• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.2 Arduino Uno

Arduino Uno merupakan papan mikrokontroler berbasis ATMEGA328. Arduino ini memiliki 14 pin input/output digital (6 pin bisa digunakan untuk output PWM / Pulse Width Modulator), 6 input analog, sebuah osilator Kristal 16MHZ, sebuah konektor USB (Universal Serial Bus), sebuah konektor power, sebuah tombol reset, sebuah header ICSP (in-circuit serial programming). Arduino ini memiliki semua yang dibutuhkan untuk mendukung mikrokontroler, mudah dihubungkan ke computer dengan kabel USB atau mengaktifkannya dengan sumber energy adaptor AC DC atau baterai[3]. Modul Arduino Uno seperti pada gambar 2.1.

6 Sumber : https://www.distrelec.ch/en/microcontroller-board-uno-arduino-a000066/p/11038919

Gambar 2.1 Arduino Uno R3 Spesifikasi teknis Arduino Uno :

Mikrokontroler : ATMega328

Tegangan Kerja : 5V

Tegangan input (rekomendasi) : 7-12V Tegangan input (batas) : 6-20V

Jumlah pin I/O Digital : 14 (yang mana terdapat 6 output PWM) Jumlah pin I/O PWM Digital : 6

7 2.3 MLX 90614

Sensor MLX 90614 merupakan termometer infra merah yang digunakan mengukur suhu tanpa bersentuhan dengan objek. Sensor ini terdiri dari chip detector yang peka terhadap suhu berbasis inframerah dan pengondisi sinyal ASSP. Sensor ini didukung dengan penguat berderau rendah, ADC 17 bit, unit DSP, dan termometer yang memiliki akurasi dan resolusi tinggi.Termometernya terkalibrasi dengan output digital dari PWM dan SMBus. PWM akan menunjukkan perubahan suhu yang diukur secara terus menerus dengan jangkauan suhu pada sensor minus 70 hingga 380 derajat Celcius dengan resolusi output 0,14 derajat Celcius[3]. Modul sensor MLX 90614 seperti pada gambar 2.2.

Sumber : https://www.alibaba.com/product-detail/Smart-Electronics-GY-906-MLX90614-non_60605232859.html

Gambar 2.2 MLX 90614 Spesifikasi teknis MLX 90614 :

Vin : Sumber tegangan eksternal (3V-5V) GND : Ground

SCL : Input clock serial untuk protokol 2 komunikasi kabel SDA : Digital I/O

Modul MLX 90614 mempunyai 4 pin utama yaitu Vin, SCL, SDA, dan GND. Pin Vin dan GND terhubung pada VCC 3,3V dan GND pada Arduino Uno, pin SCL

8 pada pin A5 dan pin SDA pada pin A4. Sensor MLX 90614 pada alat ini berfungsi sebagai sensor suhu pengukur suhu pasien yang terkena paparan sinar terapi infrared. Adapun tampilan rangkaian elektronis sensor suhu MLX 90614 seperti pada gambar 2.3

Sumber : http://kursuselektronikaku.blogspot.com/2015/01/mengakses-temperature-sensor-mlx90614.html

Gambar 2.3 Rangkaian Elektronik MLX 90614

2.4 Nextion LCD

LCD Nextion merupakan human machine interface (HMI) yang dilengkapi dengan capacitive touchscreen sensor. Nextion LCD berfungsi untuk menampilkan grafik display sampel. Nextion display muncul dengan ukuran mulai dari 2,4" hingga 7". Modul LCD Nextion seperti pada gambar 2.3.

Sumber : https://www.bigtronica.com/display-lcd-tft-diodos-led/lcd/1509-pantalla-tactil-lcd-nextion-24-5053212015091.html

Gambar 2.4 Nextion LCD Touchscreen

9 Spesifikasi teknis LCD Nextion :

Operating Voltage : 4.75-7V Operating Current : 90mA

Layout Size : 74.4 (L) x 42.9 (W) x 5.8 (H) Resolution : 320 x 240 pixel

Touch Type : Resistive Backlight : LED

Serial Port Baudrate : 2400, 9600, 115200 bps FLASH Memory : 4 MB

RAM Memory : 3584 BYTE

Nextion display memiliki mikrokontroler bawaan yang dapat mengontrol tampilan, misalnya mengatur tombol, membuat teks, menyimpan gambar atau mengubah latar belakang. Nextion display berkomunikasi menggunakan komunikasi serial pada tingkat baud 9600 hingga 115200. Nextion display bekerja pada tegangan 3.3V hingga 5V[4]. Nextion digunakan di tugas akhir ini sebagai monitoring untuk menampilkan suhu tubuh objek, jarak objek, dan timer yang digunakan pada saat proses terapi berjalan. Nextion yang digunakan berukuran 3.2”.

