• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

4.1 Keadaan Umum Kepulauan Karimunjawa 4.1.1 Letak geografis dan luas wilayah

Kepulauan Karimunjawa secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah. Kepulauan Karimunjawa terletak di sebelah barat laut kota Jepara dengan jarak sekitar ± 45 mil laut (83 km). Secara geografis wilayah ini terletak pada koordinat 5o40’ – 5o57 LS dan 110o4’ – 110o40 BT.

Kepulauan Karimunjawa memiliki luas 107.225 ha, yang terdiri dari lautan seluas 100.105 ha, dan daratan seluas 7.120 ha yang tersebar di 27 pulau. Dari 27 pulau tersebut, 5 diantaranya telah berpenghuni yaitu Pulau Karimunjawa, Pulau Kemujan, Pulau Parang, Pulau Nyamuk dan Pulau Genting (Martoyo, 1998).

Terdapat 3 desa di wilayah Kepulauan Karimunjawa yang dibagi menjadi beberapa dukuh, yaitu :

(1) Desa Karimunjawa meliputi P. Karimunjawa dan Pulau Genting, terdiri dari: - Dukuh Karimunjawa - Dukuh Alang-alang

- Dukuh Kapuran - Dukuh Cikmas

- Dukuh Legon Lele - Dukuh Kemloko - Dukuh Jatikerep - Dukuh Genting (2) Desa Kemujan meliputi Pulau Kemujan, terdiri dari :

- Dukuh Kemujan - Dukuh Batu Lawang

- Dukuh Mrican - Dukuh Legon Gede

- Dukuh Telaga - Dukuh Legon Tengah (3) Desa Parang meliputi Pulau Parang dan Pulau Nyamuk, terdiri dari :

- Dukuh Parang - Dukuh Nyamuk

Pulau-pulau yang berada di Kepulauan Karimunjawa berdasarkan ukuran luas dapat dibagi ke dalam 4 ukuran, yakni ukuran besar terdiri dari pulau Karimunjawa seluas 4.302,5 ha; pulau Kemujan seluas 1.501,5 ha. Pulau yang berukuran sedang meliputi pulau parang Parang seluas 690 ha; pulau Nyamuk seluas 125 ha; dan pulau Genting seluas 135 ha. Pulau yang termasuk pulau kecil diantaranya pulau Menjanga n Besar 56 ha; Menjangan Kecil sebesar 46 ha;

(2)

Geleang seluas 24 ha; Cemara Besar 3,5 ha. Sedangkan pulau yang termasuk sangat kecil adalah pulau Cilik (Kecil) seluas 2,0 ha; Cemara Kecil seluas 1,5 ha; pulau Mrico seluas 1 ha; pulau Burung seluas 1,0 ha dan pulau batu seluas 0,5 ha. Secara rinci luasan pada masing-masing pulau menurut Balitbang (2004) disajikan pada Tabel 19.

Tabel 19 Luas masing-masing pulau di kawasan Taman Nasional Karimunjawa

No. Nama pulau Luas (ha) Posisi koordinat

1. Karimunjawa 4.302,5 5o49’33” - 5o48’23” LS; 110o24”34’ - 110o28’37” BT 2. Kemujan 1.501,5 5o46’24” - 5o59’16” LS; 110o26’55” - 110o26’38” BT 3. Parang 690,0 5o43’36” - 5o45’55” LS; 110o13’50” - 110o13’15” BT 4. Nyamuk 125,0 5o48’39” - 5o36’30” LS; 110o10’44” - 110o49’50” BT 5. Bengkoang 79,0 5o43’57” - 5o44’50” LS; 110o24’08” - 110o49’43” BT 6. Menjangan Besar 56,0 5o52’55” - 5o53’50” LS; 110o25’23” - 110o49’00” BT 7. Menjangan Kecil 46,0 5o53’10” - 5o53’50” LS; 110o24’18” - 110o49’40” BT 8. Geleang 24,0 5o52’33” - 5o52’03” LS; 110o21’33” - 110o21’24” BT 9. Menyawakan 21,0 5o47’33” - 5o48’02” LS; 110o20’33” - 110o20’49” BT 10. Sintok 21,0 5o46’33” - 5o47’10” LS; 110o30’33” - 110o30’54” BT 11. Kembar 15,0 5o44’33” - 5o44’40” LS; 110o11’33” - 110o11’30” BT 12. Kumbang 12,0 5o46’33” - 5o46’25” LS; 110o13’33” - 110o14’17” BT 13. Krakal Besar 10,0 5o50’33” - 5o52’06” LS; 110o14’33” - 110o14’22” BT 14. Krakal kecil 10,0 5o51’33” - 5o51’52” LS; 110o13’33” - 110o13’51” BT 15. Katang 7,5 5o47’33” - 5o48’08” LS; 110o09’33” - 110o09’48” BT 16. Tengah 4,0 5o48’33” - 5o48’42” LS; 110o30’33” - 110o30’33” BT 17. Cemara Besar 3,5 5o48’33” - 5o48’32” LS; 110o22’33” - 110o22’30” BT 18. Cemara Kecil 1,5 5o49’33” - 5o50’02” LS; 110o22’33” - 110o22’44” BT 19. Cilik 2,0 5o49’33” - 5o49’23” LS; 110o30’33” - 110o30’31” BT 20. Mrico (Mrica) 1,0 5o47’33” - 5o49’02” LS; 110o27’33” - 110o27’24” BT 21. Burung 1,0 5o53’33” - 5o53’31” LS; 110o20’33” - 110o20’30” BT 22. Batu 0,5 5o52’33” - 5o52’18” LS; 110o27’33” - 110o27’17” BT Sumber : Balitbang (2004)

Pulau-pulau yang termasuk ke dalam wilayah kawasan Taman Nasional Karimunjawa terdiri dari 22 pulau; sedangkan 5 pulau lainnya tidak termasuk ke

(3)

dalam kawasan tersebut adalah pulau Genting, pulau Sambangan, pulau Seruni, pulau Cendikian, dan pulau Gundul.

4.1.2 Iklim

Wilayah kepulauan Karimunjawa merupakan gugusan pulau-pulau di daerah tropis yang dikelilingi laut, sehingga keadaan ikimnya adalah iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin laut yang bertiup sepanjang hari dengan suhu rata-rata antara 26-30 oC, suhu maksimum 34 ºC dan suhu minimum 22 oC. Kelembaban nisbi antara 70-85 % dan tekanan udara berkisar antara 1012 mb. Keadaan ini sangat bervariasi tergantung pada tempat dan waktu pengukuran (Dishidros, 1989 yang diacu dalam Tim UPM Inset LP Undip, 2000).

Dalam satu tahun terdapat dua pergantian musim yaitu musim kemarau dan penghujan dengan musim pancaroba diantaranya. Musim kemarau (timuran) terjadi antara bulan Juni-Agustus. Pada musim ini cuaca sepanjang hari cerah dengan curah hujan rata-rata < 200 mm/bulan. Rata-rata penyiaran matahari setiap harinya antara 70-80 %. Bulan kering terjadi sekitar Maret-Agustus dengan curah hujan sekitar 60 mm/bulan. Arah angin datang dari timur sampai tenggara dengan kecepatan antara 7-10 knot, kadang-kadang dapat mencapai 16 knot atau lebih (Dishidros, 1989 yang diacu dalam Tim UPM Inset LP Undip, 2000). Setelah musim kemarau selesai dilanjutkan dengan musim pancaroba I yaitu antara bulan September-Oktober. Pada periode ini angin didominasi dari arah barat ke barat laut dan kadang-kadang dari arah timur dan utara dengan kecepatan yang bervariasi.

Musim penghujan (baratan) brlangsung antara bulan Nopmber- Maret dengan curah hujan > 200 mm/bulan serta adanya angin kuat yang diikuti gelombang laut yang besar. Rata-rata penyinaran matahari sekitar 30-60 % setiap harinya. Bulan Januari merupakan bulan terbasah dengan curah hujan sekitar 400 mm/bulan. Pada bulan Januari gelombang laut relatif besar berkisar antara 0,4-1,25 m bahkan pada saat cuaca buruk tinggi gelombang bisa mencapai > 1,7 m. Angin bertiup cukup kencang dengan arah bervariasi dari barat ke barat laut, kecepatan rata-rata antara 7-16 knot dan kadang-kadang dapat mencapai 21 knot (Dishidros, 1989 yang diacu dalam Tim UPM Inset LP Undip, 2000). Setelah musim penghujan dilanjutkan dengan musim pancaroba II yaitu antara bulan

(4)

April-Mei dan arah angin lebih bervariasi dari barat dan timur silih berganti dengan kecepatan rata-rata 4 -10 knot.

4.1.3 Hidrologi

Di wilayah Kepulauan Karimunjawa tidak dijumpai sungai besar yang aliran airnya permanen. Sungai-sungai kecil dijumpai di P. Karimunjawa yang bermuara di laut sekitar pulau. Sumber mata air (pancuran) diktemukan di dukuh Kapuran, Nyamplungan, Legon Goprak, Cikmas, dan Legon Lele. Pada musim penghujan sumber air tersebut melimpah mengalir deras di sungai-sungai di daerah Kapuran, Jatikerep dan Legon Lele; sedang pada musim kemarau debit air tawar yang dihasilkan berkurang banyak sehingga sungai-sungai tersebut kering.

Untuk mencukupi kebutuhan air sehari-hari penduduk membuat sumur galian terutama di daerah yang tidak memiliki sumber mata air (pancuran) seperti di daerah Kemujan, Parang dan pulau-pulau kecil lainnya. Kedalaman sumur berkisar 3-5 m dari permukaan tanah, kecuali di beberapa tempat seperti P. Parang, P. Nyamuk dan P. Kemujan kedalaman sumur bisa mencapai 10-15 m. Beberapa pulau kecil meskipun tidak berpenghuni ditemukan sumber air tawar dengan kedalaman 1-3 m dan itupun dalam jumlah yang terbatas. Namun di beberapa pulau seperti P. Cemara Kecil dan P. Katang sumber air tersebut sudah terintrusi oleh air laut sehingga tidak memenuhi syarat sebagai air minum (Tim UPM Inset LP Undip, 2000).

4.1.4 Potensi sumberdaya alam

Berbagai potensi sumberdaya perairan yang dimiliki kepulauan Karimunjawa, adalah ekosistem terumbu karang, ekosistem rumput laut dan padang lamun, ekosistem mangrove, ekosistem hutan pantai, sumberdaya perikanan, dan potensi wisata bahari.

Ekosistem terumbu karang menyebar hampir di seluruh gugusan pulau yang ada, terdiri dari tiga tipe yaitu: terumbu karang pantai (fringing reef), terumbu penghalang (barrier reef), dan goba.

