• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arahan strategi implementasi kebijakan

Dalam dokumen 4 HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 128-137)

Tabel 41 Data mata pencaharian penduduk Kecamatan Karimunjawa No

4.7 Analisis Kebijakan

4.7.3 Arahan strategi implementasi kebijakan

(1) Pengelolaan Karimunjawa melalui peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat

Prioritas utama untuk mencapai pengelolaan Karimunjawa secara berkelanjutan adalah bagaimana meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan pembangunan dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia. Dengan kesadaran tinggi yang dimiliki masyarakat setempat, maka eksploitasi sumberdaya alam yang dilakukannya akan lebih terkendali berorientasi pada pemanfaatan jangka panjang yang berkelanjutan. Demikian pula dengan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya tersebut sangat penting artinya, karena masyarakat akan merasa memiliki terhadap sumberdaya alam di daerahnya, dan dihargai pendapat dan aspirasinya. Keterlibatan partisipasi masyarakat tidak hanya pada proses atau tahap perencanaan, tapi juga sampai pada tahap pelaksanaan dan pengawasan. Dengan demikian, masyarakat akan sangat berperan dalam mengevaluasi pelaksanaan suatu kegiatan.

Tindakan yang bisa direkomendasikan dalam arahan strategi ini adalah program program kegiatan yang meliputi:

(a) Peningkatan kesadaran kepada masyarakat melalui penyuluhan, peningkatan pengetahuan, peningkatan kualitas SDM baik formal (bangku sekolah) maupun non formal (sistem paket kejar A, B, C).

(b) Pemasangan papan-papan peringatan di tempat-tempat strategis berisikan larangan pengeboman, penangkapan binatang yang dilindungi atau berupa himbauan mengenai pentingnya melestarikan laut beserta isinya. Keterlibatan mahasiswa yang notabene bersifat netral dalam suatu kegiatan KKN di wilayah Karimunjawa sangat efektif dalam menyadarkan masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan. (c) Peningkatan partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan cara pelibatan

masyarakat dalam proses perencanaan penetapan tata ruang termasuk zonasi, pengembangan usaha-usaha ekonomi masyarakat, pengembangan wisata bahari, pengembangan perikanan laut dan pengembangan wilayah Karimunjawa lainnya yang bisa diagendakan oleh pemerintah daerah setempat.

(d) Proses partisipasi masyarakat yang dinilai efektif adalah dimulai dari pertemuan melalui FGD yang melibatkan unsur masyarakat, instansi pemerintah terkait dan pengguna atau stakeholders yang lain dalam setiap rencana pengembangan Karimunjawa terutama jika berkaitan dengan kepentingan mereka secara langsung.

(2) Pengelolaan Karimunjawa melalui pengaturan zonasi

Pengelolaan Karimunjawa melalui kebijakan penetapan zonasi lebih diarahkan kepada penataan ruang (zonasi) yang dapat mengakomodasi dari berbagai kepentingan para stakeholders termasuk di dalamnya kelompok nelayan. Di samping itu, partisipasi masyarakat di dalam proses penataan ruang/zonasi perlu dilibatkan karena sebagai pengguna yang utama, sehingga diharapkan tidak terjadi benturan kepentingan antar pengguna atau stakeholders baik dalam pemanfaatan ruang dan tempat maupun pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia. Musyawarah dan mufakat serta bentuk-bentuk pertemuan melalui metode FGD (focus group discussion) sangat efektif untuk menyatukan pendapat dan menampung aspirasi dalam mengakomodasi berbagai kepentingan, jika pemandu acara atau moderator dan fasilitator pandai dan cerdas dalam membawakannya dan mengemas acara tersebut dengan baik sesuai dengan karakter masyarakat setempat beserta kelebihan, kekurangan dan kelemahan yang dimilikinya.

Beberapa program yang dapat disetting untuk diagendakan dalam penataan ruang /zonasi pada waktu mendatang adalah:

(a) Mengundang para tokoh dan perwakilan kelompok masyarakat dan aparat desa, LSM, perguruan tinggi dan instansi terkait dalam suatu forum pertemuan.

(b) Agar bisa menampung aspirasi masyarakat semaksimal mungkin, pertemuan/ rapat hendaknya sering dilakukan di ibukota kecamatan, bahkan akan lebih baik didahului pertemuan di tingkat desa yang dihadiri oleh aparat kecamatan dan perwakilan dari pemerintah daerah.

