• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Tata Kelola Konflik Sosial Antar Kelompok Masyarakat di Kota

3. Arbitrasi

Arbitrasi berasal dari kata latin arbitrium, artinya melalui pengadilan dengan seorang hakim (arbiter) sebagai pengambil keputusan. Arbitrasi berbeda dengan konsiliasi dan mediasi. Seorang aribiter memberi keputusan yang mengikat kedua pihak yang bersengketa, artinya keputusan seorang hakim harus ditaati. Apabila salah satu pihak tidak menerima keputusan itu, ia dapat naik banding kepada

pengadilan yang lebih tinggi sampai instansi pengadilan nasional yang tertinggi. Dalam hal persengketaan antara dua negara dapat ditunjuk negara ketiga sebagai arbiter. Untuk menganalisa Arbitrasi dalam penanganan konflik di Kota Baubau maka penulis mewawancarai Sekretaris Badan Kesbangpol terkait proses arbitrasi tersebut, sebagai berikut :

“Arbitrasi adalah langkah penyelesaian konflik melalui proses pengadilan dengan seorang dengan seorang hakim (arbiter) sebagai pengambil keputusan. Arbitrasi berbeda dengan konsiliasi dan mediasi karena dalam hal ini arbiter akan memberikan keputusan yang mengikat kedua belah pihak, selama ini proses mediasi hanya membuat perjanjian antara dua pihak yang terlibat konflik. Untuk proses arbitrasi dalam hal ini menggunakan proses pengadilan tapi tidak melalui meja pengadilan, dalam artian pihak ketiga yaitu arbiter mendengarkan bukti yang dibawah kedua belah pihak yang terlibat konflik. Arbiter bisa berperan sebagai penonton, saksi atau pendengar untuk pertimbangan dalam mengambil keputusan. Arbitrasi digunakan sebagai litigasi dengan harapan menyelesaikan sengketa tanpa biaya dan waktu untuk pergi ke pengadilan ”.” ( Hasil wawancara bapak AS, 25/08/2020).

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa langkah arbitrasi dapat ditempuh apabila kedua bentuk penyelesaian yaitu Konsiliasi dan Mediasi tidak berhasil atau masih terjadi konflik antar dua kelompok pemuda yang berbeda kelurahan. Arbitrasi adalah bentuk penyelesaian konflik dengan proses pengadilan, dan arbiter disini memberikan keputusan yang mengikat kedua belah pihak yang terlibat konflik dengan berbagai metode dalam pnyelesaian sengketa. Arbitrase hanya terjadi apabila kedua belah pihak menyetujuinya. Arbitrase adalah prosses menyelesaiakn perselisishan di hadapan pihak ketiga yang tidak berkepentingan memiliki kepentingan.

Berdasarkan Hasil wawancara dengan informan di atas pula maka dapat disimpulkan bahwa untuk proses arbitrasi menggunakan proses pengadilan tanpa

59

melalui meja pengadilan. Arbitrase bertujuan menyelesaikan perselisishan di hadapan pihak ketiga yang tidak berkepentingan memiliki kepentingan. Pihak ketiga, seorang arbiter, mendengarkan bukti yang dibawa oleh kedua belah pihak dan membuat keputusan. Arbiter bisa berperan sebagai penonton, saksi atau pendengar. Arbitrase bentuk penyelesaian sengketa alternatif, yang digunakan sebagai pengganti litigasi dengan harapan menyelesaiakan sengketa tanpa biaya dan waktu untuk pergi ke pengadilan yang melibatkan keputusan yang mengikat kedua belah pihak. Berikut manfaat Arbitrasi :

1. Arbitrasi bersifat pribadi

Proses arbitrase termasuk dalam persidangan ini tidak terbuka untuk umum. Para pihak dan arbiter sering kali terikat oleh aturan kerahasiaan yang ketat. Dengan demikian, rahasia dan informasi penting dapat dilindungi dari publik, media dan atau pesaing.

2. Arbiter adalah ahli

Dalam kasus konflik ini arbiter adalah Kesabangpol dan Kepolisisan. Para pihak dapat dengan bebas memilih arbiter selama mereka arbiter yang dipilih tidak memihak alias independen. Arbiter yang dipilih bisa berasal dari negara lain atau bidang profesional. Hal ini akan menjamin arbiter memiliki keahlian profesional. Hal ini akan menjamin arbiter memiliki keahlian profesional dan mampu menangani perselisihan atau persengketaan.

Prosedur yang dibuat khusus dan tidak adanya proses banding dan atau peninjauan ulang memberikan peluang untuk proses arbitrase diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat. Biaya yang harus dikeluarkan dapat lebih hemat.

Dalam hal ini penulis berkesempatan mewawancarai Bhabinkantibmas Tarafu terkait proses arbitrasi dalam penanganan konflik, sebagai berikut :

“arbitrasi adalah penyelesaian sengketa yang dilakukan secara pribadi oleh pihak ketiga seperti kepolisisan dan Bakesbangpol. Dalam menangani konflik yang terjadi antar dua kelurahan. Keuntungan dari arbitrasi adalah pembuat keputusan biasanya dapat dipilih yang berperan sebagai arbiter, lebih cepat dari proses pengadilan dan privasi bersifat rahasia. setelah dipertemukannya dua kelompok yang terlibat konflik yang didampingi oleh saksi, pendengar, dua kelompok yang terlibat dan didampingi oleh arbiter (hakim) yang membuat keputusan mengikat kedua belah pihak dengan mempertimbangkan masukan-masukan dari saksi atas kejadian yang terlibat. Kemudian dibuat perjanjian yang mengikat kedua belah pihak” ( Hasil awancara bapak AF,

29/08/2020).

