• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.3 Analisa Istana Maimun

4.3.3 Arsitektur Istana Maimun

Istana maimun yang dirancang oleh Theo Van Erp, seorang arsitek yang berasal dari Itali, memiliki ketinggian 14,14 meter dengan luas 2,772 meter persegi, dan memiliki 30 kamar serta dilengkapkan dengan ruang resepsi dan balairung dari perusahaan Mutters yang menghabiskan biaya yang besar. Van Erp juga mengarsiteki Masjid Raya Al-Mashun (Teruna, 2006).

Istana Maimun berdiri diatas lahan yang berukuran sekitar 4,5 hektar. Bangunan istana menghadap kearah diantara timur dan timur laut. Pada sisi timur istana terdapat halaman yang sangat luas. Sisi utara istana merupakan taman yang cukup luas. Fungsi utamanya untuk memperindah kasawan istana. Terdapat pemukiman warga yang merupakan tempat tinggal para kerabat kerajaan yang terletak pada sisi barat istana. Pada sisi tenggara berjarak sekitar 10 meter dari bangunan istana, terdapat bangunan bergaya arsitektur Karo tempat dipajangnya meriam puntung. (Luthfi, 2014)

Gambar 4.46Ruang luar Istana Maimun

Meriam puntung yang ada dibangunan tersebut berasal dari legenda putri hijau yang sering diceritakan turun temurun oleh kalangan kesultanan deli dan juga di tanah Karo. Legenda tentang jelmaan saudara laki-laki Putri Hijau yaitu Mambang Yazid (saudara tua putri hijau) menjadi sebuah naga dan Mambang Khayali menjadi meriam, untuk melindungi kerajaan haru yang diserang dan menolong putri hijau yang diculik oleh Raja Aceh dengan memasuki sungai Deli dan menuju ke Selat Melaka(Sinar,1991).

Keterangan: A. Halaman Istana B. Parkir Istana C. Taman Istana D. Pemukiman Kerabat

Gambar 4.47Bangunan adat karo tempat bersemayam Meriam Puntung. (Sumber : Google Image)

Istana Maimun memiliki 2 unsur arsitektural, yaitu unsur arsitektur tradisional (lokal) dan arsitektural luar (asing). Ciri arsitektur tradisional yang dimaksud adalah arsitektur tradisional melayu. Unsur arsitektur asing yang dimaksud berasal dari wilayah India dan Eropa (Pasaribu, 1995).

Gambar 4.48Tampak depan Istana Maimun (Sumber : Luthfi, 2014)

Gambar 4.49Denah Istana Maimun (Sumber : Luthfi, 2014)

Bentuk denah dan tampak Istana Maimun memiliki cerminan satu sisi bangunan dengan yang lainnya, menunjukkan kesimetrisan yang kuat. Kesimetrisan tersebut mengingatkan kepada gaya arsitektur Palladian, sebuah gaya arsitektur yang tercipta pada zaman Renaissance. Arsitektur Palladian adalah gaya arsitektur Eropa yang tercipta dari desain arsitek Venesia Andrea Palladio (1508-1580). Gaya desain Palladio berbasis kuat pada simetri, perspektif dan nilai-nilai arsitektur kuil Romawi dan Yunani Kuno (Luthfi, 2014).

Gambar 4.50Perbandingan tampak Istana Maimun dan Villa Godi (Sumber : Luthfi, 2014)

Istana Maimun memiliki kemiripan simetrikal dengan Villa Godi yang ditunjukkan dari pembagian segmen bangunan yang terdiri atas sayap kiri, bangunan tengah dan sayap kanan. Sayap-sayap tambahan tersebut merupakan bangunan agrikultural dan bagian penting Palladianisme. Sayap-sayap tambahan tersebut juga memiliki arti dari Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini merupakan hasil dari pencapaian misi budaya Kesultanan Deli yaitu mengedepankan Ketuhanan Yang Maha Esa dan dengan agama yang dianut yaitu Islam (Luthfi, 2014).

Pemisahan zona kamar dan ruang rehat sesuai dengan jenis kelamin pada Istana Maimun juga mengacu kepada konsep rumah Melayu yang sering memisah zona kamar dan area rehat yang dikhususkan untuk penghuni rumah berjenis kelamin wanita khususnya yang belum menikah. Sinar mengatakan rumah melayu terbagi dalam ruangan tamu, ruang kumpul keluarga, ruang masak, dan ditingkat atasnya ada kamar kecil (loteng) untuk para anak gadis (Sinar, 1993).