Sumberdaya rumput laut di Karimun Jawa dapat dikelompokkan ke dalam 3 divisi, yaitu Chlorophyta (2 genera), Phaeophyta (3 genera), dan Rhodophyta (5 genera). Komunitas rumput laut terbesar hampir di seluruh perairan, sampai

(5)

dengan kedalaman 20 meter. Sedangkan, padang lamun terebar di seluruh peraran sampai dengan kedalaman 25 meter. Terdapat 10 genera lamun yang termasuk ke dalam famili Pomagetonaceae dan Hyfrocharitaceae, serta dari genera Enhalus dan Thallasia yang mendominasi komunitas lamun di Karimunjawa (Martoyo, 1998).

Sumberdaya mangrove terutama terdapat di P. Karimunjawa dan P. Kemujan, terdiri dari 9 genera dan tidak kurang dari 11 jenis, meliputi genera

Bruguiera, Rhyzophora, Ceriop, Aegiceras, Xylocarpus, Excoecaria, Lumnitzera, Sonneratia, dan Heritiera (Martoyo, 1998).

Sumberdaya hutan pantai tersebar pada beberapa pulau seperti Cemara Besar, Cemara Kecil, Burung, Geleang. Hutan pantai dicirikan oleh adanya jenis ketapang (Terminalia catapa), cemara laut (Casuarina equisetifolia), setigi (Strebus asper), waru laut (Hibiscus tiliaceus), dan kelapa (Cocos nucifera), (Martoyo, 1998).

Sumberdaya ikan yang merupakan penghasil utama di kepulauan Karimun- jawa adalah berbagai jenis ikan pelagis yaitu tongkol, teri dan kembung, serta berbagai jenis ikan karang seperti kakap, kerapu sunuk, napoleon, dan lobster. Di samping ikan laut hasil tangkapan, sejak tahun 1994 telah mulai berkembang usaha budidaya udang windu (Penaeus monodon Fab.) di tambak.

Potensi perikanan P. Karimunjawa dapat dilihat dari produksi ikan pelagik seperti tongkol, jack, mackerel, anchivies, dan sardin sebesar 150 ton/tahun, dan sekitar dua sampai dengan tiga kali lipat jumlah tersebut langsung dikirim ke pelabuhan ikan di Jawa (Rao, 1998 yang diacu dalam Martoyo, 1998). Karimunjawa juga penghasil ikan konsumsi hidup seperti kerapu, kakap, napoleon, lobster, dan lain-lain ke Hongkong, melalui Jakarta. Karimunjawa mengekspor ikan konsumsi hidup ke Hongkong sebanyak 2 ton/bulan atau 24 ton/tahun (Rao, 1998 yang diacu dalam Martoyo, 1998). Potensi perikanan ini, dapat menjadi pendukung dalam pengembangan wisata karena seafood merupakan menu pilihan utama pada sentra wisata bahari.

(6)

Dari usaha budidaya tambak seluas sekitar 51,9 hektar dari 113 petak tambak milik 96 petani tambak yang tersebar dan terkonsentrasi di P. Karimunjawa dapat dihasilkan produksi udang windu antara 1 – 2 ton/hektar, merupakan potensi yang mendukung bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan bagi petani/penduduk setempat juga berarti bagi peningkatan pendapatan daerah setempat.

Potensi wisata bahari kepulauan Karimunjawa sangat besar, karena didukung oleh adanya terumbu karang yang berwarna warni dengan ikan karang dan biota laut yang masih utuh dan alami, serta pantai dengan pasirnya yang putih dan laut yang jernih hingga ke dasar perairan. Potensi wisata bahari juga didukung oleh tersedianya berbagai sarana penginapan (losmen, motel/hotel, home stay, wisma,, cottage) dengan jumlah yang cukup memadai, selain sarana jalan beraspal, transportasi angkutan laut dan darat milik penduduk setempat yang memadai walau dalam jumlah terbatas.

4.2 Analisis Biogeofisik

4.2.1 Penggunaan lahan dan tutupan wilayah

Berdasarkan hasil analisis interpretasi citra satelit ETM-7, penggunaan lahan yang terdapat di kepulauan Karimunjawa dapat dikelompokkan ke dalam 8 macam penggunaan, meliputi hutan tropis, kebun campuran, kebun kelapa, vegetasi mangrove, pemukiman penduduk, sawah, tambak dan tegalan atau ladang. Tiap jenis penggunaan lahan memiliki luas yang berbada-beda, dimana hutan tropis memiliki luasan yang paling besar yaitu 1.781,126 ha, sedangkan luasan yang terkecil adalah pertambakan yaitu 39,504 ha. Secara rinci jenis dan luasan penggunaan lahan disajikan pada Tabel 20, dan secara diskriptif pada Gambar 8.

Berdasarkan penggunaan lahan di wilayah Kepulauan Karimunjawa, hutan tropis memiliki luas yang besar mencapai 1.735,29 ha dari total luas daratan 4.476,39 ha. Hutan ini luasnya menutupi hampir seluruh pulau Karimunjawa dengan puncaknya Bendera berketinggian 506 meter dpl. Hutan ini bagi penduduk memiliki peranan yang santa penting dalam menjaga keseimbangan alam terutama

(7)

dalam me njaga persediaan air tanah. Pemanfaatan kayu hutan oleh penduduk untuk kepentingan ekonomi tidak diperbolehkan, karena keberadaan hutan sangat dilindungi sebagai kawasan konservasi., namun masih ada sebagian penduduk yang menebang kayu dalam skala terbatas untuk kepentingan perladangan dan bangunan yang umumnya berada di dekat jalan utama. Sampai sekarang juga masih terdapat penebangan kayu jabon, labon atau kayu dewandaru oleh sebagian kecil penduduk untuk pemanfaatan terbatas dalam pembuatan cendera mata yang dijual ke turis-turis. Namun umumnya penebangan kayu tersebut berada di lahan kepemilikannya sendiri atau di hutan negara dengan cara sembunyi-sembunyi.

Penggunaan lahan untuk pemukiman umumnya berkembang dekat ibukota Kecamatan dan di sepanjang pantai terutama yang berdekatan dengan jalan utama beraspal yang mengelilingi pulau Karimunjawa, jalur menuju ke Bandara dan pulau Kemujan. Keadaan perumahan penduduk terbagi menjadi dua, yaitu rumah permanen, semi permanen dan non permanen. Jumlah perbandinga n antar jenis rumah tersebut cukup berimbang antara 31 % sampai dengan 33 %. Rumah-rumah non permanen umumnya dijumpai di dekat pantai yang dimiliki oleh nelayan terutama untuk persinggahan dalam melakukan penangkapan ikan, sedangkan rumah permanen dan semi permanen sudah banyak yang berdinding bata dan sebagian dari bahan batu karang massive. Suku Bugis Makassar umumnya lebih menyukai rumah panggung yang terbuat dari bahan kayu, sedangkan suku Madura terutama Jawa lebih banyak membangun rumah dari dinding batu bata atau batu karang.

Areal persawahan yang relatif terbatas luasnya (46,68 ha) berada di dekat perbatasan antara P. Karimunjawa dengan P. Kemujan di sisi Barat dari jalan raya beraspal. Tipe sawah yang ada adalah tadah hujan, dan sebagian lagi memperoleh aliran air dari mata air yang ditampung dalam suatu bendung (cekdam) sederhana, yang berada di dukuh Legon Lele. Saat ini telah dikembangkan areal persawahan baru seluas ± 52 ha di dukuh Legon Cikmas dengan tipe tadah hujan. Jika kemarau tiba, areal persawahan di dukuh ini dijadikan areal penanaman palawija. Areal persawahan tersebut oleh pemerintah diharapkan dapat mengantisipasi kebutuhan pangan beras di P. Kemujan, P. Genting, P. Parang dan P. Nyamuk.

(8)

Tabel 20 Luas penutupan wilayah daratan di Kepulauan Karimunjawa

No Pulau

Hutan tropis Kebun campuran Kebun kelapa Mangrove Pemukiman Sawah Tambak Tegalan Total Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) % 1 Bkg 89,17 85,34 - - - 15,32 14,66 104,49 2,33 2 Brg - - 2,23 100,00 - - - 2,23 0,05 3 CB - - 5,45 100,00 - - - 5,45 0,12 4 CK - - 1,75 100,00 - - - 1,75 0,04 5 Glg - - 27,66 100,00 - - - 27,66 0,62 6 Krjw 1.428,72 62,64 129,36 5,67 165,03 7,24 208,99 9,16 80,48 3,53 46,68 2,05 13,93 0,61 207,65 9,10 2.280,84 50,95 7 Ktg - - 3,12 100,00 - - - 3,12 0,07 8 Kcl - - 1,86 100,00 - - - 1,86 0,04 9 Kbr - - 9,70 86,92 - - 1,46 13,08 - - - 11,16 0,25 10 Kmj 144,01 11,41 182,15 14,43 381,93 30,25 262,10 20,76 82,75 6,55 - - 25,57 2,03 183,96 14,57 1.262,47 28,20 11 KB - - 3,12 100,00 - - - 3,12 0,07 12 KK - - 2,62 100,0 0 - - - 2,62 0,06 13 Kbg - - - - 11,32 100,00 - - - 11,32 0,25 14 MB 20,80 29,76 - - 27,97 40,02 11,16 15,97 0,00 0,00 - - - - 9,96 14,25 69,88 1,56 15 MK - - 23,69 51,65 22,17 48,35 - - - 45,86 1,02 16 Myk - - 24,93 100,00 - - - 24,93 0,56 17 Nyk 4,50 3,63 26,76 21,55 31,38 25,27 33,22 26,75 18,50 14,90 - - - - 9,81 7,90 124,18 2,77 18 Prg 48,09 10,27 185,97 39,73 74,04 15,82 17,72 3,78 33,81 7,22 - - - - 108,51 23,18 468,12 10,46 19 Stk - - 21,30 100,00 - - - 21,30 0,48 20 Tgh - - 4,03 100,00 - - - 4,03 0,09 Total 1.735,29 38,77 655,69 14,65 713,84 16,52 534,65 11,94 215,54 4,81 46,68 1,04 39,50 0,88 535,20 11,96 4.476,39 100,00 Keterangan :

Bkg : Bengkoang Glg : Geleang Kbr : Kembar Kbg : Kumbang Nyk : Nyamuk

Brg : Burung Krjw : Karimunjawa Kmj : Kemujan MB : Menjangan Besar Prg : Parang CB : Cemara Besar Ktg : Katang KB : Krakal Besar MK : Menjangan Kecil Stk : Sintok CK : Cemara Kecil Kcl : Kecil KK : Krakal Kecil Myk : Menyawakan Tgh : Tengah

(9)
(10)

Lahan pertambakan terkonsentrasi di sisi Barat pulau Karimunjawa dan berada di sepanjang pantai dekat jalan utama beraspal jalur Karimunjawa ke Bandara dan Kemujan. Kondisi lahan pertambakan saat kini sudah terbengkelai tidak terurus dan sudah sejak tahun 2002 hingga kini tidak beroperasi lagi akibat gagal panen atau produksi udang windu tidak memadai. Gagalnya panen udang menurut pembudidaya tambak disebabkan oleh tidak memadainya antara modal produksi dengan hasil panenan udang. Jika dilihat dari substrat tanah tambak bertekstur pasir kasar/kuarsa dan pasir berbatu, menyebabkan tanah bersifat

porous atau mudah bocor dan pemberian pakan menjadi boros, unsur-unsur hara

tidak terserap dengan baik oleh jenis tanah tersebut, akhirnya berakibat biaya produksi menjadi tinggi. Tingginya pemberian pakan tambahan (pelet) juga menyebabkan kualitas air menjadi buruk, terjadi eutriofikasi, dan kualitas udang menurun. Saat tambak masih beroperasi terutama di awal awal tambak beroperasi, menurut sejumlah pembudidaya di desa Karimunjawa, tambak dapat menghasilkan udang windu sekitar 2-4 ton/ha/panen. Namun kondisi ini hanya berlangsung selama sekitar 2 tahun, dan setelah itu memasuki tahun ke tiga produksi mulai turun dan akhirnya gagal panen. Kondisi tersebut lebih diperparah selain oleh sifat tanahnya yang porous, juga dalam waktu yang hampir bersamaan pembukaan lahan pertambakan dari hutan mangrove yang dikonversi ke tambak banyak dilakuka n oleh penduduk setempat maupun pemodal dari luar pulau Karimunjawa karena tergiur oleh harga yang tinggi terutama bersamaan dengan waktu terjadinya krisis moneter tahun 1997/1998.

