• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAN PERUMAHAN RAKYAT. Modul

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DAN PERUMAHAN RAKYAT. Modul"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

Kebi j akan Penyel enggar aan Pembangunan I nf r ast r ukt ur Sumber Daya Ai r

Modul

Pel at i han Fungs i onal Tekni k Pengai r an

Ahl i Per t ama

(2)

KEBIJAKAN

PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PENGEMBANGAN KOMPETENSI

MANAJEMEN

(3)

Pusat Pengembangan Kompetensi Manajemen Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Jalan Sapta Taruna Raya No. 26 Komplek PU, Pasar Jumat Jakarta Selatan Telpon. (021) 7511875

Judul Modul:

“Kebijakan Penyelenggaraan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air”

Tim Pengarah Substansi:

1. Ir. Moeh. Adam, MM 2. Drs. Haris Marzuki Susila

Penulis Modul:

Yosi Darmawan Arifianto, S.T., M.T.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas selesainya penyusunan dan penyempurnaan Modul Kebijakan Penyelenggaraan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air sebagai Materi Substansi dalam Pelatihan Fungsional Teknik Pengairan Ahli Pertama. Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai Pejabat Fungsional.

Modul Kebijakan Penyelenggaraan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air ini disusun dalam 4 (Empat) bab yang terbagi atas Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Bidang Sumber Daya Air. Penekanan orientasi pembelajaran pada modul ini lebih menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.

Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim Penyusun dan Narasumber, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan

(5)
(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ... vii

Deskripsi vii Persyaratan vii Metode vii Alat Bantu/Media viii Kompetensi Dasar viii BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang 1 1.2. Deskripsi singkat 4 1.3. Tujuan Pembelajaran 5 1.4. Materi Pokok 5 BAB II KONSEP KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR ... 7

2.1. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Nasional (RPJP) PUPR 7 2.2. Target Pembangunan Infrastruktur (Renstra) PUPR 11 2.3. Dinamika Pembangunan Infrastruktur PUPR Bidang Sumber Daya Air 14 2.4. Konsep dan Ruang Lingkup Kebijakan Penyelenggaraan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air 25 2.5. Latihan 28 2.6. Rangkuman 28 2.7. Evaluasi 28 BAB III SASARAN STRATEGIS PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR ... 31

3.1. Isu Strategis Penyelenggaraan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air Pada Era Industri 4.0 dan Global Megatrend ... 34

(7)

3.2. Tantangan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air 45 3.3. Kebijakan dan Strategi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

dalam Menyelenggarakan Pembangunan Infrastruktur Bidang

Sumber Daya Air 50

3.4. Latihan 52

3.5. Rangkuman 53

3.6. Evaluasi 54

BAB IV PENUTUP ... 57

4.1. Kesimpulan 57

4.2. Tindak Lanjut 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60 GLOSARIUM ... 61 KUNCI JAWABAN ... 64

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Arah Kebijakan & Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air...8 Tabel 2.2 Arah Kebijakan & Strategi Pengengembangan Sumber

Daya Manusia...10

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Empat Pilar RPJMN Tahun 2020 – 2024 ………….…..2 Gambar 1.2 Tujuh Agenda Pembangunan RPJMN

Tahun 2020–2024 ………....4 Gambar 2.1 Target Visium Tahun 2020 – 2024 dan 2030 ….…….14 Gambar 3.1 Potensi Air Baku di Indonesia ……….……...41 Gambar 3.2 Jumlah Kejadian Banjir di Indonesia ………….………44 Gambar 3.3 Kejadian Bencana di Indonesia ……….…………44

(10)

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Deskripsi

Modul Kebijakan Penyelenggaraan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air ini terdiri dari dua kegiatan belajar mengajar.

Kegiatan belajar pertama membahas Konsep Kebijakan Pengembangan Infrastruktur Sumber Daya Air. Kegiatan belajar kedua membahas Sasaran Strategis Penyelenggaraan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air. Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.

Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk memahami Kebijakan Penyelenggaraan Infrastruktur Sumber Daya Air. Di akhir pembelajaran dilengkapi dengan latihan atau evaluasi yang menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta pelatihan setelah mempelajari seluruh materi pelatihan ini.

Persyaratan

Dalam mempelajari modul pembelajaran, peserta pelatihan diharapkan dapat menyimak dengan seksama penjelasan dari pengajar, dan membaca bahan tayang, sehingga dapat memahami dengan baik materi Kebijakan Penyelenggaraan Infrastruktur Bidang Sumber Daya Air ini. Untuk menambah wawasan dan pengayaan, peserta dapat juga membaca materi Kebijakan Penyelenggaraan Infrastruktur Sumber Daya Air dari berbagai sumber.

Metode

Dalam pelaksanaan pembelajaran pada pelatihan ini, metode yang

(11)

dipergunakan adalah dengan kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Widyaiswara/Fasilitator, adanya kesempatan tanya jawab, curah pendapat, serta diskusi.

Alat Bantu/Media

Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat Bantu/Media pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/projector, Laptop, white board dengan spidol dan penghapusnya, bahan tayang, serta modul dan/atau bahan ajar.

Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan mampu memahami Kebijakan Penyelenggaraan Infrastruktur Bidang Sumber Daya Air.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 merupakan tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 sehingga menjadi sangat penting. RPJMN 2020-2024 akan mempengaruhi pencapaian target pembangunan dalam RPJPN, dimana pendapatan perkapita Indonesia akan mencapai tingkat kesejahteraan setara dengan negara-negara berpenghasilan menengah atas (upper-middle income country/MIC) yang memiliki kondisi infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, layanan publik, serta kesejahteraan rakyat yang lebih baik.

Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.

Terdapat 4 (empat) pilar dari RPJMN ke IV tahun 2020-2024 yang merupakan amanat RPJPN 2005- 2025 untuk mencapai tujuan utama dari rencana pembangunan nasional periode terakhir.

Keempat pilar tersebut diterjemahkan ke dalam 7 (tujuh) agenda pembangunan yang didalamnya terdapat Program Prioritas,

(13)

Kegiatan Prioritas, dan Proyek Prioritas. Keberadaan 4 (empat) pilar dari RPJMN ke IV tahun 2020 – 2024 merupakan fokus utama yang diarahkan oleh RPJP Nasional 2005 – 2025 untuk mencapai tujuan utama dari periode terakhir dari acuan rencana pembangunan nasional yang diterjemahkan dalam Tema RPJMN IV tahun 2020 – 2024 yaitu: Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong- Royong.

Tujuan RPJMN IV tahun 2020 – 2024 telah sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Target-target dari 17 tujuan (goals) dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) beserta indikatornya telah ditampung dalam 7 agenda pembangunan.

Gambar 1.1 Empat Pilar RPJMN Tahun 2020 – 2024

Terdapat 7 (tujuh) Agenda Pembangunan yang merupakan Prioritas Pembangunan (PN) yang akan dilaksanakan selama periode 2020 – 2024 yaitu:

1. Prioritas Nasional ke-1, Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas. Peningkatan inovasi dan

(14)

kualitas Investasi merupakan modal utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, berkelanjutan dan mensejahterakan secara adil dan merata.

2. Prioritas Nasional ke-2, Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan dan Menjamin Pemerataan.

Pengembangan wilayah ditujukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemenuhan pelayanan dasar dengan memperhatikan harmonisasi antara rencana pembangunan dengan pemanfaatan ruang.

3. Prioritas Nasional ke-3, Meningkatkan Sumber Daya Manusia Berkualitas yang Berdaya Saing. Manusia merupakan modal utama pembangunan nasional untuk menuju pembangunan yang inklusif dan merata di seluruh wilayah.

4. Prioritas Nasional ke-4, Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan. Revolusi mental sebagai gerakan kebudayaan memiliki kedudukan penting dan berperan sentral dalam pembangunan untuk mengubah cara pandang, sikap, perilaku yang berorientasi pada kemajuan dan kemodernan.

5. Prioritas Nasional ke-5, Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan Dasar.

Perkuatan infrastruktur ditujukan untuk mendukung aktivitas perekonomian serta mendorong pemerataan pembangunan nasional.

6. Prioritas Nasional ke-6, Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim.

Pembangunan nasional perlu memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan, kerentanan bencana, dan mitigasi perubahan iklim.

(15)

7. Prioritas Nasional ke-7, Memperkuat Stabilitas Polhuhankam dan Transformasi Pelayanan Publik. Negara wajib terus hadir dalam melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara dan menegakan kedaulatan negara.

Pemerintah akan terus berupaya meningkakan tata kelola pemerintahan yang baik dan transparan yang dapat diakses oleh semua masyarakat.