2.5 Buzzer

Buzzer merupakan suatu komponen elektronik berukuran kecil, memiliki 2 pin dan menghasilkan keluaran berupa suara. Buzzer bekerja pada rentang tegangan 3V-24V. Buzzer menghasilkan suara dengan kekuatan ≥ 85 dB dan frekuensi resonansi ± 300 - 2300Hz. Modul buzzer seperti pada gambar 2.4.

10 Sumber :

https://www.tokopedia.com/pcmjakarta/buzzer-high-quality-3-24v-16ohm-kabel-putih-5v-12v-24v-buzer

Gambar 2.5 Buzzer Buzzer memiliki 2 pin, yaitu :

Positif (+) / kabel merah : pin catu daya (3V-24V).

Negatif (-) / kabel hitam : ground

Buzzer mempunyai 2 pin utama yaitu Vin dan GND. Pin Vin terhubung pada pin 8 dan pin GND terhubung pada pin GND pada Arduino Uno. Buzzer pada alat ini berfungsi sebagai indikator bahwa proses terapi telah selesai.

2.6 MicroSD Card

MicroSD Card merupakan singkatan dari Micro Security Digital Card. MicroSD Card merupakan suatu alat elektronik berbentuk kecil yang berfungsi sebagai ruang penyimpanan data digital. MicroSD Card pada Nextion digunakan untuk mengunggah file proyek TFT agar dapat terbaca atau terlihar pada LCD Nextion.

MicroSD Card seperti pada gambar 2.5.

Sumber : https://www.memorycow.co.uk/2gb-sandisk-micro-sd-memory-card

Gambar 2.6 MicroSD Card

11 2.7 Modul Relay

Relay merupakan rangkaian yang bersifat elektronis sederhana dan tersusun oleh saklar, medan elektromagnet (kawat koil), dan poros besi. Fungsi dari relay yaitu untuk memutuskan atau menghubungkan suatu rangkaian elektronika yang satu dengan rangkaian elektronika yang lainnya atau merupakan jenis saklar elektromagnetik. Relay terdiri dari coil dan contact. Coil adalah gulungan kawat yang mendapat arus listrik, sedang contact adalah sejenis saklar yang pergerakannya tergantung dari ada tidaknya arus listrik di coil[6]. Modul relay 1 channel seperti pada gambar 2.7.

Sumber : https://www.aldyrazor.com/2020/05/modul-relay-arduino.html

Gambar 2.7 Modul Relay

Secara umum kondisi atau posisi pada relay terbagi menjadi dua, yaitu:

1. NC (Normally Close), adalah kondisi awal atau kondisi dimana relay dalam posisi tertutup karena tak menerima arus listrik.

2. NO (Normally Open), adalah kondisi dimana relay dalam posisi terbuka karena menerima arus listrik.

Relay dapat bekerja karena adanya gaya elektromagnetik. Ini tercipta dari inti besi yang dililitkan kawat kumparan dan dialiri aliran listrik. Saat kumparan dialiri listrik, maka otomatis inti besi akan jadi magnet dan menarik penyangga sehingga kondisi yang awalnya tertutup jadi terbuka (Open). Sementara pada saat kumparan tak lagi dialiri listrik, maka pegas akan menarik ujung penyangga dan

12 menyebabkan kondisi yang awalnya terbuka jadi tertutup (Close). Skema relay seperti pada gambar 2.8.

Sumber : https://curtocircuito.com.br/datasheet/modulo/rele-1canal.pdf

Gambar 2.8 Skema Relay

Modul relay 1 channel memiliki 3 pin input dan 3 pin output. 3 pin input tersebut berupa pin IN yang terhubung ke pin 13 Arduino Uno, VCC yang terhubung ke pin 5V, dan GND yang terhubung pada pin GND pada Arduino Uno. Sedangkan 3 pin output berupa COM, NC, dan NO. pin COM terhubung pada modul Dimmer dan pin NC terhubung pada lampu inframerah.