Di wilayah Karimunjawa juga terdapat perkebunan yang diusahakan oleh penduduk berupa kebun kelapa, cengkeh, kopi, kapuk randu, jambu mete. Pohon kelapa terhampar luas sepanjang pinggir-pinggir pantai yang berpenduduk. Pohon kelapa di wilayah Karimunjawa termasuk komoditas penting dalam membantu perekonomian penduduk, karena tana hnya cocok untuk tanaman pohon tersebut dan buahnya cukup banyak. Buah kelapa ini umumnya dipasarkan ke luar daerah seperti Jepara dan Kudus menggunakan angkutan feri dan sebagian menggunakan angkutan perahu milik penduduk sendiri. Selain pohon kelapa, pohon jambu mete ternyata juga sangat cocok di daerah Karimunjawa, dan hampir semua dukuh

(11)

terdapat tanaman ini. Sayangnya, pohon jambu mete ini hanya diambil metenya setiap kali panen, sedangkan buahnya (dagingnya) tidak banyak dimanfaatkan bahkan sering dibuang begitu saja. Padahal, kalau ada investor yang dapat mengelola daging jambu mete dan sekaligus metenya maka akan sangat menguntungkan ke dua belah pihak. Tanaman pangan juga terdapat di di daerah ini walau tidak banyak, seprti jagung, ketela pohon, ubi jalar, kacang tanah, kedelai dan wijen. Selain itu penduduk juga telah mengembangkan tanaman sayuran dan buah-buahan. Di pulau Parang dan pulau Nyamuk, buah kedondong, mangga, sirsat dan sirkaya hasilnya sangat baik dan ukurannya relatif besar-besar. Saat ini, kegiatan pertanian yang diusahakan penduduk telah berkembang ke arah laut atau pantai melalui diversifikasi pembudidayaan rumput laut dengan sistem tali. Walau hasilnya tidak besar (rata-rata per panenan dengan ukuran luas 25 x 50 m atau 25 line dengan panjang 25 m dapat dihasilkan sebanyak 3 – 4 kw), namun sangat membantu ekonomi keluarga apalagi kalau pembudidaya setelah melakukan pemanenan dilanjutkan dengan pengeringan, pencucian dengan air tawar dan terakhir dikemas dengan baik menggunakan plastik bening, maka akan meningkatkan harga jual di pasaran. Biasanya rumput laut tersebut diusahakan dengan sistem keluarga, yaitu mengerahkan anggota keluarganya dalam mengusahakan budidaya rumput laut. Pengerahan tenaga dari anggota keluarga atau kerabatnya hanya dilakukan terutama pada saat penebaran benih dan pemanenan yang memerlukan waktu secepat mungkin.

Penutupan dasar perairan atau substrat di Kepulauan Karimunjawa dapat dikelompokkan menjadi 6 jenis, meliputi karang hidup, karang mati, pasir, lamun, lumpur dan pecahan karang. Luasan tiap jenis substrat dasar perairan secara rinci disajikan pada Tabel 21, dan secara diskriptif disajikan pada Gambar 9.

Tutupan substrat dasar perairan oleh karang hidup dan karang mati relatif lebih luas dibandingkan dengan tutupan dari jenis substrat yang lain. Kondisi yang demikian sangat menguntungkan bagi kehidupan ikan, karena terumbu karang terutama karang yang masih hidup (baik) merupakan tempat hidup/habitat yang nyaman bagi berbagai jenis ikan karang untuk kepentingan mencari makan, berlindung dan berkembang biak hingga dewasa.

(12)

Tabel 21 Luas penutupan substrat dasar wilayah perairan di Kepulauan Karimunjawa

No Pulau

Karang hidup Karang mati Pecahan karang Lamun Pasir Lumpur Total Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) % Luas

(ha) % Luas (ha) %

Luas

(ha) % Luas (ha) % 1 Bkg 41,11 17,34 23,99 10,12 22,26 9,39 12,09 5,10 137,69 58,06 - 0,00 237,15 4,19 2 Brg 5,74 34,72 1,52 9,23 2,31 13,97 1,54 9,34 5,41 32,74 - 0,00 16,52 0,29 3 CB 42,98 31,72 10,15 7,49 8,28 6,11 3,37 2,49 70,73 52,20 - 0,00 135,50 2,39 4 CK 18,07 36,20 5,31 10,63 2,81 5,62 0,90 1,80 22,83 45,74 - 0,00 49,91 0,88 5 Glg 23,22 23,53 14,16 14,35 12,05 12,21 2,72 2,76 46,53 47,15 - 0,00 98,68 1,74 6 Krjw 506,87 51,75 172,54 17,61 121,48 12,40 53,19 5,43 92,56 9,45 32,90 3,36 979,53 17,30 7 Ktg 13,39 34,01 4,61 11,71 2,69 6,83 0,90 2,29 17,78 45,16 - 0,00 39,37 0,70 8 Kcl 17,14 75,03 2,16 9,48 1,40 6,11 0,64 2,80 1,51 6,59 - 0,00 22,85 0,40 9 Kbr 107,39 29,68 23,60 6,52 17,58 4,86 8,64 2,39 204,58 56,55 - 0,00 361,78 6,39 10 Kmj 604,86 39,86 221,99 14,63 190,58 12,56 87,33 5,75 264,91 17,46 147,93 9,75 1517,61 26,80 11 KB 8,07 31,62 4,95 19,41 3,94 15,46 1,60 6,28 6,95 27,23 - 0,00 25,51 0,45 12 KK 10,15 21,94 4,97 10,73 6,33 13,68 1,69 3,64 23,14 50,01 - 0,00 46,27 0,82 13 Kbg 45,49 21,51 17,04 8,05 10,96 5,18 4,87 2,30 133,16 62,95 - 0,00 211,53 3,74 14 MB 67,11 21,78 32,40 10,52 20,72 6,72 15,45 5,02 172,42 55,96 - 0,00 308,10 5,44 15 MK 40,07 24,36 12,19 7,41 9,71 5,90 5,40 3,28 97,10 59,04 - 0,00 164,48 2,90 16 Myk 10,11 19,60 6,22 12,04 8,67 16,80 5,68 11,01 20,93 40,55 - 0,00 51,61 0,91 17 Nyk 206,52 25,57 78,67 9,74 57,11 7,07 25,99 3,22 435,97 53,99 3,31 0,41 807,56 14,26 18 Prg 185,46 38,81 78,90 16,51 63,21 13,23 32,26 6,75 109,88 23,00 8,11 1,70 477,83 8,44 19 Stk 18,09 20,87 12,81 14,78 14,37 16,59 6,06 6,99 35,32 40,76 - 0,00 86,65 1,53 20 Tgh 16,85 67,69 2,97 11,93 2,25 9,02 0,68 2,73 2,15 8,63 - 0,00 24,89 0,44 Jumlah 1.988,68 35,12 731,14 12,91 578,70 10,22 271,01 4,79 1.901,53 33,58 192,26 3,39 5.663,32 100,00 Keterangan :

Bkg : Bengkoang Glg : Geleang Kbr : Kembar Kbg : Kumbang Nyk : Nyamuk

Brg : Burung Krjw : Karimunjawa Kmj : Kemujan MB : Menjangan Besar Prg : Parang CB : Cemara Besar Ktg : Katang KB : Krakal Besar MK : Menjangan Kecil Stk : Sintok CK : Cemara Kecil Kcl : Kecil KK : Krakal Kecil Myk : Menyawakan Tgh : Tengah

(13)
(14)

4.2.2 Keadaan geomorfologi dan geologi

Mengenai keadaan Geomorfologi dan Geologi disitir dari Sidarto, et al. (1993) yang diacu dalam Pemda Propinsi Jawa Tengah dan Tim UPM- Inset LP- Undip (2000). Morfologi Kepulauan Karimunjawa dapat dibedakan menjadi tiga satuan yaitu perbukitan, perbukitan bergelombang dan dataran rendah. Perbukitan hanya terdapat di Pulau Karimunjawa, terbentang luas dengan ketinggian antara 200-500 m dpl. Bertimbulan (topografi) kasar, berlereng terjal dan dibentuk oleh batuan sedimen pra-Tersier. Puncak tertinggi adalah gunung Bendera (506 m dpl). Pola aliran sungai memencar atau agak sejajar, setempat, bersebelahan, sempit dengan tebing curam. Alirannya bersifat berkala dan umumnya beralur pendek.

Perbukitan bergelombang terbentang di Pulau Karimunjawa, Kemujan, Parang dan Genting dengan ketinggian antara 25 – 200 m dpl, bertimbulan halus hingga agak kasar, berlereng landai dan dibentuk oleh batuan sedimen dan batuan gunung api. gunung Walang dan beberapa gumuk (bukit kecil) merupakan tonjolan topografi pada satuan ini. Dataran rendah terbentang di P. Karimunjawa, P. Kemujan, P. Parang, P. Genting, P. Menjangan, P. Cemara, P. Bengkoang, P. Geleang, P. Sintok dengan ketinggian antara 0-25 m dpl (Suryanto, 2000), (Gambar 10).

Dataran rendah terbentang di P. Karimunjawa, P. Kemujan, P. Parang dan P. Genting, P. Menjangan, P. Bengkoang, P. Geleang dan P. Sintok. Ketinggian antara 0 – 25 m dpl, dataran rendah ini ditempati oleh tanah jenis alluvium (aluvial) dan sedikit batuan gunung api atau batuan sedimen.