Gambar 1.2 Tujuh Agenda Pembangunan RPJMN Tahun 2020 – 2024

1.2. Deskripsi singkat

Mata pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan mengenai kebijakan penyelenggaraan pembangunan infrastruktur bidang sumber daya air, yang meliputi: konsep kebijakan pengembangan infrastruktur dan sasaran strategis penyelenggaraan pembangunan infrastruktur bidang sumber daya air.

(16)

1.3. Tujuan Pembelajaran 1.3.1. Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta pelatihan mampu memahami kebijakan penyelenggaraan pembangunan infrastruktur sumber daya air.

1.3.2. Indikator Hasil Belajar

Setelah pembelajaran ini, peserta dapat memahami:

1. Konsep kebijakan pengembangan infrastruktur Sumber Daya Air

2. Sasaran Strategis Penyelenggaraan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air

1.4. Materi Pokok

Dalam Modul Kebijakan Penyelenggaraan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air ini akan membahas materi:

a) Konsep Kebijakan Pengembangan Infrastruktur Sumber Daya Air

1) Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Nasional (RPJP) PUPR

2) Target Pembangunan Infrastruktur Indonesia (Renstra) PUPR

3) Dinamika Pembangunan Infrastruktur PUPR bidang Sumber Daya Air

4) Konsep dan Ruang Lingkup Kebijakan Penyelenggaraan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air

b) Sasaran Strategis Penyelenggaraan Pembangunan Infrastruktur Bidang Sumber Daya Air

1) Isu Strategis Penyelenggaraan Pembangunan Infrastruktur

(17)

Sumber Daya Air pada era industri 4.0 dan Global Megatrend

2) Tantangan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air 3) Kebijakan dan Strategi Ditjen Sumber Daya Air Dalam

Menyelenggarakan Pembangunan Infrastruktur Bidang Sumber Daya Air

(18)

BAB II KONSEP KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat memahami konsep kebijakan pengembangan infrastruktur sumber daya air

2.1. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Nasional (RPJP) PUPR

Di dalam RPJP pada RPJM ke-4 diamanatkan bahwa arah pembangunan 2020-2024 ditujukan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing. Terdapat 4 (empat) pilar RPJMN IV tahun 2020 – 2024 yaitu:

1. Kelembagaan politik dan hukum yang mantap 2. Kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat.

3. Struktur ekonomi yang semakin maju dan kokoh.

4. Terwujudnya keanekaragaman hayati yang terjaga

Keberadaan 4 (empat) pilar dari RPJMN ke IV tahun 2020 – 2024 merupakan fokus utama yang diarahkan oleh RPJP Nasional 2005 – 2025 untuk mencapai tujuan utama periode terakhir dari acuan rencana pembangunan nasional yang diterjemahkan dalam Tema RPJMN IV tahun 2020 – 2024 yaitu: Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan

(19)

Gotong- Royong.

Arah kebijakan dan strategi Kementerian 2020-2024 dirumuskan dalam kerangka pembangunan yang tidak hanya yang dilaksanakan secara langsung oleh Kementerian, akan tetapi juga mempertimbangkan keterlibatan daerah dan swasta. Arah kebijakan dan strategi terdiri dari arah kebijakan dan strategi utama pada masing-masing sektor serta arah kebijakan dan strategi lintas sektor.

Arah Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air adalah Pembangunan infrastruktur Sumber Daya Air yang lebih modern serta mengoptimalkan pengelolaan infrastruktur Sumber Daya Air terbangun yang mampu menopang ketersediaan air secara berkelanjutan dan mampu mengurangi risiko bencana akibat daya rusak air. Adapun arah kebijakan dan strategi utama dalam pengelolaan sumber daya air dapat ditabelkan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Arah Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air

(20)

Sumber: RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2020-2024

(21)

Adapun arah kebijakan dan strategi dalam pengembangan sumber daya manusia dapat ditabelkan sebagai berikut:

Tabel 2.2 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia

(22)

Sumber: RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2020-2024

2.2. Target Pembangunan Infrastruktur (Renstra) PUPR

Melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 26/PRT/M/2017 Tentang Panduan Pembangunan Budaya Integritas di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, telah ditetapkan sasaran pembangunan PUPR berupa Visium Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2030, yaitu:

a. Bendungan multifungsi untuk memenuhi kapasitas tampung 120 m3/kapita/tahun;

(23)

b. Jalan 99% mantap yang terintegrasi antar moda dengan memanfaatkan sebanyak-banyaknya material lokal dan menggunakan teknologi recycle;

c. 100% Smartliving (Hunian Cerdas).

Untuk mewujudkan Visium Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2030 tersebut, dicapai melalui tahapan:

1. Tahun 2017 – 2019

 Bendungan multi fungsi untuk memenuhi kapasitas tampung 57,75 m3/kapita/tahun. Jumlah anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp.306 Triliun.

 Kondisi Jaringan jalan: Kondisi Jalan Mantap 94%;

Pembangunan Jalan Tol 824 Km; Pembangunan Jalan Baru 1.320 Km; Pembangunan Jembatan Baru/FlyOver 39.000 m.

Jumlah anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp.183 Triliun (ditambah Rp.202 Triliun dari investasi swasta).

 78% Pelayanan Air Minum, menurunkan luas permukiman kumuh perkotaan 1,5% (menjadi 27.000 ha), dan 75%

Pelayanan Sanitasi. Jumlah anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp.45 Triliun.

 Backlog rumah bagi MBR sebesar 6,46 juta unit, dicapai melalui pembangunan sebesar 814 ribu unit. Jumlah anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp.165 Triliun melalui 17% APBN/APBD dan 83% Swasta/Masyarakat.

2. Tahun 2020 – 2024

 Bendungan multifungsi untuk memenuhi kapasitas tampung 68,11 m3/kapita/tahun. Jumlah anggaran yang dibutuhkan

(24)

sebesar Rp.577 Triliun.

 Kondisi Jaringan jalan: Kondisi Jalan Mantap 97%;

Pembangunan Jalan Tol 1.500 Km; Pembangunan Jalan Baru 2.500 Km; Pembangunan Jembatan Baru/FlyOver 60.000m. Jumlah anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp.330 Triliun (ditambah Rp.243 Triliun dari investasi swasta).

 88% Pelayanan Air Minum, menurunkan luas permukiman kumuh perkotaan 2,6% (menjadi 17.000 ha), dan 85%

Pelayanan Sanitasi. Jumlah anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp.128 Triliun

 Backlog rumah bagi MBR sebesar 5 juta unit, dicapai melalui pembangunan sebesar 3,9 juta unit. Jumlah anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp.780 Triliun melalui 20%-30%

APBN/APBD dan 70%-80% Swasta/Masyarakat.

3. Tahun 2025 – 2030

 Bendungan multifungsi untuk memenuhi kapasitas tampung 120m3/kapita/tahun. Jumlah anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp.1.423 Triliun.

 Kondisi Jaringan jalan: Kondisi Jalan Mantap 99%;

Pembangunan Jalan Tol 2.000 Km; Pembangunan Jalan Baru 3.000 Km; Pembangunan Jembatan Baru/FlyOver 70.000 m. Jumlah anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp.448 Triliun (ditambah Rp.390 Triliun dari investasi swasta).

 100% Pelayanan Air Minum, menurunkan luas permukiman kumuh perkotaan 4,4% (menjadi 0 ha), dan 100% Pelayanan

(25)

Sanitasi. Jumlah anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp.170 Triliun.

 Zero Backlog rumah bagi MBR 3 juta unit, dicapai melalui pembangunan sebesar 4,88 juta unit. Jumlah anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp.1.220 Triliun melalui 20%-30%

APBN/APBD dan 70%-80% Swasta/Masyarakat.

Gambar 2.1 Target Visium Tahun 2020 – 2024 dan 2030

2.3. Dinamika Pembangunan Infrastruktur PUPR Bidang Sumber Daya Air

Dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur PUPR, tidak lepas dari proses manajemen konstruksi. Proses tersebut melalui beberapa tahapan yang lebih dikenal dengan SIDLACOM (Survey, Investigation, Design, Land Acquisition, Construction, Operation and Maintenance). Sebagai seorang Jafung Teknik Pengairan harus mengenal semua proses SIDLACOM tersebut. Proses tersebut dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

(26)

1. Survey

melakukan identifikasi data- data baik data sekunder maupun data primer

2. Investigation

melakukan penyiapan dan implementasi termasuk kelayakan teknis, finansial dan lingkungan

3. Design

melakukan perencanaan mulai dari pembuatan Masterplan, Studi Kelayakan (Feasibility Study), dan Rencana Teknis Terinci (DED / Detail Engineering Design)

4. Land Acquisition

melakukan penyiapan lahan atau lokasi untuk pembangunan infrastruktur

5. Construction

melakukan pembangunan infrastruktur 6. Operation and Maintenance

melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaan infrastruktur terbangun sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Pengelolaan sumber daya air di Indonesia dilakukan secara menyeluruh melalui konservasi dan pendayagunaan sumber daya air serta pengendalian daya rusak air dengan tujuan mewujudkan kemanf'aatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. Konservasi sumber daya air ditujukan untuk menjaga kelangsungan keberadaan daya dukung, daya tampung, dan fungsi sumber daya air. Pendayagunaan sumber daya air dilakukan melalui kegiatan penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air

(27)

dengan mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan pada setiap wilayah sungai, sedangkan pengendalian daya rusak air dilakukan secara menyeluruh yang mencakup upaya pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan dampak bencana.

