• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamandau

Tujuan pengembangan Wilayah Kabupaten Lamandau yang dirumuskan dalam Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten Lamandau (RTRW Kabupaten Lamandau) yaitu :

 Mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang maksimal tanpa merusak lingkungan.  Mengembangkan sistem Agroindustri yang kuat dan terpadu.

Dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial – budaya dan lingkungan, maka prioritas penggunaan lahan di kawasan budidaya adalah kawasan permukiman, kawasan perkebunan, kawasan tanaman pangan lahan kering, hutan produksi, hutan konversi, hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, kawasan persawahan, kawasan perindustrian dan pariwisata. Penyusunan struktur tata ruang berkaitan erat dengan dua hal :

 Ortogonalitas;

Gambar 2 : Kawasan Strategis Kabupaten Lamandau

Selain ortogonalitas transportasi, fungsi dan peran kota – kota di Kabupaten Lamandau merupakan cermin dari kegiatan-kegiatan yang terdapat di kabupaten tersebut yang disesuaikan dengan potensi yang dimiliki. Sedangkan peranannya harus dapat memberikan pelayanan terhadap penduduk daerah tersebut dan wilayah di sekitarnya, dan harus didukung oleh keberadaan fasilitas di kabupaten tersebut. Selain itu, penyusunan tata ruang berkaitan erat dengan aspek-aspek politik, sosial-budaya, ekonomi, pertahanan dan keamanan, dan lingkungan. Peran dari masing masing kota-kota di Kabupaten Lamandau dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 14 : Fungsi dan Peran Kota di Kabupaten Lamandau

Kota Fungsi/Peran Status

Nanga Bulik Distributor barang dan jasa Ibukota Kabupaten

Tapin Bini Pengumpul hasil bumi dan Distributor barang dan jasa Ibukota Kecamatan Lamandau Kudangan Pengumpul hasil bumi dan Distributor barang dan jasa Ibukota kecamatan Delang

Kinipan Pengumpul hasil bumi Ibukota kecamatan Batang Kawa

Bayat Pengumpul hasil bumi Ibukota kecamatan Belantikan Raya

Marambang Pengumpul hasil bumi Ibukota kecamatan Bulik Timur

Malata Pengumpul hasil bumi Ibukota kecamatan Menthobi Raya

Purwerejo Pengumpul hasil bumi dan Distributor barang dan Jasa Ibukota Kecamatan Sematu Jaya Sumber: Kabupaten Lamandau Dalam Angka Tahun 2013

Pengaturan persebaran dan kepadatan penduduk pada prinsipnya disesuaikan dengan kapasitas / daya tampung suatu wilayah. Untuk itu, pengaturan persebaran dan kepadatan penduduk dilakukan sedemikian rupa agar tidak menimpulkan dampak negatif dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh penduduk baik terhadap lingkungan dan atau terhadap kepentingan lansung penduduk.

Gambar 3: Struktur Ruang Kabupaten Lamandau

Selain itu, penentuan daya tampung dan kepadatan penduduk suatu kota dilakukan dilakukan berdasarkan arahan fungsi kabupaten yang bersangkutan dan penyebarannya disesuaikan dengan rencana peruntukan masing masing unit lingkungan kabupaten tersebut. Dengan demikian pendistribusian penduduk secara optimal dan proposional ke seluruh bagian wilayah kabupaten merupakan hal yang penting. Tingkat persebaran/distribusi penduduk di Kabupaten Lamandau yang tidak merata, cenderung mengelompok di pusat pemerintahan yaitu kota Nanga Bulik. Untuk itu dalam upaya menciptakan tingkat perkembangan kota yang lebih merata dan seimbang, maka distribusi penduduk diarahkan lebih merata diseluruh bagian wilayah kabupaten menurut kesesuaiannya.

Infrastruktur keciptakaryaan Kabupaten Lamandau selaras dengan struktur dan pola ruang. Kondisi dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lamandau yang saat ini masih berbentuk draft belum disahkan menjadi Peraturan daerah (Perda), tetapi draft rancangan akhir RTRW tersebut tetap dapat dijadikan pedoman dalam perumusan program dan kegiatan pada dokumen RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau.

