BAB III PERANCANGAN
3.4 Perancangan Elektrik
3.4.3 Rangkaian Buzzer
Rangkaian Buzzer berguna sebagai indikator selesainya proses terapi. Hasil yang dikeluarkan oleh buzzer berupa suara. Rangkaian elektronik buzzer seperti pada gambar 3.8.
Gambar 3.8 Rangkaian Buzzer
18 3.4.4 Wiring Modul Relay
Rangkaian modul relay berguna sebagai saklar otomatis pengatur nyala dan mati lampu inframerah. Ketika tombol START ditekan, maka secara otomatis saklar akan menyalakan lampu inframerah. Ketika waktu terapi telah selesai, maka secara otomatis saklar akan mematikan lampu inframerah. Wiring modul relay seperti pada gambar 3.9.
Gambar 3.9 Wiring Modul Relay 3.5 Perancangan Perangkat Lunak
Adapun perancangan perangkat lunak yang dilakukan pada alat terapi inframerah berbasis mikrontroler ATMega 328 yaitu sebagai berikut :
3.5.1 Nextion Editor
Aplikasi Nextion Editor merupakan aplikasi yang berfungsi untuk membuat desain tampilan pada LCD touchscreen Nextion yang telah di support oleh software Arduino. Sehingga memudahkan untuk membuat desain tampilan sesuai yang dibutuhkan dan memudahkan untuk mengoneksikan antara LCD touchscreen nextion dengan Arduino Uno. Gambar 3.10 menunjukkan tampilan dari Nextion Editor.
19 Gambar 3.10 Tampilan Nextion Editor
3.5.2 Perancangan Tampilan LCD Nextion Touchscreen
Tampilan LCD Touchscreen ditunjukkan pada gambar 3.11. Tampilan LCD touchscreen menampilkan hasil pembacaan sensor jarak, sensor suhu, dan pengaturan timer. Tampilan awal sistem pada LCD Nextion seperti pada gambar 3.11.
Gambar 3.11 Tampilan Awal Sistem
20 Selain itu terdapat tampilan yang berguna untuk menampilkan jarak yang dibaca oleh sensor jarak HC-SR04 seperti pada gambar 3.12. Pada tampilan ini juga terdapat tombol next untuk mengatur sistem ke proses selanjutnya.
Gambar 3.12 Tampilan Sensor Jarak
Untuk mengatur lama proses terapi terdapat tombol yang berguna untuk mengatur berapa lama waktu terapi dalam menit. Kemudian untuk memulai proses terapi digunakan tombol start. Tampilan sistem seperti pada gambar 3.13.
Gambar 3.13 Tampilan Timer
21 Tampilan terakhir menampilkan countdown waktu proses terapi. Selain itu juga terdapat tampilan hasil pembacaan suhu tubuh pasien yang dibaca oleh sensor MLX 90614 dan pembacaan jarak oleh sensor HC-SR04. Jika jarak pasien tidak sesuai dengan yang diinginkan yaitu 35 – 45 cm, maka buzzer akan berbunyi.
Untuk kembali ke proses awal digunakan tombol back. Tampilan sistem seperti pada gambar 3.14.
Gambar 3.14 Tampilan Countdown, Sensor Suhu, dan Sensor Jarak
22 3.5.3 Perancangan Sistem Cara Kerja Alat
Menjelaskan sistem atau cara kerja dari Rancang Bangun Terapi Infrared dengan Sistem Pemantau Suhu Tubuh berbasis Mikrokontroler ATMega 328.