Pembangunan infrastruktur mempunyai peran vital dalam mewujudkan pemenuhan hak dasar rakyat seperti pangan, sandang, papan, rasa aman, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Infrastruktur merupakan modal sosial masyarakat yang memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, memperkuat kedaulatan pangan, ketahanan air dan kedaulatan energi serta peningkatan daya saing di dunia internasional.

Pembangunan infrastruktur mempunyai manfaat langsung untuk peningkatan taraf hidup masyarakat, kualitas lingkungan dan pengembangan wilayah.

Tuntutan dan dinamika perkembangan lingkungan strategis yang terjadi begitu cepat, menjadi tantangan pembangunan infrastruktur sumber daya air, antara lain:

a. Adanya tuntutan peningkatan daya saing global, kualitas hidup manusia, dan kemandirian ekonomi, disparitas antar wilayah.

b. Perubahan dasar hukum pelaksanaan pengelolaan SDA sebagai tindak lanjut Keputusan Mahkamah Konstitusi terkait UU No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang telah dinyatakan tidak berlaku dan pemberlakuan UU No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air.

c. Target kinerja yang diamanatkan kepada Ditjen Sumber Daya Air meningkat 3 kali lipat;

(28)

d. Perubahan struktur organisasi, baik di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat maupun di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air (dibentuknya Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo/PPLS di bawah Direktorat Jenderal Sumber Daya Air melalui Permen PUPR No. 05/PRT/M/2017 sebagai tindak lanjut dari pembubaran Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo/BPLS);

e. Restrukturisasi program dan kegiatan mengacu pada anggaran berbasis kinerja yang sasaran kinerjanya disusun berdasarkan Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK) yang diselaraskan dengan perubahan struktur organisasi dalam rangka pencapaian target kinerja oleh seluruh unit kerja di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air

Hingga tahun 2014, peningkatan dukungan untuk ketahanan air nasional diperkirakan baru mencapai 28,95%, dan sampai dengan tahun 2018 mencapai 82,70% melalui pencapaian indikator, yaitu:

1. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Kebutuhan Sehari-hari Dalam upaya meningkatkan layanan air baku bagi kebutuhan rumah tangga, industri, dan perkotaan, sampai dengan 2014 telah dibangun jaringan air baku dengan kapasitas layanan 51,44 m3 /detik atau 66,35% dari pemenuhan kebutuhan air baku untuk sehari-hari. Angka di atas belum memenuhi target kapasitas yang direncanakan yakni sebesar 56,00 m3 /detik, sehingga terdapat defisit sebesar 4,56 m3 /detik. Sebagaimana data capaian sampai dengan tahun 2015, telah dibangun jaringan air baku dengan kapasitas layanan 58,41 m3 /detik atau 69,82% dari pemenuhan kebutuhan air baku untuk sehari-hari,

(29)

dimana terdapat penambahan sebesar 6,97 m3 /detik pada tahun 2015. Pada tahun 2016, terdapat penambahan jaringan air baku dengan kapasitas layanan 6,15 m3 /detik atau kumulatif kapasitas layanan sampai dengan tahun 2016 sebesar 64,56 m3 /detik setara dengan 72,89% dari pemenuhan kebutuhan air baku untuk sehari-hari. Pada tahun 2017, terdapat penambahan jaringan air baku dengan kapasitas layanan 4,34 m3 /detik atau kumulatif kapasitas layanan sampai dengan tahun 2017 sebesar 68,9 m3 /detik setara dengan 75,05 % dari pemenuhan kebutuhan air baku untuk sehari-hari. Pada tahun 2018, terdapat penambahan jaringan air baku dengan kapasitas layanan 7,46 m3 /detik atau kumulatif kapasitas layanan sampai dengan tahun 2018 sebesar 76,36 m3 /detik setara dengan 78,77 % dari pemenuhan kebutuhan air baku untuk sehari-hari.

2. Peningkatan Kapasitas tampung Per Kapita Indonesia memiliki total potensi air sebesar ± 3,9 trilyun m3 per tahun, namun hingga tahun 2014 baru ± 12,68 miliar m3 atau 50 m3 per kapita per tahun yang dapat dikelola melalui tampungan bendungan sebanyak 208 bendungan (178 Bendungan diantaranya dikelola oleh Kementerian PUPR), dimana angka ini hanya 2,5% dari angka ideal tampungan per kapita di suatu negara (1.975 m3 per kapita per tahun). Pembangunan tampungan lainnya adalah berupa embung /situ/bangunan penampung air lainnya. Hingga tahun 2014 telah terbangun 1.332 buah embung/ situ/bangunan penampung air lainnya. Pada tahun 2015, Ditjen Sumber Daya Air melanjutkan pembangunan bendungan sebanyak 16 bendungan dan 13 bendungan baru. Dari total 29 bendungan 5

(30)

bendungan diantaranya selesai dibangun dan beroperasi dengan tambahan kapasitas tampung dari bendungan sebesar 1.009,24 juta m3 serta pembangunan 342 embung dengan total tambahan tampungan sebesar 1,012 miliar m3 sehingga diperoleh ±54 m3 per kapita per tahun atau 2,67% dari ideal tampungan per kapita di suatu negara (1.975 m3 per kapita per tahun). Dengan demikian, hingga tahun 2015, total bendungan di Indonesia adalah 213 bendungan (183 Bendungan diantaranya dikelola Kementerian PUPR) dengan total kapasitas tampung adalah 13,691 miliar m3 , yang dimanfaatkan untuk air baku, irigasi, pengendalian banjir, serta sebagian untuk PLTA.

Begitu halnya dengan tahun 2016, dimana pembangunan bendungan yang dilakukan oleh Ditjen Sumber Daya Air sebanyak 32 bendungan, 8 bendungan diantaranya merupakan pembangunan baru, 22 Bendungan pembangunan lanjutan, dan 2 Bendungan selesai dibangun. Penyelesaian 2 bendungan yaitu Bendungan Teritip dan Bendungan Payaseunara mempunyai total kapasitas tampung 3,81 juta m3 . Pembangunan

tampungan lainnya berupa pembangunan

embung/situ/bangunan penampung air lainnya sebanyak 387 buah dengan kapasitas 13,2 juta m3 . Pada tahun 2017, Ditjen Sumber Daya Air melanjutkan pembangunan bendungan sebanyak 36 bendungan, 28 diantaranya merupakan bendungan lanjutan, 6 bendungan baru, dan 2 bendungan selesai dibangun.

Penyelesaian 2 (dua) bendungan yaitu Bendungan Raknamo dan Bendungan Tanju yang memberikan tambahan kapasitas tampung sebesar 32,36 juta m3 . Pembangunan tampungan air lainnya berupa pembangunan embung/penampung lain

(31)

sebanyak 117 buah dengan kapasitas 20 juta m3. Dengan demikian sampai dengan tahun 2017, total bendungan di Indonesia adalah 217 buah dan 1.934 embung/penampung lainnya dengan total kapasitas tampung sebesar 13,761 miliar m3, yang dimanfaatkan untuk air baku, irigasi, pengendalian banjir, serta sebagian untuk PLTA. Selanjutnya pada tahun 2018, Ditjen Sumber Daya Air melanjutkan pembangunan sebanyak 47 bendungan, 29 diantaranya merupakan bendungan lanjutan, 13 bendungan baru, dan 3 bendungan selesai dibangun. Penyelesaian 3 bendungan yaitu Bendungan Mila, Bendungan Rotiklot, Bendungan Logung, memberikan tambahan kapasitas tampung sebesar 30,02 juta m3.