Lukman Sinar (2003: 106) mengatakan bahwa Istana Maimun memiliki keunikan tersendiri yang tidak ditemukan pada istana lain di Indonesia. Salah satu keunikan tersebut terletak pada ruang-ruang Istana yaitu ruang Balairung, yang menampilkan pengaruh kesenian Islam yaitu ornamentasi pada dinding, plafon, tiang dan lengkungan antar tiang-tiang. Ornamen tersebut penuh dengan motif bunga dan tumbuh-tumbuhan yang dilapisi dengan cat minyak. Menurut ajaran Islam, bahwa dilarang membuat hiasan yang berbentuk hidup yang menyerupai hewan dan manusia, oleh karena itu dipakai motif dari alam yaitu bunga dan tumbuhan. Menurut filsafat Timur dari India mengatakan bahwa alam dan tumbuhan memberikan inspirasi bagi kehidupan manusia.

Gambar 4.51Ruang Balairung, Istana Maimun (Sumber : Google Image)

Terdapat empat motif marmer pada lantai dua Istana Maimun. Gambar-gambar yang digunakan untuk membentuk motif marmer adalah gabungan bentuk geometris dan bentuk tanaman yang sudah dibentuk sedemikian rupa atau dalam seni rupa Islam disebut dengan arabesque. Keempat motif lain akan dijelaskan sebagai berikut: Motif sulur, yang dapat ditemukan di balairung, di daerah yang dekat dengan pintu-pintu keluar. Motif kelopak bunga, motif yang dapat ditemukan di balairung, di daerah yang dekat dengan pintu-pintu keluar. Motif lingkaran lidah api, digunakan untuk lantai pada ruang penghubung antara ruang ruang jamuan dan balairung. Motif oktagonal, digunakan untuk seluruh lantai pada teras utama di lantai dua (Tobing, 2012).

(A) Motif Sulur (B) Motif Kelopak (C) Motif Lingkaran (D) Motif Oktagonal Bunga Lidah Api Gambar 4.52Motif lantai Istana Maimun

Dinding bangunan Istana Maimun memiliki tinggi 3,5 meter. Seluruh dinding luar bangunan lantai 1 dicat dengan menggunakan warna putih polos, sedangkan dinding luar bangunan lantai 2 dicat dengan menggunakan dua warna, kuning pada bagian bawah, dan putih pada bagian atas.Batas antara warna kuning dan putih diberi hiasan motif tanaman tembakau (Tobing, 2012).

Gambar 4.53Hiasan motif tanaman tembakau (Sumber : Tobing, 2012)

Seluruh dinding dalam bangunan lantai 1 dicat dengan menggunakan warna putih polos, sedangkan dinding dalam bangunan lantai 2 dicat dengan beberapa warna dan motif. Salah satunya adalah motif semut beriring. Posisi motif ini diposisikan dibawah motif tanaman tembakau (Tobing, 2012).

Gambar 4.54Motif semut beriring (Sumber : Tobing, 2012)

Terdapat dua motif yang ditemukan menghiasi dinding dalam bagian bawah bangunan Istana Maimun. Motif pertama adalah motif panil, dan motif kedua adalah motif bunga 17 kelopak. Motif panil berwarna dasar hijau terdapat di ruang tamu, sedangkan motif panil berwarna dasar kuning terdapat di dinding sisi dalam ruang balairung. Motif bunga 17 kelopak terdapat di dinding dalam ruang balairung sisi utara, timur, dan selatan (Tobing, 2012).