MULAI
INISIALISASI
BACA SENSOR JARAK
TOMBOL NEXT
TOMBOL NEXT DITEKAN
N
A Y TAMPILKAN KE
LCD
23 N
A
ATUR WAKTU
TOMBOL + DITEKAN
TOMBOL - DITEKAN N
Y
TAMPILKAN KE LCD
Y
TOMBOL START B
24 TOMBOL
START DITEKAN B
LAMPU NYALA
TIMER COUNTDOWN AKTIF
BACA SENSOR SUHU
Y
A BACA SENSOR N
JARAK
C
D
25 TIMER S = 0
LAMPU MATI
BUZZER NYALA STOP
C
Jarak <
35cm BUZZER NYALA
Jarak >
45cm BUZZER NYALA
Y
Y
N D
BUZZER MATI N
26
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN
4.1 Implementasi Perencanaan Mekanik
Perancangan mekanik pada alat ini telah selesai dan sesuai dengan harapan pada setiap bloknya. Pada blok tampilan dan pengaturan intensitas cahaya bekerja dengan baik. Hasilnya seperti pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Blok Tampilan dan Pengatur Intensitas Cahaya
Hasil dari blok tampilan dan pengaturan intensitas cahaya sesuai dengan apa yang diharapkan. LCD dapat menampilkan jarak, suhu tubuh pasien, serta timer.
Sedangkan potensio dapat bekerja untuk mengatur intensitas cahaya yaitu terang dan redup cahaya inframerah.
Keterangan gambar 4.1 : 1. LCD Nextion Touchscreen 2. Potensiometer
2 1
27 Dan hasil blok lampu inframerah, sensor suhu, dan sensor jarak sesuai dengan apa yang diharapkan. Lampu inframerah dapat menyala setelah timer dijalankan sehingga dapat digunakan untuk terapi, sensor jarak dapat berfungsi dengan baik sehingga dapat menampilkan jarak antara lampu inframerah dengan objek atau pasien, serta sensor suhu dapat berfungsi dengan baik sehingga dapat menampilkan suhu kulit pasien pada saat diterapi seperti pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 Blok Inframerah dan Sensor Keterangan gambar 4.2 :
1. Lampu Inframerah 2. Sensor Jarak HC – SR04 3. Sensor Suhu MLX 90614
Sedangkan pada blok buzzer juga bekerja sesuai dengan apa yang diharapkan.
Buzzer dapat berbunyi pada saat timer selesai berhitung mundur yang menandakan bahwa terapi telah selesai dilakukan. Seperti pada gambar 4.3.
Gambar 4.3 Blok Buzzer
1 2
3
28 4.2 Implementasi Perencanaan Elektrik
Perancangan elektronik yang telah direncanakan pada bab 3, telah selesai dikerjakan. Rangkaian elektronik didesain dan di tata sedemikian rupa agar terlihat rapi karena banyak menggunakan kabel jumper. Keseluruhan rangkaian elektronik yang digunakan terdiri dari LCD Nextion touchscreen, modul dimmer PWM, sensor suhu, sensor jarak, arduino uno, modul relay 1 channel, potensiometer, dan buzzer. Gambar 4.4 adalah implementasi rangkaian elektronik yang telah digunakan.
Gambar 4.4 Rangkaian Elektronik
4.3 Troubleshooting
Pada saat perencanaan desain sampai dengan pembuatan alat banyak permasalahan yang telah dialami, seperti berikut ini :
1. Kesalahan pada program timer.
a. Permasalahan :
Hasil timer tidak bisa countdown dan terjadi bouncing.
29 b. Analisis :
Setelah dianalisis, timer tidak bisa countdown dan bouncing karena kesalahan pada program sehingga memperbaiki program dengan cara menambah program dengan flag. Setelah memperbaiki program akhirnya timer dapat countdown dan tidak bouncing.
c. Solusi :
Memperbaiki program.
2. Dimmer tidak bisa menyala dan lampu berkedip.
a. Permasalahan :
Pada saat pertama kali mencoba menyalakan lampu menggunakan modul dimmer, masalah yang pertama yaitu indikator led pada dimmer tidak menyala sehingga secara otomatis lampu inframerah pun tidak menyala.
Masalah yang kedua yaitu saat dimmer sudah menyala tetapi lampu infamerah berkedip.
b. Analisis :
Setelah dianalisis, untuk masalah yang pertama yaitu ada bagian kabel yang longgar lalu untuk masalah yang kedua yaitu terdapat program yang masih kurang dan pengaturan mapping pada potensio yang kurang tepat.
c. Solusi :
Merekatkan kabel yang longgar dan perbaikan pada program serta pengaturan mapping pada potensio.