Pembangunan tampungan lainnya berupa embung/penampung lain sebanyak 99 embung menambah kapasitas tampung sebesar 14,66 juta m3. Dengan demikian hingga tahun 2018, total bendungan adalah 220 buah dan 2.033 embung dengan total kapasitas tampung sebesar 13,805 milyar m3 . Dukungan terhadap potensi energi, hingga tahun 2014 dari 208 Bendungan yang ada di Indonesia, terdapat potensi sumber energi sekitar 8.653 MW. Sedangkan pada tahun 2015, dengan terselesaikannya 5 (lima) Bendungan baru terdapat tambahan sumber energi sebesar 111,84 MW, sehingga sampai dengan tahun 2015 tersedia potensi sumber energi sebesar 8.764,84 MW. Pada tahun 2016, tidak ada peningkatan potensi energi sumber air, meskipun ada 2 Bendungan yang selesai namun tidak memiliki potensi energi. Tahun 2017, terdapat peningkatan potensi energi sumber air sebesar 0.2 MW yang merupakan potensi energi dari Bendungan Raknamo yang selesai dibangun

(32)

pada tahun 2017. Sementara pada tahun 2018, ada peningkatan potensi sumber energi sebesar 0,65 MW dari 3 bendungan yaitu Bendungan Mila (Provinsi NTB), Bendungan Rotiklot (Provinsi NTT) dan Bendungan Logung (Provinsi Jawa Tengah) yang selesai dibangun.

3. Peningkatan Layanan Infrastruktur Pengendali Daya Rusak Air Hingga tahun 2014 sudah dibangun ± 1.447 km prasarana pengendali banjir atau melindungi sekitar 36.199 hektar atau sekitar 18% dari 200 ribu hektar yang harus dilindungi melalui pembangunan :

a. Pengendalian banjir yang terdiri dari pembangunan 1.450 km dan rehabilitasi bangunan pengendali banjir 1.100 km.

b. Pengendalian sedimen dan lahar yang terdiri dari pembangunan pengendali lahar dan sedimen 150 buah dan rehabilitasi bangunan pengendali lahar dan sedimen 140 buah.

c. Pengaman pantai yang terdiri dari pembangunan 270 km dan rehabilitasi bangunan pengaman pantai 20 km.

Pada tahun 2015, Ditjen Sumber Daya Air telah membangun 304,36 km bangunan pengendali banjir, melakukan rehabilitasi terhadap 136 km bangunan pengendali banjir, membangun 150 buah pengendali lahar dan sedimen, rehabilitasi 21 buah pengendali lahar dan sedimen, membangun 66,88 km bangunan pengaman pantai dan rehabilitasi 0,92 km bangunan pengaman pantai. Infrastruktur pengendali banjir yang dibangun tersebut mampu melindungi kawasan seluas 20.344 hektar atau sekitar

(33)

26,12% dari 200 ribu hektar kawasan yang harus dilindungi.

Tahun 2016, Ditjen Sumber Daya Air telah membangun 212,38 km bangunan pengendali banjir, 44 buah bangunan pengendali lahar dan sedimen, serta 49,5 km bangunan pengaman pantai.

Sementara itu pada tahun 2017, Ditjen Sumber Daya Air telah membangun 176,95 km bangunan pengendali banjir, 31 buah bangunan pengendali lahar dan sedimen, serta 20,42 km bangunan pengaman pantai. Selanjutnya pada tahun 2018, Ditjen Sumber Daya Air telah membangun 221,96 km bangunan pengendali banjir, 28 buah bangunan pengendali lahar dan sedimen, serta 22,45 km bangunan pengaman pantai.

4. Peningkatan kinerja layanan irigasi Hingga tahun 2014, peningkatan dukungan kedaulatan pangan diperkirakan baru mencapai 45,83% (Renstra 2015-2019 Ditjen Sumber Daya Air) melalui pencapaian indikator peningkatan layanan air baku untuk irigasi. Hingga tahun 2014, sasaran strategis kegiatan irigasi dan rawa yang telah dicapai meliputi :

a. Pembangunan jaringan irigasi (permukaan, rawa, air tanah, tambak) dengan target mengairi 1.000.000 hektar daerah irigasi, hingga 2018 telah tercapai 867.226 hektar (pendanaan APBN dan DAK).

b. Rehabilitasi jaringan irigasi (permukaan, rawa, air tanah, tambak) dengan target mengairi 3.000.000 hektar daerah irigasi, hingga 2018 telah berhasil mencapai 2.649.830 hektar.

Menurut data capaian pada tahun 2015 pembangunan jaringan

(34)

irigasi permukaan mengairi 107.922 hektar dan rehabilitasi jaringan irigasi permukaan mencapai luas 302.270 hektar.

Sedangkan pembangunan jaringan irigasi rawa tercapai seluas 40.242 hektar dan rehabilitasi jaringan irigasi rawa mencapai 151.249 hektar. Pembangunan jaringan irigasi air tanah tercapai seluas 2.980 hektar dan rehabilitasi seluas 5.283 hektar.

Pembangunan jaringan irigasi tambak mencapai 6.572 hektar dan rehabilitasi jaringan irigasi tambak mencapai 32.455 hektar.

Secara total tambahan dukungan layanan kebutuhan air baku untuk irigasi adalah pembangunan jaringan irigasi seluas 157.716 hektar dan rehabilitasi jaringan irigasi mencapai 491.257 hektar. Pada tahun 2016, total capaian luas layanan daerah irigasi dari pembangunan jaringan irigasi sebesar 52.518 hektar. Total capaian tersebut meliputi pembangunan jaringan irigasi permukaan seluas 44.662 hektar, pembangunan jaringan irigasi rawa seluas 3.963 hektar, pembangunan jaringan irigasi air tanah seluas 2.043 hektar, dan pembangunan jaringan irigasi tambak seluas 1.850 hektar. Sedangkan untuk total capaian luas layanan daerah irigasi dari kegiatan rehabilitasi mencapai 289.871 hektar mencakup rehabilitasi jaringan irigasi permukaan seluas 244.780 hektar, rehabilitasi jaringan irigasi rawa seluas 28.459 hektar, rehabilitasi jaringan irigasi air tanah seluas 4.205 hektar, dan rehabilitasi jaringan irigasi tambak seluas 12.427 hektar. Dari hasil capaian pada tahun 2017, total luas layanan daerah irigasi dari pembangunan jaringan irigasi sebesar 63.253 hektar. Total capaian tersebut meliputi pembangunan jaringan irigasi permukaan seluas 51.347 hektar, pembangunan jaringan irigasi rawa seluas 7.950 hektar, pembangunan jaringan irigasi

(35)

air tanah seluas 2.206 hektar, dan pembangunan jaringan irigasi tambak seluas 1.750 hektar. Sedangkan untuk total capaian luas layanan daerah irigasi dari kegiatan rehabilitasi mencapai 267.093 hektar mencakup rehabilitasi jaringan irigasi permukaan seluas 197.552 hektar, rehabilitasi jaringan irigasi rawa seluas 49.708 hektar, rehabilitasi jaringan irigasi air tanah seluas 1.665 hektar, dan rehabilitasi jaringan irigasi tambak seluas 18.168 hektar. Hasil capaian pada tahun 2018, total luas layanan daerah irigasi dari pembangunan jaringan irigasi sebesar 39.766 hektar.

Total capaian tersebut meliputi pembangunan jaringan irigasi permukaan seluas 30.682 hektar, pembangunan jaringan irigasi rawa seluas 6.746 hektar, pembangunan jaringan irigasi air tanah seluas 328 hektar, dan pembangunan jaringan irigasi tambak seluas 2.010 hektar. Sedangkan untuk total capaian luas layanan daerah irigasi dari kegiatan rehabilitasi mencapai 162.986 hektar mencakup rehabilitasi jaringan irigasi permukaan seluas 124.044 hektar, rehabilitasi jaringan irigasi rawa seluas 21.868 hektar, rehabilitasi jaringan irigasi air tanah seluas 7.154 hektar, dan rehabilitasi jaringan irigasi tambak seluas 9.920 hektar.

5. Peningkatan Keberlanjutan Fungsi Infrastruktur SDA Guna menjaga keberlanjutan fungsi infrastruktur SDA, dilaksanakan kegiatan operasi dan pemeliharaan (OP) seluruh infrastruktur SDA yang telah dibangun. Sebagaimana data capaian hingga tahun 2018 pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan meliputi :

a. Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi permukaan,

(36)

irigasi rawa, irigasi tambak, dan irigasi air tanah seluas 2.947.789,30 hektar.

b. Operasi dan Pemeliharaan waduk/embung/situ/bangunan penampung air lainnya sebanyak 1.194 buah, terdiri dari 160 Bendungan dan 1.034 embung/ situ/bangunan penampung air lainnya.

c. Operasi dan Pemeliharaan sarana dan prasarana air baku dengan kapasitas 131,38 m3 /detik.

d. Operasi dan Pemeliharaan sarana dan prasarana pengendali banjir sepanjang 3.802,77 km, Operasi dan Pemeliharaan sarana dan prasarana pengendali sedimen/lahar gunung berapi sebanyak 550 buah, serta Operasi dan Pemeliharaan sarana dan prasarana pengaman pantai sepanjang 163,86 km.

