• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arah Kebijakan Pendapatan

Dalam dokumen DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR (Halaman 195-200)

Nilai Tukar Petani

KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEUANGAN DAERAH

3.2 ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

3.2.1 Arah Kebijakan Pendapatan

Pendapatan daerah adalah hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas dana.

Pendapatan daerah merupakan komponen yang sangat penting dan strategis dalam struktur APBD, mengingat peranannya dalam membiayai anggaran belanja daerah, pemberian pelayanan kepada publik, mengendalikan defisit anggaran dan meningkatkan kapasitas fiskal daerah.

Ada 2 (dua) sumber pendapatan daerah di Kota Kotamobagu yang memegang peranan penting dalam proses pengelolaan keuangan daerah; Pertama, sumber pendapatan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dari Pemerintah Pusat yang di dalamnya terakomodasi Dana Dekosentrasi, Tugas Pembantuan dan Urusan Bersama. Kedua, sumber pendapatan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Kotamobagu, yang pelaksanaannya ditetapkan melalui pelaksanaan Peraturan Daerah (Perda) dalam setiap tahunnya.

Pendapatan Daerah yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Kota Kotamobagu diperoleh dari berbagai sumber, di antaranya berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dari Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA), dariDana Alokasi Umum (DAU), dari Dana Alokasi Khusus (DAK)dan dari Lain-lain Pendapatan yang Sah.

Dari semua pendapatan tersebut, yang memberikan kontribusi cukup besar berasal dari instansi yang lebih tinggi atau bantuan dari pemerintah pusat, sedangkan sumber pendapatan

185

daerah yang berasal dari PAD masih terlalu kecil dibandingkan dengan bantuan dari Pemerintah Pusat. Hal ini menunjukkan bahwa, Kota Kotamobagu selama ini dalam pembiayaan administrasi pemerintahan dan pembangunannya masih sangat tergantung dari pemerintah pusat, terutama untuk membiayai belanja pegawai berupa gaji. Dari kondisi tersebut makapengelolaan pendapatan daerah harus dioptimalkan kinerjanya dalam meningkatkan penerimaan, khususnya yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) guna kelangsungan pendanaan penyelenggaraan pemerintahan dan Pembangunan Daerah di Kota Kotamobagu.

Gambaran pengelolaan Pendapatan Daerah, yang terdiri atas: Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan daerah yang sah. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 33 tahun 2004, Pasal 6, ayat (1) dan juga Peraturan Pemerintah Nomor nomor 58 tahun 2005, Pasal 22, ayat (1) berasal dari:

1. Pajak Daerah; 2. Retribusi Daerah;

3. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan 4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.

Yang termasuk komponen Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang berasal dari hasil pengelolaan pelayanan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

Terkait dengan Pendapatan Asli Daerah, telah diterbitkan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009, khususnya Pasal 2, ayat (2) dijelaskan bahwa jenis Pajak Daerah kabupaten/kota terdiri atas: (i) Pajak Hotel; (ii) Pajak Restoran; (iii) Pajak Hiburan; (iv) Pajak Reklame; (v) Pajak Penerangan Jalan; (vi) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; (vii) Pajak Parkir; (viii) Pajak Air Tanah; (ix) Pajak Sarang Burung Walet; (x) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan (xi) Bea Perolehan Hak

186 atas Tanah dan Bangunan.

Hal ini memberikan pemahaman kepada daerah, bahwa Daerah diberi kewenangan dan hak untuk merancang dan mempersiapkan peraturan daerah yang terkait dengan peraturan perundangan tersebut, termasuk juga di Kota Kotamobagu. Guna menyikapi hal tersebut Pemerintah Daerah Kota Kotamobagu telah menerbitkan beberapa Peraturan Daerah Terkait Pajak dan Retribusi Daerah.

Optimalisasi sumber-sumber PAD perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah.Untuk itu diperlukan intensifikasi dan ekstensifikasi subyek dan obyek pendapatan.Dalam jangka pendek kegiatan yang paling mudah dan dapat segera dilakukan adalah dengan melakukan intensifikasi terhadap obyek atau sumber pendapatan daerah yang sudah ada terutama melalui pemanfaatan teknologi informasi. Dengan melakukan efektivitas dan efisiensi sumber atau obyek pendapatan daerah, maka akan meningkatkan produktivitas PAD tanpa harus melakukan perluasan sumber atau obyek pendapatan baru yang memerlukan studi, proses dan waktu yang panjang. Dukungan teknologi informasi secara terpadu guna mengintensifkan pajak mutlak diperlukan karena sistem pemungutan pajak yang dilaksanakan selama ini cenderung tidak optimal.

Masalah ini tercermin pada sistem dan prosedur pemungutan yang masih konvensional dan masih banyaknya sistem berjalan secara parsial, sehingga besar kemungkinan informasi yang disampaikan tidak konsisten, versi data yang berbeda dan data tidak up-to-date. Permasalahan pada sistem pemungutan pajak cukup banyak, misalnya : baik dalam hal data wajib pajak/retribusi, penetapan jumlah pajak, jumlah tagihan pajak dan target pemenuhan pajak yang tidak optimal.