3. Sensor suhu tidak berfungsi.
a. Masalah :
Pada saat alat dinyalakan, sensor suhu tidak dapat membaca suhu atau tidak berfungsi.
b. Analisis :
Setalah dianalisis, ternyata konektor pada sensor kurang rekat sehingga menyebabkan sensor tidak dapat membaca suhu dan tidak terhubung ke arduino uno.
30 c. Solusi :
Memperbaiki konektor sensor suhu yang kurang rekat menggunakan solder.
4. Sensor jarak tidak berfungsi.
a. Masalah :
Pada saat alat disambungkan ke sumber AC, sensor jarak tidak dapat membaca jarak dengan baik dan hasilnya jauh dari parameter yang seharusnya.
b. Analisis :
Setelah dianalisis, ternyata rumus yang digunakan pada program arduino kurang tepat, sehingga meyebabkan pembacaan yang tidak akurat.
c. Solusi :
Memperbaiki rumus sensor jarak pada program arduino.
5. Relay tidak berfungsi.
a. Masalah :
Relay tidak dapat berfungsi dengan semestinya atau tidak mau menyala.
b. Analisis :
Setelah dianalisis, ternyata tombol pada lcd nextion tidak dapat berfungsi karena peletakan pemindahan halaman yang kurang tepat.
c. Solusi :
Memperbaiki program pemindahan halaman pada lcd nextion yang awalnya ada pada touch press event ke touch release event.
4.4 Pengujian Komponen
Sebelum membuat rangkaian, dilakukan pengujian komponen terlebih dahulu untuk memastikan komponen yang dibeli berfungsi dengan baik.
4.4.1 Pengujian Liquid Crystal Display Nextion
Pengujian Liquid Crystal Display (LCD) Nextion dengan cara menghubungkan LCD dengan sumber 5V, ground, pin TX dengan RX pada Arduino, dan RX pada TX Arduino. Setelah selesai menghubungkan, dibuat kode progam untuk di upload ke Arduino. Pada gambar 4.5. menunjukkan bahwa LCD Nextion sudah
31 dapat menampilkan karakter. Hal ini menunjukkan bahwa LCD Nextion dapat berfungsi dengan baik. Pengujian dilanjutkan dengan membuat kode untuk menampilkan hasil pembacaan sensor suhu MLX 90614, sehingga LCD Nextion dapat menampilkan hasil pembacaan suhu yang terukur pada kulit pasien 4.6.
Gambar 4.5 Pengujian Tampilan Karakter
Gambar 4.6 Pengujian Tampilan Suhu
Berdasarkan beberapa pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa seluruh komponen yang digunakan dalam keadaan baik dan dapat dirangkai sesuai dengan rancangan yang telah dibuat sebelumnya.
4.4.2 Pengujian Sensor Suhu
Pada alat ini, sensor MLX 90614 berfungsi sebagai sensor suhu yang digunakan untuk mengukur suhu permukaan kulit pasien selama proses terapi. Pengujian dilakukan dengan memposisikan objek berupa kulit punggung pasien sesuai jarak yaitu 30 cm, 40 cm, 45 cm, dan 50 cm. Alat akan otomatis menampilkan suhu yang terukur pada objek, sebagai pengukur pembanding digunakan
32 thermogun.Thermogun dengan jarak yang sama diarahkan ke objek untuk mengukur suhu objek setiap 12 detik sekali pada waktu terapi selama 1 menit.
Dari percobaan tersebut dapat diperoleh sampel pengukuran sebanyak 5 data.