6. Program pengendalian lumpur Sidoarjo menjadi dukungan Direktorat Jenderal SDA terhadap sasaran strategis meningkatnya dukungan kedaulatan pangan dan kedaulatan energi, sejak tahun 2017. Hingga tahun 2018 capaian kinerja pengendalian lumpur Sidoarjo sebesar 90,50%, yang dicapai melalui indikator layanan sarana prasarana pengendali lumpur Sidoarjo, meliputi tanggul dan infrastruktur yang dibangun sepanjang 4,15 km, dan luapan lumpur yang ditangani 33,97 juta m3 slury.

2.4. Konsep dan Ruang Lingkup Kebijakan Penyelenggaraan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air

Indonesia merupakan negara dengan potensi sumber daya air yang

(37)

besar. Indonesia sendiri memegang 21% persediaan air minum di Asia. Indonesia memiliki curah hujan antara 800-4.000 mm/tahun dengan wilayah yang terbagi atas 8007 DAS dan Sub DAS serta 521 Danau. Akan tetapi dengan besarnya potensi yang dimiliki Indonesia baru mampu mengelolanya dalam jumlah kecil. Dari 3,9 triliun m3 potensi air yang ada baru 13,8 milyar m3 yang dapat dikelola. Hal ini menyebabkan adanya ketertinggalan Indonesia dalam menyediakan persedian air bagi penduduknya. Beberapa daerah telah mengalami krisis ketersediaan air antara lain Jawa dan Bali-Nusa Tenggara.

Untuk mendukung penyediaan air yang mencukupi, BPIW memiliki peran dalam memadukan infrastruktur-infrastruktur yang dibangun oleh Kementerian PUPR. BPIW sendiri memiliki konsep pengembangan infrastruktur yang dibagi ke dalam wilayah pengembangan strategis (WPS). WPS ini disusun berdasarkan daya dukung dan daya tampung, lingkungan fisik terbangun, serta Nawacita dan RPJMN.

Beberapa contoh pengembangan infrastruktur SDA dalam mendukung pengembangan wilayah antara lain pembangunan irigasi dan waduk untuk ketahanan pangan, penyediaan air baku di perkotaan dan kawasan industri serta penanganan banjir. Adapun sasaran program dan kegiatan pengelolaan SDA terpadu antara lain meningkatnya penyediaan air baku untuk segala kebutuhan, meningkatnya kinerja jaringan irigasi, dan meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air. Diharapkan dengan semangat memadukan seluruh infrastruktur yang dibangun, Kementerian PUPR dapat menuntaskan target-target kerja yang diemban.

(38)

rah kebijakan dan strategi Kementerian PUPR dilaksanakan melalui 10 program dan 70 kegiatan pembangunan pekerjaan umum dan perumahan rakyat. Adapun ruang lingkup penyelenggaraan pembangunan infrastruktur sumber daya air sebagai berikut:

1. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen SDA;

2. Pembinaan Penatagunaan SDA;

3. Pembinaan Program dan Anggaran Ditjen SDA;

4. Pembinaan Bendungan, Danau, dan Bangunan Penampung Air Lainnya;

5. Pembinaan Pengendalian Banjir, Lahar, Pengelolaan Drainase Utama Perkotaan, dan Pengamanan Pantai;

6. Pembinaan Irigasi, Rawa, dan Tambak;

7. Pembinaan Pengelolaan Air Tanah dan Air Baku;

8. Pembinaan Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air serta Penanggulangan Darurat Akibat Bencana;

9. Dukungan Manajemen Dewan Sumber Daya Air Nasional;

10. Penyelenggaraan Keamanan Bendungan;

11. Pengelolaan Bendungan, Danau, dan Bangunan Penampung Air Lainnya;

12. Pengendalian Banjir, Lahar, Pengelolaan Drainase Utama Perkotaan, dan Pengamanan Pantai;

13. Penyediaan dan Pengelolaan Air Tanah dan Air Baku;

14. Pembangunan Dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Permukaan, Rawa dan Tambak;

15. Operasi dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana SDA;

16. Peningkatan Tata Kelola Pengelolaan SDA Terpadu.

(39)

2.5. Latihan

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !

1. Sebutkan 4 (empat) pilar RPJMN IV tahun 2020 – 2024 ?

2. Jelaskan sasaran pembangunan PUPR berupa Visium Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2030 ? 3. Sebutkan dan jelaskan tantangan pembangunan infrastruktur

sumber daya air karena tuntutan dan dinamika perkembangan lingkungan strategis yang terjadi begitu cepat ?

2.6. Rangkuman

Keberadaan 4 (empat) pilar dari RPJMN ke IV tahun 2020 – 2024 merupakan fokus utama yang diarahkan oleh RPJP Nasional 2005 – 2025 untuk mencapai tujuan utama dari periode terakhir dari acuan rencana pembangunan nasional yang diterjemahkan dalam Tema RPJMN IV tahun 2020 – 2024 yaitu: Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong- Royong. Arah kebijakan dan strategi Kementerian 2020- 2024 dirumuskan dalam kerangka pembangunan yang tidak hanya dilaksanakan secara langsung oleh Kementerian, akan tetapi juga mempertimbangkan keterlibatan daerah dan swasta. Arah kebijakan dan strategi terdiri dari arah kebijakan dan strategi utama pada masing-masing sektor serta arah kebijakan dan strategi lintas sektor.

2.7. Evaluasi

Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan memilih jawaban yang menurut anda paling benar !

(40)

1. Beberapa contoh pengembangan infrastruktur SDA dalam mendukung pengembangan wilayah antara lain ....

a. pembangunan irigasi dan waduk untuk ketahanan pangan b. penyediaan air baku di luar pulau perbatasan Indonesia c. penanganan banjir di negara tetangga

d. pembangunan jalan tol sepanjang jawa

2. Indonesia merupakan negara dengan potensi sumber daya air yang besar. Indonesia memegang …. % persediaan air minum di Asia

a. 10 % b. 20 % c. 21 % d. 25 %

3. Dibawah ini yang bukan merupakan tantangan pembangunan infrastruktur sumber daya air adalah ….

a. Adanya tuntutan peningkatan daya saing global, kualitas hidup manusia, dan kemandirian ekonomi, disparitas antar wilayah.

b. Perubahan dasar hukum pelaksanaan pengelolaan SDA sebagai tindak lanjut Keputusan Mahkamah Konstitusi terkait UU No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

c. Target kinerja yang diamanatkan kepada Ditjen Sumber Daya Air meningkat 3 kali lipat

d. Banyaknya hutang luar negeri yang harus ditanggung oleh masing-masing Kementerian sehingga seringkali menghambat pembangunan infrastruktur.

(41)

4. Dibawah ini yang bukan merupakan target Visium Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2030, yaitu:

a. Bendungan multifungsi untuk memenuhi kapasitas tampung 120 m3/kapita/tahun

b. Jalan 99% mantap yang terintegrasi antar moda dengan memanfaatkan sebanyak-banyaknya material lokal dan menggunakan teknologi recycle

c. 100% Smartliving (Hunian Cerdas).

d. Rehabilitasi Rumah Pompa untuk mendukung jaringan irigasi permukaan sebesar 100.000 hektar.

5. Tema Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional ke-IV tahun 2020 – 2024 yaitu ….

a. Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong- Royong.

b. Terwujudnya Indonesia hebat yang cerdas dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong

c. Terwujudnya Indonesia Maju yang berkepribadian berlandaskan gotong-royong.

d. Terwujudnya Indonesia hebat yang maju, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong.

(42)

BAB III SASARAN STRATEGIS PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat memahami sasaran strategis penyelenggaraan pembangunan infrastruktur sumber daya air

Sasaran Strategis pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat merupakan kondisi yang diinginkan dapat dicapai oleh Kementerian PUPR sebagai suatu outcome/impact dari beberapa program yang dilaksanakan. Dalam penyusunannya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menjabarkan 4 misi dengan menggunakan pendekatan metode Balanced Scorecard (BSC) yang dibagi ke dalam 4 perspektif, yaitu perspektif stakeholders, perspektif customers, perspektif internal process dan perspektif learning & Growth. Untuk mempermudah implementasi dalam pencapaian Sasaran Strategis dari sistem penganggaran, maka pendekatan BSC dikombinasikan dengan pendekatan penyusunan sIstem penganggaran berbasis kinerja.

