• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 mengamanatkan beberapa hal terkait dengan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, antara lain : tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0%, tercapainya 100% pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia, serta meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah, dan drainase lingkungan) menjadi 100% pada tingkat kebutuhan dasar.

Adapun berdasarkan Restra Ditjen Cipta Karya 2015-2019 dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, Ditjen Cipta Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan adalah pembangunan infrastruktur keciptakaryaan melalui program-program pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta Karya adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3

ARAHAN KEBIJAKAN DAN

RENCANA STRATEGIS

INFRASTRUKTUR BIDANG

(2)

3.1.1.1 Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman

Kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman ditetapkan dengan mempertimbangkan kebutuhan pencapaian target berdasarkan prinsip pembangunan permukiman serta peran pemerintah dalam pembangunan permukiman. Kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan permukiman meliputi kebijakan umum terkait pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Tur-Bin-Was) yang berlaku untuk semua tipologi permukiman serta kebijakan khusus meliputi pelaksanaan pembangunan pada tipologi permukiman perkotaan, perdesaan dan kawasan permukiman khusus. Kebijakan dan strategi tersebut dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu:

a. Kebijakan dan Strategi Umum Pembangunan dan Pengembangan Permukiman;

b. Kebikajan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Perkotaan;

c. Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Perdesaan; dan

d. Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Khusus.

Kebijakan dan Strategi Umum Pembangunan dan Pengembangan Permukiman

Kebijakan 1: Penyusunan dan penyiapan landasan penyelenggaraan kawasan permukiman.

Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Menyiapkan peraturan perundang-undangan (PP, Peraturan Menteri, dan lain sebagainya) dan Pedoman Pembangunan dan Pengembangan Permukiman (NSPK) sebagai landasan penyelenggaraan kawasan permukiman. Landasan penyelenggaraan kawasan permukiman ini antara lain juga meliputi:

 Regulasi dan aturan main yang harus tersedia sebagai acuan bagi Pemerintah dan terutama pemerintah daerah dalam penyelenggaraan kawasan permukiman;

 Landasan kebijakan jangka panjang daerah sebagai dasar bagi pemerintah daerah dalam menyelenggarakan peningkatan kualitas permukiman kumuh, yaitu RPJPD, RTRW, dan RP3KP serta RKP Kumuh Perkotaan;

 SK Kepala Daerah mengenai penetapan lokasi kumuh;

 Menyusun Pedoman Teknis Penanganan Kawasan Permukiman.

Kebijakan 2: Peningkatan kapasitas kelembagaan untuk penanganan permukiman.

(3)

dan pengembangan kawasan permukiman membutuhkan dukungan seluruh pelaku yang berjalan dalam sistem yang disepakati bersama. Terkait aspek kelembagaan ini, maka akan dibutuhkan:

 Kesepahaman bersama antarpelaku;  Komitmen dari seluruh pelaku;

 Kemitraan antar pelaku: antar bidang pembangunan, kemitraan antara pemerintah pusat dengan daerah, kemitraan antara pemerintah – dunia usaha – masyarakat, kemitraan dengan lembaga donor, kemitraan dengan praktisi, dan kemitraan dengan pelaku lainnya. Dalam hal ini, upaya membangun dan memperkuat kapasitas pemerintah daerah dilakukan agar pemerintah daerah mampu menjalankan perannya sebagai nakhoda yang menentukan keberhasilan pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman. Peningkatan kapasitas Pemda dilakukan kepada:

 Kepala daerah yang memiliki visi dan kemampuan menjalankan visinya;

 Seluruh SKPD terkait dalam penyelenggaraan kawasan permukiman yang memiliki pengetahuan dan mampu berinovasi

Kebijakan 3: Pengelolaan sistem informasi nasional yang terintegrasi dengan sistem informasi

daerah.

Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Membangun dan mengelola sistem informasi nasional yang terintegrasi dengan sistem informasi daerah dan dimutakhirkan secara berkala. Sistem informasi ini akan dimanfaatkan untuk:

 Mengukur perkembangan pencapaian target setiap tahun;

 Pertukaran informasi yang dapat digunakan oleh seluruh pelaku, baik di tingkat pusat maupun daerah;

 Menjadi sistem informasi komunikasi sebagai alat pengembangan pengetahuan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan pemerintah daerah, serta sebagai sarana berbagi informasi ketersediaan sumberdaya di antara pelaku.

Kebijakan 4: Pengawasan secara berkala penyelenggaraan kawasan permukiman di pusat dan

daerah.

Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pengendalian perencanaan melalui monitoring perencanaan dan pemrograman; 2. Melakukan pengawasan (pemantauan, evaluasi, pelaporan) pembangunan untuk menjamin

tercapainya target RPJMN;

(4)

Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Perkotaan Kebijakan 1: Penanganan permukiman kumuh perkotaan terkait dengan upaya penurunan kumuh

perkotaan menjadi 0% melalui upaya peningkatan kualitas lingkungan dan pelayanan prasarana dan

sarana dasar permukiman dengan pendekatan kegiatan fisik maupun non-fisik.

Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah:

1. Penanganan komprehensif terhadap 30 kabupaten/kota prioritas kementerian sebagai best practice penanganan permukiman kumuh yang diharapkan menjadi model penanganan komprehensif yang dapat direplikasi dan diterapkan di kota-kota lainnya.

2. Penanganan permukiman kumuh terhadap kabupaten/kota lainnya dengan tujuan pemenuhan standar pelayanan perkotaan disesuaikan dengan kebutuhan yang diajukan oleh kabupaten/kota.

Kebijakan 2: Pengembangan permukiman baru dan perkotaan layak huni terkait dengan upaya

pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) dan Inkubasi Kota Baru.

Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah:

1. Pemenuhan SPP bagi kawasan permukiman perkotaan yang mengacu pada rencana kawasan permukiman;

2. Perintisan/inkubasi Kota Baru sebagai best practice kota publik berkelanjutan, meliputi kegiatan pemenuhan SPP, penerapan pendekatan Kota Hijau, dan penerapan Kota Cerdas Berdaya Saing.

Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Perdesaan Kebijakan 1: Percepatan peningkatan pelayanan sarana dan prasarana dasar permukiman

perdesaan.

Adapun strategi dalam mengimplementasikan kebijakan ini adalah: Menyediakan sarana dan prasarana permukiman sesuai dengan SPM Perdesaan. Sarana dan prasarana dasar permukiman ini meliputi penyediaan air minum, pembangunan jalan lingkungan dan drainase lingkungan, penyediaan pelayanan pengeolaan persampahan serta peningkatan akses sanitasi yang layak bagi masyarakat di kawasan perdesaan. Penyediaan ini dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat dan dilakukan berdasarkan rencana aksi yang telah disusun sebelumnya.

Kebijakan 2: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang berkualitas yang

mendukung peningkatan produktivitas kawasan perdesaan.

(5)

1. Menyediakan sarana, prasarana dan fasilitas umum permukiman yang memenuhi SPM, baik melalui pengembangan dan pembangunan kawasan transmigrasi maupun kawasan non-transmigrasi.

2. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung kegiatan produksi di kawasan perdesaan sesuai dengan komoditas unggulannya. Sarana dan prasarana pendukung kegiatan produksi ini antara lain berupa terminal agro, pasar agro untuk kawasan agropolitan, atau dermaga, tambatan perahu dan tempat pelelangan ikan (TPI) pada kawasan permukiman pesisir/minapolitan.

3. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung peningkatan konektivitas kegiatan antar desa maupun antar desa-kota. Sarana dan prasarana ini antara lain berupa jalan usaha tani dan jalan poros desa.

Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Khusus Kebijakan 1: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang berkualitas untuk

mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tinggal di

kawasan perbatasan.

Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung meningkatnya produktivitas kawasan perbatasan berbasis komoditi unggulan, terutama di 10 PKSN.Sarana dan prasarana pendukung kegiatan produksi ini untuk PKSN non-perkotaanantara lain berupa terminal agro, pasar agro untuk kawasan agropolitan, atau dermaga, tambatan perahu dan tempat pelelangan ikan (TPI) pada kawasan permukiman pesisir/minapolitan. Selain itu disediakan pula sarana dan prasarana pendukung peningkatan konektivitas kegiatan antardesa dalam kecamatan, berupa jalan usaha tani dan jalan poros desa.Sementara untuk PKSN Perkotaan seperti Sabang dan Jayapura, sarana dan prasarana yang disediakan memenuhi Standar Pelayanan Perkotaan dan sesuai dengan sektor yang dikembangkan di kota tersebut.

2. Menyediakan sarana prasarana pendukung kegiatan perbatasan seperti pos perbatasan negara yang memenuhi standar internasional di PKSN.Ketentuan mengenai sarana prasarana pendukung kegiatan perbatasan mengacu pada Permendagri No. 18 Tahun 2007 tentang Standardisasi Sarana, Prasarana, dan Pelayanan Lintas Batas Antar Negara.

Kebijakan 2: Percepatan penyediaan sarana dan prasarana permukiman perbatasan memenuhi SPM.

(6)

permukiman ini meliputi penyediaan air minum, pembangunan jalan lingkungan dan drainase lingkungan, penyediaan pelayanan pengelolaan persampahan serta peningkatan akses sanitasi yang layak bagi masyarakat.

Kebijakan 3: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang memiliki ketahanan

terhadap bencana.

Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengurangi ancaman bencana melalui pembangunan dan pengembangan permukiman pada lokasi yang aman sesuai RTRW dan mitigasi. Dalam hal ini pembangunan dan pengembangan permukiman dilakukan dengan didasarkan pada analisis risiko bencana dan melakukan mitigasi yang diperlukan.

2. Mengurangi kerentanan fisik (bangunan dan PSU). Langkah yang dilakukan adalah dengan menerapkan standar bangunan dan lingkungan yang sesuai dengan tipe bahaya; melakukan penataan bangunan dan lingkungan untuk memperkecil ancaman dan meningkatkan ketahanan; atau melakukan pemindahan lokasi permukiman yang berisiko tinggi ke kawasan yang aman dari bencana.

3. Meningkatkan kapasitas (peraturan, masyarakat, lembaga). Langkah yang dilakukan adalah menyediakan NSPK untuk berbagai tipe bencana sesuai karakteristik ancaman bencana; meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemerintah daerah mengenai pembangunan tanggap bencana serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar menjadi masyarakat tangguh bencana.

4. Meningkatkan kualitas/rehabilitasi permukiman di kawasan pasca bencana. Pelaksanaan penanganan pasca bencana dimulai dari masa tanggap darurat melalui pemulihan kondisi serta rehabilitasi dan rekonstruksi

3.1.1.2 Kebijakan dan Strategi Pembinaan Penataan Bangunan

(7)

Kebijakan utama dalam bidang penataan bangunan dan lingkungan ialah “Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan yang Andal dan Berkelanjutan”. Kebijakan utama tersebut dapat ditempuh melalui beberapa strategi dan strategi operasional sebagai berikut:

Kebijakan 1: Memberikan dukungan pembangunan sistem penataan bangunan dan lingkungan

dalam mewujudkan kawasan perkotaan yang berkelanjutan.

1. Mendorong penyusunan Rencana Tata Bangunan dam Lingkungan (RTBL) untuk mensinergiskan kepentingan berbagai sektor dalam penataan kawasan;

2. Mendukung kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan melalui revitalisasi kawasan tematik perkotaan;

3. Meningkatkan aspek kualitas perencanaan terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan; 4. Mendukung penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan yang tertib, andal serta

ramah lingkungan.

Kebijakan 2: Melakukan fasilitasi kepada daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, dan

kemitraan termasuk pembinaan teknis.

1. Meningkatkan pendampingan penyusunan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah;

2. Meningkatkan pendampingan penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) oleh Pemerintah kepada Penyelenggara (Pemerintah Daerah, Swasta, atau Masyarakat); 3. Meningkatkan pendampingan penyusunan Peraturan Walikota/Bupati tentang Izin

Mendirikan Bangunan (IMB) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah;

4. Memberikan pendampingan untuk implementasi peraturan Daerah Bangunan Gedung terutama untuk pendataan bangunan gedung, penyusunan Harga Satuan Bangunan Gedung; 5. Mendorong kapasitas dan kompetensi aparatur Pemerintah, Pemerintah Daerah;

6. Memperkuat peran dan fungsi Dinas/Instansi Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/ Kota di bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan;

7. Mendorong pembentukan dan peningkatan kelembagaan bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan;

8. Memberdayakan aparatur Pemerintah dan Pemerintah Daerah terkait hak, kewajiban, dan peran dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan;

(8)

10. Meningkatkan pemberdayaan dalam pengelolaan Rumah Negara.

Kebijakan 3: Memberikan dukungan penataan bangunan dan lingkungan melalui kegiatan

pemberdayaan masyarakat.

1. Mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan;

2. Mendorong kerjasama bidang Penataan Bangunan dengan masyarakat dan pelaku peduli lingkungan;

3. Membentuk jejaring dan wadah komunikasi antara pemerintah, masyarakat, swasta, dan ahli profesi secara nasional dan profesional;

4. Membentuk kontribusi signifikan dalam kegiatan penyebarluasan informasi dan sosialisasi program Penataan Bangunan dan Lingkungan serta revitalisasi;

5. Membangun jaringan informasi yang mandiri dalam mendukung pembangunan bidang Keciptakaryaan;

6. Memberikan layanan atas informasi/produk lainnya yang diperlukan perencana, pelaksana, pengusaha, asosiasi profesi, pemerintah, masyarakat maupun kalangan akademis terkait bidang Keciptakaryaan;

7. Membuat contoh Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam rangka menonton film revolusi mental sesuai arahan Nawa Cita Presiden Republik Indonesia.

3.1.1.3 Kebijakan dan Strategi Sistem Penyediaan Air Minum

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13/PRT/M/2013 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM), maka kebijakan dan strategi pengembangan air minum adalah:

Kebijakan 1. Peningkatan akses aman air minum bagi seluruh masyarakat di perkotaan dan

perdesaan melalui jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi.

1. Mengembangkan SPAM dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan minimal untuk memperluas jangkauan pelayanan air minum terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah;

2. Mengembangkan SPAM dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi.

3. Meningkatkan dan memperluas akses air minum yang aman melalui SPAM bukan jaringan perpipaan terlindungi dan berkelanjutan;

(9)

5. Menurunkan tingkat kehilangan air;

6. Mengembangkan sistem informasi dan pendataan dalam rangka pemantauan dan evaluasi kinerja pelayanan air minum.

Kebijakan 2. Peningkatan kemampuan pendanaan operator dan pengembangan alternatif sumber

pembiayaan.

1. Meningkatkan kemampuan finansial internal Penyelenggara SPAM;

2. Meningkatkan komitmen Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam pendanaan pengembangan SPAM;

3. Mengembangkan pola pembiayaan melalui Corporate Social Responsibility (CSR);

4. Meningkatkan pendanaan melalui perolehan dana non-pemerintah, seperti pinjaman dan hibah dalam dan luar negeri, pinjaman perbankan, pinjaman non-perbankan, dan obligasi perusahaan;

5. Meningkatkan sinergitas antara BUMN-BUMD dalam percepatan pengembangan SPAM.

Kebijakan 3. Peningkatan kapasitas kelembagaan penyelenggaraan pengembangan SPAM.