(c) Sosialisasikan program/rencana penataan ruang kepada masyarakat dan para stakeholder lainnya, sebelum rencana tersebut dilaksanakan.

(d) Sosialisasi tidak hanya dilakukan pada saat program dibuat tapi juga setelah adanya hasil dari penataan ruang/zonasi. Sosialisasi hasil penataan ruang hendaknya sampai ke wilayah kecamatan dan jika memungkinkan sampai ke tingkat desa-desa yang ada di wilayah kecamatan Karimunjawa.

(e) Pemberian pemahaman dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam baik melalui penyuluhan maupun pendidikan formal dan non formal yang dirintis sebelumnya, akan sangat membantu keberhasilan dalam pelaksanaan sosialisasi program penataan ruang. (f) Program penataan ruang yang substansinya menyangkut/membatasi kepentingan

nelayan dalam menangkap ikan/budidaya laut, sebaiknya melibatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaannya, bisa melalui metode FGD atau pertemuan dengan perwakilan dari kelompok nelayan/pembudidaya. Koordiniasi dan keterpaduan antar instansi terkait khususnya dan para stakeholders umumnya akan sangat membantu didalam mencapai keberhasilan dalam penaataan ruang. (g) Program penataan ruang sebaiknya direncakan untuk jangka panjang (20 – 25 tahun

ke depan), oleh karena itu perencanaan yang dibuat hendaknya didasarkan pada 3 aspek, yaitu ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Pemetaan terhadap potensi ke 3 aspek tersebut perlu dibuat dan disosialisasikan agar pemanfaatannya nanti bisa berkelanjutan.

(h) Jika penetapan zonasi telah ada, maka sebaiknya dapat dilakukan peninjauan ulang (revisi) untuk evaluasi 5 tahun pertama atau tepatnya tahun 2009/2110 sebagaimana ketentuan yang ada, didasarkan pada kondisi sumberdaya setelah 5 tahun berjalan,

dan dapat mengacu dari hasil penelitian-penelitian terbaru yang berkaitan dengan penentuan zonasi sebagai bahan kelengkapan dan penyempurnaan dalam penentuan zonasi yang lebih baik, diantaranya hasil penentuan zonasi dalam penelitian ini. (i) Tindak lanjut dari hasil penelitian ini agar bermanfaat bagi masyarakat, pemerintah

daerah, pengelola kawasan atau penentu kebijakan adalah melakukan sosialisasi melalui kegiatan semacam workshop, dan diharapkan Pemerindah Daerah Kabupaten Jepara atau Bappeda Propinsi Jawa Tengah dapat memfasilitasinya. Agar diperoleh hasil kesepakatan/rumusan yang terpadu, sebaiknya para stakeholders yang diundang terdiri dari berbagai komponen masyarakat Karimunjawa baik tokoh masyarakat maupun perwakilan kelompok masyarakat dari berbagai profesi, kemudian pelaku bisnis wisata, perikanan, perguruan tinggi, LSM dan instansi terkait termasuk Balai Taman Nasional sebagai pengelola kawasan, sehingga didapatkan satu formulasi yang tepat bagi penetapan zonasi yang lebih komprehensif`dan mengakomodasi berbagai kepentingan yang ada.

(j) Penyusunan data dasar mengenai potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia perlu dibuat sebelumnya, karena dengan menggunakan data-data tersebut akan sangat membantu di dalam penyusunan penataan ruang dengan akurasi data yang lebih baik, sehingga dapat mendekati realita di dalam penyusunannya.

(3) Pengelolaan Karimunjawa melalui pengembangan wisata

Pengelolaan Karimunjawa melaui kebijakan pengembangan pariwisata yang ramah lingkungan bisa diarahkan tidak hanya wisata laut atau bahari tapi juga wisata alam perbukitan dan wisata budaya. Agar kegiatan pariwisata dapat berkembang, maka seyogyanya dari pihak Pemerindah Daerah menyiapkan paket wisata di kepulauan Karimunjawa meliputi ke tiga jenis wisata tersebut, sehingga wisatawan diharapkan bisa lebih lama tinggal/menginap di Karimunjawa. Obyek-obyek wisata yang potensial juga perlu disiapkan dan dikelola dengan baik termasuk prasarana-sarana menuju ke obyek wisata harus memadai, sehingga menarik para wisatawan yang datang. Obyek-obyek wisata juga seharusnya tidak terfokus pada satu tempat/desa, tapi bisa menjangkau dan berkembang ke pulau atau desa-desa lain yang berpenduduk agar terjadi pemerataan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan penduduk. Beberapa program yang dapat diagendakan untuk pengembangan kegiatan di sektor pariwisata, antara lain:

(a) Mengalokasikan satu atau beberapa pulau yang memiliki keindahan yang khas, misalnya pulau dimana dapat ditemukan Penyu bertelur, burung camar atau burung pelikan bersarang, tempat hidup lobster, tempat dimana ikan lumba-lumba bisa ditemukan atau tempat dimana terdapat kapal belanda karam/tenggelam.