Pulau Karimunjawa memiliki topografi lahan berupa perbukitan curam dengan ketinggian mencapai 500 m dpl. Penyusun substrat daratan rendah ini antara lain aluvium sedikit batuan gunung api atau bahkan batuan sedimen. Lereng Barat dan Timur pegunungan di P. Karimunjawa tersusun atas endapan tanah liat dan batuan assosiasi mediteran coklat kemerahan. Di daerah Legon substrat dasar tanahnya bertingkat-tingkat mulai dari kwarsa kecil/gravel kwarsa pasir dan kwarsa tanah liat. Di samping juga mengandung tanah liat dan lumpur berasal dari humus yang membusuk.

Substrat dasar tanah Kepulauan Karimunjawa rata-rata terdiri dari batu karang dan di beberapa pulau terbentuk dari endapan-endapan, dimana butir-butir tanah dan pasir terbawa oleh air laut dan mengendap di atas karang. Endapan permukaan terdiri batuan alluvium dan batuan sedimen. Batuan alluvium tersebar di P. Menjangan; P. Cemara, P. Bengkoang, P. Geleang; juga P. Karimunjawa, P. Kemujan, P. Parang, P. Genting dan di beberapa pulau kecil lainnya (Balitbang, 2004). Ketebalannya diduga dari puluhan sentimeter hingga puluhan meter. Sebaran batuan sedimen terdapat di P. Karimunjawa, P. Kemujan, P. Gundul, P. Bengkoang, P. Menjangan Besar dan di Pulau sebelah Barat Daya P. Menjangan Kecil. Ketebalan seluruh batuan ini diperkirakan antara beberapa ratus meter dan seribu dua ratus meter.

(15)

Gambar 10 Tingkat kelerengan tanah (%) di kawasan Taman Nasional Karimunjawa (Suryanto, 2000)

Peta Tingkat Kelerengan Tanah (%) Di Kawasan Taman Nasional

(16)

Pulau Karimunjawa memiliki keadaan geologi yang berbeda, umumnya berupa tekstur pasir (pasir putih), dan sampai kedalaman 20 m belum ditemukan batu karang tetapi berupa tanah berbutir kasar (granular soil) yang padat dan

porous, sehingga air tanah ditemukan pada kedalaman yang cukup dalam. P.

Parang dan P. Nyamuk lapisan tanah teratas tersusun atas lempung yang berwarna coklat dan lapisan di bawahnya berupa endapan tanah liat dan batuan assosiasi mediteran coklat kemerahan dan berongga. Batuan granit dijumpai di P. Genting dan P. Gundul. Batu granit di P. Genting seluas ± 5 ha berupa gugusan yang ditumbuhi tanaman perdu; sedangkan di P. Gundul batuan granit ditemukan hampir di seluruh daratan (4,5 ha).

Berdasarkan data dari Departemen Pertambangan dan Energi (1993) yang diacu dalam Suryanto (2000), bahwa batuan yang tersingkap di wilayah kepulauan Karimunjawa diduga berumur pra tersier dan dikenal sebagai formasi Karimunjawa (pTK), terdiri dari batu pasir kuarsa, batu pasir mikaan, konglomerat kuarsa, batu lanau kuarsa atau serpih kuarsa dan urat kuarsa. Batuan yang terbentuk terbentuk mengandung kuarsa, feldspar, silika, mika, pecahan atau batuan beku dan batuan sedimen. Formasi ini sebagian terbentuk dari derajat pembentukan batuan yang lemah terutama pada batu pasir yang termampatkan tak selaras oleh batuan gunung api dan alluvium. Batuan gunung api di daerah ini dapat dikelompokkan menjadi formasi dan anggota lava Genting yang diduga berumur Miosen akhir sampai Pliosen. Formasi Parang (Tmpv) disusun oleh breksi gunung api, tuv dan lava yang umumnya terdiri dari batuan basal sampai andesit dan sebagian limonit. Satuan batuan setempat menjemari dengan anggota Genting (Tmpg) yang terdiri dari lava basal olivin, lava andesit dan retas basal andesit seperti tersajikan pada Gambar 11.

Satuan batuan muda berupa alluvium terdiri dari endapan pantai dan endapan rawa. Alluvium ini sebagian besar terdapat di pulau-pulau kecil dan hanya sebagian kecil terdapat di pulau-pulau besar. Struktur yang ada di kepulauan Karimunjawa berupa lipatan (fold) dan sesar duga. Lipatan yang terbentuk berupa antiklin dan sinklin yang sangat mempengaruhi pembentukan batuan di pulau Karimunjawa. Struktur ini melewatu gunung Bendera dengan sumbunya rata-rata ke arah Barat laut – Tenggara, terletak diantara P. Kemujan dan P. Gundul dan memotong P. Sambangan dan P. Genting. Sesar juga terdapat di diantara P. Karimunjawa dan P. Kemujan dan antara P. Karimunjawa dan P. Menjangan Besar dengan arah Barat Laut – Tenggara (Nayoan, 1997) yang diacu

(17)

Gambar 11 Geologi jenis tanah di kawasan Taman Nasional Karimunjawa (Suryanto, 2000)

Peta Geologi Jenis Tanah Di Kawasan Taman Nasional

(18)

Pulau Menjangan Besar dan Menjangan Kecil terdiri dari daratan alluvial pantai dan sedikit batuan sedimen. Alluvium pantai ini tersusun dari kerakal, kerikil, pasir, lumpur, pecahan karang dan humus. Selain itu, tanah di kedua pulau ini juga ditemukan adanya kombinasi pasir lumpuran dan pasir humusan. Tanah gambut dijumpai di P. Cemara Besar, P. Cemara Kecil, P. Krakal Besar, P. Krakal Kecil dan P. Geleang Tekstur tanah di sepanjang pantai P. Karimunjawa, P. Menjangan Besar dan P. Menjangan Kecil juga dijumpai endapan liat, endapan ini terutama dijumpai di daerah Legon (seperti Legon Boyo, Legon Lele) yang di sekilingnya dipadati oleh tumbuhan mangrove yang cukup lebat.

Pemerian tanah di pulau Karimunjawa dapat dibagi menjadi lima satuan pemerian, yaitu daerah perkebunan kelapa, pantai dan dataran sawah, perkebunan palawija dan daerah pegunungan. Umumnya kondisi tanah di daerah perkebunan kelapa bertekstur pasir dengan warna hitam sampai kedalaman 20 cm, pada bagian bawahnya ditemukan pasir putih yang merupakan hasil deposisi dari proses erosi yang berasal dari daerah pegunungan. Sedangkan pemerian tanah di P. Menjangan Besar dan P. Menjangan Kecil berupa perkebunan kelapa dan pantai. Daerah pantai merupakan hamparan pasir putih yang berasal dari pecahan material karang (Suryanto, 2000). Lebih lanjut dikatakan bahwa kondisi tanah di pulau-pulau besar yang berpenghuni dijelaskan sebagai berikut:

Kondisi tanah di dataran sawah di P. Karimunjawa nampak sudah berkembang. Solum tanahnya antara 0,5 – 1 meter, bertekstur pasir bergeluh, struktur remah, konsistensi tanah gembur, bahan organik berkadar rendah (7,64 %), pH 5,5, warna tanah 7,5 YR 4/4 w dan DHL 171,5 µmhos/cm. Tanah sawah bagian bawah dijumpai lapisan pasir yang tebalnya hingga beberapa cm tidak berbeda, tanah ini hanya terdapat di P. Karimunjawa yang berdekatan dengan P. Kemujan.

Pemerian tanah di P. Kemujan dapat dibedakan menjadi tiga tanah, yaitu daerah pantai, perkebunan kelapa dan tegalan yang kondisi fisiknya sama seperti di P. Karimunjawa. Substrat dasar di daerah Legon dijumpai bertingkat-tingkat (wellgraded) mulai dari kuarsa kerikil kecil (gravel), kuarsa pasir dan kuarsa

(19)

tanah liat. Tanah di daerah ini berlainan dengan daerah-daerah lain, karena di samping terdapat pasir juga mengandung tanah liat dan lumpur yang berasal dari humus yang membusuk, kekhususan lain dari daerah legon ini adalah merupakan teluk-teluk yang menjari.

Kondisi tanah di P. Parang dan P. Nyamuk berbeda dengan ko ndisi tanah di P. Karimunjawa dan P. Kemujan, karena di ke dua pulau ini terdapat tiga pemerian tanah yaitu dataran rendah dekat pantai, tegalan dan perbukitan. Tanah dataran rendah bertekstur geluh berlempung, geluh berpasir remah, konsistensi tanah sangat gembur, kadar bahan organiknya termasuk rendah (P. Parang 8,25 % dan P. Nyamuk 6,31 %), tetapi masih lebih tinggi dibandingkan P. Karimunjawa maupun P. Kemujan; pH 5,5, warna tanah 2,4 YR 4/6 d. Tanah di daerah pantainya sama dengan tanah-tanah di pulau-pulau lainnya.

4.2.3 Hidro oseanografi

Pengamatan faktor oseanografi di Kepulauan Karimunjawa menunjukkan bahwa kepulauan tersebut termasuk ke dalam Monsun Timur dan Barat. Seperti perairan Indonesia pada umumnya yang beriklim tropis, perairan kepulauan Karimunjawa sangat dipengaruhi oleh musim, yakni musim Barat dan musim Timur serta dua musim Pancaroba atau Peralihan yakni musim Pancaroba I dan Pancaroba II. Musim-musim tersebut sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat perairan seperti arus laut yang mengalir dari Barat ke Timur (dikenal sebagai musim barat), dicirikan oleh kondisi angin kencang, gelombang laut besar, curah hujan tinggi dan kadar garam relatif menurun atau rendah; sedangkan sebaliknya terjadi arus laut yang mengalir dari Timur ke Barat (dikenal sebagai musim Timur), dicirikan oleh kondisi angin dan gelombang laut relatif tidak besar, curah hujan rendah dan kadar garam relatif tinggi.

Gerakan arus laut dapat dapat dibentuk oleh fenomena angin yang berhembus di atas permukaan lautan. Arus laut di Kepulauan Karimunjawa relatif sama dengan gerakan arus laut di wilayah Laut Jawa, yakni dipengaruhi oleh perubahan musim Barat dan Timur. Hasil analisis terhadap dinamika pola arus di perairan Karimunjawa yang telah diamati dari beberapa hasil penelitian selama

(20)

periode 12 bulan telah menggambarkan hubungan antara arah angin dan arus laut sebagaimana tersaji pada Gambar 12 sampai dengan Gambar 15 (Balitbang, 2003).

