh.

4. Terwujudnya keanekaragaman hayati yang terjaga

Keberadaan 4 (empat) pilar dari RPJMN ke IV tahun 2020 – 2024 merupakan fokus utama yang diarahkan oleh RPJP Nasional 2005 – 2025 untuk mencapai tujuan utama periode terakhir dari acuan rencana pembangunan nasional yang diterjemahkan dalam Tema RPJMN IV tahun 2020 – 2024 yaitu: Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan

Gotong- Royong.

Arah kebijakan dan strategi Kementerian 2020-2024 dirumuskan dalam kerangka pembangunan yang tidak hanya yang dilaksanakan secara langsung oleh Kementerian, akan tetapi juga mempertimbangkan keterlibatan daerah dan swasta. Arah kebijakan dan strategi terdiri dari arah kebijakan dan strategi utama pada masing-masing sektor serta arah kebijakan dan strategi lintas sektor.

Arah Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air adalah Pembangunan infrastruktur Sumber Daya Air yang lebih modern serta mengoptimalkan pengelolaan infrastruktur Sumber Daya Air terbangun yang mampu menopang ketersediaan air secara berkelanjutan dan mampu mengurangi risiko bencana akibat daya rusak air. Adapun arah kebijakan dan strategi utama dalam pengelolaan sumber daya air dapat ditabelkan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Arah Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air

Sumber: RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2020-2024

Adapun arah kebijakan dan strategi dalam pengembangan sumber daya manusia dapat ditabelkan sebagai berikut:

Tabel 2.2 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia

Sumber: RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2020-2024

2.2. Target Pembangunan Infrastruktur (Renstra) PUPR

Melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 26/PRT/M/2017 Tentang Panduan Pembangunan Budaya Integritas di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, telah ditetapkan sasaran pembangunan PUPR berupa Visium Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2030, yaitu:

a. Bendungan multifungsi untuk memenuhi kapasitas tampung 120 m3/kapita/tahun;

b. Jalan 99% mantap yang terintegrasi antar moda dengan memanfaatkan sebanyak-banyaknya material lokal dan menggunakan teknologi recycle;

c. 100% Smartliving (Hunian Cerdas).

Untuk mewujudkan Visium Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2030 tersebut, dicapai melalui tahapan:

1. Tahun 2017 – 2019

 Bendungan multi fungsi untuk memenuhi kapasitas tampung 57,75 m3/kapita/tahun. Jumlah anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp.306 Triliun.

 Kondisi Jaringan jalan: Kondisi Jalan Mantap 94%;

Pembangunan Jalan Tol 824 Km; Pembangunan Jalan Baru 1.320 Km; Pembangunan Jembatan Baru/FlyOver 39.000 m.

Jumlah anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp.183 Triliun (ditambah Rp.202 Triliun dari investasi swasta).

 78% Pelayanan Air Minum, menurunkan luas permukiman kumuh perkotaan 1,5% (menjadi 27.000 ha), dan 75%

Pelayanan Sanitasi. Jumlah anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp.45 Triliun.

 Backlog rumah bagi MBR sebesar 6,46 juta unit, dicapai melalui pembangunan sebesar 814 ribu unit. Jumlah anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp.165 Triliun melalui 17% APBN/APBD dan 83% Swasta/Masyarakat.

2. Tahun 2020 – 2024

 Bendungan multifungsi untuk memenuhi kapasitas tampung 68,11 m3/kapita/tahun. Jumlah anggaran yang dibutuhkan

sebesar Rp.577 Triliun.

 Kondisi Jaringan jalan: Kondisi Jalan Mantap 97%;

Pembangunan Jalan Tol 1.500 Km; Pembangunan Jalan Baru 2.500 Km; Pembangunan Jembatan Baru/FlyOver 60.000m. Jumlah anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp.330 Triliun (ditambah Rp.243 Triliun dari investasi swasta).

 88% Pelayanan Air Minum, menurunkan luas permukiman kumuh perkotaan 2,6% (menjadi 17.000 ha), dan 85%

Pelayanan Sanitasi. Jumlah anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp.128 Triliun

 Backlog rumah bagi MBR sebesar 5 juta unit, dicapai melalui pembangunan sebesar 3,9 juta unit. Jumlah anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp.780 Triliun melalui 20%-30%

APBN/APBD dan 70%-80% Swasta/Masyarakat.