Spesifikasi Modul Relay :

Maximum load : AC 250V/10A, DC 30V/10A Jumlah channel : 1

Working voltage : 5-12V

Input Signal : 3-5 V tiap channel

Weight : 60 g

Indication LEDs for Relay output status

Three pins for normally open and closed for each channel

13

BAB III PERANCANGAN

3.1 Deskripsi Sistem

Rancang bangun alat terapi inframerah berbasis mikrokontroler Arduino Uno berguna untuk membuat alat terapi inframerah yang dilengkapi sistem pengatur jarak terapi, pengatur lama waktu terapi dalam menit, pengatur intensitas cahaya terapi, dan pemantau suhu kulit pasien yang terkena paparan sinar selama terapi.

Untuk mengatur jarak terapi pasien dengan lampu inframerah, digunakan sensor jarak yaitu HC-SR04. Sensor ini akan membaca jarak antara pasien dan lampu inframerah dalam bentuk sentimeter (cm). Alat ini menggunakan rangkaian dimmer PWM untuk mengatur intensitas cahaya inframerah. Terdapat potensio yang berguna untuk mengatur data yang diterima rangkaian PWM yang kemudian diolah dan keluarannya berupa perubahan terang redupnya lampu terapi. Untuk memantau suhu kulit pasien yang terpapar sinar inframerah digunakan sensor MLX 90614. Alat ini dilengkapi dengan relay yang berguna sebagai switch on/off lampu otomatis. Alat ini juga dilengkapi dengan pengaturan timer yang dapat diatur dalam menit. Keluaran berupa waktu hitung mundur akan tertampil pada layar LCD Nextion. Selama terapi, jika jarak pasien dan lampu tidak sesuai yaitu 35 – 45 cm maka buzzer akan berbunyi. Ketika waktu terapi telah selesai, buzzer akan berbunyi yang menandakan bahwa terapi telah selesai.

Gambar 3.1 Desain Alat Terapi Inframerah

14 3.2 Diagram Blok Sistem

Gambar 3.2 Diagram Blok Sistem

Sistem perancangan pada alat ini memiliki input berupa potensio, sensor jarak, sensor suhu dan LCD Nextion yang akan diterima dan diproses oleh mikrokontroler. Mikrokontroler berfungsi untuk mengontrol dimmer, relay, dan menampilkan karakter pada LCD Nextion, dan mengolah data yang diperoleh dari potensio, sensor jarak dan sensor suhu. Ketika alat dinyalakan maka akan muncul tampilan START, setelah itu tekan tombol START untuk melakukan proses selanjutnya. Sensor jarak akan membaca jarak antara objek dengan lampu, lalu tekan tombol Next untuk melakukan setting timer. Setelah timer diatur tekan tombol START untuk memulai proses. Relay akan otomatis bekerja dan lampu akan menyala. Selama proses berlangsung, suhu yang terukur pada permukaan kulit pasien yang diterapi akan tertampil pada LCD Nextion dan jika jarak antara lampu dan pasien tidak sesuai dengan yang diinginkan yaitu 35 - 45 cm, maka

15 buzzer akan berbunyi. Ketika proses telah selesai, relay akan bekerja mematikan lampu dan buzzer akan berbunyi.

3.3 Perancangan Mekanik

Rancang bangun alat terapi inframerah berbasis mikrokontroler ATMega328 memiliki 3 bagian. Blok tampilan sistem menggunakan LCD Nextion dan pengatur intensitas cahaya terapi menggunakan potensio seperti pada gambar 3.3 dan blok pemantau jarak menggunakan sensor HC-SR04, pemantau suhu kulit pasien yang terpapar sinar menggunakan sensor MLX 90614, dan lampu terapi infrared seperti pada gambar 3.4. Sedangkan, untuk keamanan pada system alat terapi ini menggunakan buzzer sebagai alarm ketika proses terapi telah selesai dan switch on/off digunakan untuk menyalakan lampu infrared seperti pada gambar 3.5.