Gambar tersebut di atas menunjukkan bahwa kecepatan arus laut dari Timur ke Barat berkisar antara 0,18 – 0,34 m/detik dengan rata-rata 0,25 m/detik, sedangkan kecepatan arus laut dari Barat ke Timur berkisar antara 0,22 – 0,45 m/detik dengan rata-rata 0,38 m/detik. Kecepatan arus permukaan relatif kecil, yaitu berkisar antara 0,01-0,04 m/detik. Arus yang cukup kuat dijunpai antara pulau Karimunjawa dengan pulau Menjangan Besar, sekitar pulau Kembar, sekitar pulau Krakal Besar dan pulau Krakal Kecil, bagian Timur pulau Menyawakan dan sekitar pulau Bengkoang. Sedangkan hasil pengukuran peneliti di lapang yang dilakukan di 15 titik pengamatan menunjukkan bahwa kecepatan arus permukaan berkisar antara 0,2 – 0,3 m/detik yang berlangsung pada bulan Juni (awal musim Timur). Kecapatan arus yang terjadi di perairan Karimunjawa ini termasuk relatif rendah sampai sedang karena belum melebihi angka 0,5 m/d yang dikatakan kuat. Diduga keberadaan rataan terumbu karang yang umumnya mengelilingi pulau-pulau di kepulau-pulauan Karimunjawa berperan terhadap arah pembelokan arus dan meredam kekuatan arus dan gelombang yang terjadi terutama pada sisi pulau yang terlindung pada saat berlangsungnya musim barat.

Tinggi gelombang laut di sekitar perairan pulau-pulau besar di Kepulauan Karimunjawa sejauh 100-300 meter dari garis pantai adalah antara 1,5-1,8 cm, diikuti oleh angin yang berkecepatan relatif tinggi yaitu berkisar antara 0,5-0,7 km/jam (Balitbang, 2004).

Kedalaman perairan dari hasil interpolasi titik-titik kedalaman yang terdapat dalam peta bathimetri Dihidros TNI AL Tahun 2003 di Kepulauan Karimunjawa berkisar 0-52 meter (Gambar 16). Pulau-pulau yang secara yang secara keseluruhan dikelilingi oleh terumbu karang (coral reefs) umumnya berupa rataan terumbu terletak pada kedalaman 0–20 meter. Lokasi seperti Karang Kapal, Karang Katang dan Karang Besi dijumpai rataan terumbu yang luas dan tumbuh baik di kedalaman sekitar 14 meter.

(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)

Berdasarkan sebaran jenis pasang-surut di Indonesia dan perhitungan data pasang-surut, di wilayah Kepulauan Karimunjawa memiliki tipe pasang-surut “Semi

Diurnal Tide” yaitu dalam satu hari (24 jam) terjadi 2 kali pasang dan 2 kali surut.

Tipe pasang ini memiliki kesamaan dengan tipe pasang yang terjadi di perairan Jepara dan Semarang. Menurut laporan Balitbang (2004), pasang naik di perairan Karimunjawa terjadi pada pukul 08.00-12.00 WIB, dan pukul 16.00-20.00 WIB dengan interval antara pasang naik dan air surut berkisar antara 80-140 cm atau rata-rata fluktuasi pasut sebesar 90 cm.

4.2.4 Kualitas perairan laut

Kualitas air secara luas diartikan sebagai faktor fisika, ki mia dan biologi yang mempengaruhi kehidupan ikan dan organisme perairan lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Kualitas air laut memegang peranan penting dalam penyelesaian siklus kehidupan bagi berbagai jenis biota laut dalam suatu ekosistem lautan. Kualitas air yang baik adalah kondisi air yang dapat menopang bagi penyelasaian setiap siklus dalam kehidupan biota serta mendukung bagi kehidupan organisme makanan ikan yang diperlukan pada setiap stadia daur hidup ikan.

Kualitas perairan yang diteliti mencakup parameter fisika dan kimia air, meliputi variabel kecerahan, suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, BOD5, COD, nitrat dan fosfat.. Parameter yang diteliti ini sangat berkaitan dengan jenis limbah atau buangan (waste) yang dihasilkan oleh berbagai aktivitas masyarakat di kepulauan Karimunjawa yang umumnya berupa limbah organik dan unsur hara (nutrient) dari kegiatan budidaya laut. Variabel-variabel yang diukur di atas merupakan parameter utama yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan biota laut termasuk keberlangsungan hidup bagi terumbu karang. Secara keseluruhan nilai kualitas air yang terukur di daerah penelitian masih berada di bawah Baku Mutu Air Laut. Hasil pengukuran kualitas perairan di daerah penelitian secara rinci disajikan pada Tabel 22.

(27)

Tabel 22 Hasil pengamatan kualitas perairan laut di Kepulauan Karimunjawa No Pulau Kedalaman (m) Kecerahan (%) Arus (m/dt) Suhu (°C) Salinitas (‰) pH DO (mg/l) COD (mg/l) BOD5 (mg/l) NO3 (mg/l) PO4 (mg/l) 1 P. Karimunjawa 6.831 87.813 0.240 28.963 32.350 7.495 5.019 31.854 15.594 0.089 0.012 2 P. Menjangan Bsr 5.450 92.500 0.240 29.525 32.250 7.800 4.133 43.305 13.858 0.206 0.024 3 P. Menjangan Kcl 6.000 90.000 0.220 29.200 32.500 7.600 5.147 55.671 18.270 0.049 0.010 4 P. Burung 8.167 93.333 0.257 28.700 32.500 7.367 4.753 29.610 10.510 0.056 0.009 5 P. Geleang 8.400 97.000 0.266 28.980 33.700 7.780 4.928 27.025 10.043 0.360 0.022 6 P. Cemara Kecil 9.500 84.000 0.273 28.900 32.125 7.800 5.055 32.930 16.148 0.164 0.056 7 P. Cemara Besar 9.667 82.333 0.290 28.933 33.000 7.400 5.190 32.830 11.120 0.046 0.007 8 P. Menyawakan 10.150 77.500 0.240 28.700 31.375 7.800 4.460 47.090 13.813 0.181 0.022 9 P. Kemujan 9.000 82.904 0.266 30.071 32.571 7.329 5.151 31.765 21.360 0.040 0.001 10 P. Bengkoang 10.000 80.000 0.244 29.460 32.800 7.640 5.120 36.790 15.609 0.228 0.015 11 P. Sintok 9.625 73.000 0.300 28.675 33.250 7.775 6.040 32.570 10.043 0.257 0.015 12 P Tengah 10.000 70.000 0.270 29.100 32.500 7.733 4.930 29.280 15.620 0.027 0.005 13 P. Kecil 10.000 80.000 0.270 28.500 32.500 7.567 5.827 34.790 12.190 0.052 0.017 14 P. Parang 9.043 86.286 0.264 29.029 33.286 7.886 6.133 41.580 15.612 0.352 0.024 15 P. Kembar 8.933 90.000 0.270 28.400 33.000 7.567 4.647 47.483 15.130 0.042 0.004 16 P. Nyamuk 9.667 79.833 0.283 28.650 33.750 7.950 4.730 39.933 12.722 0.170 0.019 17 P. Katang 9.667 85.000 0.300 29.100 33.167 7.867 6.043 30.763 10.010 0.125 0.016 18 P. Krakal Besar 9.400 80.667 0.300 28.833 32.500 7.467 5.827 32.480 10.880 0.052 0.010 19 P. Krakal Kecil 9.000 76.000 0.300 29.550 32.500 7.300 4.685 47.075 15.870 0.057 0.004 20 P. Kumbang 5.900 95.000 0.270 29.050 33.250 7.885 5.705 32.325 10.103 0.273 0.016

Baku Mutu Air

Laut (Biota Laut) - > 5 m - alami

10 %

(28)

Suhu rata-rata perairan di Kepulauan Karimunjawa berkisar antara 28,37-29,63 °C. Kisaran suhu ini relatif cukup tinggi karena terjadi pada musim kemarau dimana intensitas cahayanya sangat kuat sepanjang hari. Kisaran suhu yang terukur ini sangat mendukung bagi kehidupan karang secara optimal, hal ini sesuai dengan pendapat Wells (1954) yang diacu oleh Supriharyono (2002) bahwa suhu yang baik untuk pertumbuhan karang adalah berkisar antara 25-29 oC. Sedangkan batas minimum dan maksimumnya adalah 16-17 oC dan sekitar 36 oC. Sesungguhnya faktor yang mengurangi pertumbuhan karang dan bahkan mematikan binatang tersebut bukan pada kisaran minimum dan maksimum suhu, akan tetapi terjadinya perubahan suhu yang ekstrim hingga 4-6 oC (Coles dan Jokiel, 1978) yang diacu oleh Supriharyono (2000). Kisaran suhu yang terukur tersebut juga mendukung bagi terlaksananya budidaya pembesaran ikan kerapu yang memerlukan kisaran suhu optimal antara 28-29 oC (Sunyoto, 2000), sedangkan menurut baku mutu air laut, kisaran suhu yang diperlukan untuk kehidupan biota (budidaya perikanan) masih bersifat alami untuk perairan laut tropis.

Nilai pH di daerah penelitian bersifat alkalis (basa) yakni berkisar antara 7,6-8,2, sehingga sangat mendukung bagi kehidupan biota laut dan kegiatan budidaya laut. Kisaran nilai pH yang terukur tersebut masih mencerminkan sifat-sifat alami air laut berkaitan dengan kelarutan garam-garam, dan mengindikasikan bahwa perairannya belum mengalami pencemaran, di samping itu air laut memiliki peran sebagai penyangga (buffer) yang besar terhadap perubahan keasaman (pH). Menurut Sunyoto (2000), nilai pH yang optimal untuk pembesaran ikan kerapu berkisar antara 7,6-8,7, sedangkan untuk kehidupan biota laut menurut baku mutu air laut kisaran pH yang diinginkan berkisar antara 6,5-8,5.

Salinitas yang terukur berkisar antara 31,0 – 33,0 ‰. Salinitas diketahui merupakan faktor pembatas bagi kehidupan karang. Kisaran salinitas ini mendekati salinitas alami air laut sebesar 33 – 35 ‰, sebagaimana yang terjadi pada musim timur dimana intensitas cahaya kuat dan suhu udara bisa mencapai maksimum. Nilai kisaran salinitas yang terukur tidak fluktuatif dan masih dalam kisaran konstan untuk perairan laut (daerah tropis) yang tidak dipengaruhi oleh aliran sungai besar, sehingga sangat mendukung bagi kehidupan biota laut dan binatang karang. Menurut Kinsman (1964) yang diacu oleh Supriharyono (2002) binatang karang akan hidup subur pada kisaran salinitas sekitar 34 – 36 ‰,

(29)

sedangkan menurut Bengen (2002) kisaran salinitas yang mendukung bagi perkembangan terumbu karang adalah antara 30 – 36 ‰. Namun demikian, binatang karang masih bisa bertahan hidup pada kisaran salinitas antara 17,5 – 52,5 ‰ karena pengaruh alam seperti run-off (limpahan air sungai), badai, hujan, air surut (Wells, 1932) yang diacu oleh Supriharyono (2002). Sedangkan menurut ketetapan baku mutu air laut, kisaran salinitas masih ditolerir sebesar 10 % dari salinitas alami air laut.