Gambar 4.7 Hasil Pengujian Suhu
Tabel 4.1 Pengukuran Sensor Suhu dalam Ruangan Selama 1 Menit Jarak Waktu Sensor Thermogun Selisih
30 cm
33
Hasil pengukuran suhu pada proses terapi menggunakan sensor suhu pada alat dan thermogun dapat dilihat pada gambar 4.7. Dari tabel dapat diketahui bahwa pengukuran suhu pada jarak awal yaitu 30 cm memiliki selisih perbedaan rata – rata sebesar 1.16 oC. Seiring bertambahnya jarak, perbedaan pengukuran antara sensor suhu pada alat dengan thermogun lebih besar yaitu dengan rata – rata selisih pengukuran sebesar 2.04 oC. Sensor MLX 90614 pada alat masih layak digunakan karena bisa dikatakan pengukuran suhu pada alat hampir sama dengan hasil pembacaan suhu menggunakan thermogun. Walaupun hasil pembacaan suhu sensor MLX 90614 dengan thermogun berbeda rata - rata sekitar 1.52oC.
34 Gambar 4.8 Grafik Pengukuran Suhu pada Jarak 30 cm
Dari tabel 4.1 dapat dibuat grafik pengukuran sensor suhu pada jarak 30 cm terhadap waktu selama 1 menit. Untuk satuan keatas merupakan suhu yang terukur dalam celcius. Sedangkan untuk satuan kesamping merupakan satuan waktu dalam detik. Pada gambar 4.8 terdapat perbedaan pengukuran suhu antara menggunakan sensor suhu pada alat dan menggunakan thermogun.
Gambar 4.9 Grafik Pengukuran Suhu pada Jarak 40 cm
32,5
35 Dari tabel 4.1 dapat dibuat grafik pengukuran sensor suhu pada jarak 40 cm terhadap waktu selama 1 menit. Untuk satuan keatas merupakan suhu yang terukur dalam celcius. Sedangkan untuk satuan kesamping merupakan satuan waktu dalam detik. Pada gambar 4.9 terdapat perbedaan pengukuran suhu yang cukup signifikan antara menggunakan sensor suhu pada alat dan menggunakan thermogun.
Gambar 4.10 Grafik Pengukuran Suhu pada Jarak 45 cm
Dari tabel 4.1 dapat dibuat grafik pengukuran sensor suhu pada jarak 45 cm terhadap waktu selama 1 menit. Untuk satuan keatas merupakan suhu yang terukur dalam celcius. Sedangkan untuk satuan kesamping merupakan satuan waktu dalam detik. Pada gambar 4.10 terdapat perbedaan pengukuran suhu yang cukup besar yaitu sampai 3oC antara menggunakan sensor suhu pada alat dan
36 Gambar 4.11 Grafik Pengukuran Suhu pada Jarak 50 cm
Dari tabel 4.1 dapat dibuat grafik pengukuran sensor suhu pada jarak 50 cm terhadap waktu selama 1 menit. Untuk satuan keatas merupakan suhu yang terukur dalam celcius. Sedangkan untuk satuan kesamping merupakan satuan waktu dalam detik. Pada gambar 4.11 terdapat perbedaan pengukuran suhu yang cukup besar yaitu sampai lebih dari 3oC antara menggunakan sensor suhu pada alat dan menggunakan thermogun.
Gambar 4.12 Grafik Perbandingan Suhu Terhadap Jarak
33
37 Dari tabel 4.1 dapat dibuat grafik pengukuran sensor suhu pada jarak 50 cm terhadap waktu selama 1 menit. Untuk satuan keatas merupakan suhu yang terukur dalam celcius. Sedangkan untuk satuan kesamping merupakan satuan jarak dalam sentimeter (cm). Pada gambar 4.12 terdapat perbedaan pengukuran suhu yang cukup besar antara menggunakan sensor suhu pada alat dan menggunakan thermogun. Ketika suhu pengukuran pada thermogun semakin panas, pengukuran menggunakan sensor suhu pada alat malah sebaliknya yaitu masih dalam rentang 35oC – 36oC.