(b) Perlu membuat rencana penataan tempat/wilayah perairan, dimana antara tempat budidaya rumput laut, budidaya ikan kerapu dan ikan hias, kegiatan penangkapan ikan, dan wisata pantai dapat dilakukan tanpa saling berbenturan tempat, dan kepentingan, sehingga nyaman dipandang karena tertata dengan baik dan teratur. (c) Untuk mengakomodasi wisatawan lokal dan nasional, maka perlu diadakan kapal

penyeberangan antar pulau-pulau yang berpenghuni di wilayah Karimunjawa dengan jadwal setiap hari ada keberangkatan PP.

(d) Wisata alam perbukitan perlu dibuat dengan salahsatu caranya adalah membuat jalur atau track baru model melingkar dengan menembus alam perbukitan dengan jarak relatif pendek antara 5 – 6 km yang cukup dapat dilewati bagi pejalan kaki atau sepeda gunung, termasuk mungkin dibuatnya jalan baru yang dapat menyusuri pantai.

(e) Perlu dibuatkan tempat khusus yang nyaman, aman berupa tanah lapang berumput yang bisa untuk kegiatan berkemah, dekat sumber air tawar, dekat dengan pantai, dan tidak jauh dari pemukiman penduduk.

(f) Potensi nilai-nilai sosial budaya yang ada dan tidak berkembang di masyarakat perlu dihidupkan kembali, karena di wilayah kepulauan Karimunjawa terdiri dari beberapa suku (Jawa, Madura, Buton, Bugis, Mandar, Menado, dan lainnya). Beberapa rumah adat perlu dibantu untuk direhabilitasi/renovasi dijadikan sebagai contoh untuk terus dipelihara, juga seni budaya seperti perhelatan perkawinan, sedekah bumi, pendirian rumah baru atau seni tari perlu dipelihara/dihidupkan kembali.

(g) Penyuluhan kepada masyarakat tentang arti pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam.

(h) Penyuluhan tentang pentingnya pengembangan potensi wisata yang terdapat di daerah setempat, dan pentingnya menyambut peluang bisnis dalam menghadapi berkembangnya kegiatan pariwisata.

(i) Pembentukan sentra-sentra industri kerajinan/ukiran dan pusat penjualan souvenir yang memadai dan dipusatka n pada satu tempat, dekat dengan obyek-obyek wisata yang potensial dikunjungi.

(j) Pembentukan dan pembinaan kelompok-kelompok pemandu wisata, homestay, paguyuban jasa antar perahu, paguyuban seni dan budaya, dan lainnya.

Sedangkan berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan dan penentuan zonasi serta penilaian kondisi sumberdaya, ada beberapa rancangan pengelolaan kawasan Taman Nasional Karimunjawa yang dapat direkomendasikan sebagai arahan bagi penentu kebijakan terutama berkaitan dengan upaya konservasi sumberdaya dan pengaturan pemanfaatan ruang, yaitu meliputi: (1) arahan kesesuaian dalam pemanfaatan lahan, (2) perlindungan sumberdaya hayati laut, dan (3) rehabilitasi vegetasi hutan mangrove dan lamun.

(1) Arahan Kesesuaian Pemanfataan Lahan

Pemanfaatan lahan di dalam kawasan perlindungan seperti Taman Nasional perlu menjadi perhatian serius agar tidak terjadi tumpang tindih penggunaan untuk berbagai penggunaan. Mengingat kawasan Taman Nasional me rupakan pulau-pulau kecil yang rentan terhadap degradasi lingkungan, maka pemanfaatan lahan harus diperhatikan sehingga tidak melebihi daya dukung lingkungan. Pemanfaatan lahan yang dilakukan atas dasar analisis kesesuaian lahan, ditujukan agar pemanfaatan lahan tidak melebihi daya dukung lingkungan dan agar dalam pengaturan penggunaan lahan sesuai dengan peruntukannya. Hal ini merupakan prasyarat bagi pengolaan lahan pulau-pulau kecil yang berkelanjutan. Sebagai panduan dalam pengaturan pemanfaatan lahan di kawasan Taman Nasional Karimunjawa, diperlukan satu peta arahan pemanfaatan sehingga memudahkan dalam pelaksanaannya sebagaimana secara ilustratif disajikan pada Gambar 40.