Sasaran Strategis beserta indikator kinerja yang merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian pada setiap perspektif yang akan dicapai Kementerian PUPR pada periode 2020 – 2024 adalah sebagai berikut:

1. Perspektif Stakeholders

Pada perspektif ini merupakan hasil akhir atau dampak yang diharapkan dari seluruh pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yang diindikasikan dengan:

(43)

a. Peningkatan daya saing infrastruktur, dengan indikator:

1) Peringkat Daya Saing Infrastruktur Umum dan Jalan.

2) Global Competitiveness Index dan Pilar Infrastruktur.

3) Logistic Performance Indeks.

b. Peningkatan daya saing konstruksi, dengan indikator Indeks Bisnis Konstruksi dan Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja Konstruksi.

c. Peningkatan kemudahan berusaha, dengan indikator peringkat Ease of Doing Bussines pada indikator Dealing with Construction Permit.

d. Peningkatan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan nilai tambah yang dihasilkan pada tahap konstruksi dan operasi.

e. Penurunan tingkat kesenjangan antar wilayah, dengan indikator Koefisien Gini Ratio.

f. Peningkatan kualitas hidup masyarakat, dengan indikator Kesejahteraan Rakyat.

2. Perspektif Customer

a. Sasaran Strategis pertama (SS-1), yakni: “Meningkatnya Ketahanan Air Nasional untuk pemenuhan kebutuhan domestik, industri, energi dan produktivitas pertanian”, dengan Indikator Kinerja Tingkat Pengelolaan Sumber Daya Air.

b. Sasaran Strategis kedua (SS-2), yakni: “Meningkatnya Dukungan Konektivitas Bagi Peningkatan Daya Saing”, dengan Indikator Kinerja Rasio Konektivitas Jaringan Jalan.

c. Sasaran Strategis ketiga (SS-3), yakni: “Meningkatnya

(44)

Pemenuhan Kebutuhan Infrastruktur Dasar Permukiman untuk kehidupan nyaman dan produktif”, dengan Indikator Kinerja Tingkat Kelayakan Permukiman dan Hunian.

d. Sasaran Strategis keempat (SS-4), yakni: “Meningkatnya Pemenuhan Kebutuhan Perumahan untuk peningkatan kualitas hidup”, dengan Indikator Kinerja Tingkat

3. Perspektif Internal Process

a. Sasaran Strategis kelima (SS-5), yakni: “Meningkatnya keterpaduan pembangunan infrastruktur PUPR”, dengan Indikator Kinerja Tingkat Implementasi Keterpaduan Perencanaan dan Pemrograman Infrastruktur PUPR.

b. Sasaran Strategis keenam (SS-6), yakni: “Meningkatnya investasi dan sumber pembiayaan infrastruktur PU dan Perumahan”, dengan Indikator Kinerja Tingkat Ketersediaan Pembiayaan Penyelenggaraan Infrastruktur.

c. Sasaran Strategis ketujuh (SS-7), yakni: “Meningkatnya Kontribusi Hasil Penelitian dan Pengembangan Terhadap Daya Saing Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan”, dengan Indikator Kinerja Tingkat Penerapan Hasil Litbang.

d. Sasaran Strategis kedelapan (SS-8), yakni: “Meningkatnya Daya Saing dan Kualitas Hasil Jasa Konstruksi”, dengan Indikator Kinerja Tingkat Kepatuhan Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

e. Sasaran Strategis kesembilan (SS-9), yakni: “Meningkatnya Penyelenggaraan Infrastruktur yang Efektif, Efisien dan Ekonomis” dengan Indikator Kinerja Tingkat Kualitas Pengawasan Kinerja dan Keuangan.

(45)

4. Perspektif Learning and Growth

Untuk melaksanakan pencapaian Sasaran Strategis sebagaimana tersebut di atas, dibutuhkan input yang dapat mendukung terlaksananya proses untuk menghasilkan outcome Kementerian PUPR. Terdapat 2 Sasaran Strategis yang akan dicapai yakni:

a. Sasaran Strategis kesepuluh (SS-10), yakni: “Meningkatnya kompetensi Sumber Daya Manusia PUPR”, dengan Indikator Kinerja Persentase SDM Aparatur Kompeten.

b. Sasaran Strategis kesebelas (SS-11), yakni: “Meningkatnya kualitas tata kelola penyelenggaraan Infrastruktur yang berkelanjutan”, dengan Indikator Kinerja Tingkat Kualitas Tata Kelola Penyelenggaraan Infrastruktur Kementerian PUPR.

Masing-masing Sasaran Strategis dijabarkan ke dalam Sasaran Program, di mana setiap Sasaran Program memiliki Indikator Kinerja Program yang merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) pada masing-masing Unit Organisasi

3.1. Isu Strategis Penyelenggaraan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air Pada Era Industri 4.0 dan Global Megatrend

Globalisasi dan regionalisasi telah menciptakan perubahan lingkungan sosial-politik-ekonomi-hukum suatu negara-bangsa yang bersifat dinamis, kompleks dan bahkan penuh ketidakpastian.

Mencermati kecenderungan perubahan, baik pada tataran global dan regional, berbagai lembaga internasional, seperti Singapore

(46)

Institute of International Affairs dan ASEAN, KPMG, Price water house Coopers, dan Ernst & Young tahun 2016 menggambarkan fenomena tersebut sebagai Global Megatrends. Secara definitive, Global Megatrend memiliki banyak pengertian, namun terlepas dari ragam definisi tersebut, Singapore Institute of International Affairs (2017, 4) menjelaskan esensi dari fenomena perubahan global yang dihadapi oleh dunia saat ini sebagai berikut: “phenomena that are already unfolding, whose implications are broad, cross-cutting, profound and transformative, and would change the way individuals, businesses and societies live and do business for many years to come…it is important for any community, including the AEC, to learn to adapt to, address and — to the extent possible — capitalise on them”. “Fenomena yang sudah terungkap, yang implikasinya luas, lintas sektoral, mendalam dan transformatif, dan akan mengubah cara individu, bisnis, dan masyarakat hidup dan berbisnis selama bertahun-tahun yang akan datang… penting bagi komunitas manapun, termasuk MEA, untuk belajar beradaptasi, menangani dan sejauh mungkin memanfaatkannya”.

Global megatrends berdampak pada peran, fungsi dan tanggung jawab pemerintah, terutama pada bidang kesejahteraan ekonomi, keamanan, kohesivitas sosial, dan kesinambungan lingkungan hidup, serta bidang lainnya yang secara kontekstual menjadi kebutuhan suatu negara.

KPMG suatu lembaga kajian yang berpusat di Swiss mengidentifikasikan 9 (sembilan) global megatrends yang, baik secara langsung maupun tidak langsung, berdampak pada peran,

(47)

fungsi dan tanggung jawab pemerintah, terutama pada bidang kesejahteraan ekonomi, keamanan, kohesivitas sosial, dan kesinambungan lingkungan hidup, serta bidang lainnya yang secara kontekstual menjadi kebutuhan suatu negara. Lebih lanjut, KPMG menegaskan bahwa untuk mampu menjawab fenomana perubahan lingkungan global dan mewujudkan tujuan pembangunan diperlukan berbagai perubahan pada kebijakan, regulasi, dan program yang menjadi prioritas, selain tentu saja perubahan yang substantif administrasi publik yang menyangkut strategi, struktur dan kompentensi pemerintah. Secara singkat, KPMG mengidentifikasikan 9 (sembilan) global megatrends sebagai berikut:

1. pertama, perubahan demografis,

2. kedua, meningkatnya tuntutan dan kebutuhan individu,

3. ketiga, perkembangan teknologi yang mengubah tatanan sosial- politikekonomi,

4. keempat, keterikatan atau ketergantungan ekonomi antar negara,

5. kelima, meningkatnya utang negara dan tuntutan bagi pemerintah untuk memastikan tersedianya barang publik, 6. keenam, pergeseran kekuatan ekonomi dari kawasan Amerika-

Eropa ke kawasan Asia, 7. ketujuh, perubahan iklim,

8. kedelapan, krisis ketersediaan sumber daya alam, dan 9. kesembilan urbanisasi.

Sehubungan dengan hal tersebut, memenuhi tujuan pembangunan nasional ditengah-tengah gelombang global megatrends perlu bertolak dari kondisi dan capaian pembangunan Indonesia dewasa

(48)

ini sebagaimana dipaparkan oleh banyak lembaga internasional.