4.4.3 Pengujian Timer
Pada alat ini, timer berfungsi sebagai pengatur lama waktu terapi. Timer dapat diatur dari 1 - 60 menit. Pengujian dilakukan dengan menggunakan stopwatch sebagai pembanding waktu. Pengujian dilakukan dengan memulai timer pada alat dan stopwatch secara bersamaan. Pengujian dilakukan dengan mengambil 5 sampel yaitu 1 menit, 5 menit, 10 menit, 30 menit, dan 60 menit. Hasil pengujian dapat dilihat pada gambar 4.13.
Gambar 4.13 Pengujian Timer
Ketika dilakukan pengujian, terdapat perbedaan antara timer yang tertampil pada alat dengan stopwatch yang digunakan sebagai alat pembanding. Timer yang ada pada alat lebih lama dibandingkan dengan stopwatch. Perbedaan yang tertampil pada gambar 4.13 sebesar 3 detik. Timer pada alat lebih lama daripada stopwatch yang menjadi pembanding.
38 No. Timer pada Alat Timer pada Stopwatch
1. 1:00 1:05
2. 5:00 5:09
3. 10:00 10:17
4. 30:00 30:22
5. 60:00 63:00
Tabel 4.2 Pengujian Timer
Dari tabel 4.2 terdapat 5 buah sampel pengujian dalam satuan waktu menit. Pada pengaturan 1 menit terdapat perbedaan waktu selama 5 detik. Makin besar pengaturan waktu pada alat, makin besar pula perbedaan yang ada antara timer pada alat dengan timer pada stopwatch sebagai pembanding. Perbedaan paling besar yaitu waktu pada alat lebih lama senilai 3 menit daripada waktu pada stopwatch ketika pengaturan lama terapi selama 60 menit.
Gambar 4.14 Grafik Perbedaan Timer
0
39 Dari tabel 4.2 dapat dibuat grafik perbedaan pengukuran waktu pada alat terapi dan stopwatch sebagai alat ukur pembanding. Untuk satuan keatas merupakan satuan waktu yang terukur dalam menit. Sedangkan untuk satuan kesamping merupakan satuan waktu dalam menit. Semakin besar pengaturan waktu pada alat, semakin besar pula selisih waktu pada alat dan stopwatch sebagai pembanding.
Selisih paling besar yaitu timer pada alat lebih lama 3 menit daripada waktu pada stopwatch.
4.5 Pengujian Sistem
Pengujian ini dilakukan dengan tujuan apakah semua rangkaian sudah berjalan sesuai alur program yang telah dibuat. Proses pengujian sistem dilakukan untuk menguji semua rangkaian elektronik dan mekanik yang ada dalam box sudah bekerja dengan baik atau belum.
4.5.1 Pengujian Sistem Terapi Inframerah
Pengujian dilakukan dengan cara menempatkan objek berupa punggung pasien tanpa terhalang kain sesuai jarak yang diperlukan yaitu 30-45 cm dari lampu terapi inframerah. Pada saat alat dinyalakan, atur jarak antara pasien dengan lampu inframerah sekitar 30 – 45 cm, kemudian tekan tombol next untuk mengatur timer yang dibutuhkan selama proses terapi. Setelah mengatur timer, tekan tombol start maka lampu inframerah secara otomatis akan menyala, timer akan memulai hitung mundur, dan suhu yang terukur pada kulit pasien selama proses terapi akan tertampil pada layar LCD. Ketika posisi pasien tidak sesuai selama terapi yaitu 30 - 45 cm, maka buzzer akan berbunyi. Untuk mengatur intesitas cahaya terapi inframerah dapat menggunakan potensio yang terdapat disebelah LCD Nextion. Hal ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien dan anjuran dokter atau terapis. Setelah timer selesai menghitung mundur, buzzer akan berbunyi dan lampu inframerah secara otomatis akan mati yang menandakan bahwa proses terapi telah selesai.
40 4.5.2 Hasil
Pengujian semua sistem berhasil, sensor suhu dapat membaca suhu permukaan kulit ketika sedang dalam proses terapi dan hasil cukup akurat karena rata – rata selisih pembacaan sensor suhu terhadap thermogun sebagai alat pembanding yaitu 1.52oC, tetapi untuk timer countdown pada alat masih kurang presisi yaitu terdapat perbedaan waktu dengan pengukur pembanding stopwatch dengan perbedaan paling lama sebesar 3 menit.
