PENDAPAT AKHIR
FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA
ATAS
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
M. Akil
Moch~ar,SH
Anggota FPG DPR-RI · Nomor : A-348
Jakarta, 23 Oktober 2001
ARSIP DPR RI
PENDAPAT AKHIR
FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA ATAS
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
Disampaikan oleh :
M. Akil Mochtar, SH
Anggota FPG DPR-RI Nomor : A-348
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Salam Sejahtera Bagi Kita Semua.
Yang terhormat Saudara Pimpinan Sidaang;
Yang terhormat Saudara Menteri Kehakiman dan HAM Ad Interim beserta jajarannya;
Yang terhormat Saudara Anggota Dewan dan Hadirin yang berbahagia.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, kepada kita semua yang hadir dalam
i : ' ~-··:-~·. •: •
~ '.' : ·"\ ... ~
. ·~ ,· .. ,.·.
. ',' ··1·
·: ... \'. ..
':': .: .. ,:·.;;::~'
.J . . • '.··:! .... ''
....
'•
' .. :.' J;.
;·.,:>\?/;:., .
ARSIP DPR RI
sidang ini sehingga kita mampu melaksanakan tugas dan kewajiban yang diamanatkan kepada kita semua.
Pada kesempatan hari ini perkenankanlah kami Fraksi Partai Golkar menyampaikan Pendapat Akhir terhadap Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Undang- undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsl yang telah melalui pembahasan intensif di Komisi II DPR-RI
Sebagai jawaban atas tuntutan masyarakat tentang terjadinya tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi secara meluas dan tidak hanya merugikan keuangan negara, namun tindak pidana korupsi juga telah melanggar hak-hak sosial ekonomi masyarakat, maka sejak awal pembahasan RUU ini, Fraksi kaml telah secara sungguh-sungguh memcermati dan memahami secara filosopis maksud yang terkandung pada Rancangan Undng-undang Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Undang-undang Nomor 31 Tahun .1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Sebagai sebuah proses perubahan maka Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah sebuah proses perubahan kearah yang lebih baik dan sejalan dengan keinginan masyarakat Indonesia yang memberi gambaran masa depan yang hendak dituju oleh bangsa Indonesia, yaitu pemberantasan tindak pidana korupsi dapat dilakukan secara maksimal d,engan cara yang luar biasa, maka Rancangan Undang-undang ini membawa perubahan dalam pemberantasan tindak pidana korupsi yaitu :
2
ARSIP DPR RI
1. Didatam Undang-undang ini ketentuan pasal 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 rumusannya diubah, tidak lagi mengacu pasal-pasal yang ada dalam Kltab Undang-undang Hukum Pidana, namun unsur-unsur yang terdapat dalam masing-masing pasal dalam KUHP yang menjadi acuannya, dengan demikian tindak pidana sebagaimana termuat dalam pasal KUHP tersebut tidak lagl menjadi delic biasa tetapi menjadi delic tiadak==pidun& korupsl, dengan diterapkannya minimum khusus pidana terhadap korupsi yang nilainya lebih dari Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah), namun bagi korupsi yang nilainya kurang dari Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) tetap sebagai tindak pidana korupsl namun tidak dikenakan minimum khusus pidana.
2. Kemudian didalam Undang-undang ini juga diberlakukan ketentuan mengenal adanya kewajiban bagi Pegawai Negeri dan Penyelenggara Negara yang menerima "pemberian" dalam arti luas yang kita sebut gratifikasi yang nilainya Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) atau lebih, melaporkan gratifikasi tersebut kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dengan tenggang waktu tertentu dan cara-cra tertentu.
3. Demikian juga di dalam Undang-undang i~ diberlakukan ketentuan mengenai adanya pembalikan beban pembuktian atau yang kita kenal dengan
"sistem pembuktian terbalik" yaitu dimana beban pembuktian berada pada terdakwa dan proses pembuktian ini hanya berlaku pada saat pemeriksaan di Sidang Pengadilan dengan dimungkinkannya dilakukan pemeriksaan tambahan (khusus) jika dipemeriksaan pesidangan diketemukan harta benda milik terdakwa yang diduga berasal dari tindak pidana korupsi namun hal tersebut belum didakwakan, bahkan jika putusan pengadilan telah memperoleh kekuatan
I
3
...
ARSIP DPR RI
; .
.. ,
hukum tetap, tetapi diketahui masih terdapat harta benda milik terpidana yang diduga berasal dari tindak pidana korupsi, rnaka negara dapat melakukan gugatan perdata terhadap terpidana a tau ahli warisnya.
4. Undang-undang ini jug a telah secara tegas memberikan ketentuan peralihan terhadap pemberlakuan · Undang-undang mengenai pemberantasan tindak pidana korupsi baik terhadap tindak pidana korupsi yang terjadi sebelum Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 diundangkan, maupun tindak pidana korupsi yang terjadi sebelum Undang-undang ini diundangkan.
5. Demikian juga Undang-undang ini telah memberikan perluasan pengertian
"keadaan tertentu" di dalam penjelasannya yaitu keadaan yang dijadikan alasan pemberatan pidana bagi pelaku tindak pidana korupsi.
Pimpinan Sidang, Saudara Menteri dan Anggota Dewan yang berbahagia.
Dengan memperhatikan beberapa ketentuan tersebut diatas sejujurnya kita mengakui dan menyatakan bahwa komitmen kita untuk memberantas korupsi haruslah kita laksanakan dengan penuh kejujuran, kebersihan, kepribadian yang utuh dan disiplin yang kuat, adanya political will dari Pemerintah serta peran serta dari masyarakat untuk memerangi korupsi maka ketentuan perundang-undangan yang telah kita lahirkan di bidang pembernatasan tindak pidana korupsi hanya akan indah dan represif
fda
tingkat kata-kata dan dialektika, tetapi akan sulit dan tidak mempunyai arti apa-apa jika kita semua sebagai elemen bangsa tidak secara sungguh-sungguh mewujudkan keinginan kita ,memberantas tindak pidana korupsl.4
-.·'.· ...
...
·'·. '
ARSIP DPR RI
Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam proses pemberantasan tindak pidana korupsi dan jika perlu perang terhadap korupsi harus kita jadikan agenda nasional, namun demikian peran serta masyarakat itu masih belum berhasil dengan baik karena kita juga belum memberikan perlindungan terhadap saksi terutama saksi pelapor dalam tindak pidana korupsi dalam bentuk Undang-undang Perlindungan Saksi.
Pimpinan Sidang, Saudara Menteri dan Anggota Dewan yang berbahagia.
Dengan memperhatikan berbagai hal yang telah kami sampaikan diatas pada kesempatan ini Fraksi Partai Golkar menyampaikan persetujuan terhadap Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menjadi Undang-undang.
Demikianlah Pendapat Akhir Fraksi Partai Golkar terhadap Rancangan Undang- undang tentang Perubahan Undang-undang Nomor 31 . Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan kekuatan iman kepada kita dalam menjalankan tugas masing-masing.
Jakarta, 23 Oktober 2001
FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA DPR-RI
5
ARSIP DPR RI
,
Fl:\Al<SI (.
P1a.:
~~~j~A K~ . ~'UAi"
\! II 'j~·~1.: .,,.,, .... ~""'UN ~ i~lV1ll.P· ..
~ :;j ~..Ji\.t ..
i'· ' ~DEWAN PEl~WAKILAN RAK YAl IH:l1Uut.n- INDON&:Jlr'.
