• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lama dan sikap duduk sebagai faktor risiko terjadinya nyeri pinggang bawah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lama dan sikap duduk sebagai faktor risiko terjadinya nyeri pinggang bawah"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Lama dan sikap duduk sebagai faktor risiko

terjadinya nyeri pinggang bawah

Diana Samara

Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

ABSTRAK

Nyeri pinggang bawah (NPB) karena gangguan muskuloskletal akibat kerja paling sering ditemukan. NPB dapat disebabkan oleh berbagai faktor risiko seperti sikap bekerja (duduk, berdiri, mengangkat), merokok, minuman beralkohol, aktivitas rumah tangga, paritas, umur, indeks masa tubuh, olahraga, stress psikososial, repetitif dan vibrasi. Duduk lama merupakan salah satu penyebab tersering timbulnya NPB dengan angka kejadian pada orang dewasa 39,7 - 60%. Duduk lama mengakibatkan ketegangan dan keregangan ligamentum dan otot tulang belakang sehingga mengakibatkan NPB. NPB berkaitan dengan duduk selama lebih dari 4 jam. Selain lamanya duduk, sikap duduk turut mempengaruhi risiko NPB. Sikap tubuh yang salah selama duduk membuat tekanan abnormal dari jaringan sehingga menyebabkan rasa sakit. Pada sikap duduk tegak ligamentum longitudinalis posterior tidak teregang karena vertebra lumbal dalam keadaan lordosis. Namun pada sikap duduk membungkuk mengakibatkan penambahan peregangan ligamentum longitudinalis posterior sehingga menimbulkan nyeri, dan dapat menyebabkan peningkatan tekanan pada diskus intervertebralis. Bila ini terjadi akan dapat mengakibatkan hernia nukleus pulposus. Oleh karena itu agar tidak terjadi NPB yang makin parah, maka perlu diperhatikan lama dan sikap duduk yang benar. Penggunaan penyangga lumbal ketika duduk pada kursi bersandar sangat membantu mengurangi risiko NPB. Istirahat sejenak dari duduk dengan berdiri dan relaks perlu dilakukan untuk mengurangi risiko. Selain itu aktivitas olahraga untuk mengurangi dan mencegah NPB lebih parah perlu dilakukan.

Kata kunci: Lama duduk, sikap duduk, nyeri pinggang bawah

Duration and position of sitting as the risk factors of low back pain

ABSTRACT

Low back pain (LBP) is usually caused by musculoskletal defect at work. Many factors can cause LBP such as position in work (sitting, standing, lifting), smoking, alcohol, home activities, parity, age, body mass index, exercise, psychosocial stress, repetitive movements, and vibration. Prolonged sitting is one of the causes of LBP around 39.7 – 60% in adult. LBP in prolonged sitting is caused by strained and sprained muscles and ligaments on the back. Sitting for more than 4 hours can cause LBP. Besides of prolonged sitting, the position of sitting is the other risk for LBP. Inappropriate position while sitting causes abnormal pressure on tissues that produces pain. Posterior longitudinal ligament while sitting with straight back is not strained because lumbal curve position is lordosis. But bending while sitting can cause strain of posterior longitudinal ligament that results in pain, and highly pressures the intervertebral disc which can produce hernia nucleus pulposus. Therefore, it is important to improve the duration and position of sitting to prevent severe LBP. Using lumbal support while sitting helps to reduce LBP risk. Taking a rest during work from sittng to standing position and relaxation is needed to reduce the risk of LBP.

(2)

PENDAHULUAN

Nyeri pinggang bawah (NPB) disebut juga nyeri punggung (back pain), nyeri punggung kronik, nyeri lumbal (lumbar pain), nyeri lumbal kronik, sindroma nyeri miofasial,(1) regangan/tegangan pinggang bawah, regangan/tegangan lumbal dan regangan/tegangan sendi sakroiliaka.(2) Secara umum NPB merupakan penyebab kedua terbanyak kehilangan jam kerja. Menurut data di Amerika, biaya kehilangan produktivitas akibat NPB sebesar 50 miliar dolar per tahun sedangkan biaya akibat menurunnya hasil produksi sebesar 20 miliar dolar.(3) Nyeri pinggang bawah dapat dipengaruhi beberapa faktor risiko antara lain umur, jenis kelamin, indeks masa tubuh, jenis pekerjaan yang biasanya berkaitan dengan sikap tubuh tertentu (duduk, berdiri, mengangkat, mendorong, membegkokkan badan) dan masa kerja. Kebiasaan sehari-hari juga dapat merupakan faktor risiko terjadinya NPB antara lain kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, olahraga, dan aktivitas rumah tangga sehari-hari. Faktor repetitif, vibrasi, paritas dan stres psikososial turut berperan terjadinya NPB.(1,4-6)