41
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Telah dibuat “Rancang Bangun Terapi Infrared dengan Sistem Pemantau Suhu Tubuh Berbasis Mikrokontroler ATMega328”. Hasil dari pembuatan alat ini, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Rancang Bangun Terapi Infrared dengan Sistem Pemantau Suhu Tubuh Berbasis Mikrokontroler ATMega328 telah berhasil dilakukan.
2. Sistem yang ada pada alat seperti sistem keamanan berupa pemantauan suhu permukaan kulit pasien selama proses terapi dapat tertampil dan hasil cukup akurat karena perbedaan rata – rata yaitu 1.52oC.
3. Sistem Alat Terapi Inframerah yang disertai pengaturan timer dan buzzer sebagai penanda selesainya proses terapi dan alarm posisi pasien telah berhasil dibuat dan hasil sesuai dengan yang diinginkan walaupun countdown timer belum cukup akurat karena terdapat perbedaan dengan pengukur pembanding stopwatch yaitu paling lama 3 menit lebih lama pada pengaturan waktu 60 menit.
5.2 Saran
Harapan dari pembuatan “Rancang Bangun Terapi Infrared dengan Sistem Pemantau Suhu Tubuh Berbasis Mikrokontroler ATMega328” ini adalah supaya alat dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran dan alat terapi. Alat ini masih jauh dari kata sempurna dan masih perlu diperbaiki untuk lebih menyempurnakannya. Terdapat saran untuk perbaikan pada countdown timer yang masih kurang akurat karena terdapat perbedaan paling lama yaitu 3 menit lebih lama pada pengaturan waktu terapi 60 menit.
42
DAFTAR PUSTAKA
[1] Nurcipto Dedi, Gandha Indra Gutama. 2017. “Sistem Kendali-Tenaga-Elektronika-Telekomunikasi-Komputer”. Volume 6, No. 2, Desember 2017, 195.
[2] Widowati Risna. 2017. “Efektivitas terapi akupuntur dan inframerah dalam menurunkn nyeri muskuloskeletal pada lanjut usia”. 15, 16, 17.
[3] Sibuea Osean Maickel. 2018. “Temperature Measurement with infrared temperature sensor MLX90614 based on Arduino Uno”. 4, 10, 11.
[4] Ikbal Nur Muhammad, Gunadi Isnain. 2019. “Pemrograman mesin bor otomatis berbasis ATMega328 terintegrasi LCD touchscreen nextion 3,2 inchi”. Vol 22, No. 4, Oktober 2019, Hal 144-152.
[5] URL https://nextion.tech/datasheets/nx3224t024/
Diakses 20 Juni 2021
[6] Rahadi Riyan, Triyanto Dedi, Suhardi. 2018. “Perancangan sistem keamanan sepeda motor dengan sensor fingerprint, sms gateway, dan GPS tracker berbasis Arduino dengan interface website”. Volume 06, No. 03 2018.120
[7] Prodyanatasari Arshy. 2015. “Optimalisasi energy gelombang elektromagnetik melalui terapi infrared pada penderita penyakit paru obstruktif kronik”. Hal 61
[8] P. W. Yudha, et.al., “Efektifitas jarak inframerah terhadap ambang nyeri”. Workshop Fisioterapi. Juli 2013.
43 [9] Sudarsana Wayan I. 2014. “Perbedaan take graft pada pasien luka bakar dengan metode vacuum assisted closure modifikasi dan metode konvensional di ruang burn unit RSUP Sanglah Denpasar”. Hal 6.