MPf< I DPf<- f<I. NUS/,J~f/\RA I JL. JEND.GAfOT SUlJl<011 ·;, JAl<Al~IA 1G2/U
'fll (021) 515 5991 -blS 6130 -~15 (;iJ I - 5/5 S990 -:Jib,, ;(~d - FAX. ~/0 0 l 8 l
PENDAPAT Al<HIR
FRAl<SI PARTAI PERSJ\TU.t.~N PEf1.iBArL:iUNAj'\j lJPR-~·z1
TERl-IJ\DAP
RANCANGAN UNDANG-UNO).\NG TENT ANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOf~·10R
31
TAHUN J.999 TENTANG PEMBERAN1ASJ\N TINDAi< P.!f.JANA l<ORUPSI---..
---·---··----·--··-
·-···-----·-·Disampaikan Oleh Juru Bicara FPPP DPrz-RI : H.M. Sjcii;ui RJclm1an, s: l \_/-\--23) Pada Rapat Paripurna DPl~-IU, Selasd 23 U:;Luber 2001
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu ·alaikum Wr, Wb.
Yang terhormat Pimpinan Sidang,
Yang terhormat Menteri l<ehakiman dJi·1 HAM beserta ~eluruh jajaran11ya, Yang terhormat rekan-rekan ansEJOta Dev.,ran,
Dan hadirin yang berbahagia.
Pertama kali mari kita memanjatkan puji dan syukt1r kehadirat Ilal'ii Rabbi karena atas rakhmat darl karunia-Nya pada kesei. q)dtan ya1 ig bc:rLJC.1lwgi:·:
ini, Selasa 23 Oktober 2001 kitci dapdL 11·1eng1·1adiri .'.;idang Paripu1 r:::i untuL mengesahkan Rancangan Unda1i9-u11d~mg ten tar 1~ h;1ubaha11 Jtcb
u
i1dany
undang Nomor 31 Tahun 1999 l~11lang PernLe1cJ11Lasan lindc1k f1idan:.i Korupsi. Upaya ini merupcikan salal1 sc:1Lu wujud 11y<1!_a DPR dc:m h.;11krintal1 untuk 1 nemperkuat landasan hukum ya119 lebih koku: 1 Jalarn rnenanugulan~itindak pidana korupsi yang sudah ~-)an9at men 1i.<il iayakan kesdJrnata11 bangsa dan negara.
Sholawat teriring salam juga kila p2rsembahk(.n kepada Jur ijungar1 Rasulullah Muhammad SAW, yang telah berjua11y 1 nenyempurnak(:m ahlak manusia terutama mengajarkC.Jn kejLJjuran dan :,:~adilan kepJtJ: 1 parc1 pemimpin dalam mengernban arnanah rakyat.
Sidang dewan yang terhormat,
Syukur Alhamdulillah hari ini, kita telah dapat rnengatasi kendala Lei<.nis dai-1 kendala waktu dalam pembahasan RUU ini, akhirnya dapat mernasuki tingkat pernbicaraan ke--4 atau lingkat pernhicaraan ke--2 menLirut Pt.:raturari
ARSIP DPR RI
.,
Tata Tertib DPR yang baru beberapa hari yang lalu kita setujui, yaitu Rapat Paripurna Dewan untuk pemberian persetujuan terhadap naskah akhir RUU ten tang Perubahan UU Nomor 31 Tahun 1999 lentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Adanya kendala teknis dan waktu tersebut, bukan disebabkan diterlantarkannya pembahasan di tingkat III oleh DPR dan Pemerintah, akan tetapi sepanjang yang diikuti oleh F-PPP, bahwa RUU yang semula mungkin dianggap sederhana set1ingga cukup cliballas bersama dalam 2 atau 3 hari ternyata harus mengalami berbagai perubahan yang mendasar sehingga memerlukan kecermatan dalam perumusannya, terutama dalarn merumuskan setiap tindak pidana korupsi agar jelas sasarannya dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Pimpinan Sidang yang kami hormati,
Dari beberapa tindak pidana yang telah disepakali dalam RUU ini, F-PPP mencatat bahwa antara lain terdapat pengertian ydng dapat menjabarkan terminologi yang sudah ada dalam pasal 1 UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Piclana l<orupsi, misalnya istilah "Pegawai Negeri". Kata "Pegawai Negeri" dimaksud sudah merupakan perluasan dari apa yang terdapat dalarn UU Nomor 31 Tahun 1971 yang digantil<annya sampai pada peraturan perundang-undangan yang dibuat sebelurn lahirnya UU Nornor 31 Tahun 1999 terseuut. Sedangkan istilah "Penyelenggara Negara" ditunjuk sebagaimana yang dimaksud daknn UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersil 1 dan bebas l<KN yang lal1ir sebelum UU Nomor 31 Tahun 1999 terseuul. Artinyd, pada saat perumusan istilah "Pegawai Negeri'1 dalam Pasal 1 UU Nomor 31 Tahun 1999 yang diundangkan tanggal 16 Agustus 1999 dimaksuci sudah diketahui adanya ketentuCln istilal1 "Penyelenggaraa1 i Negara" dalain pasal 2 UU Nomor 28 Tahun 1999 yang diunckmgkan pada 16 Mei 1999. Akan tetapi istilah "Penyelenggara Negara" tidak lagi diadopsi kl! dalam UU Nomor 31 Tahun 1999 untuk melengkapi rurnusan pengerl.ian "Pegawai Negeri".
Karena dengan rumusan yang ada clalam Pasal 1 UU r-~ornor 31 Tahun 1999 dianggap sudah tercakup keseluruhannya sehingga lidak perlu disebut lagi secara eksklusif. Akan tetapi dalam pcrubahan UU Nomor 31 Tahun 1999 sekarang ini telah dikenalkan kernbali islilah "Penyelenggara Negara" di samping istilah "Pegawai Negeri". Sehingga dengan menyebut "Pegawai Negeri" saja berarti belum tennasuk "Penyelengga1 a Negara". Tegasnya, RUU ini telah merubah pengertian yang hendak dicapai dalam perluasan yang diatur dalam Pasal 1 UU Nomor 31 Tahun 199\). Catatan ini per\u kami kemukakan secara khusus dalam kesempatan ini walaupun telah pula kami ingatkan dalam tingkat pembahasan RUU ini di Kornisi II DPR-RI sebagai pertanggungjawaban kair1i dalam pemberian persctujuan hari ini.
Demikian pula rumusan tindak pidana baru sebagairnana diatur dalam Pasal 12 B RUU ini, tentang "Pegawai Negeri" atau "Penyelenggara Negara" yang menerima 11gratifikasi11, tindak pidana rnana tidak akan dianggap sebagai
2
ARSIP DPR RI
tindak pidana apabila rnemenul1i persyaratan pelaporan kepada Kornisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Sedangkan apabila io menjadi tindak pidana karena tidak melaporkan penerirnadn yratifikasi tersebut, lalu dihubungkan dengan sistem pembuktian terbalik yang terbatas unlu1' sebagiannya yaitu gratifikasi di atas Rp. 10.000.0LJO,- (sepuluh juta rupiah) dan dengan pembuktian biasa oleh Penuntut Umurn di persidangan unluk jumlah kurang dari Rp, 10.000.000,- (sepulul 1 Juta Rupiah). Untuk menentukan kurang dan lebihnya nilai suatu barang yang bukan berupa uang tentu saja rnemerlukan l<riteria tersendiri seiiingga sernua pil1ak yang terkait dengan pelaksanaan l<etentuan ini punya kesamaan ukuran obyektif ..