Kecerahan air di perairan Karimunjawa masih sangat jernih, belum mengalami pencemaran. Hal ini tampak dari hasil pengukuran di masing-masing stasiun yang diteliti tingkat kejernihan air berkisar antara 70 – 100 %, dan sebagian besar berada pada kisaran = 80 %. Dilihat dari parameter TSS yang terukur masih relatif rendah yaitu berkisar antara 12 - 58 mg/l jauh dari baku mutu air laut yang ditentukan sebesar = 80 mg/l. Perairan yang jernih akan sangat mendukung bagi kehidupan biota laut, kegiatan usaha budidaya laut dan pengembangan pariwisata bahari yang masih virgin.

Hasil pengukuran kandungan oksigen terlarut di daerah penelitian masih relatif tinggi yakni berkisar antara 3,9 – 6,96 mg/l. Dilihat dari ketentuan baku mutu air laut sebesar = 4,0 mg/l, menunjukkan bahwa kondisi perairan di Karimunjawa sangat mendukung bagi keberlangsungan hidup berbagai biota laut baik secara ekologis maupun secara fisologis. Hal ini didukung oleh pendapat NTAC (1968) yang diacu oleh Yusuf (1994) bahwa suatu perairan yang baik bagi kehidupan organisme terutama ikan mempunyai kandungan oksigen tidak kurang dari 4,0 mg/l. Hal ini juga didukung oleh pendapat Sunyoto (2000), bahwa untuk kepentingan budidaya pembesaran ikan kerapu diperlukan oksigen terlarut paling sedikit 4,0 ppm.

Kandungan oksigen yang relatif tinggi di daerah penelitian menunjukkan bahwa kondisi perairan masih relatif stabil, dekomposisi bahan organik baik secara biokimia maupun kimiawi berlangsung dengan baik, respirasi hewan air tidak mengalami gangguan dan fotosintesis oleh tumbuhan air berjalan normal, sehingga mencerminkan perairan yang stabil tidak mengalami tekanan ekologis maupun gangguan dari luar (pencemaran air). Kondisi ini didukung oleh hasil pengukuran parameter BOD5 yakni berkisar antara 10, 51 – 49,05 mg/l di bawah baku mutu air laut yang ditetapkan sebesar = 45 mg/l; dan kandungan COD yang

(30)

terukur berkisar antara 24,33 – 55,19 mg/l di bawah baku mutu yang ditentukan sebesar = 80,0 mg/l.

Kandungan nutrien dalam bentuk nitrat (N-NO3) dan fosfat (P-PO4) yang

terukur di daerah penelitian umumnya relatif rendah, yakni berkisar antara 0,02 – 0,67 mg/l (N-NO3) dan sebesar 0,004 – 0,036 mg/l (P-PO4). Walaupun ketentuan

dari baku mutu air laut yang mensyaratkan kandungan ke dua variabel di atas tidak tercantum, namun kandungan yang terukur tersebut masih dalam kisaran normal (alami) untuk perairan laut yang dikelilingi oleh ekosistem terumbu karang. Kandungan nutrien yang terukur juga tidak menyebabkan kondisi perairan menjadi blooming plankton, sehingga tidak membahayakan biota laut. Masih sedikitnya kegiatan budidaya laut seperti ikan kerapu dan sudah tidak beroperasinya kegiatan pertambakan udang sejak tahun 2002 menyebabkan perairan Karimunjawa terhindar dari pengkayaan unsur hara (nutrient) yang membahayakan bagi keberlangsungan ekosistem terumbu karang.

4.2.5 Potensi sumberdaya hayati laut

Berbagai potensi sumberdaya hayati yang dimiliki Kepulauan Karimunjawa, antara lain ekosistem terumbu karang (coral reefs), ekosistem padang lamun (sea grass), ekosistem bakau (mangrove), sumberdaya rumput laut (sea weeds), sumberdaya ikan karang, dan sumberdaya hutan pantai (daratan).

(1) Terumbu karang

Terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang khas yang hanya terdapat di perairan tropis. Terumbu ini terbentuk dari endapan masif kalsium karbonat yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu. Terumbu karang merupakan habitat bagi berbagai ragam biota laut seperti avertebrata, krustasea, moluska, ekinodermata, berbagai jenis ikan, ganggang dan rumput laut. Terumbu karang juga memiliki peran dan fungsi sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan arus kuat, tempat mencari makanan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning

ground) bagi berbagai jenis biota yang hidup di terumbu dan sekitarnya.

Perkembangan terumbu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik lingkungan seperti suhu, kedalaman, salinitas dan kecerahan. Salinitas yang rendah (< 30 ‰) dan perairan yang keruh (tidak jernih) dapat menyebabkan

(31)

terumbu karang tidak dapat tumbuh dan berkembang. Di samp ing itu, keanekareagaman biota dan keseimbangan ekosistem terumbu karang tergantung pada jala makanan, pengambilan jenis biota tertentu secara berlebihan dapat mengakibatkan peledakan populasi biota yang menjadi mangsanya, sehingga dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Oleh karena itu, faktor-faktor lingkungan dan kegiatan manusia yang dapat merusak terumbu karang karang harus dapat dihindari sedini mungkin.

Ekosistem terumbu karang menyebar hampir di seluruh gugusan pulau yang ada, terdiri dari tiga tipe yaitu: terumbu karang pantai (fringing reef), terumbu penghalang (barrier reef), dan goba. Analisis terumbu karang yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebaran jenis, jumlah jenis, persentase penutupan dan nilai indeks keanekaragaman jenis.

Dalam penentuan zonasi bagi suatu kawasan konservasi seperti taman nasional laut, beberapa faktor ekologi yang menjadi bahan salah satu bahan pertimbangan adalah kondisi terumbu karang. Faktor-faktor seperti keaslian terumbu karang, berbagai jenis biota penghuni terumbu, keanekaragaman jenis, keindahan dan kekhasan tipe terumbu penyusun serta luas dan letak terumbu karang merupakan bahan pertimbangan dan kriteria bagi penentuan zonasi suatu kawasan konservasi laut.

Jumlah spesies karang yang ditemukan di perairan laut Karimunjawa berkisar antara 20 – 33 genus. Jumlah genus yang tertinggi ditemukan di P. Tengah, P. Kecil, P. Krakal Kecil dan P. Kumbang, sedangkan yang terendah ditemukan di P. Kemujan, dan P. Menyawakan (Tabel 23). Secara lebih rinci genus-genus karang yang ditemukan di daerah penelitian disajikan pada Tabel 24, dan secara deskriptif disajikan pada Gambar 17.

Kondisi terumbu karang di perairan Karimunjawa sebagian besar telah rusak dengan kategori sedang karena nilai persentase cover (tutupan) berada pada kisaran sebesar 25 – 49,9 % (Men. LH No. 4 / 2001), dan hanya beberapa pulau yang kondisinya masih dikatakan baik yaitu P. Cemara Kecil, P. Bengkoang dan P. Krakal Besar dengan persentase cover karangnya berada pada kisaran antara 50 – 74,9 % (Gambar 18). Sedangkan secara ilustratif sebaran keberadaan lokasi dan kondisi karang hidup di Karimunjawa disajikan pada gambar 19.

Nilai indeks keanekaragaman karang di daerah penelitian perairan laut Karimunjawa berkisar dari rendah sampai dengan sedang, yaitu antara 1,611 - 2,590). Nilai indeks kategori sedang (H’ > 2,0 – 4,0) berada di P. Menjangan

(32)

Besar, P. Sintok, P. Nyamuk, P. Katang, P. Krakal Kecil, dan P. Kumbang; sedangkan pulau-pulai lainnya termasuk kategori rendah (H’ < 2,0), (Gambar 17). Nilai indeks keanekaragaman (H’) karang kategori sedang ternyata tidak diikuti oleh kondisi terumbu karang yang baik (% tutupan karang = 50 %).

Persentase tutupan karang di daerah penelitian yang berkisar antara 25 – 49,9 % termasuk kategori sedang, ternyata nilai indeks keanekaragaman jenis (H’) juga termasuk kategori sedang (H > 2,0 – 3,93), sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah genus karang yang ditemukan yaitu antara 21 – 32 genus tersebut termasuk kategori sedang. Rusaknya terumbu karang yang ditandai dengan persentase tutupan karang yang tidak tinggi dapat berakibat berkurangnya jenis-jenis karang yang ada di perairan Karimunjawa. Namun demikian, umumnya jumlah genus karang yang relatif banyak diketemukan di pulau-pulau yang berukuran kecil seperti yang ditemukan di P. Tengah, P. Kecil, P. Krakal Kecil, dan P. Kumbang, demikian pula pulau-pulau tersebut memiliki persen tutupan karang yang relatif lebih tinggi (= 40 %) dibandingkan pulau-pulau lainnya (Tabel 23).

Tabel 23 Kelimpahan rata-rata genus karang hidup di Kepulauan Karimunjawa

No Pulau Desa Jml Genus % Cover H'

Karang Karang Karang

1 P Karimunjawa Karimunjawa 25 46.286 2.791

2 P Menjangan Besar Karimunjawa 26 42.000 3.008

3 P Menjangan Kecil Karimunjawa 24 37.273 3.650

4 P Burung Karimunjawa 25 26.180 3.620

5 P Geleang Karimunjawa 25 43.80 2.922

6 P Cemara Kecil Karimunjawa 23 53.135 2.767

7 P Cemara Besar Karimunjawa 28 48.643 3.410

8 P Menyawakan Karimunjawa 21 36.055 2.612 9 P Kemujan Kemujan 21 30.646 2.263 10 P Bengkoang Kemujan 24 50.302 2.552 11 P Sintok Kemujan 22 46.180 3.174 12 P Tengah Kemujan 33 46.827 3.910 13 P Kecil Kemujan 32 39.983 3.870 14 P Parang Parang 27 44.069 2.778 15 P Kembar Parang 24 37.163 3.880 16 P Nyamuk Parang 28 42.213 2.774 17 P Katang Parang 26 41.670 3.000

18 P Krakal Besar Parang 27 50.283 3.810

19 P Krakal Kecil Parang 32 48.620 3.930

(33)

Tabel 24 Genus (genera) karang yang diketemukan di daerah penelitian Kepulauan Karimunjawa

No Genus Krjw Kmj Prg Nyk MB MK Kbr Ktg Kbg KB KK Bkg Myk CB CK Glg Brg Stk Tgh Kcl