[10] URL https://scottddanielson.blogspot.com/2019/07/efek-samping-fisioterapi-infra-merah.html
Diakses 15 Juli 2021
44
LAMPIRAN
45 Lampiran 1. Spesifikasi Teknis
46 Lampiran 2. Pin Mapping
Pin
Arduino Koneksi (Input/Output/Pin) Keterangan
D0 LCD Nextion RX TX pada LCD Nextion D1 LCD Nextion TX RX pada LCD Nextion D2 Dimmer ZC Arduino Shield (zerocross)
D3
D9 HC-SR04 Trigger Arduino Shield (trig) D10 HC-SR04 Echo Arduino Shield (echo) D11
D12 Dimmer Pin output Dimmer Arduino Shield (outputPin) D13 Modul Relay Pin IN modul relay Arduino Shield (relay)
A0 Potensiometer Pin out potensiometer Arduino Shield (potPin)
A1
Potensiometer Pin VCC
3.3V MLX 90614 Pin VCC
47 Lampiran 3. Program Arduino Uno
#include <Nextion.h>
#define zerocross 2
#define potPin A0
#define relay 13
float suhu;
Adafruit_MLX90614 mlx = Adafruit_MLX90614();
int trig= 9 ;// membuat varibel trig yang di set ke-pin 5 int echo= 10;// membuat variabel echo yang di set ke-pin 4 long durasi,distance;// membuat variabel durasi dan
jarakvoid
const int potMin = 0;
const int potMax = 800;
int potValue;
dimmerLamp dimmer(outputPin);
48 int outVal = 0;
int time_s = 0;
int time_m = 0;
int time_h = 0;
int flag = 0;
int menu = 0;
int buzzer = 8;
NexButton b3 = NexButton (2,3,"b3");
NexButton b4 = NexButton (2,4,"b4");
NexButton b2 = NexButton (2,5,"b2");
NexText jarak = NexText (1,3,"jarak");
NexText m = NexText (2,2,"m");
NexTouch *nex_listen_list[] = {
&b3,
&b4,
&b2, NULL };
49
String command6 = "m.txt=\""+String(time_m)+"\"";
Serial.print(command6);
String command2 = "m.txt=\""+String(time_m)+"\"";
Serial.print(command2);
Serial.write(0xff);
50
Serial.begin(9600); // digunakan untuk komunikasi Serial dengan komputer
pinMode(trig, OUTPUT);// set pin trig menjadi OUTPUT pinMode(echo, INPUT);// set pin echo menjadi INPUT
51
if(time_s<0){time_s=59; time_m = time_m-1;}
if(time_m<0){time_m=59; time_h = time_h-1;}
}
void tdownComplete(){}
//tdown.stop();
void loop() {
// program dibawah ini agar trigger memancarakan suara ultrasonic
durasi= pulseIn(echo, HIGH);// menerima suara ultrasonic
52 distance= durasi * 0.034 * 2;// mengubah durasi menjadi jarak (cm)
String command3 = "jarak.txt=\""+String(distance)+"\"";
delay(100);
Serial.print(command3);
Serial.write(0xff);
Serial.write(0xff);
Serial.write(0xff);
String command7 = "jrk.txt=\""+String(distance)+"\"";
Serial.print(command7);
String command4 = "sh.txt=\""+String(suhu)+"\"";
Serial.print(command4);
String command5 = "mm.txt=\""+String(time_m)+"\"";
53 Serial.print(command5);
Serial.write(0xff);
Serial.write(0xff);
Serial.write(0xff);
String command1 = "dd.txt=\""+String(time_s)+"\"";
Serial.print(command1);
analogRead(analog_pin), min_analog, max_analog, 100%, 0%);
dimmer.setPower(outVal);
54
if(time_s==0 && time_m==0 && flag==1){
flag=0;
55 digitalWrite(buzzer, LOW);
tdown.stop();
} }
void eeprom_write(){
EEPROM.write(1, time_s);
EEPROM.write(2, time_m);
EEPROM.write(3, time_h);
}
void eeprom_read(){
time_s = EEPROM.read(1);
time_m = EEPROM.read(2);
time_h = EEPROM.read(3);
}
56 Lampiran 4. Datasheet Komponen
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66