Dalam hal kriteria sesuatu gratifikasi yang ditentukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai gralifikasi ya119 dapat menjadi milik penerima gratifikasi atau menjacli 1 nilik negara, scyogyanya 11it~rnerlukan
kecermatan agar kewenangan yang diberikan kep~Jd l<omisi Pernberantasan l<orupsi tersebut tidak rnenimlJulkJn peluany baru untuk melakukan korupsi di antara yang menentukan dengan si pelapor. Y21119 tidak kalah p12ntingr1y<.1 adalah tatacara pelaporan harus diatur secern 1dl rnungkin. l<&ena hal tersebut tidak saja menyangkut ditentukannya lindak pidana ini menjddi benar-benar sebagai tindak pidana jika melalaikan l<etenluan pelapora11 kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana l<orupsi tersebut, akan tetapi sekaligus mengingat jangkauannya meliputi Peqawai Negeri di seluruli Indonesia. Oleh karena itu F-PPP setuju denudn semuc.i · perniasalahan dimaksud akan diatur dalam RUU lentang Kornbi Pemberanta~an Korupsi yang juga sedang dibahas oleh l<omisi II DPR. Sekaligus hal tersebut rnerupakan penambahan kewenanua1 l l<ornisi PemberanLasa11 Korupsi, khususnya di bidang pencegallan (preventif). Dengan demikian, semakin memantapkan usulan FPPP untuk menyatukc1n Kornisi Pemeriksaan Kekayaan Penyelenggara Negara (KPl<PN) yang didlur dalam UU Nomor 28 Tahun 1999 ke dalam l<omisi Pemberantasan Ko1 upsi tersebut, ayar upaya preventif dan represif ditangani oleh satu komi::>i saja. Kami bergembira bahwa gagasan yang telah karni tuangkan clalam DIM (Daftar Inventarisasi Masalah) RUU tentang Komisi Pemberantasan
Ken
upsi tersebut dapat pula disetujui oleh Pemerintah.Sidang dewan yang terhormat.
Dalarn RUU ini dijabarkan pula mekanisme pen iuuktian terbalik terbatas
ditingkat penuntutan yang sudah tercantum dalcj1 n UU Nomor 31 Tahun 1999 maupun dalarn UU Nornor 3 Tahun 1971. Sehingga pembuktian terbalik terbatas ini bukanlall hal yang baru sama sekali. \Nalaupun keinginan FPPP sesungguhnya yang perlu ditercq.>kan adalah pe1 nbuktian terbalik murni, yaitu sejak tingkat penyidikan.Dernikianlah dalam RUU ini telah diatur adanya /\luran Peralihan dari UU Nomor 3 Tahun 1971 ke UU Nornor 31 Tahun .1999 yang sesungguhnya sudah merupakan usu\an FPPP pada waktu mernbahas RUU tentang Pemberantasan Tindak Pidana l<orupsi Tat1un 1999. Dil1arapkan dengan itu
3
ARSIP DPR RI
FRAKSI KEBANGKITAN BANGSA
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
SEKRETARIAT : GEDUNG MPR I DPR-RI, NUSANTARA I LANTAI XVII KAMAR 1709 JL. JEND. GATOT SUBROTO. JAKARTA 10270
TELP. 021 - 575 5623 - 575 5625 - 575 5626 - 575 5627 - 575 5628 FAX. 021- 575 5614 - 575 5624 E-MAIL: [email protected].
PENDAPAT AKHIR
FRAKSI KEBANGKITAN BANGSA DPR-RI
TERHADAP
RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31TAHUN1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
Disampaikan O/eh Jubir FKB DPR-RI : Rodjil Ghufron AH, SH.
Anggota Nomor : A-440
Assalamu'alaikum Wr, Wb.
Yang Terhormat Saudara Pimpinan Sidang Saudara Menteri Kehakiman dan HAM Saudara-saudara Anggota Dewan dan Hadirin yang terhormat.
Pertama-tama, Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat, taufiq clan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada kita semua, sehingga pada hari ini kita bersama-sama dapat menghadiri Rapat Paripurna Dewan, dalam rangka penyampaian Pendapat Akhir fraksi-fraksi atas RUU Perubahan Undang-undang nomor : 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada beliau
J
unjungan N abi besar Muhammad SAW, keluarga, shahabat clan pengikutnya yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran, kejujuran serta menegakkan keadilan di muka bumi ini.1
ARSIP DPR RI
Selanjutnya kami sampaikan ucapan terima kasih kepada saudara Pimpinan Sidang atas kesempatan yang diberikan kepada Fraksi Kebangkitan Bangsa untuk menyampaikan Pendapat Akhir.
Saudara Pimpinan Sidang dan hadirin yang terhormat.
Sebelum menyampaikan Pendapat Akhir, saya ingin menyampaikan rasa keprihatinan yang sangat mendalam atas peristiwa hukum yang terjadi ditanah air ini. Dimana proses hukum atas kasus-kasus ko1upsi maupun kasus lainnya ternyata banyak yang mandek clan menumpuk di kejaksaan tanpa ada penjalasan lebih lanjut. Hal ini perlu ada perhatian dari kita semua, ada apa dibalik itu semua, sehingga kasus-kasus tersebut sampai mandek clan tidak ada proses selanjutnya. Kasus BLBI, Pertamina maupun kasus-kasus korupsi yang bersekala besar, clan
yang
belum hilang dalam ingatan kita adalah diterimanya Pcninjauan Kembali kasus tukar guling Garo Batara Sal<ti - Bulog, dcngan terpidana Tomy Soeharto yang tclah dinyatakan scbagai buronan. Tragedi ini kembali memberikan citra yang buruk bagi wajah hukum di negeri ini, disaat kita scdang gencar-gencarnya melakukan upaya penegakan supremasi hukum, pembersihan praktek kolusi, korupsi dan ncpotisme di seluruh jajaran institusi kenegaraan.Untuk itu rakyat mempertanyakan independensi Mahkamah Agung, apakah independensi itu hanya sebatas wacana clan slogan-slogan yang sering dipidatokan oleh para pemegang kekuasaan. Oleh karena itu, kami sangat menyesalkan akan keputusan tersebut yang jelas-jelas mencorong sistem hukum kita clan ini menunjukkan bahwa rasa keadilan masyarakat masih diabaikan oleh para penegak hukum.
Saudara Pimpinan Sidang dan hadirin yang terhormat.
Berkenaan dengan hal tersebut, pada hari ini Fraksi Kebangkitan Bangsa sangat gembira dengan tuntasnya pembahasan RUU perubahan undang-undang nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Ttndak Pidana Korupsi, dengan harapan:
2
ARSIP DPR RI
1. Penerapan pembuktian terbaW{ dilakukan secara selektif clan penuh hati- hati agar lebih banyak kasus ko1upsi dapat di bawah ke pengadilan untuk dapat dibuktikan, karena kompsi me1upakan kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) di Indonesia, bahkan negara kita menduduki urutan
keempat negara terkorup di dunia. ·
2. Pembuktian tertbalik hendaknya dilakukan dengan lebih mengedepankan prinsip keadilan, karena masalah ini sangat berpotensi untuk terjadinya pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Untuk itu, aspek HAM perlu dip er ha tikan.
3. Fraksi Kebangkitan Bangsa mengharapkan agar undang-undang ini dapat menjadi instrumen hukum yang paling utama dan penting dalam pemberantasan tindak pidana kompsi.
J
angan lagi ada praktek-praktek kroupsi di negeri ini, apalagi praktek kompsi, kolusi clan nepotisme dalam proses penyelesaian tindak pidana kompsi.4. Terhadap perlindungan para saksi yang melaporkan adanya tindak pidana korupsi, Fraksi Kebangkitan Bangsa mendesak kepada aparat penegak hukum untuk memberikan jaminan atas keselamatan para saksi baik secara fisik maupun non fisik agar masyarakat yang mengetahui atau sebagai saksi adanya praktek kejahatan tersebut tidak ada ketakutan maupun trauma, hal ini adalah sangat penting untuk dilakukan.