3. Tahun 2025 – 2030

 Bendungan multifungsi untuk memenuhi kapasitas tampung 120m3/kapita/tahun. Jumlah anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp.1.423 Triliun.

 Kondisi Jaringan jalan: Kondisi Jalan Mantap 99%;

Pembangunan Jalan Tol 2.000 Km; Pembangunan Jalan Baru 3.000 Km; Pembangunan Jembatan Baru/FlyOver 70.000 m. Jumlah anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp.448 Triliun (ditambah Rp.390 Triliun dari investasi swasta).

 100% Pelayanan Air Minum, menurunkan luas permukiman kumuh perkotaan 4,4% (menjadi 0 ha), dan 100% Pelayanan

Sanitasi. Jumlah anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp.170 Triliun.

 Zero Backlog rumah bagi MBR 3 juta unit, dicapai melalui pembangunan sebesar 4,88 juta unit. Jumlah anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp.1.220 Triliun melalui 20%-30%

APBN/APBD dan 70%-80% Swasta/Masyarakat.

Gambar 2.1 Target Visium Tahun 2020 – 2024 dan 2030

2.3. Dinamika Pembangunan Infrastruktur PUPR Bidang Sumber Daya Air

Dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur PUPR, tidak lepas dari proses manajemen konstruksi. Proses tersebut melalui beberapa tahapan yang lebih dikenal dengan SIDLACOM (Survey, Investigation, Design, Land Acquisition, Construction, Operation and Maintenance). Sebagai seorang Jafung Teknik Pengairan harus mengenal semua proses SIDLACOM tersebut. Proses tersebut dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

1. Survey

melakukan identifikasi data- data baik data sekunder maupun data primer

2. Investigation

melakukan penyiapan dan implementasi termasuk kelayakan teknis, finansial dan lingkungan

3. Design

melakukan perencanaan mulai dari pembuatan Masterplan, Studi Kelayakan (Feasibility Study), dan Rencana Teknis Terinci (DED / Detail Engineering Design)

4. Land Acquisition

melakukan penyiapan lahan atau lokasi untuk pembangunan infrastruktur

5. Construction

melakukan pembangunan infrastruktur 6. Operation and Maintenance

melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaan infrastruktur terbangun sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Pengelolaan sumber daya air di Indonesia dilakukan secara menyeluruh melalui konservasi dan pendayagunaan sumber daya air serta pengendalian daya rusak air dengan tujuan mewujudkan kemanf'aatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Konservasi sumber daya air ditujukan untuk menjaga kelangsungan keberadaan daya dukung, daya tampung, dan fungsi sumber daya air. Pendayagunaan sumber daya air dilakukan melalui kegiatan penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air

dengan mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan pada setiap wilayah sungai, sedangkan pengendalian daya rusak air dilakukan secara menyeluruh yang mencakup upaya pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan dampak bencana.

Pembangunan infrastruktur mempunyai peran vital dalam mewujudkan pemenuhan hak dasar rakyat seperti pangan, sandang, papan, rasa aman, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Infrastruktur merupakan modal sosial masyarakat yang memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, memperkuat kedaulatan pangan, ketahanan air dan kedaulatan energi serta peningkatan daya saing di dunia internasional.

Pembangunan infrastruktur mempunyai manfaat langsung untuk peningkatan taraf hidup masyarakat, kualitas lingkungan dan pengembangan wilayah.

Tuntutan dan dinamika perkembangan lingkungan strategis yang terjadi begitu cepat, menjadi tantangan pembangunan infrastruktur sumber daya air, antara lain:

a. Adanya tuntutan peningkatan daya saing global, kualitas hidup manusia, dan kemandirian ekonomi, disparitas antar wilayah.

b. Perubahan dasar hukum pelaksanaan pengelolaan SDA sebagai tindak lanjut Keputusan Mahkamah Konstitusi terkait UU No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang telah dinyatakan tidak berlaku dan pemberlakuan UU No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air.