Survei yang dilakukan oleh Global Competitiveness Index tahun 2018 lalu menempatkan peringkat daya saing Indonesia pada urusan 45 turun dari peringkat 36 di tahun 2017. Jika dibandingan dengan posisi negara lainnya di Kawasan Asia Tenggara, Indonesia berada di bawah posisi Malaysia dengan peringkat 25 dan Thailand yang menempati peringkat 38 (GCI, 2018). Peringkat daya saing ini sejatinya mencerminkan tingkat kemampuan suatu negara mengoptimalkan potensi yang dimilikinya untuk menjawab tantangan global dan regional dalam rangka meningkatkan mencapai tujuan pembangunan nasional. Jika mengacu pada pengertian sederhana ini maka dapat disimpulkan kemampuan Indonesia secara agregat dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand masih rendah.

Permasalahan penting yang perlu menjadi perhatian adalah penilaian tentang peringkat kemudahan berbisnis di Indonesia (Easy of Doing Business/EoDB)) yang diterbitkan oleh Bank Dunia pada tahun 2017 - 2018. Berdasarkan laporan tersebut Indonesia menempati peringkat ke 72 dalam kemudahan berusaha. Walaupun jika dibandingkan tahun sebelumnya peringkat Indonesia mengalami peningkatan, yaitu, peringkat 91 di tahun 2016, namun peringkat tersebut masih berada di bawah posisi negara-negara di Kawasan Asia Tenggara lainnya, seperti, Singapura (ke-2), Malaysia (ke-24), Brunei Darussalam (ke-56) dan Vietnam (ke- 68). Di samping itu, data terakhir yang dipublikasikan oleh Bank Dunia menyebutkan bahwa proyeksi tahun 2019 menggambarkan turunnya peringkat kemudahan Indonesia menjadi 73 walaupun secara nilai mengalami peningkatan, yaitu dari 66,47 di tahun 2018 menjadi 67,96 di tahun

(49)

2019 (GCI, 2019).

Di samping itu, dari sisi perkembangan demografis, sebenarnya Indonesia tergolong ke dalam negara yang mengalami Bonus Demografi pada tahun 2035. Artinya, pada periode tahun tersebut, Indonesia akan banyak memiliki penduduk usia produktif yang sejatinya menjadi kekuatan untuk menggerakan berbagai lini pembangunan. Namun demikian, potensi tersebut tidak sepenuhnya dapat dinikmati oleh Indonesia mengingat berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Global Human Capital Report tahun 2017 lalu, disebutkan bahwa kualitas sumber daya manusia berada pada peringkat 65 dari 113 negara. Tingkat kualitas ini terbilang rendah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, seperti, Singapura (peringkat ke -11), Malaysia (ke-33), Thailand (ke-40), dan Filipina (ke50). Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa dalam kurun waktu kurang lebih 20 tahun ke depan, Pemerintah Indonesia dituntut untuk mampu meningkatkan kompetensi sumber daya manusia yang sejalan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja dan juga lapangan pekerjaan itu sendiri.

Sejalan dengan pencapaian pembangunan jangka panjang Indonesia yang dicanangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025, Pemerintah Indonesia sedang mempersiapkan arahan dan kebijakan strategis pembangunan Indonesia untuk 25 tahun ke depan atau disebut dengan Visi Indonesia 2045. Dalam rancangan dokumen pembangunan jangka panjang tersebut dicantumkan 4 (empat) tujuan pembangunan yang meliputi, pertama, Manusia Indonesia yang unggul, berbudaya, serta menguasai ilmu,

(50)

pengetahuan dan teknologi; kedua, Ekonomi yang maju dan berkelanjutan; ketiga, Pembangunan yang merata dan inklusif; dan keempat, Negara yang demokratis, kuat, dan bersih. Dalam rangka mencapai tujuan jangka panjang tersebut, dirumuskan 4 (empat) pilar pembangunan yang terdiri dari: (1) Pembangunan Manusia dan Penguasaan IPTEK; (2) Pembangunan Ekonomi yang Berkelanjutan; (3) Pemerataan Pembangunan; dan (4) Pemantapan Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Pemerintahan.

Di era Revolusi Industri 4.0 ini, tantangan dunia semakin kompleks dan menimbulkan tantangan megatrend yang perlu diantisipasi.

“Terdapat tiga hal untuk menjawab berbagai tantangan global, serta mengantisipasi perkembangan teknologi yang masuk di era revolusi industri 4.0 yaitu:

1. Pertama adalah proses, bagaimana mengintegrasikan pelayanan publik berbasis IT dan mengantisipasi perkembangan nanoteknologi dan kecerdasan buatan.

2. Kedua adalah perbaikan organisasi, bagaimana menciptakan desain organisasi yang lincah, dan berdasar pada prinsip seluruh instansi serta akuntabel.

3. Ketiga adalah dengan Sumber Daya Manusia, yaitu bagaimana mendorong pembelajaran dilingkungan kerja juga kolaborasi antar pegawai.

Pemerintah saat ini telah mengantisipasi berbagai hal dalam merespon perubahan global dengan melakukan penataan manajemen ASN, yakni dengan penerapan Human Capital Management Approach. Selain itu dalam pengembangan

(51)

kompetensi ASN, pihaknya menerapkan pendekatan Corporate University yang menitik beratkan pada pembelajaran ditempat kerja, melalui coaching dan mentoring. Selain itu, pemerintah juga tengah mengembangkan model-model pertukaran pegawai dan magang antar instansi pemerintah maupun dengan instansi non- pemerintahan. Serta yang tidak kalah pentingnya penerapan kebijakan One Agency One Innovation, yang diharapkan dapat menanamkan mentalitas inovasi dan menciptakan inovasi dalam memberikan pelayanan pada masyarakat.

Isu strategis dan tantangan pembangunan bidang pengelolaan sumber daya air era revolusi industri 4.0 dan Global Megatrend antara lain:

1. Isu strategis pengelolaan air tanah, air baku berkelanjutan:

a. Tidak meratanya distribusi ketersediaan air baku antar wilayah

b. Masih dominannya alokasi air untuk irigasi c. Eksploitasi air tanah yang tinggi

d. Tingginya pencemaran air pada 65 persen wilayah sungai e. Perkembangan 10 wilayah aglomerasi menyebabkan

adanya water stress karena kebutuhan air baku sangat tinggi dibandingkan dengan penambahan kapasitas penyediaan air baku.

f. Perlunya pemenuhan defisit penyediaan air baku g. Perlunya pengendalian ekstrasi air tanah

h. Perlunya peningkatan efisiensi pengelolaan sumber daya air melalui pemanfaatan teknologi.

i. Ada potensi pemanfaatan air baku dari 65 bendungan di

(52)

tahun 2024 yang ditargetkan mencapai 59,3 m3/ detik dengan 57,87 m3/detik terdistribusi di 5 provinsi Pulau Jawa (Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Banten), dan potensi pemanfaatan air irigasi sekitar 5-10 persen untuk air baku atau agroindustri.

Gambar 3.1 Potensi Air Baku di Indonesia

2. Isu strategis waduk multipurpose dan modernisasi irigasi:

a. Kendala pembebasan lahan dan penanganan dampak sosial mengakibatkan terhambatnya peningkatan kapasitas tampungan air yang baru mencapai 14,11 miliar m3 dari target 19 miliar m3.

b. Pemanfaatan bendungan eksisting secara optimal terkendala oleh tingkat keamanan operasi yang rendah dan penurunan fungsi waduk akibat tingginya sedimentasi dan usia bendungan yang semakin tua. Rata-rata penurunan volume tampungan waduk eksisting akibat sedimentasi

(53)

mencapai 19 persen, terutama di pulau Jawa yang mencapai 31 persen

c. Pemanfaatan bendungan multiguna sebagai sumber energi listrik juga masih sangat rendah, yaitu baru sekitar 28 persen. Upaya pengelolaan bendungan secara optimal juga terkendala oleh ijin operasi bendungan yang baru mencapai 7 persen dari total 192 bendungan yang dikelola oleh Kementerian PUPR.

d. Pengelolaan sumber daya air untuk mendukung ketahanan pangan dan nutrisi dihadapkan pada rendahnya kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi. Pulau Jawa sebagai lumbung pangan nasional menghadapi kendala tingginya alih fungsi lahan, defisit air irigasi, serta potensi kompetisi penggunaan air dengan kawasan perkotaan dan industri. Upaya penyediaan infrastruktur irigasi juga masih belum sejalan dengan kebijakan pengembangan lahan pertanian baru.

e. Kinerja sistem irigasi juga masih rendah, terutama pada daerah irigasi yang merupakan kewenangan daerah.