Gambar 40 memperlihatkan bahwa wilayah Kepulauan Karimunjawa terutama kawasan Taman Nasional ternyata sesuai untuk berbagai penggunaan, yaitu budidaya kerapu, budidaya rumput laut, budidaya teripang, wisata laut kategori selam, wisata laut kategori snorkling, wisata pantai kategori rekreasi, dan konservasi hutan mangrove. Pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut merupakan tipe penggunaan yang paling luas dan sesuai hampir di semua pulau, demikian pula dengan penggunaan untuk wisata pantai kategori rekreasi baik di wilayah perairannya maupun di daratannya. Penggunaan lahan perairan untuk kegiatan budidaya teripang ternyata juga cocok dan sesuai dilakukan di sebagian besar pulau-pulau yang ada, kecuali di P. Burung, P. Geleang, P.

Menyawakan, P. Krakal Besar dan Krakal Kecil. Sedangkan penggunaan lahan untuk kegiatan wisata selam dan snorkling hanya sesuai di beberapa lokasi seperti di sebagian P. Kemujan, P. Karimunjawa, P. Menjangan Besar dan Kecil, P. Bengkoang, P. Kembar, dan P. Geleang. Penggunaan lahan untuk kepentingan konservasi hutan mangrove hanya sesuai dilakukan di pulau-pulau besar yang berpenghuni, yaitu P. Kemujan, P. Karimunjawa, P. Parang dan P. Nyamuk. Dari ke empat pulau ini, P. Kemujan merupakan habitat hutan mangrove yang memiliki kesesuaian yang paling luas untuk dilakukan perlindunga n, karena kondisinya yang masih baik.

(2) Arahan Perlindungan Sumberdaya Hayati Laut

Arahan perlindungan sumberdaya hayati laut difokuskan pada sumberdaya hayati yang telah mengalami degradasi habitat seperti terumbu karang. Sedangkan tempat-tempat yang menjadi spawning ground ikan-ikan pelagis (tongkol) juga dijadikan arahan untuk menjadi zona perlindunga n.

Lokasi terumbu karang yang ditentukan untuk dilakukan rehabilitasi berada di P. Menjangan Besar dan P. Menjangan Kecil (sebelah selatan), Taka Menyawakan, Gosong Tengah, P. Kecil, P. Katang, P. Krakal Besar, Karang Kapal, Karang Besi, Karang Katang, P. Krakal Kecil. Lokasi spawning ground bagi ikan pelagis tongkol mengacu dari data sebaran kandungan klorofil a yaitu berada di sekitar Karang Katang, sebelah timur Karang Besi, sebelah barat daya dan timur dari P. Nyamuk, sekitar Karang Kapal, dan sebelah timur P Bengkoang. Secara ilustratif, lokasi-lokasi yang ditentukan sebagai daerah perlindungan sumberdaya di atas disajikan pada Gambar 41.

(3) Arahan Rehabilitasi Hutan Mangrove dan Padang Lamun

Arahan rehabilitasi untuk sumberdaya hutan mangrove dan vegetasi lamun difokuskan pada tempat-tempat dimana ke dua sumberdaya tersebut saat ini telah mengalami degradasi habitat, ditandai oleh dengan rendahnya kelimpahan jenis, dan berkurangnya luasan mangrove karena konversi ke lahan pertambakan beberapa tahun lalu, yang hingga kini menjadi lahan puso/terlantar. Lokasi untuk rehabilitasi berada di P. Karimunjawa (Legon Boyo), P. Parang, dan P. Nyamuk. Sedangkan rehabilitasi untuk vegetasi Lamun berada di P. Cemara Kecil, P. Geleang, P. Burung, P. Krakal Besar, P. Krakal Kecil, P. Katang dan P. Nyamuk. Secara ilustratif arahan rehabilitasi sumberdaya hutan mangrove dan vegetasi lamun disajikan pada Gambar 42.

Dalam dokumen 4 HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 128-137)