1. Memperkuat kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) di tingkat pusat dan daerah dalam pengembangan SPAM;

2. Memperkuat peran dan fungsi dinas/instansi di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam pengembangan SPAM;

3. Mendorong komitmen Pemda untuk lebih memprioritaskan Pengembangan SPAM; 4. Menerapkan prinsip Good Corporate Governance untuk Penyelenggara/operator SPAM; 5. Mengembangkan kapasitas SDM dengan pola Center of Excellent;

6. Mengembangkan manajemen aset SPAM dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan;

7. Mengembangkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan SPAM Regional.

Kebijakan 4. Pengembangan dan penerapan NSPK di pusat dan di daerah.

1. Melengkapi produk peraturan perundangan dalam penyelenggaraan pengembangan SPAM; 2. Menerapkan NSPK yang telah tersedia;

3. Menyelenggarakan pengembangan SPAM sesuai dengan kaidah teknis.

Kebijakan 5. Peningkatan penyediaan air baku untuk air minum secara berkelanjutan.

(10)

2. Meningkatkan upaya penyediaan air baku untuk air minum;

3. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya air melalui pendekatan berbasis wilayah sungai.

4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air baku melalui sistem regional.

Kebijakan 6. Peningkatan peran dan kemitraan badan usaha dan masyarakat.

1. Meningkatkan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan SPAM; 2. Menciptakan iklim yang kondusif untuk investasi badan usaha dan koperasi.

Kebijakan 7. Pengembangan inovasi teknologi SPAM

1. Mendorong penelitian untuk menciptakan teknologi bidang air minum; 2. Memasarkan hasil inovasi teknologi;

3. Menerapkan teknologi tepat guna dalam pengembangan SPAM pada daerah dengan keterbatasan kualitas air baku;

4. Menyusun rencana implementasi prinsip pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan SPAM.

3.1.1.4 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan penyehatan lingkungan permukiman diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman berdasarkan Permen PUPR No.15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Adapun tugas Direktorat Pengembangan PLP adalah melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Tur-Bin-Was) serta fasilitasi pembangunan sistem pengelolaan air limbah, sistem pengelolaan persampahan, dan drainase lingkungan sebagai stimulus bagi pemerintah daerah.

Kebijakan dan strategi pengembangan penyehatan lingkugan permukiman, sesuai dengan tugas dan fungsinya dibagi menjadi sebagai berikut:

(11)

Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah

Kebijakan 1. Pengembangan sistem pengelolaan air limbah sistem setempat dan terpusat

Kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan akses prasarana dan sarana air limbah melalui sistem setempat dan terpusat. Strategi dalam pengembangan sistem pengelolaan air limbah sistem setempat dan terpusat adalah sebagai berikut:

1. Pembangunan infrastruktur air limbah sistem setempat melalui hibah dan DAK sanitasi; 2. Penerapan kriteria infrastruktur air limbah layak dalam pengajuan Izin Mendirikan Bangunan

(IMB);

3. Pembangunan dan rehabilitasi Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) terintegrasi dengan program Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT);

4. Pembangunan infrastruktur air limbah sistem terpusat skala komunal, kawasan dan kota melalui dana APBN;

5. Peningkatan kapasitas dan skala penanganan sistem pengelolaan air limbah skala komunal dan kawasan;

6. Peningkatan teknologi pada sistem pengelolaan air limbah terpusat.

Kebijakan 2. Peningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam pembangunan air

limbah permukiman.

Arah kebijakan ini adalah untuk meningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam pembangunan air limbah permukiman yang diterapkan melalui strategi sebagai berikut:

1. Peningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan air limbah permukiman melalui pemicuan;

2. Pelaksanaan pembangunan infrastruktur air limbah berbasis masyarakat;

3. Peningkatan kerjasama dengan dunia usaha/swasta dalam pengelolaan air limbah permukiman.

Kebijakan 3. Pengembangan peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan air limbah

permukiman.

Arah kebijakan ini adalah untuk melengkapi perangkat peraturan perundangan terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman. Strategi dalam pengembangan perangkat peraturan perundangan, antara lain:

1. Penyusunan peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman; 2. Penyebarluasan informasi peraturan perundangan terkait penyelenggaraan pengelolaan air

(12)

3. Penerapan peraturan perundangan.

Kebijakan 4. Penguatan kelembagaan pengelolaan air limbah permukiman.

Kebijakan ini diarahkan untuk memperkuat fungsi regulator dan operator dalam penye- lenggaraan pengelolaan air limbah permukiman. Strategi dalam penguatan kelembagaan adalah sebagai berikut: 1. Fasilitasi pembentukan dan perkuatan kelembagaan pengelola air limbah permukiman

ditingkat masyarakat;

2. Mendorong pembentukan dan perkuatan institusi pengelola air limbah permukiman di daerah;

3. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) pengelola air limbah permukiman; 4. Peningkatkan koordinasi dan kerjasama antar lembaga;

5. Peningkatan kesadaran pemangku kepentingan terhadap pengelolaan air limbah permukiman.

Kebijakan 5. Peningkatan dan pengembangan alternatif sumber pendanaan pembangunan

prasarana dan sarana air limbah pemukiman.

Arah kebijakan ini adalah untuk meningkatkan alokasi dana pembangunan prasarana dan sarana air limbah permukiman dalam rangka mempercepat pencapaian akses universal air limbah. Strategi dalam peningkatan kapasitas pembiayaan, antara lain:

1. Mendorong berbagai alternatif sumber pembiayaan untuk penyelenggaraan air limbah permukiman;

2. Pembiayaan bersama pemerintah pusat dan daerah dalam mengembangkan sistem air limbah perkotaan dengan proporsi pembagian yang disepakati bersama;

3. Peningkatan kemitraan dalam penyelenggaraan pembangunan air limbah permukiman.

Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Persampahan

Kebijakan 1. Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya.

Arah kebijakan ini dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang harus diangkut dan dibuang ke TPA dan memanfaatkan semaksimal mungkin material yang dapat di daur ulang. Adapun strategi yang diterapkan dalam rangka pengurangan sampah dari sumber adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan pemahaman masyarakat akan 3R (Reduce-Reuse-Recycle);

(13)

Kebijakan 2. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas pengelolaan.

Arah kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan cakupan pelayanan air limbah dan kualitas pengelolaan sehingga dapat mecapai target akses universal bidang persampahan. Adapun strategi yang diterapkan untuk meningkatkan cakupan pelayan serta kualitas pengelolaan persampahan yaitu:

1. Meningkatkan pemanfaatan prasarana dan sarana persampahan; 2. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan; 3. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan; 4. Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arah sanitary landfill;

5. Mengembangkan Pengelolaan TPA Regional;

6. Menerapkan teknologi penanganan persampahan tepat guna dan berwawasan lingkungan.

Kebijakan 3. Peningkatan peran aktif masyarakat sebagai mitra pengelolaan.

Arah kebijakan peningkatan peran aktif masyarakat dimaksudkan untuk menggalang potensi dari masyarakat agar dapat berpartisipasi secara langsung dalam pembangunan sektor persampahan. Adapun strategi yang diterapkan dalam rangka meningkatkan peran aktif masyarakat yaitu :

1. Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak dini melalui pendidikan bagi anak usia sekolah;

2. Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan kepada masyarakat umum;

3. Meningkatkan pembinaan masyarakat khususnya kaum perempuan dalam pengelolaan sampah;

4. Mendorong pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

Kebijakan 4. Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan.

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka strategi yang ditetapkan adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan status dan kapasitas institusi pengelola;

2. Meningkatkan kinerja institusi pengelola persampahan; 3. Memisahkan fungsi / unit regulator dan operator;

4. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pemangku kepentingan lain; 5. Meningkatkan kualitas SDM;

(14)

Kebijakan 5. Pengembangan alternatif sumber pembiayaan.

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan yaitu: 1. Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi dunia usaha/swasta; 2. Mendorong peningkatan pemulihan biaya persampahan.

Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Drainase Lingkungan

Kebijakan 1. Peningkatan keterpaduan penanganan pengendalian genangan berdasarkan

keseimbangan tata air.