5. Fraksi Kebangkitan Bangsa mengajak kepada seluruh komponen bangsa untuk bersama-sama bertekad dalam menjalankan agenda reformasi, terutama reformsi di bidang hukum yang pada saat ini sudah ada indikasi untuk dibelokkan arahnya oleh kepentingan-kepentingan tertentu, Fraksi Kebangkitan Bangsa mengecam keras terhadap upaya sebagian kelompok masyarakat yang mulai meng-obok-obok clan memainkan konstitusi kita hanya untuk kepentingan kelompok clan golongannya. Hal ini adalah tindakan yang sangat membahayakan bagi keberlangsungan hidup bangsa clan negara yang kita cintai. Untuk itu sudah seharusnya kita sebagai anggota dewan yang terhormat untuk tetap menjaga clan mengamankan konstitusi tersebut.
3
ARSIP DPR RI
6. Fraksi Kebangkitan Bangsa juga mcngajak kepada scluruh rakyat untuk lebih peduli terhadap penegakan supremasi hukum. Dengan harapan terciptanya pemcrintahan yang bersih dari praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang tidak pernah diberantas dan dikikis habis selama ini. Bahkan berbagai panitia dan komisi yang pernah dibentuk untuk menanggulangi kasus KI<N, tetapi praktek KKN tctap saja merajalela clan bahkan para pelakunya dapat berkeliaran dimana-mana.
7. Untuk itu, adanya perubahan undang-undang ini "memberlakukan asas pembuktian terbalik" atas kasus K.KN merupakan langkah positif yang perlu di dukung oleh semua pihak. Keberanian ini merupakan langkah maju sekaligus sebagai terobosan, Karena dalam praktiknya banyak kasus korupsi, tetapi jaksa penuntut umum jarang dapat membuktikan, untuk itu, dorongan clan kerja sama pemerintah, penegak hukum dan masyarakat sangat diharapkan dalam rangka pemerantasan tindak korupsi.
8. Agar Undang-undang ini dapat berjalan secara efektif, maka menurut Fraksi Kebangkitan Bangsa perlu ada sosialisasi dan pemahaman atas perubahan undantg-undang ini, sekaligus menunjukkan kepada masyarakat atas aspek apa saja yang terkandung di dalam undang-undang ini apabila segera dilaksanakan. Hal ini dianggap penting sehingga tidak ada salah faham clan pengertian ditengah masyarakat di kemudian hari.
9. Sebelum mengakhiri Pendapat Akhir ini, Fraksi Kebangkitan Banngsa menyampaikan penghargaan kepada pemerintah clan DPR "komisi II"
yang telah dengan sungguh-sungguh membahas RUU ini hingga sampai tuntas, terlebih kerja sama yang dilakuakan dalam pembahasan RUU dengan mengedepankan musyawarah untuk mufakat. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan keapada masyarakat yang telah menyampaikan aspirasi, kritikan clan saran kepada komisi . II, bagaimanapun juga masukan clan aspirasi masyarakat yang disampiakan kepada kita semua sungguh sangat berharga.
10. Akhirnya marilah kita bersama-sama me~jadi rakyat yang taat hukum, tegakkan supremasi hukum, brantas praktrek KKN, bela kebenaran clan raih kemakmuran.
4
ARSIP DPR RI
•'
Sudara Pimpinan Sidang,
Saudara Menteri Kehakiman dan HAM
Saudara-saudara Anggota Dewan, dan hadirin yang terhormat,
Demikian Pendapat Akhir Fraksi Kebangkitan Bangsa terhadap RUU tentang Perubahan atas undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tinclak Piclana Korupsi. Dengan memohon Ricllo Allah SWf clan mengucap
"BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM" Fraksi Kebangkitan Bangsa menyatakan persetujuannya RUU perubahan Undang-undang nomor: 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak pidana korusi di sahkan clan ditetapkan menjadi undang-undang.
Akhirnya atas perhatian para Anggota Dewan, Saudara Menteri Kehakiman clan HAM yang mewakili pemerintah serta para rekan-rekan wartawan clan hadirin, kami mengucapkan banyak terima kasih.
W al/ahul Muwafiq Illa· Aqwamithorieq, Wassalamu'alaikum Wr, Wb ..
5
Jakarta, 23 Oktober 2001
. H. Amin Said Husni Sekretaris
ARSIP DPR RI
FRAKSI REFORMASI
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
PENDAPAT AKHIR FRAKSI REFORMASI ATAS
RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31TAHUN1999 TENTANG
PEMBERANT ASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
Gedung Nusantara I DPR-RI Lantai 20 Ruang 2010 JI. Jenderal Gatot Subroto, Jakarta 10270 Telp. : (021)- 5755810, 5755812, 5755801 Fax. : (021)-5755811, 5755800
I ':~,\.
I ' • ~."
.· .. :·. ·, " • :-'-
:.' ~ ... ·~. )· :
ARSIP DPR RI
FRAKSI REFORMASI
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Gcdung Nusantara I Lantai 20 Ruang 2010, JI. Jcnd. Gatot Subroto, Scnayan - Jakarta 10270 Telp. (021) 5755810 Faks. (021) 5755811, 5755800 e-mail: [email protected]
PENDAPAT AKHIR FRAKSI REFORMASI ATAS
RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENT ANG
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999
TENT ANG
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
Dibacakan oleh : H. Mutammimul 'Ula, SH Nomor Anggota : A-272
Assalamu'alaikum Warahmatul/ahi Wabarakatuh.
Saudara pimpinan, para anggota Dewan Saudara Menteri Kehakiman dan KAM Serta hadirin yang kami hormati,
Alhamdulillah dengan penuh rasa syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Pengasih karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kita bisa melaksanakan tugas-tugas legislasi yang sungguh telah menyita perhatian kita. Pelaksanaan tugas-tugas ini, merupakan tanggung jawab kita kepada Allah SWT dalam rangka kita beribadah kepada-Nya dan sekaligus dalam rangka menunaikan amanah rakyat untuk dapat memberikan kontribusi yang besar kepada seluruh rakyat Indonesia.
1
ARSIP DPR RI
Korupsi bagaikan gurita yang terus mengalir dalam tubuh bangsa, hampir setiap elemen masyarakat teraliri oleh "uang haram ini". Dalam pandangan agama dinyatakan, jika suatu barang haram dijadikan sumber pendapatan bagi keluarga (dan negara), maka keluarga dan bangsa itu tidak akan mengalami keberkahan.
Rasululloh SAW bersabda, "Setiap daging yang berasal dari barang haram maka Neraka lebih berhak baginya". Hadist lain menyatakan,
"penyuap dan yang disuap neraka tempatnya". Sudah sangat kita maklumi korupsi menghancurkan sendi-sendi berbangsa dan bernegara.
Di era keterbukaan dan demokrasi kita berharap korupsi bisa berantas secara signifikan, tetapi pada kenyataannya jauh dari harapan. Bahkan yang lebih menyedihkan, menurut berbagai sumber, ..
pada era sekarang ini telah terjadi perubahan pola korupsi, yakni dari
poligatif corruptionyang
otoriter corruptionke
democratif corruption.Mekanisme
otoriter corruption,pelaku tersentralisir di organisai kekusaan, tetapi pada era keterbukaan seperti sekarang ini justru pelakunya tersebar dimana-mana. Salah satu persoalannya terletak pada
accountabilitasdari institusi kenegaraan dan
politic behaviorPemberantasan tindak pidana korupsi, sangat ditentukan oleh perilaku dari penyelenggara negara. Pada kesempatan yang baik ini, kami kembali mengingatkan pada terutama pada diri kami sendiri dan kepada para Anggota Dewan, selaku penyelenggara negara untuk bersatu padu mencegah dan memberantas tumbuhnya budaya korupsi. Kami punya keyakinan, bahwa sebelum memberantas
·1. ' . · ' .