Gambar 3.3 Blok Tampilan dan Pengatur Intensitas Keterangan pada gambar 3.3 :

1. LCD Nextion touchscreen 2. Potensiometer

Gambar 3.4 Blok Inframerah, Sensor Suhu, dan Sensor Jarak 1

2

1 2

3

16 Keterangan pada gambar 3.4 :

1. Lampu Inframerah 2. Sensor Jarak HC-SR04 3. Sensor Suhu MLX 90614

Gambar 3.5 Blok Buzzer

3.4 Perancangan Elektrik

Adapun perancangan elektronik secara umum memiliki beberapa blok sistem yaitu pada blok sistem kontrol dengan memanfaatkan beberapa modul Arduino yang telah ada. Selain itu ada beberapa tangkaian pendukung lainnya yaitu rangkaian switch ON/OFF.

3.4.1 Rangkaian Sensor MLX 90614

Rangkaian MLX 90614 berguna untuk mengukur suhu bagian tubuh pasien yang terpapar sinar terapi inframerah. Sensor ini akan mengukur suhu pada bagian tubuh pasien kemudian suhu yang terukur akan ditampilkan pada monitor LCD Nextion. Rangkaian sensor seperti pada gambar 3.6.

Gambar 3.6 Rangkaian Sensor MLX 90164

17 3.4.2 Wiring LCD Nextion Touchscreen

LCD Nextion berguna untuk mengatur dan menampilkan hasil keluaran komponen pada alat yang ada seperti jarak, suhu, dan timer. Tampilan pada monitor diatur menggunakan aplikasi Nextion Editor. Wiring LCD Nextion seperti pada gambar 3.7.

Gambar 3.7 Wiring LCD Nextion

3.4.3 Rangkaian Buzzer

Rangkaian Buzzer berguna sebagai indikator selesainya proses terapi. Hasil yang dikeluarkan oleh buzzer berupa suara. Rangkaian elektronik buzzer seperti pada gambar 3.8.

Gambar 3.8 Rangkaian Buzzer

18 3.4.4 Wiring Modul Relay

Rangkaian modul relay berguna sebagai saklar otomatis pengatur nyala dan mati lampu inframerah. Ketika tombol START ditekan, maka secara otomatis saklar akan menyalakan lampu inframerah. Ketika waktu terapi telah selesai, maka secara otomatis saklar akan mematikan lampu inframerah. Wiring modul relay seperti pada gambar 3.9.

Gambar 3.9 Wiring Modul Relay 3.5 Perancangan Perangkat Lunak

Adapun perancangan perangkat lunak yang dilakukan pada alat terapi inframerah berbasis mikrontroler ATMega 328 yaitu sebagai berikut :

3.5.1 Nextion Editor

Aplikasi Nextion Editor merupakan aplikasi yang berfungsi untuk membuat desain tampilan pada LCD touchscreen Nextion yang telah di support oleh software Arduino. Sehingga memudahkan untuk membuat desain tampilan sesuai yang dibutuhkan dan memudahkan untuk mengoneksikan antara LCD touchscreen nextion dengan Arduino Uno. Gambar 3.10 menunjukkan tampilan dari Nextion Editor.

19 Gambar 3.10 Tampilan Nextion Editor

3.5.2 Perancangan Tampilan LCD Nextion Touchscreen

Tampilan LCD Touchscreen ditunjukkan pada gambar 3.11. Tampilan LCD touchscreen menampilkan hasil pembacaan sensor jarak, sensor suhu, dan pengaturan timer. Tampilan awal sistem pada LCD Nextion seperti pada gambar 3.11.

Gambar 3.11 Tampilan Awal Sistem

20 Selain itu terdapat tampilan yang berguna untuk menampilkan jarak yang dibaca oleh sensor jarak HC-SR04 seperti pada gambar 3.12. Pada tampilan ini juga terdapat tombol next untuk mengatur sistem ke proses selanjutnya.

Gambar 3.12 Tampilan Sensor Jarak

Untuk mengatur lama proses terapi terdapat tombol yang berguna untuk mengatur berapa lama waktu terapi dalam menit. Kemudian untuk memulai proses terapi digunakan tombol start. Tampilan sistem seperti pada gambar 3.13.