Tabel 15 : Arahan RTRW Kabupaten Lamandau untuk Bidang Cipta Karya

ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG

Kawasan Perlindungan Setempat : - Penetapan Garis Sempadan Sungai

Kawasan perlindungan setempat, yaitu sempadan sungai, dengan luas kurang lebih 13.777 hektar, terdapat di :

a.Sungai Lamandau dengan luas kurang lebih 6.513 hektar; b.Sungai Bulik dengan luas kurang lebih 2.253 hektar,; c.Sungai Belantikan dengan luas kurang lebih 2.026 hektar;

d.Sungai Palikodan dengan luas kurang lebih 1.629 hektar;sungai Menthobi dengan luas kurang lebih 1.356 hektar.

Kawasan Perlindungan Setempat : - Ruang Terbuka Hijau Perkotaan

Penataan taman-taman dan pengembangan pusat rekreasi Nanga Bulik.

Kawasan Rawan Bencana Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Sumber Daya Air : Rencana sistem jaringan prasarana sumber daya air meliputi pengendalian banjir.

Kawasan Peruntukan Pariwisata : - Wisata alam;

- Wisata Budaya

Kawasan Peruntukan Pariwisata:

- Kawasan peruntukan wisata alam antara lain:

a.Kawasan Pegunungan tersebar di kecamatan Delang, kecamatan Belantikan Raya, kecamatan menthobi Raya, kecamatan Lamandau; b.Kawasan Sungai tersebar di kecamatan Lamandau, kecamatan Delang,

kecamatan Batang Kawa, kecamatan Belantikan Raya, kecamatan Bulik Timur, kecamatan Bulik; dan

c.Wisata flora dan fauna di Sopaan Pangaraman Kahingai dan Bahu Burung serta Sopanan Penggaraman hulu ginih, Wisata Pancing di Danau Sematu. - Kawasan peruntukan wisata budaya antara lain Rumah Betang di kecamatan

Delang, kecamatan Bulik Timur dan kecamatan Lamandau; - Penataan dan pembangunan objek wisata;

Peningkatan pendapatan daerah dari obyek wisata.

Kawasan Peruntukan Permukiman: - Kawasan peruntukan pemukiman

perkotaan;

- Kawasan peruntukan pemukiman perdesaan

1.Pusat Kegiatan Lokal (PKL) :

- Pengembangan Ibukota Kabupaten dengan pusat Kota Nanga Bulik. 2.Pusat Pelayanan Kawasam (PPK)

- Pengembangan Kecamatan Sematu, Kecamatan Lamandau dan Kecamatan Delang dengan pusat kota :

- Purwareja - Tapin Bini - Kudangan

3.Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

- Pengembangan Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan Belantikan Raya, Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Batang Kawa, dengan pusat-pusat kota :

- Melata; - Bayat; - Merambang; - Kinipan

ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG

4.Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan : Rencana Sistem prasarana lingkungan, meliputi :

a.Prasarana pengolahan Limbah; dan b.Prasarana pengelolaan persampahan

5.Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Jalan : Jaringan jalan lokal/desa

Kawasan Peruntukan Permukiman: - Kawasan peruntukan pemukiman

perkotaan;

- Kawasan peruntukan pemukiman perdesaan

6.Pusat Kegiatan Lokal (PKL) :

- Pengembangan Ibukota Kabupaten dengan pusat Kota Nanga Bulik. 7.Pusat Pelayanan Kawasam (PPK)

- Pengembangan Kecamatan Sematu, Kecamatan Lamandau dan Kecamatan Delang dengan pusat kota :

- Purwareja - Tapin Bini - Kudangan

8.Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

- Pengembangan Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan Belantikan Raya, Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Batang Kawa, dengan pusat-pusat kota :

- Melata; - Bayat; - Merambang; - Kinipan

9.Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan : Rencana Sistem prasarana lingkungan, meliputi :

c.Prasarana pengolahan Limbah; dan d.Prasarana pengelolaan persampahan

10. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Jalan : Jaringan jalan lokal/desa

11. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Sumber Daya Air : Rencana sistem jaringan prasarana sumber daya air meliputi :

a.Wilayah Sungai;

b.Sumber-sumber air baku;

c.Jaringan Prasarana air baku untuk air minum.