:~ .,1
~- ~ ~
... ~·
-. •. ~
.·.· (, ,I~ <\'._
'.; .• .• .!.:.-,:
2
. ... ·
' · ( -
ARSIP DPR RI
korupsi pada skala yang lebih luas, harus terlebih dahulu diawali dari lingkungan kita yang paling kecil.
Saudara Pimpinan, para anggota Dewan
Saudara Menteri Kehakiman dan Hak Asasi manusia Serta hadirin yang kami hormati,
Rancangan Undang-Undang mengenai Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mengalami beberapa kemajuan yang sangat mendukung upaya pemberantasan tindak pidana korupsi, yaitu antara lain:
1. Pembuktian Terbalik
Untuk membuktikan kesalahan yang telah dilakukan oleh para pelaku korupsi memang suatu hal yang menjadi momok bagi proses penegakkan hukum yang berjalan sekarang ini. Oleh karena itu, dimuatnya asas pembuktian terbalik dalam rancangan Undang- Undang ini merupakan suatu terobosan hukum dan telah memecah kebekuan proses pembuktian kejahatan korupsi yang dirasakan telah mengalami jalan buntu
Pada Pasal 38 B ayat (1) dinyatakan bahwa, "setiap orang yang didakwa melakukan salah satu tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 sampai dengan Pasal 16 Undang Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi wajib membuktikan sebaliknya terhadap harta benda miliknya yang didakwakan, tetapi juga diduga berasal dari tindak pidana korupsi". Dengan pengaturan tentang pembuktian
·, ~;;·:· . ~ ;~, .
'<1 • ~·. 1' . .'t"
.·: :.!:·~·~,t~:
·~ . ' . .
I / • : .
' I • • • :~ •
.. ·1,,: ;· .i ~: ; ~~.
~ \ ~~~.~~~ ., ·~
3
., ·>·'"·( ".': .•
.
..
· ... ·· ." \ ' .... ~ '·
{';~:/'.:
~· ... ' -~ •" .
<: i.;,\?·l
ARSIP DPR RI
terbalik hendaknya bisa digunakan secara efektif bagi aparatur hukum untuk senantiasa merespon setiap laporan masyarakat dan selanjutnya melakukan investigasi kepada para pihak yang diduga melakukan korupsi.
2.
Pemberian sanksiDalam Pasal 5-12 Rancangan Undang-Undang ini, telah diatur mengenai sanksi yang lebih berat dibandingkan dengan ketentuan dalam Undang-Undang sebelumnya. Pemberian sanksi yang berat ini dimaksudkan agar para penyelenggara negara tidak mudah melakukan penyalahgunaan jabatan dengan melakukan praktek korupsi. Adanya ketentuan yang memberikan sanksi kepada para penyelenggara jika terbukti menerima hadiah atau janji hendaknya dijadikan kerangka acuan bagi para penyelenggara negara agar tidak ..
menggunakan jabatannya demi kepentingan pribadi dan menumpuk kekayaan dengan cara-cara yang tidak benar.
3. Pemberian Batas Sanksi Minimal
Meski ada sanksi minimal yang telah disahkan dalam Undang- Undang, kami mengharapkan peraturan ini jangan sampai ada suatu kecenderungan untuk memberikan pu,tusan dari pihak pengadilan dengan sanksi yang sangat minim .. Pembatasan sanksi minimal, pada dasarnya dimaksudkan untuk memberikan sanksi secara proporsional sesuai dengan nilai keadilan masyarakat dan mencegah adanya kemungkinan dibebaskannya seseorang dari jeratan hukum, padahal yang bersangkutan telah terbukti melakukan korupsi.
~ . ". : . ,..
.
'· ~ ~ ... ; . - ·':"!
...
. . ·~·~
• • • -r. ..' ,;
" ... -
~ .·~ -
4
c· .. . ' , ~. .. . : ... ,
ARSIP DPR RI
4. Ketentuan Peralihan
Pada Pasal 43 A diatur mengenai ketentuan peralihan yang pada intinya dinyatakan terhadap setiap tindak pidana korupsi yang terjadi sebelum Undang-Undang ini diundangkan, maka diperiksa dan diputus berdasarkan ketentuan Undang-Undang tentang Tindak Pidana Korupsi yang telah berlaku sebelumnya dengan beberapa pengecualian jika pada ketentuan sebelumnya tidak diatur, yakni mengenai maksimum pidana penjara bagi tindak pidana korupsi yang nilainya kurang dari 5.000.000,00 (lima juta rupiah) berlaku ketentuan Undang-Undang ini. Penggabungan antara ketentuan lama dengan ketentuan baru ini hendaknya memberikan semangat kepada para penegak hukum untuk senantiasa mengusut tuntas berbagai kasus korupsi yang telah terjadi. Dengan demikian, kita tidak boleh memberikan toleransi sedikitpun dan kepada siapapun yang telah··
melakukan korupsi untuk lepas dari jeratan hukum.
5.
Komisi Anti KorupsiKeberadaan Komisi Anti Korupsi merupakan salah satu perangkat untuk mendukung efektifitasnya Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan sekaligus menjadi ujung tombak pemberantasan tindak
pidan~korupsi di Indonesia. Oleh karena itu, kami mengharapkan agar Rancangan Undang-Undang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi segera dibahas dan agar pembentukan Komisi ini bisa berjalan dengan baik, lembaga ini harus didukung dengan infrastruktur dan suprastruktur secara memadai.
5
' I
' . ~ • l •
:r ... . :: -
•.:'. ' ' •
ARSIP DPR RI
Saudara Pimpinan, para anggota Dewan
Dan Saudara Menteri Kehakiman dan HAM yang kami hormati, Secara umum, Fraksi Reformasi menyetujui Rancangan Undang-Undang mengenai Perubahan Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk disahkan menjadi Undang-Undang. Kami menaruh harpan besar, agar politicall will untuk memberantas korupsi yang telah diwujudkan dalam berbagai bentuk perundang-undangan diikuti dengan politicall action para aparatur hukum, para penyelenggaran negara dan pada masyarakat umumnya.
Namun penyusunan Undang-Undang ini tidak akan berlaku efektif, jika tidak didukung oleh integritas dan kualitas aparat hukum yang terlibat dalam penegakan Undang-Undang ini. Meskipun telah banyak cara dicoba untuk memberantas korupsi dan pada·
kenyataannya belum berhasil mengurangi dan memberantas korupsi, hendaknya tidak mengurangi semangat, harapan, dan optimisme kita untuk terus berjuang secara konsisten menegakkan aturan-aturan hukum guna memberantas korupsi di Indonesia.
Mudah-mudahan dengan komitmen ini, pemberantasan korupsi lambat laun akan terkikis dari
kehidupa~berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Demikianlah Pendapat Akhir dari Fraksi Reformasi terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
6
... , ... :·
. ·.'·_·.-.;:. •'.
' t ~ '•<#_ .... \ • ':
; \ . ·i •. ,
ARSIP DPR RI
Atas segala perhatiannya, kami menyampaikan ucapan terima kasih.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah kepada kita semua.
Habunallahu wani'mal wakil.
Wassalaamu'alaikum Warahmatullahi wabarakaatuh.
Dr.
Jakarta, 23 Oktober 2001 PIMPINAN FRAKSI REFORMASI
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
,.
. . . . '> ••
~ . . .
.
... .. ·'
i lndrajaya
·~ .