Sebagian besar sistem irigasi belum didukung dengan keandalan pasokan air, dimana baru sekitar 12,5 persen sistem irigasi yang dilayani oleh waduk. Upaya operasi dan pemeliharaan sistem irigasi masih perlu ditingkatkan melalui pengelolaan sistem irigasi yang modern yang selanjutnya tidak hanya dimanfaatkan untuk irigasi padi tetapi juga untuk

(54)

produk pertanian nonpadi bernilai tinggi. Selain itu, upaya sinkronisasi pembangunan irigasi baru dan pembukaan lahan pertanian masih perlu ditingkatkan

3. Isu strategis ketahanan kebencanaan infrastruktur:

a. Kawasan perkotaan seperti Jakarta, kota-kota di pesisir utara Jawa, serta beberapa wilayah sungai prioritas seperti Citarum, Ciujung-Cidanau-Cidurian, dan Seram di Maluku telah menghadapi kerawanan bencana yang semakin tinggi.

b. Pengembangan kawasan pesisir utara (Pantura) Pulau Jawa sebagai tulang punggung ekonomi nasional terancam oleh kenaikan muka air laut, ancaman banjir rob yang mencapai 1,5 meter, dan ancaman penurunan tanah/land subsidence terutama di DKI Jakarta, Pekalongan, dan Semarang yang mencapai antara 1 hingga 20 cm per tahun.

c. Lokasi di tiga wilayah aglomerasi justru mengalami abrasi dengan tingkat kehilangan lahan yang cukup tinggi, misalnya di Kabupaten Demak abrasi telah menggerus lahan seluas 476 Ha. Abrasi juga berpotensi menyebabkan terjadinya degradasi ekosistem di kawasan Pantura Jawa. Oleh karena itu, dibutuhkan pembangunan struktur pengaman pantai untuk mencegah terjadinya abrasi.

d. Upaya pemulihan 15 DAS prioritas dan 15 danau prioritas, pengelolaan rawa dan gambut yang berkelanjutan dan terpadu masih tergolong lambat. Upaya pemulihan kondisi lingkungan yang belum maksimal ini mengakibatkan turunnya kualitas air danau dan sungai.

(55)

Gambar 3.2 Jumlah Kejadian Banjir di Indonesia

Gambar 3.3 Kejadian Bencana di Indonesia

Isu strategis dan tantangan pengembangan sumber daya manusia aparatur era revolusi industri 4.0 dan Global Megatrend antara lain:

a. Tantangan SDM Global:

1. Competitive global (comfort zone menjadi competitive zone)

(56)

2. Era Revolusi Industri 4.0 (digitalisasi, kebutuhan big data, internet of things

3. Kebutuhan SDM terampil (skilfull)

b. Perwujudan World Class Government diperlukan SMART ASN yang berwawasan global, menguasai IT/Digital dan Berbahasa Asing, serta daya Networking Tinggi.

c. Pemenuhan Visi Indonesia 2020-2024, meliputi:

1. Pembangunan Sumber Daya Manusia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan manajemen talenta (Sistem Merit) 2. Percepatan dan keberlanjutan pembangunan infrasrtuktur

melalui interkoneksi infrastruktur dengan kawasan/sebaran pembangunan infrastruktur membutuhkan lebih banyak SDM Aparatur terampil dan berkeahlian.

d. Mismatch kompetensi lulusan program pendidikan magister dengan kebutuhan Kementerian PUPR (program studi pendidikan magister tidak inline dengan kebutuhan organisasi masih didominasi dengan program studi non teknik).

e. Kepindahan ibukota negara.

3.2. Tantangan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air Kebutuhan air semakin meningkat untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia di seluruh dunia. Ini merupakan tantangan serius diantara desakan pembangunan dan industri, polusi dan perubahan iklim yang mengancam sumber daya alam. Air harus mendapat

(57)

perhatian banyak kalangan mulai dari birokrat sampai rakyat, dari pengusaha sampai penguasa dan dari pemimpin sampai rakyat miskin. Semua harus bekerjasama untuk pengelolaan air berkelanjutan agar air sebagai sumber energi di bumi dapat dinikmati secara adil dan merata oleh seluruh makhluk hidup. Jangan menunggu air langka baru kemudian kita sadar dan berubah untuk menggunakan air dengan lebih bijak.

Air adalah sumber utama kehidupan. Segala bentuk kehidupan di alam ini mutlak memerlukan air dalam proses kehidupannya. Sekitar 70 (tujuh puluh) persen bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 5 hari tanpa minum air.

Dalam kehidupan sehari-hari, sumber daya air dipergunakan manusia antara lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti minum, mandi, memasak, mencuci, hiasan (kolam dan air mancur), usaha perikanan (ikan, kepiting, udang, kerang), sumber mineral (garam, kalium) dan sumber tambang (minyak bumi, timah, gas alam dan sejenisnya), tempat rekreasi (pantai dan danau yang indah), industri (pabrik dan pembangkit listrik), bertani dan bercocok tanam, peternakan, perdagangan (hotel dan restaurant) transportasi (pelayaran) dan lain-lain. Makhluk hidup lain seperti tumbuhan dan hewan juga memerlukan air untuk bertahan hidup, semua telah diatur dalam keseimbangan ekosistem yang baik di alam.

Kebutuhan akan tersedianya air dan energi dengan harga yang terjangkau dalam jumlah dan mutu yang cukup, serta keamanan pangan akan menjadi tantangan utama yang bagi manusia karena bumi sedang mengalami krisis air yang sangat mengkhawatirkan.

(58)

Walaupun sebagian besar permukaan bumi diselimuti air, hanya beberapa persen saja yang layak untuk dikonsumsi manusia. Ini menjadi masalah karena manusia tidak dapat hidup tanpa air. Krisis ini terjadi di semua daerah.

Perubahan kawasan hutan lindung menjadi kawasan perkebunan, wisata, dan pemukiman penduduk turut memperparah kondisi lingkungan. Padahal, air dan hutan adalah warisan yang dititipkan kepada generasai masa kini dan akan kita wariskan untuk generasi di masa depan. Air hujan yang seharusnya tertahan di daun dan ranting dulu sebelum jatuh ke tanah fungsinya mulai berkurang karena penggundulan hutan. Air mengikis lapisan tanah sehingga terjadi erosi.

Air adalah salah satu sumber energi alami yang sangat besar. Energi air bisa dimanfaatkan untuk menjadi listrik, melalui pembangkit listrik tenaga air. Menghasilkan listrik dengan cara seperti ini tentunya akan lebih ramah lingkungan. Dibandingkan dengan menghasilkan listrik dari pembangkit berbahan bakar fosil. Sebab, limbah dari pembakaran fosil bisa menyebabkan emisi gas rumah kaca.

Energi fosil saat ini memasok 80 persen kebutuhan energi dunia, termasuk untuk sistem transportasi. Beberapa sumber energi fosil, termasuk sumber energi inkonvensional seperti tar sands, gas hidrat, gas dan minyak, masing-masing mempunyai pengaruh besar bagi jumlah dan kualitas air. Dalam memproduksi bahan bakar alternatif untuk transportasi, khususnya biofuel, tergantung pada penerapan tertentu dapat memberikan dampak yang cukup besar terhadap

Gambar

Gambar 1.1 Empat Pilar RPJMN Tahun 2020 – 2024
Gambar 1.2 Tujuh Agenda Pembangunan RPJMN Tahun 2020 –  2024
Tabel 2.2 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sumber Daya  Manusia
Gambar 2.1 Target Visium Tahun 2020 – 2024 dan 2030
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pergantian masa membuat banyak perubahan, terutama bagi kaum perempuan.Perempuan yang dahulunya hanya bekerja di dalam rumah (ranah domestik), sekarang sudah

Dari hasil analisis framing di dalam penelitian ini, dapat disarankan kepada pemerintah untuk menjalin relasi dengan media dan menggunakan media untuk berkomunikasi kepada

Dari sini ditarik kesimpulan bahwa kepribadian guru ada, yakni disiplin waktu, tanggung jawab, kesadaran akan kewajibannya sebagai guru sangat berpengaruh

Uji coba pada tikus muda menyebabkan hipertrofi sel endotel, edema perivaskular dan pleura, serta penebalan dinding septum alveolar (Sunil et al., 2007).

Membedaka n fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan beberapa teks naratif lisan dan tulis dengan memberi dan meminta informasi terkait legenda rakyat,

Slavin, Abrani, dan Chambers (Sanjaya, 2006:242) berpendapat bahwa pembelajaran melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu perspektif

Saya percaya bahwa Baptisan Suci dengan air adalah langkah pertama kepada pembaharuan seorang manusia di dalam Roh Kudus, dan orang yang dibaptis di- terima ke

Harga Perkiraan Sendiri (HPS) harus dibuat dengan terperinci, sesuai dengan gambar rencana dan item-item yang terdapat di dalam spesifikasi. Pada tahapan penyusunan