Sumber : Bappeda Kabupaten Lamandau, diolah

Dalam konteks mikro di wilayah Kabupaten Lamandau terdapat potensi hasil perkebunan-pertanian, peternakan dan pertambangan sementara beberapa kawasan potensial tersebut berada pada kawasan lindung yang harus dikonservasi. Untuk itu konsepsi pengembangan dalam konteks makro wilayah Kabupaten Lamandau diarahkan sebagai berikut :

1. Pola pemanfatan ruang untuk memantapkan fungsi lindung pada kawasan-kawasan yang secara fisik mempunyai limitasi untuk dikembangkan atau perlu dilestarikan, baik berupa hutan lindung maupun kawasan suaka alam.

2. Pola pemanfaatan ruang untuk mengembangkan kawasan budidaya secara optimal terutama kawasan hutan produksi dan kawasan pertanian tanaman pangan, perikanan dan

perkebunan berdasarkan aspek kesesuaian lahan.

3. Pola pemanfaatan ruang untuk pengembangan sumberdaya mineral terutama pertambangan yang tersebar di beberapa wilayah di Kabupaten Lamandau.

4. Pola pengembangan pusat-pusat permukiman yang dapat berfungsi sebagai pusat pertumbuhan bagi wilayah belakangnya.

5. Pola pengembangan kota-kota untuk memperkuat struktur ekonomi wilayah Kabupaten Lamandau, termasuk diantaranya memperbaiki sistem kota-kota dalam setiap wilayah pembangunan.

6. Pola pengembangan prasarana transportasi, terutama jaringan jalan untuk meningkatkan aksesibilitas antara pusat-pusat permukiman/kota-kota dengan wilayah belakangnya serta aksesibilitas antar pusat-pusat permukiman / kota-kota tersebut sehingga dapat diciptakan jalan yang menghubungkan pusat-pusat pengembangan.

Gambar 4 : Pola Ruang Kabupaten Lamandau

Kawasan Non Budidaya

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian kemampuan lingkungan hidup mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan guna kepentingan

pembangunan berkelanjutan. Pengelolaan kawasan lindung adalah upaya penetapan, pelestarian dan pengendalian pemanfaatan kawasan lindung.

Pengelolaan kawasan lindung di Kabupaten Lamandau secara umum ditunjukkan untuk mencegah kemungkinan timbulnya berbagai kerusakan fungsi lingkungan hidup dan permasalahan kelestariannya. Dalam kebijaksanaan pengelolaan kawasan lindung diper-lukan pendekatan yang terintregasi antara kepentingan pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal dengan pelestariannya, terdiri dari :

a) Kawasan Perlindungan Setempat

 Kawasan Perlindungan setempat yang diprioritaskan disini adalah kawasan sekitar sungai atau sempadan sungai. Berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990, Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk sungai buatan/kanal/saluran/irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.

 Sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besasr dan 50 meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar kawasan permukiman.

 Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10-15 meter.

Kebijakan pemanfaatan ruang pada kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Lamandau ditunjukan untuk melindungi kawasan sempadan sungai dari kemungkinan gangguan kegiatan budidaya yang dapat menggangu kelestariannya. Untuk memantapkan fungsinya, kebijaksanaan pemanfaatan ruang pada kawasan perlindungan setempat di arahkan untuk melindungi sungai dari kegiatan penduduk yang dapat menggangu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.

b) Kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan di bawahnya, terdiri dari : Kawasan Hutan Lindung

Sesuai dengan Keppres No. 32 Tahun 1990 dan SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/Um/11/1980 maka lahan-lahan yang memiliki kemiringan di atas 40% atau memiliki kemiringan 15%-40% pada tanah-tanah yang sangat peka erosi diarahkan fungsinya sebagai kawasan hutan lindung. Insensitas pengarahan ini semakin tinggi, karena pada beberapa lokasi lahan-lahan tersebut diatas ada yang berupa tanah pasir atau berbatu dan memiliki insensitas hujan diatas 27, 7 mm/hari. Hasil padu serasi RTRW Propinsi Kalteng tahun 1999 (yang telah disahkan dengan SK Gubernur No. 008/965/IV/Bapp. Tanggal 14 Mei Tahun 1999) kawasan hutan lindung di Kabupaten Lamandau seluas 45.467 Ha atau 7,35% dari luas Kabupaten. Namun berdasarkan rencana pemanfaatan ruang

tahun 2004, luas hutan lindung yang dialokasikan yaitu sebesar 42.995,41 Ha atau 6,86% dari total luas Kabupaten dimana lokasinya berada di Kecamatan pemekaran III, VI, VII dan VIII.