. •·.;·
7
ARSIP DPR RI
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT-RI FRAKSI TNl/POLRI
PENDAPAT AKHIR FRAKSI TNVPOLRI
ATAS
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
~·. .·
..
·: ···'·~.)
.• ,· . ':.~
-_.·::!
DRS. PAIMAN
NOMOR ANGGOTA: A - 499
JAKARTA, 23 OKTOBER 2001
, ; .
ARSIP DPR RI
· ....
DEW AN PERW AKJLAN RAKYAT RI FRAKSI TNYPOLRI
PENDAP AT AKHIR FRAKSI TNl/POLRI
ATAS
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR31TAHUN1999 TENTANG PEl\fBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Yth. Saudara Pimpinan Rapat.
Yth. Saudara Menteri Kehakiman clan HAM selaku wakil Pemerintah beserta staf.
Yth. Para Anggota Dewan, dan hadirin sekalian yang berbahagia.
Pertama-tama rnarilah kita memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas perkenan dan rahmat-Nya kita semua dapat hadir pada Rapat Paripuma hari ini dalam keadaan sehat \Val'afiat, gnna mengikuti Pembicaraan Tingkat IV Pengambilan Keputusan terhadap Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Kini perkenankanlah kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada Pimpinan Rapat atas kesempatan yang diberikan Wltuk menyampaikan Pendapat Akhir Fraksi 1NI/Polri atas Rancangan Undang-undang tersebut.
Kita semua patut bersyukur, karena Panitia Khusus bersama Pemerintah telah berhasil menyelesaikan pembahasan Perubahan Undang-undang tersebut, meski selama Pembicaraan Tingkat III berlangsung, tidak dapat dihindari adanya pembahasan yang cukup alot terhadap beberapa substansi materi, sehingga memerlukan
1
',m.··, .
. ,~· ,. . {'-.
I • ' '
. 1.~ .·'. i·'":S
ARSIP DPR RI
pembahasan yang cukup mendalam dan menyita waktu termasuk
melalui forum loby. ·
Namun dilandasi semangat kebersamaan untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa Indonesia, perbedaan-perbedaan pandangan tersebut akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.
Hadirin yang terhormat,
Pendapat bahwa korupsi ditanah air telah mencapai suatu tingkat yang sangat memprihatinkan banyak dikemukakan oleh para pakar/pengamat ekonomi dan politik serta para tokoh masyarakat, baik dari dalam maupun luar negeri, dengan mengedepankan berbagai basil survei atau penelitian yang mereka lakukan clan membandingkannya dengan kondisi di berbagai negara lainnya. Oleh karena itu masalah korupsi benar-benar merupakan masalah nasional yang mendesak sehingga upaya-upaya pemberantasannya perlu dilakukan secara menyeluruh dan tuntas. Pemberantasan korupsi hams menjadi salah satu agenda pokok di era reformasi ini seperti yang diamanatkan oleh Ketetapan MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang ..
Penyelenggaraan Negara Yang Bersih clan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
· Yth. Sdr. Pimpinan Rapat clan hadirin sekalian,
Dalam Pembahasan RUU
1n1Fraksi 1NI/Polri telah mengemukakan pokok-pokok pikiran sebagaimana yang telah disampaikan pada Pemandangan Umum, beberapa waktu yang lalu yaitu:
Satu Bah\va Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 hendaknya lebih efektif untuk memberantas tindak pidana korupsi dan berdaya preventif yang lebih besar terhadap terjadinya tindak pidana korupsi.
Dua Undang-undang Nomor 31 Tahwi 1999 agar lebih memberikan kemudahan dan prosedur yang lebih
2
-·~ ' · • • l • ; ·
.; ,;.. .··
'.·t.:,'> ;
t ' ';~' -
·, ·. ., . '~·~
,... '-:.j ' . : . ~·
. '
, . " ~ '
• t J .~~ ~ .•
ARSIP DPR RI
sederhana kepada aparat penegak hukum untuk memproses tindak pidana korupsi. ·
Selanjutnya Fraksi 1Nl/Polri akan menyampaikan tanggapan atas beberapa pokok materi Rancangan Undang-oodang tentang Perubahan Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagai basil Pembicaraan Tingkat III sebagai berikut :
1. Masalah Pemberatan Pidana bagi pelaku tindak pidana
Korupsi.
Rumusan yang disampaikan Pemerintah dalam penjelasan Pasal 2 ayat (2), oleh Fraksi-fraksi dirasakan kurang lengkap, sehingga diusulkan w1tuk ditambahkan satu unsur yang dapat memberatkan pidana yaitu unsur "penanggulangan akibat kerusuhan sosial yang meluas", adapun alasannya penambahan dari pada unsur tersebut dimaksudkan untuk melindungi dana- dana yang diperuntukan, rehabilitasi akibat dari kerusuhan sosial ..
agar tidak dilakukan penyimpangan, mengingat ancaman hukumannya dapat dihukum mati. Setelah dilakukan pembahasan yang cukup alot akhimya penambahan unslll' tersebut dapat diterima clan disepakati oleh seluruh Fraksi dan Pemerintah untuk dimasukkan dalam penjelasan Pasal.
2. Masalah Sanksi Hukuman Minimal.
Dalam Rancangan Undang-nndang yang disampaikan Pemerintah pada Pasal 5, 6, 7, 8,' 9, 10, 11 clan 12 Undang- undang Nomor 31 Tahun 1999, hukuman minimal dihilangkan.
Menun1t Fraksi TNl/Polri, hal tersebut merupakan suatu kemtmduran dalam pemberantasan tindak pidana korupsi, karena kalau hukuman minimal dihapuskan, seseorang yang didakwa terhadap tindak pidana korupsi dalam suatu persidangan dapat berakhir dengan bebas dari hukuman. Oleh karena itu seluruh Fraksi mengusulkan hukuman minimal tetap dicantwnkan dalam pasal-pasal tersebut diatas, sehingga ticlak
3
.• , 1 · ~ ,r
.· ;·:: ' , ..
·~. :' ·. ·4 ..
.
.~ ....~ ·~ '
'·.
ARSIP DPR RI
memungkinkan bebas dari sanksi hukuman apabila seseorang dituntut suatu tindak pidana koiupsi. Namun demikian ada pengecualiannya yaitu apabila jumlah yang diduga dikorupsi nilainya dibawah Rp. 5.000.000,- maka penuntutannya, diatur sebagain1ana dalam KUHP. I-Ial tersebut untuk memberikan rasa keadilan. Setelah dilakukan pembahasan, akhimya baik Fraksi- fraksi maupun Pemerintah dapat menyetujui rumusan tersebut untuk dicantwnkan hukuman minimal.
3. Masalah Gratifikasi
Bagi sipcnerima diberikan kesempatan untulc melaporkan gratifikasi yang diterin1anya pada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pemerintah memberikan jangka waktu paling lambat 15 hari, kalau melebihi jangka waktu tersebut dianggap suap. Pada pembahasan yang dilakukan Fraksi 1NI/Polri mengusulkan agar jangka waktu tersebut dipetpanjang menjadi 30 hari, mengingat geografi Indonesia serta sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sipenerima, sehingga memerlukan waktu ..
yang cuk:up untuk menyampaikan laporannya, agar gratifikasi yang diterima setelah dilaporkan, kemudian ditetapkan oleh Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi apakah merupakan suap atau bukan. Usulan tersebut dapat diterima oleh seluruh Fraksi dan Pemerintah, sedangkan tehnis pelaporannya akan diatur dalam Undang-undang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
4. Ketentuan Peralihan
Guna memberikan rasa keadilan bagi setiap orang, maka atas kesepakatan bersama baik Fraksi-fraksi maupwi Pemerintah menyetujui rumusan tentang ketentuan peralihan yaitu "apabila tindak pidana korupsi tersebut dilakukan sebelum Undang- undang Nomor 31 Tahun 1999, maka diperiksa dan diputus berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971, kecuali ketentuan yang menentukan maksimum pidana penjara yang menguntungkan bagi terdakwa diberlakukan ketentuan
,.,,.
