PENDAPAT AKHIR
FRAKSI PERSERIKATAN DAULATUL UMMAH DEW AN PERW AKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
TERHADAP RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NO. 31/1999
TENTANG
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI Dibacakan
Nomor Anggota
Saudara Pimpinan Sidang yang kami hormati,
: Ir. H. Amaruddin Djajasubita : A-60
Saudara Menteri Kehakiman dan HAM Ad Interim yang kami hormati, Para Anggota Dewan yang kami hormati,
Hadirin yang dimuliakan oleh Allah,
Assalamu' alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin. Pertama-tama perkenankanlah kami mengajak kita semua untuk bersama-sama memanjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, inayah dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga pada hari ini kita dapat menghadiri dan mengikuti tugas konstitusional kita yaitu Rapat Paripurl)a DPR RI dalam rangka mendengarkan Pendapat Akhir Fraksi Atas RUU tentang Perubahan Undang-Undang No 31/Tahun 199 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
ARSIP DPR RI
Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Amin Ya Rabbal 'Alamin.
Sidang Dewan yang mulia,
Harus ldta akui bersama bahwa korupsi di Indonesia sudah merupakan salah satu "virus"
lama yang menyebar hampir ke seluruh jaringan tubuh pemerintahan, sehingga sejak tahun 1960-an sampai saat ini langkah-langkah pemberantasannya pun masih tersendat-sendat. Anatomi korupsi di Indonesia, yang menurut informasi menduduki peringkat ke empat di seluruh dunia, menunjukkan betapa korupsi ternyata sangat sulit untuk diberantas, mengingat keterkaitannya dengan kekuasaan, betapapun kecilnya kekuasaan itu, karena dengan kekuasaan itulah seseorang dapat menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi, keluarga atau kroninya. Pada mulanya korupsi muncul dan berkembang di sector-sektor publik, dengan bukti-bukti yang nyata bahwa dengan kekuasaan itulah pejabat publik dapat menekan atau memeras para pencari keadilan atau mereka yang memerlukanjasa pelayanan dari pemerintah.
Perkembangan korupsi sampai saat ini pun sudah merupakan akibat dari system penyelenggaraan pemerintah yang tidak tertata secara tertib dan tidak terawasi secara baik karena landasan hukum yang dipergunakan juga mengandung banyak kelemahan-kelemahan dalam implementasinya. Sulitnya memberantas korupsi diperparah lagi dengan melemahnya system
"Check and balance" di antara ketiga pilar kekuasaan negara, yaitu legislative, eksekutif, dan yudikatif. Oleh karena itu, dapatlah dimengerti, jika korupsi di Indonesia seakan sudah melembaga dan mendekati suatu budaya yang hampir sulit dihapuskan. Hampir seluruh anggota masyarakat tidak dapat menghindarkan diri dari "kewajiban" memberikan upeti manakala berhadapan dengan
2
ARSIP DPR RI
pejabat pemerintah terutama di bidang pelayanan publik. Tampaknya tidak memberikan sesuatu hadiah (gift) adalah merupakan dosa bagi mereka yang berkepentingan dengan urusan pemerintahan.
Bertitik tolak dari uraian di atas jelaslah bahwa pemberantasan korupsi bukanlah perkara yang mudah dan segera dapat diatasi karena system penyelenggaraan pemerintah yang mentabukan transparansi
<4tn
mengedepankan kerahasiaan dan ketertutupan; dengan menipiskan akuntabilitas publik dan mengedepankan perttanggungjawaban vertical yang dilandaskan pada primordialisme;yang menggunakan system recruitment, mutasi dan promosi atas dasar koncoisme baik yang didasarkan kepada kesamaan etnis, latarbelakang politik, atau politik balas jasa. Keadaan ini semakin dipersulit Iagi dan hampir merupakan kebiasaan manakala kita menyaksikan pula aparatur penegak hukum dari hulu ke hilir terlibat ke dalam jaringan korupsi yang seharusnya dijadikan musuh penegak hukum atau sasaran penegak hukum itu sendiri.
Dalam konteks ini pula, keadaan semakin diperparah lagi dengan adanya bukti-bukti atau contoh-contoh dimana telah terjadi perebutan kekuasaan dalam penyidikan antara kepolisian dan kejaksaan yang sudah berkembang sejak dilahirkannya KUHAP pada tahun 1981. Contoh penanganan kasus korupsi besar sudah membuktikan adanya ajang perebutan kekuasaan tadi ditambah dengan saling lempar batu antara keduanya dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Stagnasi penanganan kasus-kasus korupsi besar di Indonesia semakin komplek manakala kasus tersebut berkaitan erat dengan kepentingan politik tertentu. Bagi Fraksi POU, pada semangat dan visi seperti tersebut di ataslah sebenarnya RUU tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ini menemukan konteks filosofis, yuridis, dan sosiologis. Kesadaran terhadap hal inilah yang seharusnya menjadi landasan pijak bagi kita, satu persepsi kehendak bersama untuk membersihkan
1 "virus" korupsi, danjuga satu visi bersama yang perlu segera diwujudkan dalam waktu dekat.
3
ARSIP DPR RI
Sidang Dewan yang kami Muliakan,
Penyelesaian perkara tindak pidana korupsi sampai saat ini masih terdapat berbagai kendala dan kesulitan baik untuk penyelidikan, penyidikan, penuntutan, maupun pemeriksaan pelaku tindak pidana korupsi.
Bahkan tindak pidana korupsi selama ini secara sistematik dan meluas, tidak hanya berupa keuangan negara, tetapi 'uga telah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas masih tetap berlangsung dan bagaikan penyakit kanker yang sulit untuk disembuhkan, dan hal tersebut menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat atas kesungguhan aparat penegak hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi
Oleh karena itu, dengan adanya kendala pelaksanaan dalam pemberantasan tindak pidana korup[si dan berdasarkan pertimbangan yuridis terutama Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tenta~.g
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Fraksi kami berpendapat bahwa penanganan secara khusus pemberantasan tindak pidana korupsi harus secara professional dan komprehensif, dari mulai penyelidikan sampai dengan penuntutan, dengan anggota aparat negara yang mempunyai komitmen yang bulat dan integritas moral yang tangguh, dapat memelihara kejujuran, dan kepribadian yang utuh serta disiplin yang kuat, yang mampu meningkatkan pencegahan dan pemberantasan korupsi.
Saudara Pimpinan dan Para Anggota Dewan yang terhormat
Berdasarkan penegasan pandangan, sikap dan visi tersebut diatas Fraksi PDU dengan diawali dengan ucapau Bismillahirahmanirahim dapat menerima dan menyetujui Rancangan Undang-Undang Perubahan Undang-Undang-undang no 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi disahkan menjadi Undang Undang.
4
ARSIP DPR RI
Demikian Pendapat Akhir kami atas perhatian dan kesabaran Sidang Dewan Kami Ucapkan Terima Kasih
Wallahul Muwafiq ila Aqwamit Thariq.
Wassalamu' alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Ketua Fraksi Sekretaris
--Ir. Mudahan Hadzie No: A-455
5
ARSIP DPR RI
PDKB
KASm DVD BMKISA
Ul'~W/\[1 l'EKW/\n.IL/ln IU\.I\. IR.I n.c,..--UDLIR 1nuv11r .... i:71n.