Gambar 4.55Motif panil dan motif bunga 17 kelopak (Sumber : Tobing, 2012)

Pada ruang balairung, terdapat beberapa motif yang menghiasi dinding dalam bagian atas. Tiga motif berbentuk pita terbelah, dihias dengan bentuk-bentuk sulur. Pada motif pertama sisi dalam pita terdapat bentuk-bentuk bintang. Pada motif kedua, di tengah-tengah pita terdapat lambang kesultanan Deli, dan pada motif ketiga di tengah-tengah pita terdapat bentuk tanaman tembakau (Tobing, 2012).

a) motif pita terbelah dengan b) motif pita terbelah dengan c) motif pita terbelah dengan bentuk bintang lambang kesultanan Deli bentuk tanaman tembakau

Gambar 4.56Motif pita terbelah (Sumber : Tobing, 2012)

Ruang balairung Istana Maimun merupakan ruangan yang memiliki hiasan paling kaya. Balairung Istana Maimun juga dihiasi dengan berbagai jendela semu. Jendela semu tersebut adalah bagian bangunan yang berfungsi sebagai sumber penerangan atau pertukaran udara, atau bahkan dihias dengan kaca pantul (hias). Bagian atas jendela-jendela semu tersebut, diberi bentuk lengkungan yang dihias dengan sulur-sulur berwarna hijau. Bagian atas lengkungan tersebut dihias dengan bentuk pita simpul besar berwarna hijau, yang di sekelilingnya dihias dengan bentuk-bentuk sulur (Tobing, 2012).

Gambar 4.57.Jendela semu

Pada bangunan Istana Maimun, langit-langit ruang balairung juga dihiasi dengan beberapa motif. Motif-motif tersebut merupakan kombinasi dari pergabungan bentuk bunga, oktagonal, hexagonal, belah ketupat, lingkaran, dan sulur (Tobing, 2012).

Gambar 4.58Motif langit-langit (Sumber : Tobing, 2012)

Bentuk rumah panggung pada desain Istana Maimun juga merupakan penguat identitas Kesultanan Deli sebagai kerajaan melayu. Rumah panggung yang memiliki bentuk dengan kaki atau tiang yang berfungsi sebagai penopang atau pondasi bangunan, diletakkan diatas tanah setinggi 1,5-4meter, kemudian pada bagian tengah merupakan badan rumah dan pada bagian atas merupakan atap rumah. Rumah panggung juga dimanifestasikan secara antropometrik dengan tubuh manusia yaitu atap sebagai atas (kepala), badan sebagai bagian tengah dan bagian bawah sebagai kaki pada tubuh manusia (Frick, 1997). Masyarakat melayu

juga percaya bahwa manusia sebagai mahluk ciptaanTuhan memiliki tempat di tengah, bukan pada dunia bawah/ bumi ataupun didunia atas langit (Luthfi, 2014).

Istana Maimun menggunakan cat warna dominan kuning dengan paduan warna hijau dan putih. Warna putih sendiri banyak digunakan pada bagian kisi-kisi jendela dan pintu (Luthfi, 2014). Pemilihan warna kuning sebagai warna dominan merupakan pengaplikasian unsur budaya melayu yang mengartikan warna kuning sebagai warna kebesaran kerajaan dan sebagai perlambang kemakmuran Sedangkan hijau berarti kesuburan dan putih berarti kesucian. Perpaduan warna tersebut merupakan pelambang kerajaan yang mahsyur dan subur (Sinar, 1993).

Gambar 4.59Penggunaan warna pada eksterior dan interior Istana Maimun (Sumber : Google Image)

Berdasarkan aplikasi Google Earth Pro, Luas area taman Istana Maimun (yang diblok dengan warna merah), ditandai dengan 3 titik pengamatan yang cukup jauh untuk melihat bangunan Istana Maimun yang ditandai dengan simbol A. Jarak antara titik no.1 dan no.3 dengan A memiliki jarak yang sama yaitu sekitar 130 meter, sedangkan jarak antara titik no.2 dengan A sekitar 80 meter.

Untuk mencapai pengamatan yang ideal, maka digunakan rumus D/H= 2 dan D/H= 4 untuk mengetahui batasan jarak pengamatan (D) melihat sebuah Istana Maimun dengan tinggi 14,14 meter.

Gambar 4.61Ilustrasi Jarak Pandang manusia terhadap Istana Maimun

Berdasarkan hasil perhitungan, maka batasan jarak pengamatan (D) yang ideal untuk melihat sebuah Istana Maimun adalah 28,28 – 56,56 meter. Dengan jarak antara titik pengamatan no.1, 2, dan 3 dengan Istana Maimun, dapat memberikan pandangan yang jelas berdasarkan persepsi ketinggian bangunan yang diungkapkan Ashihara.