Selanjutnya pemerintah daerah harus terus melakukan upaya-upaya untuk mengoptimalkan intensifikasi pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah, antara lain dapat dilakukan

187 dengan cara-cara sebagai berikut :

Optimalisasi sumber-sumber PAD perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah.Untuk itu diperlukan intensifikasi dan ekstensifikasi subyek dan obyek pendapatan. Dalam jangka pendek kegiatan yang paling mudah dan dapat segera dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Munculnya objek pajak baru dan penyusunan beberapa regulasi pendukung terutama disektor perhotelan, restoran dan tempat hiburan.

2. Perlu dilakukannya pemutakhiran data secara massal dan menyeluruh untuk PBB sektor perkotaan dan perdesaan yang meliputi perubahan NJOP dan ZNT.

3. Pemerintah daerah melakukan fasilitasi pemasangan e-tax dan pendampingan kepada wajib pajak (hotel, restoran dan tempat hiburan).

4. Melakukan pendampingan kepada wajib pajak rumah tinggal (tempat kos) untuk memenuhi kewajibannya membayar pajak. 5. Menyusun regulasi terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam

melaksanakan kewajiban dengan dibentuknya tim terpadu yang melibatkan kepolisian dan kejaksanaan.

6. Penyusunan regulasi terkait biaya jaminan bongkar reklame. 7. Penetapan nilai pajak kepada pedagang tidak tetap.

8. Melakukan pembenahan sistem pengelolaan PAD bagi Perangkat Daerah termasuk fasilitas yang digunakan demi optimalisasi.

Selanjutnya pemerintah daerah harus terus melakukan upaya-upaya untuk mengoptimalkan intensifikasi pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah untuk jangka panjang, yaitu dengan :

1. Memperluas basis penerimaan ;

Tindakan yang dilakukan untuk memperluas basis penerimaan antara lain yaitu mengidentifikasi pembayar pajak baru / potensial dan jumlah pembayar pajak, memperbaiki basis data objek, memperbaiki penilaian, menghitung kapasitas penerimaan dari setiap jenis pungutan.

188 2. Memperkuat proses pemungutan ;

Upaya yang dilakukan dalam memperkuat proses pemungutan, yaitu antara lain mempercepat penyusunan Peraturan-peraturan Daerah, mengubah tarif, khususnya tariff retribusi dan peningkatan SDM yang melaksanakan pemungutan dan pengelolaan pajak dan retribusi tersebut.

3. Meningkatkan pengawasan ;

Pengawasan dapat ditingkatkan yaitu antara lain dengan melakukan pemeriksaan secara insidentil / tiba-tiba tanpa pemberitahuan terlebih dahulu (dadakan) dan berkala, memperbaiki proses pengawasan, menerapkan sanksi terhadap penunggak pajak serta meningkatkan pembayaran pajak dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat pembayar pajak. 4. Meningkatkan efisiensi administrasi dan menekan biaya

pemungutan ;

Tindakan yang dapat dilakukan antara lain memperbaiki prosedur administrasi pajak melalui penyederhanaan administrasi pajak, meningkatkan efisiensi pemungutan dari setiap jenis pemungutan. 5. Meningkatkan kapasitas penerimaan melalui perencanaan yang

lebih baik ;

Hal ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait khususnya instansi yang menangani pemungutan dan pengelolaan pajak-pajak dan retribusi di Kota Kotamobagu.

6. Penerapan Inovasi ;

Hal ini dapat dilakukan dengan penerapan Inovasi berupa Aplikasi Sistem e-Tax untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Pendapatan daerah merupakan penerimaan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan di daerah yang diperoleh dari sumber- sumber penerimaan daerah antara lain Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan dan Lain-lain pendapatan yang sah.

189

Selang 4 (empat) tahun terakhir terjadi peningkatan pendapatan asli daerah di Kota Kotamobagu. Pada tahun 2014 realisasi Pendapatan Asli Daerah melampaui target yang telah ditetapkan dimana realisasi Rp. 23.900.168.130,- sementara target sebesar Rp. 18.505.889.505,- atau mencapai 129,15%. Pada tahun 2015 realisasi Pendapatan Asli Daerah juga mengalami peningkatan melampaui target yang telah ditetapkan dimana realisasi Rp. 31.396.194.068,- sementara target sebesar Rp. 29.567.412.180,- atau mencapai 106,19%. Sementara pada tahun 2016 realisasi Pendapatan Asli Daerah juga mengalami penurunan dari target yang telah ditetapkan dimana realisasi Rp. 38.976.570.534,- dan target sebesar Rp. 42.659.618.476,- atau hanya mencapai 91,37%, walau demikian jika dilihat lebih rinci PAD pada tahun 2016 terjadi peningkatan dari tahun 2015 dengan nilai Rp. 7.580.376.466,- atau sebesar 19,44%. Selanjutnya pada tahun 2017 realisasi Pendapatan Asli Daerah juga mengalami peningkatan melampaui target yang telah ditetapkan dimana realisasi Rp. 58.838.965.716,- sementara target sebesar Rp. 52.905.342.262,- atau mencapai 111,22%.

Selanjutnya, realisasi dan proyeksi/target pendapatan daerah tahun 2016-2019 dapat dilihat pada tabel 3.9 di berikut ini.

Dalam dokumen DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR (Halaman 195-200)

Dokumen terkait