1 Acropora + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + 2 Achrelia - - + - - + + + + - + - + + - - - - + + 3 Alveopora + - - + - - - - 4 Anacropora - + - - - + - - + + + - + + - - + - - + 5 Astreopora + - + + + - - - + - - + - - + - - 6 Caulastrea + - - - - + + - + + + - - - + + 7 Ctenactis - - - + - - - + + - + - - - - - 8 Cycloseris - - - + - - + - - - - - 9 Cyphastrea - + + + - - - + - - - - + - + + - + - - 10 Diploastrea + - - - + + + - + + + + - + + - + + + + 11 Echinophyllia - + - + - + + - + - - - - + - - + - + + 12 Echinopora - + + + - - - + + - + + - + - - 13 Euphyllia + - - - + - - + - + - - - + - - 14 Favia + + + + + + + + + - + + - - + + - + + + 15 Favites - + - - + - - - + + - + - - 16 Fungia - - - - + + - + - - - - + - + + - + - - 17 Galaxea + - - + - + + + + - - + + + - - + + + + 18 Gardineroseris - - - - 19 Goniastrea + - + + + - + + + + + + - + + - + + + + 20 Goniopora + - - + + + + + + - + + - - - + + + + + 21 Heliofungia - + - - - + + + + + + - - + - - + - + + 22 Heliopora - + + - - + - - + + + - - + - - + - + + 23 Herpholitha - - - + - - - - 24 Hydnopora + - + + - - + - + + + + - + - + + - + + 25 Leptastrea - - - + - + + + - - - + - + + 26 Leptoria - - - - 27 Leptoseris - + + - + + + - + + + - - + - + + - + + 28 Lobophyllia + - + - + + + - + + + - - + - + + - + + 29 Merullina + + + + + + + + + + + + + + + + - + + + 30 Millepora + + + - + - + + + + + + + + - + - + + + 31 Montastrea + - - - + + + + + + + - - - + +

(34)

Lanjutan Tabel 24

No Genus Krjw Kmj Prg Nyk MB MK Kbr Ktg Kbg KB KK Bkg Myk CB CK Glg Brg Stk Tgh Kcl

32 Montipora + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + 33 Mycedium - - + - - + + + + - + - - + + + + + + + 34 Oxypora + - + - - + + + + + + - - + + + - - + + 35 Pachyseris + + + - + + + - + + + + + + + + + - + + 36 Pavona - - + - - - - + + + + + + + + + - + + + 37 Porites + + + + + + + + + + + + + + + + + - + + 38 Pectinia + - + + + + - + + + + - - + - - - + + - 39 Physogyra - - - - + - - - + - + - - + + + + + + + 40 Plerogyra - - - - 41 Platygyra + + + + - - - + - - - - 42 Pocillopora + + - - + + - + + + + + - + + + + - + + 43 Podabacia - - + + + - - - + + + + + + + - + + 44 Psammocora + - + - + - - - + - + + - - - - 45 Pseudoside-rastrea - + + + + - + + + + + - + + - + + - + + 46 Sandalolitha - - - + + + + - + - + + + - 47 Seriatopora + + + + + - - + + + + + + + - + + + + + 48 Siderastrea - - - - 49 Stylophora + + + + + - + + + + + + + + - + + - + + 50 Symphastrea - - - - 51 Symphyllia + - + + + - - + + + + + + + + + + + + + 52 Turbinaria - - - - Jumlah 25 21 27 21 26 23 24 26 33 27 32 24 21 28 23 25 25 22 33 32 Keterangan :

Bkg : Bengkoang Glg : Geleang Kbr : Kembar Kbg : Kumbang Nyk : Nyamuk Brg : Burung Krjw : Karimunjawa Kmj : Kemujan MB : Menjangan Besar Prg : Parang CB : Cemara Besar Ktg : Katang KB : Krakal Besar MK : Menjangan Kecil Stk : Sintok CK : Cemara Kecil Kcl : Kecil KK : Krakal Kecil Myk : Menyawakan Tgh : Tengah + = diketemukan (ada)

(35)

0.000 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 Penutupan Karang (%) P Karimunjawa P Menjangan BesarP Menjangan Kecil

P BurungP Geleang

P Cemara KecilP Cemara BesarP Menyawakan P Kemujan

P Bengkoang

P SintokP TengahP KecilP ParangP Kem bar

P NyamukP Katang

P Krakal BesarP Krakal KecilP Kumbang

0.000 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 P Karimunjawa P Menjangan BesarP Menjangan Kecil

P BurungP Geleang

P Cemara KecilP Cemara BesarP Menyawakan P Kemujan

P Ben gkoa

ng

P SintokP TengahP KecilP ParangP KembarP Ny amuk

P Katang P Krakal BesarP Krakal KecilP K

umba ng Jumlah Genus 0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500 Keanekaragaman Jml Genus Karang H' Karang

Gambar 17 Jumlah genus dan keanekaragaman genus (H’) karang hidup yang ditemukan di Kepulauan Karimunjawa

Gambar 18 Persentase cover (penutupan) karang hidup yang ditemukan di Kepulauan Karimunjawa

(36)
(37)

(2) Ikan karang

(a) Kelimpahan jenis dan keanekaragaman ikan

Sumberdaya ikan karang di perairan Kepulauan Karimunjawa dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu: kelompok ikan hias (ornamental fish) dan kelompok ikan pangan. Kelompok ikan hias dan ikan pangan ini kehidupannya sangat bergantung substrat dasar terumbu karang atau karang hidup sebagai habitatnya.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapang, jenis ikan-ikan karang yang berhasil teridentikasi di wilayah perairan Karimunjawa sebanyak 140 jenis, teridiri dari 29 familia (Lampiran 1). Pulau yang memiliki jumlah jenis ikan yang banyak adalah Kemujan dan Karimunjawa, kemudian terendah adalah pulau Tengah. Familia Pomacenthridae memiliki spesies ikan terbanyak, kemudian berturut-turut adalah familia Labridae, Chaetodontidae, Axanthuridae, Siganidae

dan Caesionidae (Tabel 25). Familia Pomacenthridae paling banyak ditemukan di

pulau Kemujan dan pulau Karimunjawa, sedangkan familia lainnya yang disebutkan di atas ditemukan hampir di setiap pulau yang terdapat di Kepulauan Karimunjawa, khususnya wilayah perairan yang masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Kisaran indeks keanekaragaman jenis (H’) ikan sebesar 1,95 – 4,70. Sebagian besar nilai indeks di atas 3,0 kecuali Gosong Tengah sebesar 1,95. Nilai indeks H’ ikan ini termasuk kategori sedang atau berada pada kisaran antara > 2,0 – 4,0. Secara diskriptif jumlah jenis ikan karang, ideks keanekaragaman, dan persentase masing-masing familia ika n karang disajikan pada Gambar 20 dan Gambar 21, sedangkan sebaran ikan karang dan potensi di masing-masing pulau disajikan pada Gambar 22.

Dari Gambar 20 tampak bahwa ikan-ikan karang yang berhasil ditemukan di Kepulauan Karimunjawa didominasi oleh jenis-jenis ikan yang masuk ke dalam famili Pomacentridae, kemudian disusul Labridae dan Chaetodontidae. Menurut Balai Riset Perikanan Laut (2003), ikan-ikan karang familia Pomacentridae sebagian besar hidupnya di batu-batuan dan karang serta banyak tersebar di perairan Aceh, Lampung, Pelabuhan Ratu, Teluk Jakarta, Kepulauan Seribu, perairan Jepara, Bawean, Bali dan Maluku. Familia Labridae sebagaian besar hidupnya di pantai berkarang dan tengah-tengah rumput laut sedangkan familia Chaetodontidae habitat utmanya adalah perairan pantai karang dan banyak yang hidup soliter.

(38)

Tabel 25 Jumlah jenis ikan karang pada masing-masing familia yang ditemukan di Kepulauan Karimunjawa

No Famili Krjw Kmj Prg Nyk MB MK Kbr Ktg Kbg KB KK Bkg Myk CB CK Glg Brg Stk Tgh Kcl

1 ACANTHURIDAE 16 15 2 2 2 5 6 3 6 5 3 2 0 2 0 4 5 3 1 2 2 APOGONIDAE 2 2 2 2 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 4 2 0 0 0 0 3 BALISTIDAE 3 4 0 1 0 4 4 1 4 4 4 2 2 4 0 1 5 0 0 1 4 CABRIDAE 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 5 CAESIONIDAE 5 6 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 0 1 0 6 CARANGIDAE 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 CENTRISTIDAE 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 8 CHAETODONTIDAE 1 1 3 3 6 12 18 2 9 12 12 5 3 14 4 4 15 2 3 10 9 DIODONTIDAE 0 0 0 0 0 2 2 0 2 2 2 0 0 2 0 0 2 0 0 0 10 EPHIPPEDAE 0 0 0 0 1 1 4 0 4 3 2 0 0 2 1 1 4 1 0 2 11 HOLOCENTRIDAE 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12 KYPOSIDAE 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13 LABRIDAE 10 12 5 6 11 13 13 5 9 9 11 5 9 10 7 6 12 9 3 6 14 LETHRINIDAE 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 LUTJANIDAE 6 10 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 2 0 1 0 0 16 MONACANTHIDAE 0 0 0 0 0 2 2 0 2 2 1 0 0 2 0 0 2 0 0 1 17 MULLIDAE 5 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 18 MURAENIDAE 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19 NEMIPTERIDAE 4 4 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 0 0 1 0 1 0 0 20 PLESIOPIDAE 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 21 POMACANTHIDAE 5 6 0 0 1 3 3 0 2 3 4 0 0 2 0 1 4 1 0 1 22 POMACENTHRIDAE 27 31 18 17 10 18 17 14 13 12 12 14 16 17 16 18 24 16 9 10 23 SERRANIDAE 13 15 0 2 0 4 6 1 5 4 5 1 2 7 1 2 6 0 1 3 24 SCARIDAE 10 13 3 1 2 6 7 0 8 7 7 1 1 5 0 1 9 1 0 1 25 SCORPAENIDAE 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 26 SIGANIDAE 7 7 2 2 2 4 5 2 5 5 4 2 2 4 2 2 5 2 2 3 27 SYNODONTIDAE 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 28 TETRAODONTIDAE 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 29 TOXOTIDAE 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 TOTAL 122 140 38 38 36 84 98 30 77 78 75 36 38 79 38 47 105 37 21 46

(39)

0,000 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000 160,000 P K arim unjaw a P M enjan gan B esar P M enjan gan K ecil P Bu rung P Gele ang P C emar a K ecil P Ce mara Bes ar P M enya wak an P K emuja n P Be ngko ang P Si ntok P Te ngah P K ecil P Pa rang P Kem bar P Nya muk P K atang P K rakal Besa r P K rakal Kec il P Kum bang Jumlah Jenis 0,000 0,500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 5,000 Keanekaragaman Jumlah Jenis H' Ikan

Gambar 20 Histogram jumlah jenis ikan karang yang ditemukan di Kepulauan Karimunjawa

Gambar 21 Histogram persentase masing-masing famili ikan karang yang ditemukan di Kepulauan Karimunjawa.