Insidens NPB di populasi ditemukan sebanyak 15-20%. Dan 98% di antaranya disebabkan oleh faktor mekanikal karena ketegangan otot dan ligamentum tulang belakang.(7) Salah satu faktor karena gangguan mekanikal tersebut adalah duduk lama. Penelitian menunjukkan sekitar 39,7 - 60% orang dewasa mengalami NPB akibat duduk lama.(4,8) Penelitian lain menunjukkan bahwa lama duduk selama 4 jam per hari dengan sikap membungkuk merupakan faktor risiko terjadinya NPB.(9) Mengingat tingginya akan kejadian dan besarnya biaya yang dikeluarkan akibat NPB, maka perlu diuraikan lebih lanjut mekanisme terjadinya NPB akibat lama dan sikap duduk.

GAMBARAN KLINIS

Nyeri yang timbul pada pinggang bawah biasanya dirasakan seperti nyeri tajam atau tumpul; menyebar atau terlokalisir. Dapat terbatas hanya di garis tengah, bisa menyebar ke sekitarnya setinggi muskulus gluteus dan bila mengiritasi nervus ischiadikus maka akan timbul nyeri radikular.

Spasme otot belakang dan terbatasnya gerakan juga umum ditemukan. Trigger point dapat diraba di daerah muskulus erektor spinalis atau yang lainnya (seperti quadratus lumborum). Spasme muskulus psoas mayor dan hamstring jarang ditemukan.(4)

Pada NPB akut, penderita biasanya dapat pulih kembali dalam waktu 12 minggu. Nyeri pinggang bawah akut biasanya disebabkan oleh faktor primer seperti lama duduk, namun penyebab yang spesifik sering kali tidak dapat diidentifikasi.(3) Sedangkan NPB kronik biasanya berlangsung lebih dari 12 minggu dan sering kali berkaitan dengan trauma atau degenerasi vertebra. Nyeri pinggang bawah kronik merupakan gangguan yang sering ditemukan di negara industri dan merupakan penyebab utama ketidakmampuan pada pekerja berusia kurang dari 45 tahun.(1) Bila nyeri pinggang disertai iritasi/ kompresi pada radiks maka akan terjadi nyeri radikuler yang menjalar ke tungkai sesuai dengan lokasinya. Keluhan ini dapat disertai kelemahan motorik, gangguan sensorik dan menurunnya refleks fisiologis dengan gangguan segmental sensorik yang jelas.(10)

PATOFISIOLOGI

Nyeri pinggang bawah terjadi karena biomekanik vertebra lumbal akibat perubahan titik berat badan dengan kompensasi perubahan posisi tubuh dan akan menimbulkan nyeri.(11) Ketegangan (strain) otot dan keregangan (sprain) ligamentum tulang belakang merupakan salah satu penyebab utama NPB.(12)

Bila seseorang duduk dengan tungkai atas berada pada posisi 900, maka daerah lumbal belakang akan menjadi mendatar keluar yang dapat menimbulkan keadaan kifosis. Keadaan ini terjadi karena sendi panggul yang hanya berotasi sebesar 600, mendesak pelvis untuk berotasi ke belakang sebesar 300 untuk menyesuaikan tungkai atas yang berada pada posisi 900. Kifosis lumbal ini selain menyebabkan peregangan ligamentum longitudinalis posterior, juga menyebabkan peningkatan tekanan pada diskus intervertebralis sehingga mengakibatkan peningkatan tegangan pada bagian dari annulus posterior dan penekanan pada nukleus pulposus.(4,11,13)

(3)