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan yaitu:

1. Mendorong rencana induk sistem drainase yang terpadu antara sistem drainase lingkungan dengan sistem drainase utama serta pengaturan dan pengelolaan Sungai;

2. Mengembangkan sistem drainase yang berwawasan lingkungan yang mendukung upaya konservasi air;

3. Meningkatkan koordinasi antar instansi terkait dalam pengelolaan drainase.

Kebijakan 2. Pemanfaatan sistem yang ada, peningkatan/pemeliharaan, pengembangan dan

pembangunan baru.

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan yaitu:

1. Pengembangan kapasitas operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana sistem drainase yang terbangun;

2. Penyiapan prioritas optimalisasi drainase lingkungan;

3. Pembangunan baru terutama di kawasan strategis perkotaan di kota metropolitan dan besar.

Kebijakan 3. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola prasarana dan sarana drainase dan

peran serta masyarakat.

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan yaitu: 1. Mendorong pembentukan institusi pengelola drainase;

2. Meningkatkan kinerja institusi pengelola;

3. Melakukan perkuatan kapasitas institusi pengelola; 4. Peningkatan kapasitas SDM Pemda.

Kebijakan 4. Penguatan peraturan dan perundangan pengelolaan drainase lingkungan.

(15)

1. Menyiapkan peraturan dan produk hukum (NSPK) untuk penanganan drainase;

2. Menyebarluaskan informasi terkait produk hokum (NSPK) pengelolaaan drainase lingkungan; 3. Mendorong penerapan sanksi hukum untuk pengelolaan drainase lingkungan.

Kebijakan 5. Pengembangan alternatif sumber pembiayaan.

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi ditetapkan yaitu:

1. Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan drainase lingkungan;

2. Mendorong pengelolaan drainase lingkungan berbasis masyarakat.

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

3.1.2.1 Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional

Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi:

a. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki; dan

b. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumberdaya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional.

Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah meliputi:

a. Menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antarakawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya;

b. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat pertumbuhan;

c. Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai; dan

d. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.

Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana meliputi:

(16)

b. Mendorong pengembangan prasarana telekomunikas iterutama di kawasan terisolasi

c. Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik

d. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air;dan

e. Meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dangas bumi, serta mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang optimal.

Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi:

a. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung; b. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya; dan c. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional.

3.1.2.2 Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional Rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi: 1. Sistem Perkotaan Nasional

Sistem perkotaan nasional terdiri atas PKN, PKW, dan PKL.PKN dan PKW merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini. PKL ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi berdasarkan usulan pemerintah kabupaten/kota, setelah dikonsultasikan dengan Menteri. PKN, PKW, dan PKL dapat berupa:

a. Kawasan megapolitan; b. Kawasan metropolitan; c. Kawasan perkotaan besar; d. Kawasan perkotaan sedang; atau e. Kawasan perkotaan kecil.

3.1.2.3 Arahan Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan

(17)

pemanfaatan ruang dan pengedalian pemanfaatan ruang, penentuan lokasi dan funsi ruang unuk investasi dan berfungsi sebagai penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Strategi operasionalisasi perwujudan struktur ruang pulau Kalimantan terdiri atas strategi operasionalisasi perwujudan:

a. sistem perkotaan nasional;

b. sistem jaringan transportasi nasional; c. sistem jaringan energi nasional;

d. sistem jaringan telekomunikasi nasional; dan e. sistem jaringan sumber daya air.

Strategi operasionalisasi perwujudan pola ruang pulau Kalimantan terdiri atas strategi operasionalisasi perwujudan:

a. kawasan lindung nasional; dan

b. kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional.

Strategi operasionalisasi perwujudan sistem perkotaan nasional sebagaimana dimaksud diatas meliputi:

a. mengembangkan dan/atau meningkatkan fungsi PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu;

b. mengembangkan dan/atau meningkatkan fungsi PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan lanjut dan industri jasa hasil perkebunan kelapa sawit dan karet yang berdaya saing dan ramah lingkungan;

c. mengembangkan dan/atau meningkatkan fungsi PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil hutan yang berdaya saing dan ramah lingkungan; d. mengembangkan dan/atau meningkatkan fungsi PKN dan PKW sebagai pusat industri

pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan;

e. mengembangkan dan/atau meningkatkan fungsi PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan;

(18)

g. mengembangkan dan meningkatkan fungsi PKSN sebagai pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, pertumbuhan ekonomi, pintu gerbang internasional, serta simpul transportasi di kawasan perbatasan negara dengan Negara Malaysia;

h. mengembangkan dan/atau meningkatkan fungsi pusat kegiatan ekonomi di PKN dan PKW yang berdekatan/menghadap badan air;

i. mengembangkan dan/atau meningkatkan fungsi jaringan drainase di PKN dan PKW yang terintegrasi dengan sungai;

j. menata PKN dan PKW yang adaptif terhadap ancaman bencana banjir; dan

k. mengendalikan perkembangan fisik PKN dan PKW untuk kelestarian lahan pertanian pangan berkelanjutan dan kawasan berfungsi lindung.

Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu sebagaimana dimaksud diatas meliputi:

a. pusat industri hilir pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi di PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan- Tenggarong-Samarinda-Bontang dan PKN Tarakan; dan

b. pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi di PKW Muara Teweh, PKW Tanjung Redeb, PKW Sangata, PKW/PKSN Nunukan, PKW Tanjung Selor, PKW Malinau, dan PKW Tanah Grogot.

Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan lanjut dan industri jasa hasil perkebunan kelapa sawit dan karet yang berdaya saing dan ramah lingkungan sebagaimana dimaksud diatas meliputi:

a. pusat industri hilir pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet di PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, dan PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang; dan

(19)

Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan hasil hutan yang berdaya saing dan ramah lingkungan sebagaimana dimaksud diatas meliputi:

a. pusat industri hilir pengolahan hasil hutan di PKN Palangkaraya dan PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang; dan

b. pusat pengolahan hasil hutan di PKW Ketapang, PKW Putussibau, PKW/PKSN Entikong, PKW Sanggau, PKW Sintang, PKW Kuala Kapuas, PKW Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Sampit, PKW Tanjung Redeb, PKW Sangata, PKW/PKSN Nunukan, PKW Tanjung Selor, PKW Malinau, PKW Tanlumbis, dan PKW Sendawar.

Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud diatas dilakukan di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, PKW Mempawah, PKW Singkawang, PKW Sambas, PKW Ketapang, PKW/PKSN Entikong, PKW Sanggau, PKW Sintang, PKW Kuala Kapuas, PKW Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Sampit, PKW Amuntai, PKW Martapura, PKW Marabahan, dan PKW Kotabaru.

Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan sebagaimana dimaksud diatas dilakukan di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda- Bontang, PKN Tarakan, PKW Mempawah, PKW Singkawang, PKW Sambas, PKW Ketapang, PKW Sanggau, PKW Sintang, PKW Pangkalan Bun, PKW Kuala Kapuas, PKW Martapura, PKW Marabahan, PKW Kotabaru, PKW Tanjung Redeb, PKW/PKSN Nunukan, PKW Tanjung Selor, dan PKW Sangata.

Pengembangan PKN, PKW, dan PKSN sebagai pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya sebagaimana dimaksud diatas meliputi:

a. pusat pengembangan ekowisata di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong- Samarinda-Bontang, PKW Putussibau, PKW Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Kotabaru, PKW Tanjung Redeb, PKW Tanjung Selor, PKW Malinau, PKW Tanah Grogot, PKSN Nanga Badau, PKSN Long Midang, PKSN Long Pahangai, dan PKSN Long Nawang; dan

(20)

Pengembangan dan peningkatan fungsi PKSN sebagai pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, pertumbuhan ekonomi, pintu gerbang internasional, serta simpul transportasi di kawasan perbatasan negara dengan Negara Malaysia sebagaimana dimaksud diatas meliputi

a. pengembangan baru PKSN dilakukan di PKSN Paloh-Aruk, PKSN Jagoibabang, PKSN Nanga Badau, PKSN Jasa, PKSN Simanggaris, PKSN Long Midang, PKSN Long Pahangai, dan PKSN Long Nawang; dan

b. peningkatan fungsi PKSN dilakukan di PKSN Entikong dan PKSN Nunukan.