0% 20% 40% 60% 80% 100% Krjw Kmj Prg Nyk MB MK Kbr Ktg Kbg KB KK Bkg Myk CB CK Glg Brg Stk Tng Kcl Pulau Persentase NO NAME FAMILY TETRAODONTIDAE SYNODONTIDAE SIGANIDAE SCORPAENIDAE SCARIDAE SERRANIDAE POMACENTHRIDAE POMACANTHIDAE PLESIOPIDAE NEMIPTERIDAE MURAENIDAE MULLIDAE MONACANTHIDAE LUTJANIDAE LETHRINIDAE LABRIDAE KYPOSIDAE HOLOCENTRIDAE EPHIPPEDAE DIODONTIDAE CHAETODONTIDAE CENTRISTIDAE CARANGIDAE CAESIONIDAE CABRIDAE BALISTIDAE APOGONIDAE ACANTHURIDAE

(40)
(41)

Menurut Kvalvagnaes (1980) yang diacu oleh Suryanto (2000), perairan laut Indonesia memiliki sumberdaya ikan hias yang paling beragam, keseluruhannya bisa mencapai tidak kurang 253 jenis, sedangkan negara-negara lain umumnya memiliki tidak lebih dari 165 jenis. Hasil penelitian Hutomo dan Adrim (1985) di kepulauan Seribu menemukan 198 jenis ikan hias, sedangkan hasil penelitian di kepulauan Karimunjawa ini menemukan 140 jenis ikan hias. Bila dibandingkan dengan angka-angka tersebut, maka sumberdaya ikan karang di kepulauan Karimunjawa masih cukup tinggi, sehingga bisa didayagunakan untuk kegiatan pariwisata, penelitian, dan lainnya.

(b) Potensi dan pemanfaatan optimal

Sumberdaya ikan karang (reef fish) yang diamati dikelompokkan ke dalam ikan hias (ornamental fish) dan ikan pangan yang habitat hidupnya di dalam ekosistem terumbu karang, dan diantaranya merupakan kelompok ikan karang yang memiliki nilai ekonomis tinggi seperti berbagai jenis ikan kerapu. Potensi sumberdaya perikanan yang diamati adalah densitas, kelimpahan, potensi dan MSY (Maximum Sustainable Yield), dan hasilnya secara rinci disajikan pada Tabel 26.

Kepadatan ikan-ikan karang yang didapatkan di perairan Karimunjawa berkisar antara 50 - 313 ekor/100m2 atau rata-rata sebesar 114 ekor/100m2. Kepadatan terendah ditemukan di pulau Menjangan Kecil dan tertinggi di Gosong Tengah dan pulau Sintok. Umumnya kepadatan ikan karang yang berhasil ditemukan masih relatif rendah yaitu kurang dari 100 ekor/100m2, dan hanya di beberapa pulau kepadatannya dikatakan tinggi yaitu P. Menjangan Besar, P. Geleang, P. Sintok, dan Gosong Tengah (Tabel 26).

Sedangkan kelimpahan ikan yang relatif tinggi terdapat di pulau-pulau yang memiliki ukuran yang luas dan berpenduduk yaitu : P. Karimunjawa sebesar 121.692 ton/th (MSY = 48.676,7), P. Kemujan sebesar 108.89 ton/th (MSY = 43.555,8), P. Menjangan Besar sebesar 73.711,9 ton/th (MSY = 29.484,7), P. Parang sebesar 64.200,3 ton/th (MSY = 25.680,1), dan P. Nyamuk sebesar 51.939,6 ton/th ((MSY = 20.775,8). Jumlah total potensi sumberdaya ikan karang yang terdapat di kepulauan Karimunjawa sebesar 653,1 ton/th.

(42)

Tabel 26 Potensi sumberdaya ikan-ikan karang di Kepulauan Karimunjawa

No. Nama Lolasi Densitas Densitas Kelimpahan Kelimpahan Potensi MSY ekor/1500 m2 ekor/100m2 (ekor) (ton) (ton/th) (ton/th) 1. P. Karimunjawa 1.145 76 2433835,01 243.383,5 121.692 48.676,7 2. P. Kemujan 923 62 2177788,54 217.778,9 108.89 43.555,8 3. P. Menjangan B 3.360 224 1474236,74 147.423,7 73.7119 29.484,7 4. P.Menjangan K 744 50 239301,27 23.930,1 11.9651 4.786 5. P. Nyamuk 776 52 1038791,72 103.879,2 51.9396 20.775,8 6. P. Parang 1.214 81 1284005,77 128.400,6 64.2003 25.680,1 7. P. Kumbang 907 60 268180,64 26.818,1 13.409 5.363,6 8. P. Kembar 961 64 800242,29 80.024,2 40.0121 16.004,8 9. P. Menyawakan 1.698 113 107159,65 10.716 5.358 2.143,2 10. P. Bengkoang 2.280 152 662579,61 66.258 33.129 13.251,6 11. P. Cemara Kcl 2.055 137 289237,52 28.923,8 14.4619 5.784,8 12. P. Cemara Bsr 945 63 292427,39 29.242,7 14.6214 5.848,5 13. P. Geleang 3.546 236 664425,84 66.442,6 33.2213 13.288,5 14. P. Burung 1.098 73 47800,42 4.78 2.39 0.956 15. P. Krakal Besar 1.352 90 94938,89 9.493,9 4.747 3.7976 16. P. Krakal Kecil 1.227 82 105629,41 10.562,9 5,2815 2.112,6 17. P. Sintok 4.674 312 514028,46 51.402,8 25.7014 10.280,6 18. P. Tengah 376 25 38201,94 3.820,2 1.9101 0.764 19. Gosong Tengah 4.695 313 493954,82 49.395,5 24.6978 9.879,1 20. P. Kecil 318 21 35221,63 3.522,2 1.7611 0.704,4 TOTAL 34.294 2.286 13061987,6 1.306.198,9 653,1 263.138 RATA-RATA 1.715 114 653.099,378 65.309,945 32,655 13.156,9

Sumber : Hasil Perhitungan dari Penelitian Lapang Keterangan: Berat Rata-rata ikan sebesar 100 gram

Pulau-pulau tersebut telah lama menjadi tempat tinggal penduduk dan ukurannya relatif luas dibandingkan pulau lainnya yang relatif kecil dan tidak berpunghuni. Pulau Karimunjawa yang memiliki ukuran luasan terbesar ternyata juga memiliki luasan terumbu karang yang terbesar pula, sehingga memiliki potensi sumberdaya ikan karang tertinggi dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya. Agar keberadaan ikan-ikan karang tidak habis dan dapat dimanfaatkan terus menerus, maka seyogyanya pemanfaatan maksimal yang boleh dilakukan atau ditangkap haruslah mengikuti hasil perhitungan MSY sebagaimana tersajikan pada Tabel 26.

Ikan-ikan karang jenis ekor kuning (Caesio erythrogaster), pisang-pisang (Caesio chrysozona), kerapu (Epinephelus sp), kakap (Lutjanus sp), lencam (Lethrinus sp), kakatua (Callydon sp), beronang (Siganus sp) merupakan

(43)

penyumbang hasil perikanan karang di kepulauan Karimunjawa yang banyak tertangkap oleh alat Muro-ami pada daerah yang agak jauh dari paparan padat karang. Ikan-ikan jenis tersebut termasuk ikan demersal yang peka terhadap usaha penangkapan, sehingga penangkapan yang intensif akan berakibat terhadap menurunnya hasil tangkapan pada waktu-waktu mendatang, dan berakibat pula rusaknya habitat terumbu karang sebagai fishing ground. Pendapat ini juga sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Odum & Odum (1955) dan Johanes et al (1972) yang diacu oleh Suryanto (2000), meskipun perairan terumbu karang memiliki produktivitas tinggi tetapi merupakan ekosistem yang tertutup, sehingga kepadatan ikan yang tinggi tidak bisa terus menerus dipertahankan terhadap takanan penangkapan yang intensif.

Secara alami sesungguhnya alam telah membatasi usaha perikanan di perairan tersebut, antara lain topografi dasar perairan yang tidak rata, terdapatnya terumbu karang sebagai penghalang (barrier), rumput laut, padang lamun dan kondisi arus yang sulit diprediksi arah dan kecepatannya. Namun karena manusia diberi akal, segala cara dan teknik digunakan untuk memperoleh hasil tangkapan yang sebesar-besarnya walau mungkin harus menggunakan cara-cara yang tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu, ketegasan aturan terutama dalam pengendalian penangkapan ikan dengan alat tangkap Muroami harus dapat dilakukan agar sumberdaya perikanan karang dapat dimanfaatkan secara lestari dalam jangka panjang. Salah satu solusi yang perlu yang bisa dijadikan rujukan adalah dengan mengacu pada hasil perhitungan MSY sebagaimana tersebut pada tabel 26.

(3) Sebaran Khlorofil a

Berdasarkan hasil pengamatan dari satelit Modis Aqua Ocean Color gsfc nasa resolusi 1 km menunjukkan bahwa sebaran kandungan khlorofil a di perairan kepulauan Karimunjawa Jepara berkisar 0,5 – 5 mg/m3. Kandungan khlorofil a yang sangat tinggi , yaitu di atas 4,0 mg/m3 ditemukan di beberapa lokasi, yaitu sebelah utara P. Kembar, sebelah selatan P. Parang, sebelah Timur P. Nyamuk, sebelah Barat Daya P. Nyamuk, dan di dekat Karang Katang (Gambar 23). Kandungan khlorofil a yang tinggi tersebut merupakan tempat spawning ground bagi ikan-ikan pelagis tongkol yang sering melimpah di perairan Karimunjawa.

(44)

Gambar

Gambar  9 Tutupan substrat dasar perairan di daerah penelitian, kawasan Taman Nasional Karimunjawa
Gambar  10 Tingkat kelerengan tanah (%) di kawasan Taman Nasional Karimunjawa (Suryanto, 2000)
Gambar  11 Geologi jenis tanah di kawasan Taman Nasional Karimunjawa (Suryanto, 2000)
Gambar 12 Peta arus musim barat (Desember – Maret) di Kepulauan Karimunjawa (Balitbang, 2003)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lembar observasi dan lembar test hasil belajar disusun berdasarkan indikator keaktifan belajar, sintaks metode dan prosedur penyusunnan butir soal.Indikator keberhasilan

Isolat kapang yang diperoleh sebagian besar tergolong kapang saprofitik yaitu marga Aspergillus, Chaetomium, Eupenicilli- um, Fusarium, Gliocladium, Mucor, Penicillium, Rhizopus, dan

Nyeri pinggang bawah terjadi karena biomekanik vertebra lumbal akibat perubahan titik berat badan dengan kompensasi perubahan posisi tubuh dan akan menimbulkan nyeri.. (11)

supaya mereka menjadi contoh kepada orang lain, sarna ada orang Islam atau bukan Islam. Institut Dakwah dan Latihan Islam adalah merupakan satu cawangan yang

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa minimum oksigen konsentrasi tertinggi untuk menjaga api premiks biogas tetap stabil terjadi pada prosentase CO2 dalam biogas

Peran camat ini sangat penting dan sangat strategis dalam mendukung terlaksananya otonomi daerah, apalagi saat ini Kecamatan bukan lagi sebagai kepala wilayah Kecamatan

Dehidrasi akan memicu gangguan kesehatan, dimulai dari gangguan ringan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kejadian dehidrasi pada balita dengan diare

T: Apakah klien anda sudah puas dalam menerima informasi mengenai produk- produk PT?.