Andersson dkk.(12) menemukan bahwa penggunaan penyangga lumbal setebal 4 cm akan mempertahankan lordosis lumbal dengan sudut sandaran belakang kursi 900. Bila sudut sandaran kursi diubah menjadi 1100 (dengan tetap menggunakan penyangga lumbal), vertebra lumbal akan membentuk lengkung seperti ketika berdiri. Yang menarik adalah lokasi yang tepat dari penyangga lumbal tidak akan mempengaruhi kelengkungan di daerah lumbal. Jadi penyangga lumbal tidak memperbesar lengkung lumbal ke arah dalam/tidak menambah lordosis.(12)

Pemeriksaan EMG yang dilakukan oleh Andersson menunjukkan bahwa aktivitas otot menurun ketika duduk dengan posisi merosot ke depan, meskipun pada posisi ini menyebabkan tekanan maksimum pada diskus. Namun demikian bila sandaran belakang ditidurkan menjadi 1100, maka otot tetap rileks dan penekanan terhadap diskus diminimalkan.(12) Apabila duduk tegak lurus maka otot akan bekerja untuk mengatasi tegangan pada hamstring. Tulang pelvis berputar ke depan pada tuberositas ischiadika dan lordosis diperbaiki. Keterlibatan otot utama pada gerakan ini (fleksi panggul) adalah otot iliopsoas. Kerja otot dibutuhkan untuk menopang berat batang tubuh, sehingga selanjutnya vertebra lumbal berada pada gerakan di garis tengah dan ligamentum tidak lagi tegang.(4)

Penelitian menunjukkan tekanan diskus lebih besar pada posisi duduk tegak (140%) dibandingkan posisi berdiri (100%) dan menjadi lebih besar lagi pada posisi duduk dengan badan membungkuk ke depan (190%). Keadaan ini terjadi akibat perubahan mekanisme pelvis dan sakrum selama perpindahan dari berdiri ke duduk, yaitu: tepi atas pelvis berotasi ke belakang, sakrum berputar menjadi tegak, kolumna vertebralis berubah dari lordosis ke posisi lurus atau kofosis. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan pada diskus. (Gambar 1)

Sejumlah penelitian menunjukkan keterkaitan antara lama duduk dengan NPB. Magora menemukan prevalensi NPB sebesar 12,6% pada orang yang sering bekerja duduk selama lebih dari 4 jam, 1,2% kadang-kadang duduk, dan 25,9%

jarang duduk dengan waktu kurang dari 2 jam.(8) Kesley dkk menemukan orang yang bekerja dengan posisi duduk selama setengah hari waktu kerja atau lebih memiliki risiko relatif 1,6 lebih besar untuk terjadinya NPB, dimana risiko semakin besar pada pekerja yang lebih tua, supir dan paling besar pada supir truk.(8) Penelitian yang dilakukan oleh Emami dkk menunjukkan bahwa NPB tidak meningkat selama duduk satu jam per hari. Namun NPB berkaitan dengan duduk lebih dari 4 jam (p<0,05).(9) Penelitian yang dilakukan oleh Trousler terhadap murid sekolah di Skandinavia menemukan 41,6% yang menderita NPB selama duduk di kelas, terdiri dari 30% yang duduk selama 1 jam, dan 70% setelah duduk lebih dari 1 jam.(14)

Gambar 1. Efek dari empat posisi tubuh terhadap tekanan diskus intervertebralis antara lumbal ke

3 dan 4. Tekanan diukur saat berdiri dianggap sebagai 100%.(8)

(4)

PENATALAKSANAAN

Umumnya kasus nyeri pinggang terutama karena gangguan muskuloskletal dapat sembuh sendiri (lebih dari 90%). Sisanya 10% dapat menjadi berat, dan bahkan kadang-kadang tidak mampu lagi bekerja.(15) Bila terjadi nyeri karena tegangan otot-ligamentum, maka penderita harus istirahat selama 2-3 hari. Setelah 3 hari, bagian yang sakit dikompres air hangat. Dapat diberikan obat-obat antiinflamasi seperti aspirin, non-steroid anti-inflamatory drugs (NSAID) dan pelemas otot seperti golongan piroksikam. Sebaiknya perlu disertai dengan latihan keregangan dengan gerakan-gerakan tertentu.(16)