Pengembangan pusat kegiatan ekonomi di PKN dan PKW yang berdekatan/menghadap badan air sebagaimana dimaksud diatas dilakukan di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang, PKW Mempawah, PKW Sambas, PKW Ketapang, PKW Putussibau, PKW Sanggau, PKW Sintang, PKW Kuala Kapuas, PKW Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Sampit, PKW Martapura, PKW Marabahan, PKW Tanjung Redeb, PKW Sangata, PKW Tanjung Selor, dan PKW Tanah Grogot.

Pengembangan jaringan drainase di PKN dan PKW yang terintegrasi dengan sungai sebagaimana dimaksud diatas meliputi pengembangan jaringan drainase di:

a. PKN Pontianak yang terintegrasi dengan Sungai Kapuas; b. PKN Palangkaraya yang terintegrasi dengan Sungai Kahayan; c. PKN Banjarmasin yang terintegrasi dengan Sungai Barito;

d. PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang yang terintegrasi dengan

e. Sungai Mahakam;

f. PKW Mempawah yang terintegrasi dengan Sungai Mempawah; g. PKW Sambas yang terintegrasi dengan Sungai Sambas;

h. PKW Ketapang yang terintegrasi dengan Sungai Pawan;

i. PKW Putussibau dan PKW Sanggau yang terintegrasi dengan Sungai Kapuas; j. PKW Sintang yang terintegrasi dengan Sungai Melawi;

k. PKW Kuala Kapuas yang terintegrasi dengan Sungai Kapuas dan Sungai Kahayan; l. PKW Pangkalan Bun yang terintegrasi dengan Sungai Lamandau;

m. PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Martapura, dan PKW Marabahan yang terintegrasi dengan Sungai Barito;

(21)

p. PKW Sangata yang terintegrasi dengan Sungai Sangata;

q. PKW Tanjung Selor yang terintegrasi dengan Sungai Kayan; dan r. PKW Tanah Grogot yang terintegrasi dengan Sungai Mahakam.

Penataan kawasan perkotaan yang adaptif terhadap ancaman bencana banjir sebagaimana dimaksud diatas dilakukan di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang, PKW Mempawah, PKW Sambas, PKW Ketapang, PKW Putussibau, PKW Sanggau, PKW Sintang, PKW Kuala Kapuas, PKW Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Sampit, PKW Martapura, PKW Marabahan, PKW Tanjung Redeb, PKW Sangata, PKW Tanjung Selor, dan PKW Tanah Grogot.

Pengendalian perkembangan fisik PKN dan PKW untuk kelestarian lahan pertanian pangan berkelanjutan dan kawasan berfungsi lindung sebagaimana dimaksud diatas dilakukan di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda- Bontang, PKW Putussibau, dan PKW Malinau.

3.1.2.4 RTRW Provinsi Kalimantan Tengah

RTRWP merupakan matra spasial dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang berfungsi sebagai penyelaras kebijakan penataan ruang nasional, Daerah, dan Kabupaten/Kota serta sebagai acuan bagi instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk mengarahkan lokasi dan menyusun program pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang di Daerah. Kedudukan RTRWP adalah sebagai pedoman dalam :

 Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan rencana sektoral lainnya;

 Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang;

 Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah Kabupaten/Kota, serta keserasian antarsektor;

 Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;  Penataan ruang KSP; dan

 Penataan ruang wilayah Kabupaten/Kota

(22)

energi dan lumbung pangan dengan tetap mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

Kebijakan penataan ruang wilayah provinsi meliputi:

• peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah dalam rangka mendukung pengembangan potensi provinsi;

• peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana yang terpadu dalam rangka mendukung pengembangan potensi provinsi;

• perwujudan kawasan agribisnis dan agroindustri dalam rangka mendukung pengembangan pertanian;

• perwujudan Kalimantan Tengah sebagai lumbung pangan; • perwujudan Kalimantan Tengah sebagai lumbung energi;

• pencegahan dampak negatif kegiatan ekonomi yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup terutama akibat kegiatan pertanian dan energi;

• pengembangan potensi berkembang melalui penetapan kawasan strategis provinsi; dan

• peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara.

Strategi peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah dalam rangka mendukung pengembangan potensi provinsi atas:

• meningkatkan keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara PKN, PKW, dan PKL;

• mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang potensial dan belum terlayani oleh pusat pertumbuhan yang ada; dan

• mendorong kawasan perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan agar lebih produktif, kompetitif

Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana yang terpadu dalam rangka mendukung pengembangan potensi provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b terdiri atas:

• meningkatkan kualitas dan kuantitas jaringan prasarana transportasi dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi antarmoda baik darat, laut maupun udara;

(23)

• meningkatkan pengembangan akses telekomunikasi ke seluruh pusat kegiatan dan kawasan permukiman;

• mengembangkan jaringan prasarana air bersih untuk kawasan permukiman;

• dan

• mengembangkan sistem prasarana persampahan pada kawasan perkotaan.

Strategi perwujudan kawasan agribisnis dan agroindustri serta minapolitan atau sentra produksi perikanan dalam rangka mendukung pengembangan pertanian terdiri atas:

• menetapkan kawasan yang memiliki potensi agribisnis dan agroindustri;

• mengembangkan jaringan prasarana jalan dan moda transportasi lainnya yang mendukung pengembangan kawasan agribisnis dan agroindustri serata minapolitan atau sentra produksi perikanan;

• mengembangkan sarana pengolahan hasil pertanian;

• meningkatkan jaringan prasarana air bersih pada kawasan agribisnis dan agroindustri serta minapolitan atau sentra produksi perikanan;

• meningkatkan jaringan prasarana energi untuk mendukung kawasan agribisnis dan agroindustri serta minapolitan atau sentra produksi perikanan;

• mengembangkan jaringan distribusi pemasaran hasil agribisnis dan agroindustri serta minapolitan atau sentra produksi perikanan;

• mengembangkan pelabuhan laut yang menunjang distribusi hasil pertanian; dan

• mengembangkan kawasan andalan laut serta kawasan pantai yang berpotensi untuk pengembangan perikanan tambak sebagai sentra produksi perikanan

Strategi perwujudan Kalimantan Tengah sebagai lumbung pangan sebagaimana dimaksud terdiri atas:

• mengembangkan kawasan pertanian dalam rangka mendukung lumbung pangan; • menetapkan kawasan yang berpotensi sebagai lumbung pangan;

 mengembangkan jaringan prasarana jalan dan moda transportasi lainnya yang mendukung pengembangan kawasan lumbung pangan;

• mengembangkan sarana pengolahan hasil pertanian;

(24)

Strategi perwujudan Kalimantan Tengah sebagai lumbung terdiri atas:

• mengembangkan kawasan pembangkit listrik untuk mendukung provinsi sebagai lumbung energi;

• meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi untuk mendukung provinsi sebagai lumbung energi;

• menetapkan lokasi pembangkit listrik pada kawasan yang sesuai dengan potensi energi yang ada dan tidak berada pada kawasan rawan bencana dan konservasi;

• merencanakan dan menetapkan jalur transmisi dan distribusi dari pusat pembangkit listrik ke pengguna; dan

• mengembangkan jaringan prasarana yang mendukung pengembangan kawasan pembangkit listrik.