c. Target kinerja yang diamanatkan kepada Ditjen Sumber Daya Air meningkat 3 kali lipat;

d. Perubahan struktur organisasi, baik di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat maupun di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air (dibentuknya Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo/PPLS di bawah Direktorat Jenderal Sumber Daya Air melalui Permen PUPR No. 05/PRT/M/2017 sebagai tindak lanjut dari pembubaran Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo/BPLS);

e. Restrukturisasi program dan kegiatan mengacu pada anggaran berbasis kinerja yang sasaran kinerjanya disusun berdasarkan Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK) yang diselaraskan dengan perubahan struktur organisasi dalam rangka pencapaian target kinerja oleh seluruh unit kerja di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air

Hingga tahun 2014, peningkatan dukungan untuk ketahanan air nasional diperkirakan baru mencapai 28,95%, dan sampai dengan tahun 2018 mencapai 82,70% melalui pencapaian indikator, yaitu:

1. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Kebutuhan Sehari-hari Dalam upaya meningkatkan layanan air baku bagi kebutuhan rumah tangga, industri, dan perkotaan, sampai dengan 2014 telah dibangun jaringan air baku dengan kapasitas layanan 51,44 m3 /detik atau 66,35% dari pemenuhan kebutuhan air baku untuk sehari-hari. Angka di atas belum memenuhi target kapasitas yang direncanakan yakni sebesar 56,00 m3 /detik, sehingga terdapat defisit sebesar 4,56 m3 /detik. Sebagaimana data capaian sampai dengan tahun 2015, telah dibangun jaringan air baku dengan kapasitas layanan 58,41 m3 /detik atau 69,82% dari pemenuhan kebutuhan air baku untuk sehari-hari,

dimana terdapat penambahan sebesar 6,97 m3 /detik pada tahun 2015. Pada tahun 2016, terdapat penambahan jaringan air baku dengan kapasitas layanan 6,15 m3 /detik atau kumulatif kapasitas layanan sampai dengan tahun 2016 sebesar 64,56 m3 /detik setara dengan 72,89% dari pemenuhan kebutuhan air baku untuk sehari-hari. Pada tahun 2017, terdapat penambahan jaringan air baku dengan kapasitas layanan 4,34 m3 /detik atau kumulatif kapasitas layanan sampai dengan tahun 2017 sebesar 68,9 m3 /detik setara dengan 75,05 % dari pemenuhan kebutuhan air baku untuk sehari-hari. Pada tahun 2018, terdapat penambahan jaringan air baku dengan kapasitas layanan 7,46 m3 /detik atau kumulatif kapasitas layanan sampai dengan tahun 2018 sebesar 76,36 m3 /detik setara dengan 78,77 % dari pemenuhan kebutuhan air baku untuk sehari-hari.

2. Peningkatan Kapasitas tampung Per Kapita Indonesia memiliki total potensi air sebesar ± 3,9 trilyun m3 per tahun, namun hingga tahun 2014 baru ± 12,68 miliar m3 atau 50 m3 per kapita per tahun yang dapat dikelola melalui tampungan bendungan sebanyak 208 bendungan (178 Bendungan diantaranya dikelola oleh Kementerian PUPR), dimana angka ini hanya 2,5% dari angka ideal tampungan per kapita di suatu negara (1.975 m3 per kapita per tahun). Pembangunan tampungan lainnya adalah berupa embung /situ/bangunan penampung air lainnya. Hingga tahun 2014 telah terbangun 1.332 buah embung/ situ/bangunan penampung air lainnya. Pada tahun 2015, Ditjen Sumber Daya Air melanjutkan pembangunan bendungan sebanyak 16 bendungan dan 13 bendungan baru. Dari total 29 bendungan 5

bendungan diantaranya selesai dibangun dan beroperasi dengan tambahan kapasitas tampung dari bendungan sebesar 1.009,24 juta m3 serta pembangunan 342 embung dengan total tambahan tampungan sebesar 1,012 miliar m3 sehingga diperoleh ±54 m3 per kapita per tahun atau 2,67% dari ideal tampungan per kapita di suatu negara (1.975 m3 per kapita per tahun). Dengan demikian, hingga tahun 2015, total bendungan di Indonesia adalah 213 bendungan (183 Bendungan diantaranya dikelola Kementerian PUPR) dengan total kapasitas tampung adalah 13,691 miliar m3 , yang dimanfaatkan untuk air baku, irigasi, pengendalian banjir, serta sebagian untuk PLTA.

