• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arahan Strategi Pengembangan Usaha Persuteraan Alam

Dalam dokumen Oleh : LINDA SETIONINGRUM E (Halaman 48-52)

B. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

6. Arahan Strategi Pengembangan Usaha Persuteraan Alam

UNSUR INTERNAL UNSUR EKSTERNAL KEKUATAN (S) S1. Kondisi biofisik lingkungan menunjang S2. Keuntungan yang cukup

tinggi

S3. Dapat dilakukan oleh pria, wanita, dewasa maupun anak-anak S4. Peningkatan penghasilan S5. Ketersediaan SDM S6. Waktu dari penanaman

murbei hingga produksi kokon relatif singkat S7. Pemanfaatan lahan kehutanan S8. Teknologi cukup sederhana KELEMAHAN (W) W1.Keterbatasan modal W2.Sarana dan prasarana

kurang memadai W3.Keterbatasan akses pemasaran W4.Kelembagaan masyarakat masih lemah W5.Tenaga pelatihan masih terbatas W6.Kualitas SDM rendah W7.Kurangnya penerapan teknologi W8.Anggapan rendahnya nilai ekonomi sutera alam

PELUANG (O)

O1. Permintaan akan benang sutera meningkat tiap tahun

O2. Harga jual kain sutera yang tinggi

O3. Adanya dukungan dari pemerintah

O4. Belum ada usaha persuteraan di wilayah Pangalengan

O5. Masih ada lahan kehutanan yang tidak produktif O6. Adanya pola kemitraan

Strategi SO 1. Memperluas usaha persuteraan alam di Pangalengan (S, O4) 2. Memanfaatkan lahan kehutanan di bawah tegakan (S, O5) 3. Memanfaatkan ketersediaan sumberdaya manusia (S3, S5, S8, O) Strategi WO 1. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan masyarakat Pangalengan (W4, W5, W6, O) 2. Menghilangkan anggapan akan rendahnya nilai sutera alam (W8, O) ANCAMAN (T)

T1. Penghasilan yang lebih menjanjikan dari bidang selain sutera

T2. Adanya hama dan penyakit tanaman murbei dan ulat sutera

T3. Kurang stabilnya mutu bibit/telur sutera

T4. Ketergantungan petani sutera kepada pihak lain masih sangat tinggi

T5. Persaingan dengan komoditas lainnya

T6. Harga kokon masih rendah

Strategi ST 1. Memanfaatkan kondisi

alam Pengalengan yang baik untuk murbei dan ulat sutera (S1, S6, T2, T3) 2. Mengusahakan

peningkatan penghasilan dari usaha persuteraan alam (S2, S4, T1, T5) Strategi WT 1. Memperkuat kelembagaan petani sutera (W4, T4) 2. Memberikan pinjaman

modal usaha dengan bunga yang rendah (W1,T4)

3. Menerapkan teknologi standar, agar kualitas kokon terjaga (W7, T3, T6)

6. Arahan Strategi Pengembangan Usaha Persuteraan Alam

Gambar 6 adalah arahan strategi pengembangan usaha persuteraan alam yang merupakan hasil dari analisis SWOT.

Gambar 7. Hasil Analisis Strategis terhadap Usaha Persuteraan Alam di Kecamatan Pangalengan

Agar analisis strategis dapat memberikan informasi lebih banyak sehingga memenuhi tujuan penelitian, maka perlu kajian yang lebih mendalam terhadap hasil tersebut pada Gambar 7. Hasil kajian tersebut dijelaskan berikut ini.

1. Kekuatan

Dari peubah-peubah yang bersifat strategis unsur kekuatan diperoleh hasil bahwa pengaruh yang paling kuat adalah kondisi biofisik lingkungan yang sangat menunjang bagi keberhasilan usaha persuteraan alam di

Unsur Internal

KEKUATAN

Kondisi biofisik lingkungan menunjang (0,618)

Keuntungan yang cukup tinggi (0,444) Dapat dilakukan oleh pria, wanita, dewasa

maupun anak-anak (0,433) Peningkatan penghasilan (0,381)

Ketersediaan SDM (0,376) Waktu dari penanaman murbei hingga produksi kokon relatif singkat (0,374) Pemanfaatan lahan kehutanan (0,355)

Teknologi cukup sederhana (0,321)

KELEMAHAN Keterbatasan modal (0,492) Sarana dan prasarana kurang memadai

(0,306)

Keterbatasan akses pemasaran (0,300) Kelembagaan masyarakat masih lemah

(0,283)

Tenaga pelatihan masih terbatas (0,259) Kualitas SDM rendah (0,247) Kurangnya penerapan teknologi (0,209) Anggapan rendahnya nilai ekonomi sutera

alam (0,163)

PELUANG

Permintaan akan benang sutera meningkat tiap tahun (0,648)

Harga jual kain sutera yang tinggi (0,597) Adanya dukungan dari

pemerintah (0,582)

Belum ada usaha persuteraan di wilayah Pangalengan (0,551) Masih ada lahan kehutanan yang tidak

produktif (0,401) Adanya pola kemitraan (0,365)

ANCAMAN

Penghasilan yang lebih menjanjikan dari bidang selain sutera (0,533) Adanya hama dan penyakit tanaman

murbei dan ulat sutera (0,438) Kurang stabilnya mutu bibit/telur sutera

(0,350)