Strategi pencegahan dampak negatif kegiatan ekonomi yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup terutama akibat kegiatan pertanian dan energi terdiri atas:

menyelenggarakan upaya terpadu pelestarian fungsi sistem ekologi wilayah;

• melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan pertanian dan energi;

• melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menetralisir, menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya;

• mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan terhambatnya perwujudan pembangunan yang berkelanjut -an; dan

• mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya antisipatif dan adaptasi bencana di kawasan rawan bencana alam.

Strategi pengembangan potensi berkembang melalui penetapan kawasan strategis provinsi terdiri atas:

• menetapkan lokasi-lokasi kawasan strategis provinsi dari sudut kepentingan ekonomi, sosial-budaya, lingkungan, dan teknologi;

• meningkatkan prasarana dan sarana pada kawasan strategis provinsi;

(25)

• menumbuhkembangkan nilai budaya lokal yang luhur dalam kehidupan masyarakat melalui pelestarian budaya lokal;

• melestarikan seni dan budaya Dayak seperti musik, tarian, lagu, upacara adat, seni kerajinan dan olahraga tradisonal;

• menetapkan kawasan strategis provinsi yang berfungsi lindung;

• menegaskan dan merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang mengalami penurunan kualitas lingkungan; dan

• mencegah dan membatasi pemanfaatan ruang yang berpotensi mengurangi daya lindung kawasan.

Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan terdiri atas:

• menetapkan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahan dan keamanan; • mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di

sekitar kawasan khusus pertahanan dan keamanan;

• mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif didalam dan sekitar kawasan; dan • memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan.

Tabel 13 : Rincian Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Tengah

No Kawasan Strategis Lokasi

1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi:

a, Pusat Kegiatan Nasional Kota Palangka Raya; Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Kapuas dan Kabupaten Barito selatan.

b. Kawasan Pengembangan Lahan Gambut (PLG) Kabupaten Katingan, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Lamandau

c. Kawasan pertanian berkelanjutan yang dipaduserasikan dengan pengembangan irigasi teknis;

DR. Pasang Surut, DR. Non Pasang Surut, DR. Lebak berlokasi di Kabupaten Kapuas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Katingan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Barito Selatan dan Kota Palangka Raya.

d. Kawasan Pertanian Berkelanjutan yang dipaduserasikan dengan pengembangan;

(26)

No Kawasan Strategis Lokasi

e. Kawasan pertanian lahan gambut; Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Katingan, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito Utara,

f. Kawasan pengembangan Peternakan berupa kawasan Peternakan ruminansia dan non ruminansia;

Kabupaten Murung Raya dan Kota Palangka Raya.

g. Kawasan perkebunan (kelapa sawit, kelapa, karet, lada dan kakao);

Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Katingan, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Murung Raya dan Kota Palangka Raya.

h. Kawasan terpadu Industri, Pelabuhan, Petikemas dan Pergudangan, serta Simpul Transportasi Darat, Laut dan Udara berupa:

– KSP Pangkalan Bun – Kumai

– KSP Sampit - Bagendang dan

– KSP Batanjung - Kapuas

– Sigintung

– Bahaur

Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Pulang Pisau, dan Kabupaten Seruyan

i. Kawasan Strategis Ekonomi Sektor Unggulan Agropolitan

Kecamatan Pangkalan Lada (Kabupaten Kotawaringin Barat), Kecamatan Basarang (Kabupaten Kapuas), Lamunti Kecamatan Dadahup

(Kabupaten Kapuas), Kecamatan Dusun Tengah (Kabupaten Barito Timur), Kecamatan Jelai (Kabupaten Sukamara), Kecamatan Seruyan Hilir (Kabupaten Seruyan), Kecamatan Katingan Kuala (Kabupaten Katingan), Kecamatan Baamang (Kabupaten Kotawaringin Timur), dan Kabupaten Pulang Pisau

j. Kawasan Strategis ekonomi sektor unggulan minapolitan

Kabupaten Kapuas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Katingan, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kota Palangka Raya, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Barito Utara, dan Kabupaten Seruyan

2. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi sosial budaya berupa:

― Kawasan Strategis Rumah Adat Betang;

― Kawasan Strategis Sekitar Kawasan Pahewan;

Tumbang Anoi Kabupaten Gunung Mas

(27)

No Kawasan Strategis Lokasi

― Kawasan Strategis Sekitar Kawasan Adat Masyarakat terutama bagi Umat Hindu Kaharingan; dan

Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Katingan, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Murung Raya dan Kota Palangka Raya.

― Kawasan Strategis Sekitar Bangunan Kerajaan/ Kesultanan.

Kabupaten Kotawaringin Barat

3. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi berupa:

- Kawasan berpotensi pengembangan sumber daya energi.

Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Katingan, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Murung Raya dan Kota Palangka Raya.

- Kawasan berpotensi pengembangan sumber daya perikanan di Kawasan Andalan Laut.

Kabupaten Seruyan, Kabupaten Katingan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Sukamara dan Kabupaten Kotawaringin Timur.

4. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

a. Kawasan Strategis Ekosistem Nasional di Kalimantan Tengah berupa:

1. Kawasan Ekosistem Air Hitam; Kabupaten Kapuas, Kabupaten Barito Selatan dan Kabupaten Pulang Pisau;

2. Kawasan Ekosistem Pantai (mangrove); dan Sepanjang jalur pantai selatan Provinsi Kalimantan Tengah DAS Lamandau, DAS Kumai dan DAS Sebangau.

(28)

No Kawasan Strategis Lokasi

c. Kawasan Strategis Heart of Borneo (HoB) Kabupaten Seruyan, Kabupaten Katingan, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Lamandau dan Kabupaten Barito Utara

b. Cagar Alam Bukit Tangkiling c. Cagar Alam Pararawen I dan II

d. Suaka Margasatwa Sungai Lamandau

Kota Palangka Raya Kabupaten Barito Utara Kabupaten Kotawaringin Barat

e. Taman Nasional Tanjung Putting Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Seruyan

h. Taman Wisata Alam Tanjung Keluang Kabupaten Kotawaringin Barat i. Konservasi Anggrek Hitam

j. Danau Sembuluh k. Da nau Burung

Kabupaten Barito Timur Kabupaten Seruyan

Kabupaten Kotawaringin Timur dan Kabupaten Sukamara

l. Hutan Monumental Nyaru Menteng, Danau Rawet, Danau Tahai, Pulau Kaja, Pahewan Tabalien, Danau Tundai, dan Danau Lewu

Kota Palangka Raya.

Sumber : Perda Prov. Kalimantan Tengah no.5 tahun 2015

3.1.2.5 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamandau

Tujuan pengembangan Wilayah Kabupaten Lamandau yang dirumuskan dalam Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten Lamandau (RTRW Kabupaten Lamandau) yaitu :

 Mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang maksimal tanpa merusak lingkungan.  Mengembangkan sistem Agroindustri yang kuat dan terpadu.

Dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial – budaya dan lingkungan, maka prioritas penggunaan lahan di kawasan budidaya adalah kawasan permukiman, kawasan perkebunan, kawasan tanaman pangan lahan kering, hutan produksi, hutan konversi, hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, kawasan persawahan, kawasan perindustrian dan pariwisata. Penyusunan struktur tata ruang berkaitan erat dengan dua hal :

 Ortogonalitas;

(29)

Gambar 2 : Kawasan Strategis Kabupaten Lamandau

Selain ortogonalitas transportasi, fungsi dan peran kota – kota di Kabupaten Lamandau merupakan cermin dari kegiatan-kegiatan yang terdapat di kabupaten tersebut yang disesuaikan dengan potensi yang dimiliki. Sedangkan peranannya harus dapat memberikan pelayanan terhadap penduduk daerah tersebut dan wilayah di sekitarnya, dan harus didukung oleh keberadaan fasilitas di kabupaten tersebut. Selain itu, penyusunan tata ruang berkaitan erat dengan aspek-aspek politik, sosial-budaya, ekonomi, pertahanan dan keamanan, dan lingkungan. Peran dari masing masing kota-kota di Kabupaten Lamandau dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 14 : Fungsi dan Peran Kota di Kabupaten Lamandau

Kota Fungsi/Peran Status

Nanga Bulik Distributor barang dan jasa Ibukota Kabupaten

Tapin Bini Pengumpul hasil bumi dan Distributor barang dan jasa Ibukota Kecamatan Lamandau Kudangan Pengumpul hasil bumi dan Distributor barang dan jasa Ibukota kecamatan Delang

Kinipan Pengumpul hasil bumi Ibukota kecamatan Batang Kawa

Bayat Pengumpul hasil bumi Ibukota kecamatan Belantikan Raya

Marambang Pengumpul hasil bumi Ibukota kecamatan Bulik Timur

Malata Pengumpul hasil bumi Ibukota kecamatan Menthobi Raya

(30)

Pengaturan persebaran dan kepadatan penduduk pada prinsipnya disesuaikan dengan kapasitas / daya tampung suatu wilayah. Untuk itu, pengaturan persebaran dan kepadatan penduduk dilakukan sedemikian rupa agar tidak menimpulkan dampak negatif dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh penduduk baik terhadap lingkungan dan atau terhadap kepentingan lansung penduduk.

Gambar 3: Struktur Ruang Kabupaten Lamandau

Selain itu, penentuan daya tampung dan kepadatan penduduk suatu kota dilakukan dilakukan berdasarkan arahan fungsi kabupaten yang bersangkutan dan penyebarannya disesuaikan dengan rencana peruntukan masing masing unit lingkungan kabupaten tersebut. Dengan demikian pendistribusian penduduk secara optimal dan proposional ke seluruh bagian wilayah kabupaten merupakan hal yang penting. Tingkat persebaran/distribusi penduduk di Kabupaten Lamandau yang tidak merata, cenderung mengelompok di pusat pemerintahan yaitu kota Nanga Bulik. Untuk itu dalam upaya menciptakan tingkat perkembangan kota yang lebih merata dan seimbang, maka distribusi penduduk diarahkan lebih merata diseluruh bagian wilayah kabupaten menurut kesesuaiannya.

(31)

Infrastruktur keciptakaryaan Kabupaten Lamandau selaras dengan struktur dan pola ruang. Kondisi dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lamandau yang saat ini masih berbentuk draft belum disahkan menjadi Peraturan daerah (Perda), tetapi draft rancangan akhir RTRW tersebut tetap dapat dijadikan pedoman dalam perumusan program dan kegiatan pada dokumen RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau.

Tabel 15 : Arahan RTRW Kabupaten Lamandau untuk Bidang Cipta Karya

ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG

Kawasan Perlindungan Setempat : - Penetapan Garis Sempadan Sungai

Kawasan perlindungan setempat, yaitu sempadan sungai, dengan luas kurang lebih 13.777 hektar, terdapat di :

a.Sungai Lamandau dengan luas kurang lebih 6.513 hektar; b.Sungai Bulik dengan luas kurang lebih 2.253 hektar,; c.Sungai Belantikan dengan luas kurang lebih 2.026 hektar;

d.Sungai Palikodan dengan luas kurang lebih 1.629 hektar;sungai Menthobi dengan luas kurang lebih 1.356 hektar.

Kawasan Perlindungan Setempat : - Ruang Terbuka Hijau Perkotaan

Penataan taman-taman dan pengembangan pusat rekreasi Nanga Bulik.

Kawasan Rawan Bencana Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Sumber Daya Air : Rencana sistem jaringan prasarana sumber daya air meliputi pengendalian banjir.

Kawasan Peruntukan Pariwisata : - Wisata alam;

- Wisata Budaya

Kawasan Peruntukan Pariwisata:

- Kawasan peruntukan wisata alam antara lain:

a.Kawasan Pegunungan tersebar di kecamatan Delang, kecamatan Belantikan Raya, kecamatan menthobi Raya, kecamatan Lamandau; b.Kawasan Sungai tersebar di kecamatan Lamandau, kecamatan Delang,

kecamatan Batang Kawa, kecamatan Belantikan Raya, kecamatan Bulik Timur, kecamatan Bulik; dan

c.Wisata flora dan fauna di Sopaan Pangaraman Kahingai dan Bahu Burung serta Sopanan Penggaraman hulu ginih, Wisata Pancing di Danau Sematu. - Kawasan peruntukan wisata budaya antara lain Rumah Betang di kecamatan

Delang, kecamatan Bulik Timur dan kecamatan Lamandau; - Penataan dan pembangunan objek wisata;

Peningkatan pendapatan daerah dari obyek wisata.

Kawasan Peruntukan Permukiman: - Kawasan peruntukan pemukiman

perkotaan;

- Kawasan peruntukan pemukiman perdesaan

1.Pusat Kegiatan Lokal (PKL) :

- Pengembangan Ibukota Kabupaten dengan pusat Kota Nanga Bulik. 2.Pusat Pelayanan Kawasam (PPK)

- Pengembangan Kecamatan Sematu, Kecamatan Lamandau dan Kecamatan Delang dengan pusat kota :

- Purwareja - Tapin Bini - Kudangan

3.Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

- Pengembangan Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan Belantikan Raya, Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Batang Kawa, dengan pusat-pusat kota :

(32)

ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG

4.Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan : Rencana Sistem prasarana lingkungan, meliputi :

a.Prasarana pengolahan Limbah; dan b.Prasarana pengelolaan persampahan

5.Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Jalan : Jaringan jalan lokal/desa

Kawasan Peruntukan Permukiman: - Kawasan peruntukan pemukiman

perkotaan;

- Kawasan peruntukan pemukiman perdesaan

6.Pusat Kegiatan Lokal (PKL) :

- Pengembangan Ibukota Kabupaten dengan pusat Kota Nanga Bulik. 7.Pusat Pelayanan Kawasam (PPK)

- Pengembangan Kecamatan Sematu, Kecamatan Lamandau dan Kecamatan Delang dengan pusat kota :

- Purwareja - Tapin Bini - Kudangan

8.Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

- Pengembangan Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan Belantikan Raya, Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Batang Kawa, dengan pusat-pusat kota :

- Melata; - Bayat; - Merambang; - Kinipan

9.Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan : Rencana Sistem prasarana lingkungan, meliputi :

c.Prasarana pengolahan Limbah; dan d.Prasarana pengelolaan persampahan

10. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Jalan : Jaringan jalan lokal/desa

11. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Sumber Daya Air : Rencana sistem jaringan prasarana sumber daya air meliputi :

a.Wilayah Sungai;

b.Sumber-sumber air baku;

c.Jaringan Prasarana air baku untuk air minum.

Sumber : Bappeda Kabupaten Lamandau, diolah

Dalam konteks mikro di wilayah Kabupaten Lamandau terdapat potensi hasil perkebunan-pertanian, peternakan dan pertambangan sementara beberapa kawasan potensial tersebut berada pada kawasan lindung yang harus dikonservasi. Untuk itu konsepsi pengembangan dalam konteks makro wilayah Kabupaten Lamandau diarahkan sebagai berikut :

1. Pola pemanfatan ruang untuk memantapkan fungsi lindung pada kawasan-kawasan yang secara fisik mempunyai limitasi untuk dikembangkan atau perlu dilestarikan, baik berupa hutan lindung maupun kawasan suaka alam.

(33)

perkebunan berdasarkan aspek kesesuaian lahan.

3. Pola pemanfaatan ruang untuk pengembangan sumberdaya mineral terutama pertambangan yang tersebar di beberapa wilayah di Kabupaten Lamandau.

4. Pola pengembangan pusat-pusat permukiman yang dapat berfungsi sebagai pusat pertumbuhan bagi wilayah belakangnya.

5. Pola pengembangan kota-kota untuk memperkuat struktur ekonomi wilayah Kabupaten Lamandau, termasuk diantaranya memperbaiki sistem kota-kota dalam setiap wilayah pembangunan.