Kawasan Bergambut

Berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990, Kawasan Bergambut adalah kawasan yang unsur pembentuk tanahnya sebagian berupa sisa-sisa bahan organik yang tertimbun dalam jangka waktu yang lama. Kawasan bergambut yang menjadi kawasan perlindungan bawahannya adalah tanah bergambut dengan ketebalan 3 meter atau lebih yang terdapat di bagian hulu sungai dan rawa. Berdasarkan peta sistem lahan diketahui bahwa kawasan bergambut Kabupaten Lamandau terdapat disebelah selatan Kecamatan Nanga Bulik seluas 379,55 Ha.

Kawasan Konservasi dan resapan air

Kawasan resapan air di wilayah Kabupaten Lamandau adalah bagian punggung perbukitan yang merupakan kawasan hulu sungai-sungai yang ada di wilayah Kabupaten Lamandau. Sungai besar Lamandau merupakan muara sungai-sungai kecil seperti Sungai Delang, Sungai Batang Kawa, Sungai Belantikan, Sungai Bulik dan Sungai Mentabi, hulu sungai-sungai kecil tersebut.

Kawasan Pelestarian alam

Dari data yang diperoleh dari Sekertariat Daerah Pemerintah Kabupaten Lamandau, lokasi obyek wisata alam dan wisata sejarah yang diarahkan pembinaan dan pengembangannya adalah :

 Wisata alam Bukit Sampuraga berlokasi di Desa Karang Besi Kecamatan Lamandau.  Wisata alam Batu Bendinding di desa Sekoban Kecamatan Lamandau.

 Wisata alam Bukit Balou di Tapin Bini Kecamatan Lamandau.  Wisata alam air terjun di Desa Sungai Tuat Kecamatan Lamandau.  Wisata Sejarah Dayang Ilung di desa Petarikan kecamatan Lamandau.  Wisata alam Bukit Kubau berlokasi di Desa Lubuk Hijau Kecamatan Bulik.  Wisata alam Bahu Burung di desa Naga Kemujan kecamatan Bulik.

 Wisata alam air terjun tiga puluh berlokasi di Desa Panyombaan Kecamatan Delang.  Wisata Alam Riam Keladu di Benakitan Kecamatan Delang.

 Wisata Alam Bukit Sebayan di Kudangan Kecamatan Delang.  Wisata Alam Riam Tinggi di Riam Tinggi Kecamtan Delang.  Wisata Alam Sungai Sesongah di Kudangan Kecamtan Delang.

 Wisata Alam air terjun Siukam Bidari Tujuh di Sekombulan Kecamatan Delang.  Wisata Alam Riam Laminding (Bukit Marunting Batu Aji) di Desa Jemuat.

Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi SDA SDM dan sumber daya buatan. Kawasan ini perlu dimanfaatkan secara terencana dan terarah sehingga dapat berdaya guna dan berhasil guna bagi hidup dan kehidupan manusia. Kawasan yang akan diarahkan pengembangannya di Kabupaten Lamandau sesuai dengan potensi yang ada yaitu :

 Kawasan hutan produksi tetap  Kawsan hutan produksi terbatas  Kawasan pertanian lahan basah  Kawasan pertanian lahan kering  Kawasan Perkebunan

 Kawasan Permukiman Kota  Kawasan Perdesaan

Kawasan Hutan Produksi

Kawasan Hutan Produksi terdiri dari Hutan Produksi Tetap (HP) dan Hutan Produksi Terbatas (HPT). Pembudidayaan sumber daya alam pada kawasan hutan produksi bersifat terbatas. Kawasan hutan produksi terbatas ditentukan berdasarkan kriteria faktor kelerengan, curah hujan dan jenis tanah mempunyai nilai skor 125 -174 di luar hutan suaka dan hutan wisata.

Kawasan Pertanian

Rencana Pola pemanfaatan ruang kawasan pertanian meliputi antara lain kawasan pertanian lahan basah dan pertanian lahan kering.

Kawasan Pertanian Lahan Basah

Pada wilayah Kabupaten Lamandau belum terdapat irigasi teknis. Oleh karenanya kawasan pertanian lahan basah dialokasikan pada daerah rawa yang cukup luas di sebelah selatan Kecamatan Nanga Bulik yang memiliki karakteristik lahan yang didominasi oleh lahan gambut.