Begitu halnya dengan tahun 2016, dimana pembangunan bendungan yang dilakukan oleh Ditjen Sumber Daya Air sebanyak 32 bendungan, 8 bendungan diantaranya merupakan pembangunan baru, 22 Bendungan pembangunan lanjutan, dan 2 Bendungan selesai dibangun. Penyelesaian 2 bendungan yaitu Bendungan Teritip dan Bendungan Payaseunara mempunyai total kapasitas tampung 3,81 juta m3 . Pembangunan

tampungan lainnya berupa pembangunan

embung/situ/bangunan penampung air lainnya sebanyak 387 buah dengan kapasitas 13,2 juta m3 . Pada tahun 2017, Ditjen Sumber Daya Air melanjutkan pembangunan bendungan sebanyak 36 bendungan, 28 diantaranya merupakan bendungan lanjutan, 6 bendungan baru, dan 2 bendungan selesai dibangun.

Penyelesaian 2 (dua) bendungan yaitu Bendungan Raknamo dan Bendungan Tanju yang memberikan tambahan kapasitas tampung sebesar 32,36 juta m3 . Pembangunan tampungan air lainnya berupa pembangunan embung/penampung lain

sebanyak 117 buah dengan kapasitas 20 juta m3. Dengan demikian sampai dengan tahun 2017, total bendungan di Indonesia adalah 217 buah dan 1.934 embung/penampung lainnya dengan total kapasitas tampung sebesar 13,761 miliar m3, yang dimanfaatkan untuk air baku, irigasi, pengendalian banjir, serta sebagian untuk PLTA. Selanjutnya pada tahun 2018, Ditjen Sumber Daya Air melanjutkan pembangunan sebanyak 47 bendungan, 29 diantaranya merupakan bendungan lanjutan, 13 bendungan baru, dan 3 bendungan selesai dibangun. Penyelesaian 3 bendungan yaitu Bendungan Mila, Bendungan Rotiklot, Bendungan Logung, memberikan tambahan kapasitas tampung sebesar 30,02 juta m3.

Pembangunan tampungan lainnya berupa embung/penampung lain sebanyak 99 embung menambah kapasitas tampung sebesar 14,66 juta m3. Dengan demikian hingga tahun 2018, total bendungan adalah 220 buah dan 2.033 embung dengan total kapasitas tampung sebesar 13,805 milyar m3 . Dukungan terhadap potensi energi, hingga tahun 2014 dari 208 Bendungan yang ada di Indonesia, terdapat potensi sumber energi sekitar 8.653 MW. Sedangkan pada tahun 2015, dengan terselesaikannya 5 (lima) Bendungan baru terdapat tambahan sumber energi sebesar 111,84 MW, sehingga sampai dengan tahun 2015 tersedia potensi sumber energi sebesar 8.764,84 MW. Pada tahun 2016, tidak ada peningkatan potensi energi sumber air, meskipun ada 2 Bendungan yang selesai namun tidak memiliki potensi energi. Tahun 2017, terdapat peningkatan potensi energi sumber air sebesar 0.2 MW yang merupakan potensi energi dari Bendungan Raknamo yang selesai dibangun

pada tahun 2017. Sementara pada tahun 2018, ada peningkatan potensi sumber energi sebesar 0,65 MW dari 3 bendungan yaitu Bendungan Mila (Provinsi NTB), Bendungan Rotiklot (Provinsi NTT) dan Bendungan Logung (Provinsi Jawa Tengah) yang selesai dibangun.

3. Peningkatan Layanan Infrastruktur Pengendali Daya Rusak Air Hingga tahun 2014 sudah dibangun ± 1.447 km prasarana pengendali banjir atau melindungi sekitar 36.199 hektar atau sekitar 18% dari 200 ribu hektar yang harus dilindungi melalui pembangunan :

a. Pengendalian banjir yang terdiri dari pembangunan 1.450 km dan rehabilitasi bangunan pengendali banjir 1.100 km.

b. Pengendalian sedimen dan lahar yang terdiri dari pembangunan pengendali lahar dan sedimen 150 buah dan rehabilitasi bangunan pengendali lahar dan sedimen 140 buah.

c. Pengaman pantai yang terdiri dari pembangunan 270 km dan rehabilitasi bangunan pengaman pantai 20 km.