PROGNOSIS

Nyeri pinggang bawah nonspesifik (bukan karena neurogenik atau penyakit lain) seperti karena lama duduk merupakan gangguan yang dapat sembuh sendiri segera pada 90% kasus. Rata-rata 40% pasien akan pulih dalam waktu seminggu, 80% dalam waktu 3 minggu, dan 90% dalam waktu 6 minggu, tanpa pengobatan. Namun demikian, frekuensi kekambuhan sangat tinggi, dapat mencapai 90%.(12)

PENCEGAHAN

Orang-orang yang harus duduk untuk jangka waktu yang lama, seharusnya duduk di atas kursi dengan alas dan sandaran keras. Alas dan sandaran yang ideal membentuk sudut 1000 – 1100. Tinggi alas harus sedemikian rupa sehingga orang dapat duduk dengan fleksi sempurna baik pada sendi lutut dan panggul, sedangkan kaki tepat mendatar di atas lantai. Jok mobil dan sofa merupakan tempat duduk yang ideal namun untuk jangka waktu lama akan menimbulkan nyeri akibat regangan otot-otot hamstring dan ligamentum longitudinale posterior.(17)

Oleh karena itu terdapat beberapa hal yang harus dilakukan selama duduk, yaitu sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan bahu berada di belakang dengan bokong menyentuh belakang kursi. Gulungan handuk kecil dapat digunakan untuk

mempertahankan kurva tulang belakang (Gambar 2). Apabila tidak terdapat pendukung lumbal, dapat dilakukan dengan cara duduk di ujung kursi dan membungkuk sempurna. Tubuh ditegakkan dan lengkungan tubuh (kurva) dibuat sebisa mungkin, kemudian tahan beberapa detik. Setelah itu posisi tersebut dilepaskan secara ringan (sekitar 10 derajat). Keadaan ini merupakan posisi tubuh terbaik.(18)

Ketika duduk, lutut ditekukkan pada sudut yang benar. Lutut tetap dijaga setinggi atau sedikit lebih tinggi dari pinggul (penyangga kaki dapat digunakan bila perlu). Tungkai sebaiknya tidak menyilang. Kaki dijaga tetap rata dengan lantai. Hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari 30 menit. Dalam pekerjaan, ketinggian kursi dan tempat kerja diatur sehingga dapat duduk dekat ke pekerjaan. Siku dan lengan diistirahatkan pada kursi atau meja serta bahu dijaga agar tetap rileks. Jangan memutarkan pinggang ketika duduk di kursi yang beroda dan berputar. Sebaiknya seluruh tubuh yang diputar. Bila berdiri dengan posisi duduk, bagian depan dari kursi digerakkan. Berdiri dengan meluruskan kedua tungkai. Hindari membungkukkan badan ke depan dengan pinggang. Punggung segera diluruskan dengan melakukan 10 kali gerakan membungkukkan tulang belakang (backbends) selama berdiri.(18)

Gambar 2. Posisi duduk yang dikoreksi tanpa pendukung lumbal (kiri) dan

(5)

Selain keadaan tersebut di atas perlu juga diperhatikan kesempatan untuk merelaksasikan badan selama kerja. Istirahat sejenak setiap 20 menit penting untuk mengurangi ketegangan otot. Berdiri sebentar dengan kemudian meluruskan badan dapat menolong mengurangi ketegangan otot. Hal penting lain yang tidak boleh dilupakan adalah desain kursi yang ergonomis.(19)

KESIMPULAN

Duduk lama terutama lebih dari 4 jam dan sikap duduk yang salah seperti mumbungkuk dapat menyebabkan NPB. Bila keadaan ini dibiarkan berlanjut dapat mengakibatkan gangguan pada diskus intervertebralis.

Daftar Pustaka

1. Wheeler AH. Pathophysiology of chronik back pain.

Available from URL: http://www.emedicine.com/ neuro/topic516.htm. Accessed March 8, 2002.

2. Hills EC. Mechanical low back pain. Available from

URL: http://www.emedicine.com. Accessed

September 19, 2002.

3. Patel AT, Ogle AA. Diagnosis and management of

acute low back pain. Am Fam Physician 2000; 61: 1779-90.