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa arbitrasi merupakan bentuk penyelesaian sengketa yang dilakukan secara pribadi menggunakan pihak ketiga, menjadi pihak ketiga adalah pihak Keplosian atau pihak Bakesbangpol. Pihak Kepolisian bertugas sebagai lembaga yang bertanggung jawab penuh atas kondusifitas wilayah yang menciptakan keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat, keplisisan memiliki peran sentral untuk menangani tata kelola konflik dengan segala sumber daya yang dimiliki baik secara personil maupun sarana dan prasarana yang ada.

Sedangkan untuk Kesbangpol adalah yang memiliki peran penanganan konflik dengan menggunakan pendekatan persuasif daan prefentif dalam menangani konflik. Pendekatan persuasif adalah tindakan pencegahan yang

61

dilakukan dengan cara pendekatan secara damai tanpa paksaan dan bentuk pengendalian sosialnya dilakukan dengan cara membujuk, secara damai, dan tanpa paksaan, untuk mengarahkan individu atau masyarakat agar mematuhi nilai norma yang berlaku. Sedangkan pendekatan preventif (pencegahan) adalah tindakan pengendalian sosial yang dilakukan sebelum terjadi penyimpangan sosial, sehingga tindak penyimpangan sosial dapat dicegah. Pengendalian sosail preventif biasanya dilakukan dengan pemberian bimbingan, himbauan, pengrahan atau ajakan. Selain iu keuntungan dari Arbitrase yaitu :

a. Pilihan pembuat keputusan biasanya para pihak dapat memilih orang teknis sebagai arbiter jika perselisishan bersifat teknis sehingga bukti akan lebih mudah dipahami.

b. Arbitrase biasanya dapat di dengar lebih cepat daripada yang dibutuhkan untuk proses pengadilan. Selain itu, sidang arbitrase harus lebih pendek, dan persiapannya tidak terlalu menuntut.

c. Privasi dalam sidang arbitrasi bersifat rahasia pertemuan pribadi dimana media dan anggota masyarakat tidak dapat hadir. Selain itu, keputusan akhir tidak dipublikasikan, juga tidak dapat diakses secara langsung. Berdasarkan hasil wawancara diatas pula maka dapat disimpulkan bahwa dalam arbitrase dipertemukan dua kelurahan yang terlibat konflik dan saksi yang didatangkan oleh pihak arbiter (hakim) dalam membuat keputusan mengikat kedua pihak yang terlibat konflik dengan pertimbangan informasi dari saksi.

Salah satu upaya yang dilakukan dalam mencegah kembali terulangnya suatu konflik masyarakat yang telah memakan banyak korban jiwa adalah dan agar

pertikaian ini berakhir dengan tidak sia-sia maka dibuat sebuh ikrar/janji untuk menempuh jalan damai yang dispakati oleh kedua belah piak dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan para pemuda, dalam mewujudkan pentingnya suatu lingkungan yang kondusif di wilayah Kota Baubau agar pembangunan tidak terhambat. Dalam pertemuan tersebut toko pemuda dari dua kelurahan bertikai membaca ikrar/ deklarasi dama yang isisnya :

a. Kami bersedia melakukan perdamaian dan saling memaafkan.

b. Kami tidak akan memprovokasi atau terprovokasi terhadap hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya konflik atau pertikian serta senantiasa menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.

c. Kami tidak akan melindungi dan menymbunyikan oknum yang diduga terindikasi sebagai pemicu konflik atau pertikaian.

d. Kami siap menerima sanksi hukum apabila dikemudian hari terbukti memulai melakukan tindakan yang dapat menimbulkan konflik dan pertikaian baik dengan Kecamatan Batupoaro maupun dengan pemuda kelurahan lain dalam wilayah kota Baubau.

e. Kami siap bekerja sama secara aktif dengan pihak penegak hukum agar segera menemukan dalan atau provokator yang menyebabkan terjadinya konflik dan pertikaian.

Berdasarkan seluruh hasil wawancara dengan beberapa informan di atas maka dapat disimpulkan bahwa arbitrasi merupakan bentuk penyelesaian konflik dengan cara menempuh proses penyelesaian menyerupai sistem pengadilan. Dimana dalam proses arbitrasi menghadirkan seorang arbiter (hakim) yang bertuhas

63

untuk mengambil keputusan yang mngikat kedua belah pihak dalam jalan menempuh perdamaian. Seorang arbiter bisa berupa bagian dari Bakesbangpol, Kepolisisan, Lurah, Camat dan organisasi pemerintah daerah lainnya. Arbitrasi mempunyai kemiripan dengan mediasi akan tetapi dalam mediasi hanya menghadirkan mediator dan dua kelompok yang terlibat konflik.

Sedangkan dalam bentuk penyelesaian konflik dalam arbitrasi adalah menghadirkan seorang arbiter (hakim) yang keputusannya mutlak dengan menhgadirkan dua belah pihak yang terlibat konflik ditambah dengan kehadiran saksi mata dan pendengar. Kemudian akan dibuat suatu perjanjian yang mengikat kedua belah pihak dan harus dipatuhi, apabila dilanggar maka akan ada sanksi yang diperoleh, keputusan atau ikrar yang dibuat untuk jalan damai telah disepakati bersama sebelum diputuskan.

Apabila bentuk penyelesaian bentuk arbitrasi masih belum berhasil mencegah terjadinya suatu pertikaian yang menyebabkan konflik, maka langkah selanjutnya adalah bentuk penyelesaian konflik dengan Koersi.

Dokumen terkait