Pada tahun 2015, Ditjen Sumber Daya Air telah membangun 304,36 km bangunan pengendali banjir, melakukan rehabilitasi terhadap 136 km bangunan pengendali banjir, membangun 150 buah pengendali lahar dan sedimen, rehabilitasi 21 buah pengendali lahar dan sedimen, membangun 66,88 km bangunan pengaman pantai dan rehabilitasi 0,92 km bangunan pengaman pantai. Infrastruktur pengendali banjir yang dibangun tersebut mampu melindungi kawasan seluas 20.344 hektar atau sekitar

26,12% dari 200 ribu hektar kawasan yang harus dilindungi.

Tahun 2016, Ditjen Sumber Daya Air telah membangun 212,38 km bangunan pengendali banjir, 44 buah bangunan pengendali lahar dan sedimen, serta 49,5 km bangunan pengaman pantai.

Sementara itu pada tahun 2017, Ditjen Sumber Daya Air telah membangun 176,95 km bangunan pengendali banjir, 31 buah bangunan pengendali lahar dan sedimen, serta 20,42 km bangunan pengaman pantai. Selanjutnya pada tahun 2018, Ditjen Sumber Daya Air telah membangun 221,96 km bangunan pengendali banjir, 28 buah bangunan pengendali lahar dan sedimen, serta 22,45 km bangunan pengaman pantai.

4. Peningkatan kinerja layanan irigasi Hingga tahun 2014, peningkatan dukungan kedaulatan pangan diperkirakan baru mencapai 45,83% (Renstra 2015-2019 Ditjen Sumber Daya Air) melalui pencapaian indikator peningkatan layanan air baku untuk irigasi. Hingga tahun 2014, sasaran strategis kegiatan irigasi dan rawa yang telah dicapai meliputi :

a. Pembangunan jaringan irigasi (permukaan, rawa, air tanah, tambak) dengan target mengairi 1.000.000 hektar daerah irigasi, hingga 2018 telah tercapai 867.226 hektar (pendanaan APBN dan DAK).

b. Rehabilitasi jaringan irigasi (permukaan, rawa, air tanah, tambak) dengan target mengairi 3.000.000 hektar daerah irigasi, hingga 2018 telah berhasil mencapai 2.649.830 hektar.

Menurut data capaian pada tahun 2015 pembangunan jaringan

irigasi permukaan mengairi 107.922 hektar dan rehabilitasi jaringan irigasi permukaan mencapai luas 302.270 hektar.

Sedangkan pembangunan jaringan irigasi rawa tercapai seluas 40.242 hektar dan rehabilitasi jaringan irigasi rawa mencapai 151.249 hektar. Pembangunan jaringan irigasi air tanah tercapai seluas 2.980 hektar dan rehabilitasi seluas 5.283 hektar.

Pembangunan jaringan irigasi tambak mencapai 6.572 hektar dan rehabilitasi jaringan irigasi tambak mencapai 32.455 hektar.

Secara total tambahan dukungan layanan kebutuhan air baku untuk irigasi adalah pembangunan jaringan irigasi seluas 157.716 hektar dan rehabilitasi jaringan irigasi mencapai 491.257 hektar. Pada tahun 2016, total capaian luas layanan daerah irigasi dari pembangunan jaringan irigasi sebesar 52.518 hektar. Total capaian tersebut meliputi pembangunan jaringan irigasi permukaan seluas 44.662 hektar, pembangunan jaringan irigasi rawa seluas 3.963 hektar, pembangunan jaringan irigasi air tanah seluas 2.043 hektar, dan pembangunan jaringan irigasi tambak seluas 1.850 hektar. Sedangkan untuk total capaian luas layanan daerah irigasi dari kegiatan rehabilitasi mencapai 289.871 hektar mencakup rehabilitasi jaringan irigasi permukaan seluas 244.780 hektar, rehabilitasi jaringan irigasi rawa seluas 28.459 hektar, rehabilitasi jaringan irigasi air tanah seluas 4.205 hektar, dan rehabilitasi jaringan irigasi tambak seluas 12.427 hektar. Dari hasil capaian pada tahun 2017, total luas layanan daerah irigasi dari pembangunan jaringan irigasi sebesar 63.253 hektar. Total capaian tersebut meliputi pembangunan jaringan irigasi permukaan seluas 51.347 hektar, pembangunan jaringan irigasi rawa seluas 7.950 hektar, pembangunan jaringan irigasi