Gambar 3.13 Tampilan Timer

21 Tampilan terakhir menampilkan countdown waktu proses terapi. Selain itu juga terdapat tampilan hasil pembacaan suhu tubuh pasien yang dibaca oleh sensor MLX 90614 dan pembacaan jarak oleh sensor HC-SR04. Jika jarak pasien tidak sesuai dengan yang diinginkan yaitu 35 – 45 cm, maka buzzer akan berbunyi.

Untuk kembali ke proses awal digunakan tombol back. Tampilan sistem seperti pada gambar 3.14.

Gambar 3.14 Tampilan Countdown, Sensor Suhu, dan Sensor Jarak

22 3.5.3 Perancangan Sistem Cara Kerja Alat

Menjelaskan sistem atau cara kerja dari Rancang Bangun Terapi Infrared dengan Sistem Pemantau Suhu Tubuh berbasis Mikrokontroler ATMega 328.

MULAI

INISIALISASI

BACA SENSOR JARAK

TOMBOL NEXT

TOMBOL NEXT DITEKAN

N

A Y TAMPILKAN KE

LCD

23 N

A

ATUR WAKTU

TOMBOL + DITEKAN

TOMBOL - DITEKAN N

Y

TAMPILKAN KE LCD

Y

TOMBOL START B

24 TOMBOL

START DITEKAN B

LAMPU NYALA

TIMER COUNTDOWN AKTIF

BACA SENSOR SUHU

Y

A BACA SENSOR N

JARAK

C

D

25 TIMER S = 0

LAMPU MATI

BUZZER NYALA STOP

C

Jarak <

35cm BUZZER NYALA

Jarak >

45cm BUZZER NYALA

Y

Y

N D

BUZZER MATI N

26

BAB IV

IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN

4.1 Implementasi Perencanaan Mekanik

Perancangan mekanik pada alat ini telah selesai dan sesuai dengan harapan pada setiap bloknya. Pada blok tampilan dan pengaturan intensitas cahaya bekerja dengan baik. Hasilnya seperti pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Blok Tampilan dan Pengatur Intensitas Cahaya

Hasil dari blok tampilan dan pengaturan intensitas cahaya sesuai dengan apa yang diharapkan. LCD dapat menampilkan jarak, suhu tubuh pasien, serta timer.

Sedangkan potensio dapat bekerja untuk mengatur intensitas cahaya yaitu terang dan redup cahaya inframerah.

Keterangan gambar 4.1 : 1. LCD Nextion Touchscreen 2. Potensiometer

2 1

27 Dan hasil blok lampu inframerah, sensor suhu, dan sensor jarak sesuai dengan apa yang diharapkan. Lampu inframerah dapat menyala setelah timer dijalankan sehingga dapat digunakan untuk terapi, sensor jarak dapat berfungsi dengan baik sehingga dapat menampilkan jarak antara lampu inframerah dengan objek atau pasien, serta sensor suhu dapat berfungsi dengan baik sehingga dapat menampilkan suhu kulit pasien pada saat diterapi seperti pada gambar 4.2.

Gambar 4.2 Blok Inframerah dan Sensor Keterangan gambar 4.2 :

1. Lampu Inframerah 2. Sensor Jarak HC – SR04 3. Sensor Suhu MLX 90614

Sedangkan pada blok buzzer juga bekerja sesuai dengan apa yang diharapkan.

Buzzer dapat berbunyi pada saat timer selesai berhitung mundur yang menandakan bahwa terapi telah selesai dilakukan. Seperti pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Blok Buzzer

1 2

3

28 4.2 Implementasi Perencanaan Elektrik

Perancangan elektronik yang telah direncanakan pada bab 3, telah selesai dikerjakan. Rangkaian elektronik didesain dan di tata sedemikian rupa agar terlihat rapi karena banyak menggunakan kabel jumper. Keseluruhan rangkaian elektronik yang digunakan terdiri dari LCD Nextion touchscreen, modul dimmer PWM, sensor suhu, sensor jarak, arduino uno, modul relay 1 channel, potensiometer, dan buzzer. Gambar 4.4 adalah implementasi rangkaian elektronik yang telah digunakan.