Tanaman Padi Sawah

Untuk kecamatan yang dapat dijadikan sebagai sentra pengembangan pertanian tanaman padi, dengan didasarkan kriteria prosentase luas lahan basah (sawah) cukup besar (>25%) dan produksi tanaman padi cukup besar (potensi produksi) adalah kecamatan Nanga Bulik.

Tanaman Padi Ladang

Untuk kecamatan yang dapat dijadikan sebagai sentra pengembangan pertanian tanaman pangan padi lahan gogo adalah Kecamatan Lamandau dan Delang.

Kawasan Pertanian Lahan Kering

Perubahan tata guna lahan tiap tahunnya masih sulit untuk dimonitor, sehingga inventarisasi data lahan yang baik perlu dilakukan segera oleh BPN perwakilan Kabupaten Lamandau. Sedangkan berdasarkan jenis tanamannya, meliputi lahan untuk tanaman pangan lahan kering, perkebunan dan lahan untuk tanaman tahunan.

Tanaman Pangan Lahan Kering

Untuk tanaman pangan lahan kering didasarkan kriteria pada luas lahan dan potensi produksinya, maka sentra-sentra pengembangan tanaman pangan dapat ditentukan sebagai berikut :

 Sentra tanaman pangan jagung, kacang tanah, kedele dan kacang hijau berada di Kecamantan Bulik.

 Sentra tanaman pangan ubi kayu berada di Kecamatan Bulik.  Sentra tanaman pangan ubi jalar berada di Kecamatan Bulik.

Tanaman Perkebunan

Tanaman perkebunan yang bersifat tahunan, didasarkan pada tingkat potensi produksi dan luas lahan yang ada, maka dapat ditentukan sentra – sentra pengembangan sebagai berikut :

 Sentra tanaman Kelapa sawit berada di Kecamatan Bulik dan Lamandau.  Sentra tanaman Kelapa berada di Kecamatan Lamandau dan Delang.  Sentra tanaman Kopi berada di Kecamatan Lamandau dan Delang.  Sentra tanaman lada berada di Kecamatan Lamandau dan Delang.  Sentra tanaman Karet berada di Kecamatan Delang.

Sentra pengembangan tanaman pertanian tersebut, merupakan kawasan pengembangan dengan semua metode mutakhir untuk tanaman pertanian yang dapat dilakukan, agar tercapai produksi yang cukup tinggi disertai kualitas yang dapat diandalkan. Kawasan sentra pertanian tanaman pangan tersebut harus didukung oleh sarana dan prasarana yang mendukung untuk peningkatan produksi dan kualitas, seperti pengairan, metode penanaman, pengelolaan dan pengolahan paska panen.

meningkatkan daya saing produksi, wadah perekonomian yang berorientasi publik dan juga sistem perekonomian wilayah yang mendukung potensi produksi pertanian. Usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah bisa dengan pola tanam yang terpadu, baik dari pola pengairan, pola jenis tanaman yang diberdayakan maupun pola cocok tanam yang diberlakukan. Usaha-usaha pertanian yang dilakukan agar lebih berorientasi penguatan pada basis perekonomian pertanian yang kuat, sehingga usaha-usaha pertanian yang berorientasi pada agrobisnis dan agroindustri lebih diberi peluang, disamping sektor tanaman pangan pokok. Dengan begitu diharapkan pertanian tidak lagi menjadi beban masyarakat dan pemerintah, tetapi betul-betul sebagai penyangga ekonomi masyarakat dan penyanga pangan masyarakat. Usaha-usaha agrobisnis bisa dikembangkan dengan metode holtikura green house dan diversifikasi pada satu areal yang produktif.

Kawasan peternakan

Lahan yang sesuai untuk pengembangan peternakan di Kabupaten Lamandau meliputi sistem lahan MWN dan TWH yang termasuk kedalam 10 (sepuluh) sistem lahan yang tidak sesuai untuk pengembangan peternakan. Faktor pembatas pengembangan peternakan sangat terkait dengan faktor pembatas pada pengembangan tanaman untuk makanan ternak dan ketersediaan air minum. Lahan dengan ketersediaan air tanah payau dan air asin tidak sesuai dengan dengan pengembangan peternakan. Demikian pula pada tanah gambut dengan ketebalan lebih dari 10 cm, dimana rumput tidak dapat tumbuh dengan baik, juga tidak sesuai untuk pengembangan peternakan. Sentra-sentra pengembangan peternakan dapat ditentukan sebagai berikut :

 Sentra ternak sapi potong berada di Kecamatan Bulik, Lamandau dan Delang.  Sentra ternak ayam kampung berada di Kecamatan Lamandau dan Delang.  Sentra ternak ayam petelur berada di Kecamatan Dusun Tengah.