air tanah seluas 2.206 hektar, dan pembangunan jaringan irigasi tambak seluas 1.750 hektar. Sedangkan untuk total capaian luas layanan daerah irigasi dari kegiatan rehabilitasi mencapai 267.093 hektar mencakup rehabilitasi jaringan irigasi permukaan seluas 197.552 hektar, rehabilitasi jaringan irigasi rawa seluas 49.708 hektar, rehabilitasi jaringan irigasi air tanah seluas 1.665 hektar, dan rehabilitasi jaringan irigasi tambak seluas 18.168 hektar. Hasil capaian pada tahun 2018, total luas layanan daerah irigasi dari pembangunan jaringan irigasi sebesar 39.766 hektar.

Total capaian tersebut meliputi pembangunan jaringan irigasi permukaan seluas 30.682 hektar, pembangunan jaringan irigasi rawa seluas 6.746 hektar, pembangunan jaringan irigasi air tanah seluas 328 hektar, dan pembangunan jaringan irigasi tambak seluas 2.010 hektar. Sedangkan untuk total capaian luas layanan daerah irigasi dari kegiatan rehabilitasi mencapai 162.986 hektar mencakup rehabilitasi jaringan irigasi permukaan seluas 124.044 hektar, rehabilitasi jaringan irigasi rawa seluas 21.868 hektar, rehabilitasi jaringan irigasi air tanah seluas 7.154 hektar, dan rehabilitasi jaringan irigasi tambak seluas 9.920 hektar.

5. Peningkatan Keberlanjutan Fungsi Infrastruktur SDA Guna menjaga keberlanjutan fungsi infrastruktur SDA, dilaksanakan kegiatan operasi dan pemeliharaan (OP) seluruh infrastruktur SDA yang telah dibangun. Sebagaimana data capaian hingga tahun 2018 pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan meliputi :

a. Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi permukaan,

irigasi rawa, irigasi tambak, dan irigasi air tanah seluas 2.947.789,30 hektar.

b. Operasi dan Pemeliharaan waduk/embung/situ/bangunan penampung air lainnya sebanyak 1.194 buah, terdiri dari 160 Bendungan dan 1.034 embung/ situ/bangunan penampung air lainnya.

c. Operasi dan Pemeliharaan sarana dan prasarana air baku dengan kapasitas 131,38 m3 /detik.

d. Operasi dan Pemeliharaan sarana dan prasarana pengendali banjir sepanjang 3.802,77 km, Operasi dan Pemeliharaan sarana dan prasarana pengendali sedimen/lahar gunung berapi sebanyak 550 buah, serta Operasi dan Pemeliharaan sarana dan prasarana pengaman pantai sepanjang 163,86 km.

6. Program pengendalian lumpur Sidoarjo menjadi dukungan Direktorat Jenderal SDA terhadap sasaran strategis meningkatnya dukungan kedaulatan pangan dan kedaulatan energi, sejak tahun 2017. Hingga tahun 2018 capaian kinerja pengendalian lumpur Sidoarjo sebesar 90,50%, yang dicapai melalui indikator layanan sarana prasarana pengendali lumpur Sidoarjo, meliputi tanggul dan infrastruktur yang dibangun sepanjang 4,15 km, dan luapan lumpur yang ditangani 33,97 juta m3 slury.

2.4. Konsep dan Ruang Lingkup Kebijakan Penyelenggaraan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air

Indonesia merupakan negara dengan potensi sumber daya air yang

besar. Indonesia sendiri memegang 21% persediaan air minum di Asia. Indonesia memiliki curah hujan antara 800-4.000 mm/tahun dengan wilayah yang terbagi atas 8007 DAS dan Sub DAS serta 521 Danau. Akan tetapi dengan besarnya potensi yang dimiliki Indonesia baru mampu mengelolanya dalam jumlah kecil. Dari 3,9 triliun m3 potensi air yang ada baru 13,8 milyar m3 yang dapat dikelola. Hal ini menyebabkan adanya ketertinggalan Indonesia dalam menyediakan persedian air bagi penduduknya. Beberapa daerah telah mengalami krisis ketersediaan air antara lain Jawa dan Bali-Nusa Tenggara.