Gambar 4.4 Rangkaian Elektronik

4.3 Troubleshooting

Pada saat perencanaan desain sampai dengan pembuatan alat banyak permasalahan yang telah dialami, seperti berikut ini :

1. Kesalahan pada program timer.

a. Permasalahan :

Hasil timer tidak bisa countdown dan terjadi bouncing.

29 b. Analisis :

Setelah dianalisis, timer tidak bisa countdown dan bouncing karena kesalahan pada program sehingga memperbaiki program dengan cara menambah program dengan flag. Setelah memperbaiki program akhirnya timer dapat countdown dan tidak bouncing.

c. Solusi :

Memperbaiki program.

2. Dimmer tidak bisa menyala dan lampu berkedip.

a. Permasalahan :

Pada saat pertama kali mencoba menyalakan lampu menggunakan modul dimmer, masalah yang pertama yaitu indikator led pada dimmer tidak menyala sehingga secara otomatis lampu inframerah pun tidak menyala.

Masalah yang kedua yaitu saat dimmer sudah menyala tetapi lampu infamerah berkedip.

b. Analisis :

Setelah dianalisis, untuk masalah yang pertama yaitu ada bagian kabel yang longgar lalu untuk masalah yang kedua yaitu terdapat program yang masih kurang dan pengaturan mapping pada potensio yang kurang tepat.

c. Solusi :

Merekatkan kabel yang longgar dan perbaikan pada program serta pengaturan mapping pada potensio.

3. Sensor suhu tidak berfungsi.

a. Masalah :

Pada saat alat dinyalakan, sensor suhu tidak dapat membaca suhu atau tidak berfungsi.

b. Analisis :

Setalah dianalisis, ternyata konektor pada sensor kurang rekat sehingga menyebabkan sensor tidak dapat membaca suhu dan tidak terhubung ke arduino uno.

30 c. Solusi :

Memperbaiki konektor sensor suhu yang kurang rekat menggunakan solder.

4. Sensor jarak tidak berfungsi.

a. Masalah :

Pada saat alat disambungkan ke sumber AC, sensor jarak tidak dapat membaca jarak dengan baik dan hasilnya jauh dari parameter yang seharusnya.

b. Analisis :

Setelah dianalisis, ternyata rumus yang digunakan pada program arduino kurang tepat, sehingga meyebabkan pembacaan yang tidak akurat.

c. Solusi :

Memperbaiki rumus sensor jarak pada program arduino.

5. Relay tidak berfungsi.

a. Masalah :

Relay tidak dapat berfungsi dengan semestinya atau tidak mau menyala.

b. Analisis :

Setelah dianalisis, ternyata tombol pada lcd nextion tidak dapat berfungsi karena peletakan pemindahan halaman yang kurang tepat.

c. Solusi :

Memperbaiki program pemindahan halaman pada lcd nextion yang awalnya ada pada touch press event ke touch release event.

4.4 Pengujian Komponen

Sebelum membuat rangkaian, dilakukan pengujian komponen terlebih dahulu untuk memastikan komponen yang dibeli berfungsi dengan baik.

4.4.1 Pengujian Liquid Crystal Display Nextion

Pengujian Liquid Crystal Display (LCD) Nextion dengan cara menghubungkan LCD dengan sumber 5V, ground, pin TX dengan RX pada Arduino, dan RX pada TX Arduino. Setelah selesai menghubungkan, dibuat kode progam untuk di upload ke Arduino. Pada gambar 4.5. menunjukkan bahwa LCD Nextion sudah

31 dapat menampilkan karakter. Hal ini menunjukkan bahwa LCD Nextion dapat berfungsi dengan baik. Pengujian dilanjutkan dengan membuat kode untuk menampilkan hasil pembacaan sensor suhu MLX 90614, sehingga LCD Nextion dapat menampilkan hasil pembacaan suhu yang terukur pada kulit pasien 4.6.

Gambar 4.5 Pengujian Tampilan Karakter

Gambar 4.6 Pengujian Tampilan Suhu

Berdasarkan beberapa pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa seluruh komponen yang digunakan dalam keadaan baik dan dapat dirangkai sesuai dengan rancangan yang telah dibuat sebelumnya.