 Sentra ternak kambing berada di Kecamatan Bulik.

 Sentra ternak ayam ras pedaging berada di Kecamatan Bulik.  Sentra ternak itik berada di Kecamatan Lamandau.

 Sentra ternak babi berada di Kecamatan Lamandau dan Delang.

Kawasan Perikanan

Tidak ada sistem lahan yang sesuai di Kabupaten Lamandau untuk dikembangkan budidaya perikanan. Namun berdasarkan data yang diperoleh, budidaya perikanan mulai dikembangkan di areal lokasi pertanian lahan kering selain di sungai dengan sistem keramba. Faktor pembatas kesesuaian lahan untuk perikanan adalah kedalaman efektif tanah, drainase tanah, kemiringan lahan dan ketebalan gambut. Lahan yang sesuai untuk perikanan adalah lahan dengan tekstur halus

sampai sedang, drainase sangat terhambat dengan kedalaman efektif tanah di atas 150 cm. Budidaya perikanan sangat tidak sesuai dilakukan pada lahan bergambut.

Kawasan Permukiman

Kawasan permukiman yang akan dikembangkan menurut karakteristik, yaitu permukiman perkotaaan dan permukiman perdesaan. Kawasan Permukiman kota delineasinya mencakup batas wilayah kota atau wilayah Lamandau yaitu kota Nanga Bulik. Delineasi permukiman perdesaan menyatu dengan lokasi pusat-pusat permukiman/sistem kota-kota mengingat luasannya yang tidak memungkinkan untuk di delineasi, begitu pula dengan permukiman perdesaan kecuali untuk permukiman transmigrasi yang umumnya arealnya cukup besar karena menyatunya antara tempat tinggal dengan lahan bercocok tanam/pertanian.

Fasilitas umum

Fasilitas umum yang menjadi fasilitas penunjang permukiman seperti fasilitas kesehatan, fasilitas beribadatan, fasilitas pendidikan, perniagaan, sarana olah raga dan daerah terbuka, serta sarana kebudayaan seperti balai desa atau gedung serba guna berdasarkan tingkatan pelayanan (skala pelayanan). Skala pelayanan yang di maksud dan Rukun Warga (RW). Skala pelayanannya tergantung pada kebutuhan fasilitas yang didukung oleh jumlah penduduk pendukung fasilitas tersebut.

Fasilitas pendidikan

Untuk fasilitas pendidikan, seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Lamandau dilayani oleh fasilitas pendidikan seperti TK, SD, SLTP dan SLTA dengan skala pelayanan keca-matan atau hirarki II dalam sarana dan prasarana penunjuang permukiman. Universitas/akademi direncanakan akan dibangun di Kota Nanga Bulik.

Fasilitas Peribadatan

Fasilitas peribadatan di antaranya masjid dan gereja merupakan hirarki II dengan skala pelayanan kecamatan. Sedangkan langgar/mushola merupakan hirarki II dalam pra-sarana peribadatan dengan skala pelayanan lingkungan.

Fasilitas Kesehatan

Fasilitas Rumah Sakit Wilayah sebagai hirarki I dalam Pelayanan fasilitas kesehatan berada di kota Nanga Bulik dengan skala pelayanan kabupaten. Sedangkan puskesmas-puskesmas pembantu dan tempat praktek dokter merupakan hirarki II dengan skala pelayanan kecamatan terdapat pada

masing-masing kecamatan di Kabupaten Lamandau. Hirarki III dalam fasilitas kesehatan yaitu posyandu, pondok bersalin desa dan apotek dengan skala pelayanan lingkungan terdapat pada semua kecamatan.

Sarana Ruang Terbuka Hijau dan Kebudayaan

Untuk prasarana olahraga dan daerah terbuka terdapat taman dan lapangan olahraga dengan hirarki I yaitu skala pelayanan kabupaten yang terdapat di kota Nanga Bulik. Sedangkan untuk sarana budaya terdapat gedung serba guna untuk mendukung kegiatan permukiman dengan masing-masing hirarki yaitu II dan III dengan skala pelayanan kecamatan dan kabupaten.

Dokumen terkait