4. Pheasant S, editor. Ergonomics, work & health. 1st

ed. Gaithenburg Maryland: Aspen Publishers Inc; 1991.

5. Harnitz JC. Low back pain. Available from URL:

http://www.homecarelink.net/backpain.htm.

Accessed June 21, 2002

6. Levangie PK. Association of low back pain with

self-reported risk factors among patients seeking physical therapy services. Physical Therapy 1999:

79 (8). Availbale from URL: http://

w w w . p t j o u r n a l . o r g / a u g u s t 9 9 / p u b l i c /

v79n8p757.abs.cfm#article%20info. Accessed

March 22, 2003.

7. Low back pain. Neuroland. Available from URL:

http://neuroland.com/spine/lbp.htm. Aceessed

March 22, 2003.

8. Granjean E, editor. Fitting the task to the man: a

textbook of occupational ergonomic. 4th ed.

Philadelphia: Taylor & Francins; 1988.

9. Emami ML, Abdinejad F. Nazarizedah H.

Epidemiology of low back pain in women. Irn J Med Sci 1998; 23: 116-9.

10. Wibowo BS, Tonam. Evaluasi elektromiografik pada

nyeri pinggang bawah. Neurona 2002; 4: 11-7.

11. Jannis J. Pathophysiology event on low back pain.

Jakarta: Bagian Neurologi FKUI/RSUPN-CM; 2 Oktober 1999. Dalam pertemuan PERDOSSI JAYA.

12. Andersson GBJ. Musculoskletal disorders: low back

pain. In: Levy BS, Wegman DH, editors. Occupational health: recognizing & preventing work-related diseases. 3rd ed. London: Little, Brown

& Company; 1995. p. 455-69.

13. Sanders MS, McCormick EJ. Human factors in

engineering and design. 7th ed. New York:

McGraw-Hill Inc; 1993.

14. Fysh P, editor. Back pain in school children.

Available from URL: http://www.chiroweb.com/

archives/a3/06/19.html. Accessed June 21, 2002.

15. Sidharta P. Tata pemeriksaan klinis dalam neurologi. 2nd ed. Jakarta: PT Dian Rakyat; 1985.

16. Low back pain in workers. Canada: MFL

Occupational Health Centre Available from URL: http://www.mflohc.mb.ca/fact_sheets_folder/ low100%20back%20pain%20in%20workers.html. Accessed May 18, 2003.

17. Judana A. Low Back Pain: Beberapa segi klinik dan

penatalaksanaan. Neurona 1981; 2: 40-3.

18. Posture for a healthy back. Cleveland Clinic Spine

Center. Available from URL: http://

www.clevelandclinic.org/spine/patient/posture.htm. Accessed May 18, 2002.

19. Sitting and neck and back pain. The Gym Ball Store.

Available from URL: http://gymball.com/

Gambar

Gambar 1. Efek dari empat posisi tubuh terhadap tekanan diskus intervertebralis antara lumbal ke
Gambar 2. Posisi duduk yang dikoreksi tanpa pendukung lumbal (kiri) dan

Referensi

Dokumen terkait

Saham merupakan instrumen pasar modal yang paling popular di masyarakat. Saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu

Public Relations merupakan suatu kegiatan yang bertujuan memperoleh good wiil, kepercayaan, saling pengertian, dan citra baik dari masyarakat dan dapat membina

Dari uraian yang telah disajikan pada bab – bab sebelumnya, setelah melakukan analisis pada struktur bangunan gedung rumah sakit R K Charitas, maka dapat

Nilai F statistik &gt; F tabel dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel independen tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependen, kemudian setelah dilakukan uji t

Apa alasan Anda tetap mengunjungi dan berbelanja di retail tradisional/retail modern, ditinjau dari factor suasana &amp; layanan!... No Keterangan Nilai Cek list 1 Suasana

Di TK Mekar Sari Desa Kedungsari Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro tahun 2011 lebih dari sebagian responden mempunyai sikap disiplin baik dan lebih dari

‘I see,’ said the Doctor, motioning Ruby towards the lift.. ‘Well, we’ll just pop outside for

Oleh karena mekanisasi pertanian ke depan akan menghadapi kendala kelangkaan energi fosil, maka penelitian dan pengembangan mekanisasi yang dapat memanfaatkan bahan