4.4.2 Pengujian Sensor Suhu

Pada alat ini, sensor MLX 90614 berfungsi sebagai sensor suhu yang digunakan untuk mengukur suhu permukaan kulit pasien selama proses terapi. Pengujian dilakukan dengan memposisikan objek berupa kulit punggung pasien sesuai jarak yaitu 30 cm, 40 cm, 45 cm, dan 50 cm. Alat akan otomatis menampilkan suhu yang terukur pada objek, sebagai pengukur pembanding digunakan

32 thermogun.Thermogun dengan jarak yang sama diarahkan ke objek untuk mengukur suhu objek setiap 12 detik sekali pada waktu terapi selama 1 menit.

Dari percobaan tersebut dapat diperoleh sampel pengukuran sebanyak 5 data.

Gambar 4.7 Hasil Pengujian Suhu

Tabel 4.1 Pengukuran Sensor Suhu dalam Ruangan Selama 1 Menit Jarak Waktu Sensor Thermogun Selisih

30 cm

33

Hasil pengukuran suhu pada proses terapi menggunakan sensor suhu pada alat dan thermogun dapat dilihat pada gambar 4.7. Dari tabel dapat diketahui bahwa pengukuran suhu pada jarak awal yaitu 30 cm memiliki selisih perbedaan rata – rata sebesar 1.16 oC. Seiring bertambahnya jarak, perbedaan pengukuran antara sensor suhu pada alat dengan thermogun lebih besar yaitu dengan rata – rata selisih pengukuran sebesar 2.04 oC. Sensor MLX 90614 pada alat masih layak digunakan karena bisa dikatakan pengukuran suhu pada alat hampir sama dengan hasil pembacaan suhu menggunakan thermogun. Walaupun hasil pembacaan suhu sensor MLX 90614 dengan thermogun berbeda rata - rata sekitar 1.52oC.

34 Gambar 4.8 Grafik Pengukuran Suhu pada Jarak 30 cm

Dari tabel 4.1 dapat dibuat grafik pengukuran sensor suhu pada jarak 30 cm terhadap waktu selama 1 menit. Untuk satuan keatas merupakan suhu yang terukur dalam celcius. Sedangkan untuk satuan kesamping merupakan satuan waktu dalam detik. Pada gambar 4.8 terdapat perbedaan pengukuran suhu antara menggunakan sensor suhu pada alat dan menggunakan thermogun.

Gambar 4.9 Grafik Pengukuran Suhu pada Jarak 40 cm

32,5

35 Dari tabel 4.1 dapat dibuat grafik pengukuran sensor suhu pada jarak 40 cm terhadap waktu selama 1 menit. Untuk satuan keatas merupakan suhu yang terukur dalam celcius. Sedangkan untuk satuan kesamping merupakan satuan waktu dalam detik. Pada gambar 4.9 terdapat perbedaan pengukuran suhu yang cukup signifikan antara menggunakan sensor suhu pada alat dan menggunakan thermogun.

Gambar 4.10 Grafik Pengukuran Suhu pada Jarak 45 cm

Dari tabel 4.1 dapat dibuat grafik pengukuran sensor suhu pada jarak 45 cm terhadap waktu selama 1 menit. Untuk satuan keatas merupakan suhu yang terukur dalam celcius. Sedangkan untuk satuan kesamping merupakan satuan waktu dalam detik. Pada gambar 4.10 terdapat perbedaan pengukuran suhu yang cukup besar yaitu sampai 3oC antara menggunakan sensor suhu pada alat dan

36 Gambar 4.11 Grafik Pengukuran Suhu pada Jarak 50 cm

Dari tabel 4.1 dapat dibuat grafik pengukuran sensor suhu pada jarak 50 cm terhadap waktu selama 1 menit. Untuk satuan keatas merupakan suhu yang terukur dalam celcius. Sedangkan untuk satuan kesamping merupakan satuan waktu dalam detik. Pada gambar 4.11 terdapat perbedaan pengukuran suhu yang

Dari tabel 4.1 dapat dibuat grafik pengukuran sensor suhu pada jarak 50 cm terhadap waktu selama 1 menit. Untuk satuan keatas merupakan suhu yang terukur dalam celcius. Sedangkan untuk satuan kesamping merupakan satuan waktu dalam detik. Pada gambar 4.11 terdapat perbedaan pengukuran suhu yang