...
• .. . .•• J';('·,'.~~~:· .
... l l - •
. .
' > , • • .
·: ". J -·' <.
... • ;: ~ ~,·· .; .
4
..
• ... .. /• ...
.
..
ARSIP DPR RI
sebagaimana diatur dalam Undang-Wldang Nomor 31 Tahun 1999". Demikian juga tentang pidana minimum diberlakuk:an Pasal 12 A ayat (2), yang menguntungkan bagi siterdakwa.
Yth. Sdr. Pimpinan Rapat dan hadirin sekalian.
Pembahasan dalam Pembicaraan Tingkat III oleh Panitia Khusus telah menghasilkan Perubahan atas Rancangan Undang-undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Fraksi TNI/Polri berkesimpulan bahwa basil penyempurnaan RUU tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi tersebut telah sesuai dengan Pokok-pokok Pikiran Fraksi 1NI/Polri.
Oleh karena itu Fraksi 1NI/Polri menyatakan:
"Menerima dan menyetujui Ranca1igan Undang-undang tentang Perubahan alas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korup.fi hasil Pembicaraan Ting/cat III tersebuJ disahkan menjadi Undang-undang".
Selanjutnya pada kesempatan ini Fraksi 1Nl/Polri ingin menyampaikan harapan-harapan kepada Pemerintah sebagai berikut :
Pertama : Pemerintah hendaknya dapat segera mengambil langkah- langkah melalui berbagai forum dan mass media untuk mensosialisasikan Perubahan Undang-undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang baru ini.
Kedua Pemerintah agar bersungguh-sungguh tanpa ragu-ragu dalam menerapkan Undang-undang ini secara konsekwen dan konsisten bagi siapa saja yang melakukan tindak pidana korupsi.
Ketiga Pemerintah agar memberikan perlindungan hukum clan penghargaan bagi warga masyarakat yang dengan itikad baik dan alat bukti yang cukup melaporkan tentang telah terjadinya tindak pidana korupsi clan sebaliknya memberikan sanksi sesuai ketentuan hukum yang berlaku
s
. . .. ~· . ~ . ·~ .
• ·.·) ~i -~·~ ·J • ,l
. ./{~~ :::.~ ·}~' .. ·,'.
: ,~I • • .. , <
.
~:;L.
:.~~;~:;
ARSIP DPR RI
bagi siapa saja yang memberikan laporan palsu atau bersifat memfitnah.
Yth. Sdr. Pimpinan Rapat.
Yth. Sdr. Menteri Kehakiman dan HAM beserta staf.
Yth. Para Anggota Dewan dan Hadirin sekalian,
Sebelwn mengakhiri Pendapat Akhir ini, perkenankanlah atas nan1a Fraksi 1NI/Polri kami menyampaikan ucapan terimakasih clan penghargaan kepada seluruh Fraksi di DPR-RI dan Pemerintah yang telah bersama-sama dengan Fraksi 1NI/Polri yang menyelesaikan tugas pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Pen1bahan lJndang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam suasana kerjasama yang erat dengan semangat kekeluargaan dan keterbukaan sehingga pembahasan dapat dilaksanakan dengan lancar.
Demikian pula ucapan terin1a kasih kami sampaikan kepada Sekretariat Komisi II DPR-RI yang dengan penuh ketekunan telah n1embantu kelancaran pembahasan. Tidak lupa kami sampaikan pula ucapan terin1a kasih dan penghargaan kepada saudara-saudara dari mass media cetak dan elektronik yang telah meliput dan n1enyebarluaskan kegiatan dan basil pen1bahasan atas Perubahan Undang-undang ini kepada masyarakat.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan perlindwigan-Nya kepada kita semua.
Sekian dan terimakasih.
Wabillahi taufiq Walhidayah Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Oktober 2001 Juru · ra Fraksi TNl/Polri
\
\ I
DRS. P"AIMAN A-499
6
ARSIP DPR RI
FRAKSI PARTAI BULAN BINTANG
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Gedung DPR RI Lt. 21 JI. Jend. Gatot Subroto - Jakarta 10270
Telp.5755858,5755899,5755900 Fax.5755859 e-mail : [email protected]
PENDAPAT AKHIR
FRAKSI PARTAI BULAN BINTANG DPR-RI ATAS
RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG N0.31 T AHUN 1999 TENTANG
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI.
disampaikan oleb :
Drs. BONDAN ABDUL MAJID Anggota No.A-262
pad a
RAP ATP ARPURNA
DEW AN PERW AKILAN RAKYAT REPUIBLIK INDONESIA
Tanggal 23Oktober
2001ARSIP DPR RI
PENDAPAT AKHIR
FRAKSIPARTAIBULANBINTANG ATAS
RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG N0.31 TAHU~ 1999 TENTANG
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORl1 l'SI Disampaikan olch :
Drs. Bondan Abdul Majid - Anggota No.A-262
Assalamu 'alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahi rabbi! alamin, washshalatu wassalamu alaa asyrafil ambiyaai wal mursalin, wa ala alihi washahbihi ajma 'in.
Saudara Pimpinan Sidang yang kami hormati;
Saudara Menteri Kehakiman beserta seluruh jajaran yang J.: ami hormati;
Saudara-saudara para Anggota Dewan, Hadirin-hadirat yang kami hormati.
Pada kesempatan yang baik ini, perkenankanlah kami a1..1s nama Fraksi Partai Bulan Bintang menyampaikan Pendapat Akhir atas Ranc.mgan Undang- Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Setelah Fraksi Partai Bulan Bintang membaca dan membil~arakan dengan mendalam rancangan undang-undang ini, yang dalam pembahasarl tingkat ketiga diselesaikan oleh Komisi II DPR-RI, dengan ini Fraksi Partai Bulan Bintang berpendapat sebagai berikut :
',, '
ARSIP DPR RI
1. Rancangan Undang-Undang ini dirasakai;i sangat diperlu1 :m untuk segera disahkan, mengingat banyak sekali kasus-kasus korups1 yang sekarang sampai di pengadilan tidak dapat diselesaikan denga n baik karen a perbedaan penafsiran dalam penerapan Undang-Undar1g No.31 Tahun 1999, sehingga membawa dampak negatif dalam pe1wgakkan hukum dalam bidang pemberantasan tindak pidana korupsi. Karena itu kepastian mengenai Undang-Undang mana yang berlaku dalam mei LUtuskan tindak pidana telah dirumuskan dengan sangat tepat dalam Rani. angan Undang- Undang ini, sehingga dalam praktik tidak ada keraguan d:1 I am hal ini.