Ketergantungan petani sutera kepada pihak lain masih sangat tinggi (0,333)

Persaingan dengan komoditas lainnya (0,310) Harga kokon masih rendah (0,295)

Unsur Internal USAHA PERSUTERAAN ALAM DI KECAMATAN

Pangalengan. Ketinggian tempat di daerah Pangalengan adalah 1200 m dpl – 1400 m dpl. Besarnya curah hujan berkisar pada 2.518 mm pertahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 138 hari. Temperaturnya berkisar antara 20°C-26°C, dengan kelembaban udara sekitar 75% - 90%. Dan berdasarkan persyaratan teknis budidaya tanaman murbei, khususnya mengenai jenis dan tingkat keadaan pH tanah pada wilayah Pangalengan, sangat mendukung untuk pertumbuhan tanaman murbei. Sehingga dengan kondisi seperti itu ketersediaan makanan bagi ulat sutera dapat terjamin. 2. Kelemahan

Peubah unsur kelemahan yang dirasakan sebagai kelemahan mayor atau kelemahan yang paling berpengaruh adalah keterbatasan modal. Pemerintah diharapkan dapat memberikan bantuan modal berupa kredit usaha dengan bungan yang rendah agar usaha persuteraan alam di Pangalengan tidak terhambat.

Selain itu peubah sarana dan prasarana yang kurang memadai juga berpengaruh terhadap berkembangnya usaha persuteraan alam di Pangalengan. Karena hingga saat ini prasarana berupa rumah ulat dan sarana berupa alat-alat yang dibutuhkan untuk usaha persuteraan alam masih sangat kurang. Padahal sarana dan prasarana tersebut dapat mendukung kegiatan pengenalan dan pelatihan bagi masyarakat Pangalengan agar masyarakat mendapat pelatihan mengenai usaha persuteraan alam. Dan diharapkan setelah mendapatkan pelatihan tersebut, masyarakat dapat melakukan kegiatan tersebut sebagai usaha rumah tangga.

3. Peluang

Peluang usaha persuteraan alam di BKPH Pangalengan sangat prospektif. Banyak peluang yang ada dalam usaha tersebut, dan yang paling utama adalah terus meningkatnya permintaan akan kokon dan kain sutera tiap tahunnya. Hal tersebut menjadi sangat prospektif karena banyak hal yang menunjang dalam usaha tersebut yang juga menjadi kekuatan daerah Pangalengan dalm usaha persuteraan alam. Namun hal

tersebut perlu ditunjang dengan niatan dan modal yang cukup kuat, agar usaha persuteraan alam dapat berkembang dengan baik di Pangalengan.

Jalinan kerjasama antar berbagai pihak yang terkait seperti petani, pengusaha, akademisi dan terutama sangat berperan dalam pengembangan usaha persuteraan alam di Pangalengan. Dengan adanya kerjasama tersebut diharapkan para petani akan mendapatkan kredit usaha yang dapat digunakan untuk pengembangan usaha mereka.

4. Ancaman

Ancaman yang paling berpengaruh dalam usaha persuteraan alam di Pangalengan adalah adanya penghasilan yang lebih besar selain dari usaha persuteraan alam. Hal ini karena usaha persuteraan alam di Pangalengan belum cukup besar dan kuat, sehingga kontribusi dalam memenuhi pendapatan petani belum begitu terasa.

Dalam mengusahakan tanaman murbei banyak menghadapi masalah gangguan hama dan penyakit. Upaya mengatasi gangguan hama dan penyakit perlu diketahui dan dikenal terlebih dahulu apakan itu hama atau penyakit serta bagaimana tanda atau gejala kerusakan yang dapat ditimbulkan sehingga penaggulangan secara dini dapat dilakukan (Samsijah dan Andadari, 1992b).

Upaya untuk mengurangi ketergantungan petani terhadap pihak lain yakni dengan melakukan penguatan kelembagaan yang ada serta srringnya dilakukan kegiatan penyuluhan dan bimbingan yang intensif agar para petani mampu lebih mandiri.

B. Model Interpretasi Struktural

Analisis struktural dalam usaha persuteraan alam ini menggunakan teknik ISM (Interpretative Structural Modelling). Prinsip dasar teknik ISM adalah identifikasi dari struktur di dalam suatu sistem yang memberikan nilai manfaat yang tinggi guna meramu sistem secara efektif untuk pengambilan keputusan yang lebih baik (Eriyatno, 1999).

Saxena, 1992 dalam Eriyatno, 1999 menyatakan bahwa suatu program dengan teknik ISM dapat dibagi menjadi 9 elemen. Namun pada penelitian

inidibatasi hanyas 6 elemen yakni : 1) Sektor masyarakat yang terpengaruhi; 2) Tujuan dari program; 3) Kebutuhan dari program; 4) Kendala utama; 5) Lembaga yang terkait dengan pelaksanaan program; 6) Perubahan yang dimungkinkan. Selanjutnya keenam elemen ini diuraikan menjadi sejumlah sub-elemen yang saling terkait berdasarkan pendapat para responden. Hasil dan pembahasan analisis struktural diuraikan di bawah ini.

Dalam dokumen Oleh : LINDA SETIONINGRUM E (Halaman 48-52)

Dokumen terkait