6. Pola pengembangan prasarana transportasi, terutama jaringan jalan untuk meningkatkan aksesibilitas antara pusat-pusat permukiman/kota-kota dengan wilayah belakangnya serta aksesibilitas antar pusat-pusat permukiman / kota-kota tersebut sehingga dapat diciptakan jalan yang menghubungkan pusat-pusat pengembangan.

Gambar 4 : Pola Ruang Kabupaten Lamandau

Kawasan Non Budidaya

(34)

pembangunan berkelanjutan. Pengelolaan kawasan lindung adalah upaya penetapan, pelestarian dan pengendalian pemanfaatan kawasan lindung.

Pengelolaan kawasan lindung di Kabupaten Lamandau secara umum ditunjukkan untuk mencegah kemungkinan timbulnya berbagai kerusakan fungsi lingkungan hidup dan permasalahan kelestariannya. Dalam kebijaksanaan pengelolaan kawasan lindung diper-lukan pendekatan yang terintregasi antara kepentingan pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal dengan pelestariannya, terdiri dari :

a) Kawasan Perlindungan Setempat

 Kawasan Perlindungan setempat yang diprioritaskan disini adalah kawasan sekitar sungai atau sempadan sungai. Berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990, Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk sungai buatan/kanal/saluran/irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.

 Sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besasr dan 50 meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar kawasan permukiman.

 Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10-15 meter.

Kebijakan pemanfaatan ruang pada kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Lamandau ditunjukan untuk melindungi kawasan sempadan sungai dari kemungkinan gangguan kegiatan budidaya yang dapat menggangu kelestariannya. Untuk memantapkan fungsinya, kebijaksanaan pemanfaatan ruang pada kawasan perlindungan setempat di arahkan untuk melindungi sungai dari kegiatan penduduk yang dapat menggangu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.

b) Kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan di bawahnya, terdiri dari : Kawasan Hutan Lindung

(35)

tahun 2004, luas hutan lindung yang dialokasikan yaitu sebesar 42.995,41 Ha atau 6,86% dari total luas Kabupaten dimana lokasinya berada di Kecamatan pemekaran III, VI, VII dan VIII.

Kawasan Bergambut

Berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990, Kawasan Bergambut adalah kawasan yang unsur pembentuk tanahnya sebagian berupa sisa-sisa bahan organik yang tertimbun dalam jangka waktu yang lama. Kawasan bergambut yang menjadi kawasan perlindungan bawahannya adalah tanah bergambut dengan ketebalan 3 meter atau lebih yang terdapat di bagian hulu sungai dan rawa. Berdasarkan peta sistem lahan diketahui bahwa kawasan bergambut Kabupaten Lamandau terdapat disebelah selatan Kecamatan Nanga Bulik seluas 379,55 Ha.

Kawasan Konservasi dan resapan air

Kawasan resapan air di wilayah Kabupaten Lamandau adalah bagian punggung perbukitan yang merupakan kawasan hulu sungai-sungai yang ada di wilayah Kabupaten Lamandau. Sungai besar Lamandau merupakan muara sungai-sungai kecil seperti Sungai Delang, Sungai Batang Kawa, Sungai Belantikan, Sungai Bulik dan Sungai Mentabi, hulu sungai-sungai kecil tersebut.

Kawasan Pelestarian alam

Dari data yang diperoleh dari Sekertariat Daerah Pemerintah Kabupaten Lamandau, lokasi obyek wisata alam dan wisata sejarah yang diarahkan pembinaan dan pengembangannya adalah :

 Wisata alam Bukit Sampuraga berlokasi di Desa Karang Besi Kecamatan Lamandau.  Wisata alam Batu Bendinding di desa Sekoban Kecamatan Lamandau.

 Wisata alam Bukit Balou di Tapin Bini Kecamatan Lamandau.  Wisata alam air terjun di Desa Sungai Tuat Kecamatan Lamandau.  Wisata Sejarah Dayang Ilung di desa Petarikan kecamatan Lamandau.  Wisata alam Bukit Kubau berlokasi di Desa Lubuk Hijau Kecamatan Bulik.  Wisata alam Bahu Burung di desa Naga Kemujan kecamatan Bulik.

 Wisata alam air terjun tiga puluh berlokasi di Desa Panyombaan Kecamatan Delang.  Wisata Alam Riam Keladu di Benakitan Kecamatan Delang.

 Wisata Alam Bukit Sebayan di Kudangan Kecamatan Delang.  Wisata Alam Riam Tinggi di Riam Tinggi Kecamtan Delang.  Wisata Alam Sungai Sesongah di Kudangan Kecamtan Delang.

(36)

Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi SDA SDM dan sumber daya buatan. Kawasan ini perlu dimanfaatkan secara terencana dan terarah sehingga dapat berdaya guna dan berhasil guna bagi hidup dan kehidupan manusia. Kawasan yang akan diarahkan pengembangannya di Kabupaten Lamandau sesuai dengan potensi yang ada yaitu :

 Kawasan hutan produksi tetap  Kawsan hutan produksi terbatas  Kawasan pertanian lahan basah  Kawasan pertanian lahan kering  Kawasan Perkebunan

 Kawasan Permukiman Kota  Kawasan Perdesaan

Kawasan Hutan Produksi

Kawasan Hutan Produksi terdiri dari Hutan Produksi Tetap (HP) dan Hutan Produksi Terbatas (HPT). Pembudidayaan sumber daya alam pada kawasan hutan produksi bersifat terbatas. Kawasan hutan produksi terbatas ditentukan berdasarkan kriteria faktor kelerengan, curah hujan dan jenis tanah mempunyai nilai skor 125 -174 di luar hutan suaka dan hutan wisata.

Kawasan Pertanian

Rencana Pola pemanfaatan ruang kawasan pertanian meliputi antara lain kawasan pertanian lahan basah dan pertanian lahan kering.

Kawasan Pertanian Lahan Basah

Pada wilayah Kabupaten Lamandau belum terdapat irigasi teknis. Oleh karenanya kawasan pertanian lahan basah dialokasikan pada daerah rawa yang cukup luas di sebelah selatan Kecamatan Nanga Bulik yang memiliki karakteristik lahan yang didominasi oleh lahan gambut.

Tanaman Padi Sawah

Gambar

Tabel 13 : Rincian Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Tengah
Tabel 14 : Fungsi dan Peran Kota di Kabupaten Lamandau
Gambar 3: Struktur Ruang Kabupaten Lamandau
Gambar 4 : Pola Ruang Kabupaten Lamandau
+2

Referensi

Dokumen terkait

Metode angket (kuesioner) adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya..

“Penerapan metode read, repeat dan distribute dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotorik siswa pada mata pelajaran Fiqih yang saya lakukan adalah menyuruh siswa

Prosedur pelaksanaan teknik tersebut adalah setelah data terkumpul maka data direduksi, artinya proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan

Namun, sebagai tanda rahmad-Nya dan sebagai bukti kasih sayang-Nya, Dia telah menjelma kepada manusia para Matahari bimbingan-Nya, para lambang keesaan ilahiah-Nya, dan

Simpulan : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kadar kortisol pada kedua kelompok yang diberi obat analgetik ketorolak ataupun kelompok yang diberi

Kegiatan pengumpulan bukti audit diperoleh dari hasil wawancara dan hasil check list dengan Bagian IT dan karyawan yang berhubungan dengan sistem informasi persediaan, serta

Hasil pengukuran kecernaan bahan pada penelitian menunjukkan adanya peningkatan kecernaan BKS yang telah dihidrolisis dengan enzim cairan rumen domba sebagai bahan pakan ikan patin

Penyajian sama dengan PSAK 2004, kecuali tidak ada lagi: (1) asset keuangan; (2) property investasi yang diukur dengan nilai wajar; (3) asset bilogik yang