Untuk mendukung penyediaan air yang mencukupi, BPIW memiliki peran dalam memadukan infrastruktur-infrastruktur yang dibangun oleh Kementerian PUPR. BPIW sendiri memiliki konsep pengembangan infrastruktur yang dibagi ke dalam wilayah pengembangan strategis (WPS). WPS ini disusun berdasarkan daya dukung dan daya tampung, lingkungan fisik terbangun, serta Nawacita dan RPJMN.

Beberapa contoh pengembangan infrastruktur SDA dalam mendukung pengembangan wilayah antara lain pembangunan irigasi dan waduk untuk ketahanan pangan, penyediaan air baku di perkotaan dan kawasan industri serta penanganan banjir. Adapun sasaran program dan kegiatan pengelolaan SDA terpadu antara lain meningkatnya penyediaan air baku untuk segala kebutuhan, meningkatnya kinerja jaringan irigasi, dan meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air. Diharapkan dengan semangat memadukan seluruh infrastruktur yang dibangun, Kementerian PUPR dapat menuntaskan target-target kerja yang diemban.

rah kebijakan dan strategi Kementerian PUPR dilaksanakan melalui 10 program dan 70 kegiatan pembangunan pekerjaan umum dan perumahan rakyat. Adapun ruang lingkup penyelenggaraan pembangunan infrastruktur sumber daya air sebagai berikut:

1. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen SDA;

2. Pembinaan Penatagunaan SDA;

3. Pembinaan Program dan Anggaran Ditjen SDA;

4. Pembinaan Bendungan, Danau, dan Bangunan Penampung Air Lainnya;

5. Pembinaan Pengendalian Banjir, Lahar, Pengelolaan Drainase Utama Perkotaan, dan Pengamanan Pantai;

6. Pembinaan Irigasi, Rawa, dan Tambak;

7. Pembinaan Pengelolaan Air Tanah dan Air Baku;

8. Pembinaan Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air serta Penanggulangan Darurat Akibat Bencana;

9. Dukungan Manajemen Dewan Sumber Daya Air Nasional;

10. Penyelenggaraan Keamanan Bendungan;

11. Pengelolaan Bendungan, Danau, dan Bangunan Penampung Air Lainnya;

12. Pengendalian Banjir, Lahar, Pengelolaan Drainase Utama Perkotaan, dan Pengamanan Pantai;

13. Penyediaan dan Pengelolaan Air Tanah dan Air Baku;

14. Pembangunan Dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Permukaan, Rawa dan Tambak;

15. Operasi dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana SDA;

16. Peningkatan Tata Kelola Pengelolaan SDA Terpadu.

2.5. Latihan

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !

1. Sebutkan 4 (empat) pilar RPJMN IV tahun 2020 – 2024 ?

2. Jelaskan sasaran pembangunan PUPR berupa Visium Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2030 ? 3. Sebutkan dan jelaskan tantangan pembangunan infrastruktur

sumber daya air karena tuntutan dan dinamika perkembangan lingkungan strategis yang terjadi begitu cepat ?

2.6. Rangkuman

Keberadaan 4 (empat) pilar dari RPJMN ke IV tahun 2020 – 2024 merupakan fokus utama yang diarahkan oleh RPJP Nasional 2005 – 2025 untuk mencapai tujuan utama dari periode terakhir dari acuan rencana pembangunan nasional yang diterjemahkan dalam Tema RPJMN IV tahun 2020 – 2024 yaitu: Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan

Keberadaan 4 (empat) pilar dari RPJMN ke IV tahun 2020 – 2024 merupakan fokus utama yang diarahkan oleh RPJP Nasional 2005 – 2025 untuk mencapai tujuan utama dari periode terakhir dari acuan rencana pembangunan nasional yang diterjemahkan dalam Tema RPJMN IV tahun 2020 – 2024 yaitu: Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan

Dalam dokumen DAN PERUMAHAN RAKYAT. Modul (Halaman 18-45)

Dokumen terkait