2. Pengaturan mengenai pembuktian terbalik dan penambah~m beberapa alat bukti bagi perkara tindak pidana kompsi sebagaimai J ;_1 diatur dalam Rancangan Undang-Undang ini, adalah pengaturan yang bersifat khusus bagi tindak pidana korupsi yang berbeda dengan prin 'i p yang diatu r
dalam KUHP. Fraksi Partai Bulan Bintang menyambut baik pengaturan khusus ini, sehingga diharapkan pemberantasan tindak pidana korupsj dengan melalui penegakkan yang tepat dan konsisteP atas Undang- Undang ini nantinya, akan membawa manfaat
ya
11 g besar bagi pemberantasan tindak pidana korupsi yang sudah sangat parah pada saat ini.3. Pengaturan dalam bentuk suap, yang sebelumnya diatur d;1iam KUHP dan dijadikan tindak pidana korupsi yang diatur dalam Und~111g-Undang ini dan penentuan jumlah pidana maksimum dan m1:11mum adalah merupakan langkah yang sangat tepat sebagai sal:i ! i satu upaya pemberantasan segala bentuk suap dan korupsi itu. r )emikian pula pengaturan mengenai kewajiban untuk melaporkan µ. ratifikasi bagi Pegawai Negeri kepada Komisi Pemberantasan Korup~, 1, yaitu segala bentuk pemberian kepada Pegawai Negeri selain pendapatan resminya
2
ARSIP DPR RI
selaku Pegawai negeri yangjumlahnya R{> 10.000.000,-t:1tau lebih, adalah hal baru yang diatur dalam hukum pidana kita, baik mengenai cara pembuktian yang dibebankan kepada terdakwa ma11 pun kewajiba11 melaporkan dalam kurun waktu tertentu. Fraksi kami berpendapat bah\\:a pengaturan ini merupakan langkah positif pemberantas~1 ii tindak pidan~1
korupsi.
4. Menyambut pengesahan dan pelaksanaan Undang-Undang ini nantinya, Fraksi Parai Bulan Bintang menyerukan kepada seluru:; jajaran apan1 t
penegak hukum, pemerintah dan kita semua untuk ~~'.'.Cara konsisten menegakkan dengan benar dan jujur Undang-Lndang, karem1 bagaimanapun baiknya sebuah Undang-Undang itu diburn akan tidak ada artinya dan hanya sebagai macan om pong manakala ticb k dilaksanakan dan ditegakkan dengan sebaik-baiknya.
5. Alat perlengkapan, sarana prasarana serta tata aturan huJ.:um yang telah kita persiapkan untuk memberantas korupsi yang merehak di tanah air kita ini, perlu :fraksi kami mengingatkan kepada seluruh hangsa, selurub aparat pelaksana penyelenggara negara sipil, militer, :1parat penegak hukum, aparat legislatif, aparat eksekutif, baik pejab:1t negara ata11 pegawai negeri untuk senantiasa ingat akan sumpah jal1atan yang kitn ucapkan pada waktu mulai akan menjabat sebagai pelaksrn_1a negara, akan dituntut ucapannya itu oleh Allah Tuhan Yang Maha Esa dikelak kemudian di hari akhirat.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagaimana di 1 raikan di atas:
dengan ucapan Bismil/ahirrahmanirrahim, Fraksi Partai Bulan L3intang setuju Rancangan Undang-Undang ini disahkan menjadi Undang-Undang.
3
:.;: .
ARSIP DPR RI
Terima kasih kepacla Komisi II DPR-RJ;, beserta jajan111 sekretariatnya yang telah bekerja keras menyelesaikan Rancangan Undnr1g-Undang ini.
sehingga dapat disahkan pada hari ini. Demikian juga kepacla sc; uruh kompone11 masyarakat clan pers yang telah memberikan masukan yang S~l'1gat bermanfaat dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang ini.
Semoga Allah SWT, tetap mericllai setiap amal clan kerja k ita.
Wabillahittaujiq wal hidayah, Wassalamu 'a/aikum Wr. Wb.
Ketua ttd
.·.' .·\ .. ·'.
,;_(·
. . . 1··
'1 " ' .
Jakarta, 23 Oktobe• 2001
4
• • ~ 1
ARSIP DPR RI
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT R.I FRAKSI KKI
PENDAPAT AKHIR
FRAKSI KESATUAN KEBANGSAAN INDONESIA ATAS
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
TENTANG
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NO. 31 TAHUN 1999
TENTANG
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
Disampaikan pada Sidang Paripurna DPR-RI Tanggal 23 Oktober 2001
Oleh Juru Bicara : Ors. Anthonius Rahail Anggota Nomor : A - 282
Yang terhormat Saudara Pimpinan Sidang/
Para Anggota Dewan/
Saudara Menteri selaku Wakil Pemerintah beserta segenap jajaran/
Hadirin dan Hadirat sekalian yang kami mu/iakan.
Assalamu'a/lahikum Wr. Wb.
Salam Sejahtera untuk kita sekalian.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkatnya sehingga kita dapat berkumpul bersama dalam persidangan Dewan yang mulia ini.
:·_ (;~-~.::::.
' ~ . ; ( . -~
. !'\\~~;~ '. -.
.. ... _, • t
~ l I ~ ·• O: .t .. ~ ~ •:
4 • • ! :. .. :· .... ~
: .... ·~ .. '
',. ':.· -
.. _ / ... ·
. l.".
.. .... : . .
' .... · .
ARSIP DPR RI
Perkenankalah saya atas nama Fraksi Kesatuan Kebangsaan Indonesia menyampaikan Pendapat Akhir atas Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Saudara-saudara sekalian/
Sidang Dewan yang terhormat
Terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ini, Fraksi Kesatuan Kebangsaan Indonesia memberikan beberapa catatan singkat, yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, merupakan perwujudan kehendak rakyat akan keadilan dan penegakan supremasi hukum yang telah dituangkan dalam Ketetapan MPR Nomor : 11/MPR/1998. Ketetapan ini tentunya wajib dan harus dilaksanakan secara baik dan konsekuen.
2
~\
~.. .
'~ ., .. ..
ARSIP DPR RI
2. Pertimbangan dikeluarkannya perubahan Undang-Undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU No. 31 Tahun 1999) adalah untuk lebih mengefektifkan pemidanaan dan proses peradilan Tindak Pidana Korupsi;
sebab ternyata dalam tataran implementasi, dalam penyelesaian perkara tindak pidana korupsi, dirasakan masih banyak terdapat kendala-kendala dan kesulitan dalam penanganannya. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk mewujudkan maksud Tap MPR di atas adalah dengan melengkapi dan menyiapkan perangkat hukum yang memadai secara komprehensif untuk dapat terlaksananya maksud dan tujuan mulia tersebut di atas tadi.
3. Upaya pemberantasan tindak pidana korupsi patut dan harus didukung. Tampaknya semakin hari semakin berat saja ketergangguan, kerugian dan kerusakan oleh korupsi ini. Perilaku korupsi sudah menjadi penyakit sosial yang kronis; baik menyangkut kualitas, kuantitas maupun intensitasnya. Selain merugikan keuangan negara, korupsi ini juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat. Oleh karenanya perlu ada perangkat dan dorongan yang kuat untuk memberantas
3
· .... · .. · .
. : ~ '
··- .
ARSIP DPR RI
...
\, i..
korupsi itu; serta juga perlu ada upaya sistematis untuk lebih menjamin kepastian hukum, rasa keadilan serta memberikan perlindungan terlladap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat.
4. Dalam pelaksanaannya nanti, hendaknya Pemerintah harus tetap dapat menjaga secara benar apa yang disebut sebagai asas kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum dan proporsionalitas.
5. Pembahasan di Komisi Dewan menyangkut Perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang ..
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ini kami lihat banyak sedikitnya sudah diwarnai oleh semangat di atas; oleh karenanya Fraksi Kesatuan Kebangsaan Indonesia berharap pada tataran implementasinya dapat terlaksana secara efektif, baik dan benar dari sudut kacamata keadifan; agar tidak cuma menjadi pasal-pasal mati di atas kertas tetapi sebaliknya dapat diharapkan hasilnya secara nyata, berguna bagi pembangunan dan memperkokoh pilar-pilar kemasyarakatan, bangsa dan negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan hukum dan keadilan.
4
,,
...·
( · ..