Kriteria Landmark (Kevin Lynch)

Indikator Keterangan Istana

Maimun

Hirarki fisik secara Visual

Memiliki gaya bangunan.

Baik tradisional, klasik,

modern,dll.

Memiliki ruang terbuka publik.

Berdasaran jarak pengamatan

menurut Ashihara. Memiliki jarak pengamatan yang ideal berdasarkan ketinggian bangunan. Normal (27°), maka perbandingan jarak pengamatan dengan tinggi

bangunan harus 2 ≥ D/H ≤ 4 Jika Bangunan Tinggi (>400

meter) menggunakan sudut 40°

Unique memorable

Memiliki bentuk yang tidak ada pada bangunan lain.

Satu-satunya yang ada didunia.

Memiliki nilai historis pada bangunan.

Memiliki elemen arsitektural pada bangunan yang

menceritakan nilai historis baik dari segi agama, budaya dan sejarah.

Termasuk World Heritage Site

atau Warisan Dunia oleh UNESCO.

x

Didukung oleh suatu kejadian atau peristiwa.

Menjadi suatu ritual ataupun upacara untuk mengenang kembali memori masa lalu, serta memberi pengaruh baik pada negara.

Identifiable

Lokasi strategis

Tempat yang mudah dikenali dan dijangkau, lingkungan yang cocok bagi bangunan.

Dikenal dan diakui

oleh orang banyak.

Didukung oleh suatu kejadian atau peristiwa yang memiliki nilai historis.

Bentuk yang

jelas atau nyata (Clear Form)

Memiliki konsep dan tujuan bangunan yang jelas.

Tabel 4.2 Indikator terhadap Istana Maimun

Istana Maimun memenuhi kriteria Hirarki fisik secara visual karena Istana Maimun memiliki pencampuran arsitektur Melayu, India, dan Eropa. Akan tetapi

bangunan Istana Maimun masih mendominasi gaya tradisional Melayu. Istana Maimun terletak ditaman terbuka seluas 4,5 hektar, dengan ruang terbuka yang lebar dapat memberikan pandangan yang jelas terhadap Istana Maimun berdasarkan persepsi ketinggian bangunan yang diungkapkan Ashihara.

Kriteria Unique memorable terpenuhi karena Istana Maimun memiliki ruang Balairung yang menampilkan pengaruh kesenian Islam yaitu ornamentasi pada dinding, plafon, tiang dan lengkungan antar tiang-tiang. Ornamen dengan motif bunga dan tumbuh-tumbuhan yang berdasarkan ajaran Islam. Rumah panggung dan pewarnaan pada Istana Maimun merupakan elemen arsitektural yang mencerminkan kebudayaan Melayu. Istana Maimun dibangun oleh Sultan

Ma’mun Perkasa Alamsyah sebagai simbol masa kejayaan kesultanan Deli. Istana Maimun sekarang dijadikan sebagai salah satu objek wisata di Kota Medan untuk diperkenalkan sejarah Kesultanan Deli dan kebudayaan Melayu Islam yang melekat pada istana tersebut bagi masyarakat setempat maupun para wisatawan yang berkunjung ke Kota Medan.

Lokasi Istana Maimun dipengaruhi oleh perpindahan pusat pemerintahan kesultanan Deli dari daerah Labuhan ke kota Medan karena keadaan ekologi, ekonomi, dan sosial politik pada abad ke-19. Perletakan Istana Maimun yang berdekatan dengan Sungai Deli terlihat dipengaruhi oleh legenda Putri Hijau dengan adanya benda bersejarah yaitu meriam puntung yang terletak di bagian sisi kanan Istana Maimun.

Salah satu konsep Istana Maimun adalah penggunaan warna kuning yang mendominasi yaitu warna kebesaran kerajaan. Tujuan dari konsep pewarnaan adalah melambangkan kerajaan yang mahsyur dan subur.

Istana Maimun hampir memenuhi semua indikator jika Istana Maimun termasuk dalam daftar bangunan Warisan Dunia UNESCO. Berdasarkan hasil kesimpulan dari pembahasan sub-bab sebelumnya yaitu akhir sub-bab 4.2, dikarenakan Istana Maimun memiliki elemen arsitektural pada bangunan yang menceritakan nilai historis baik dari segi agama, budaya dan sejarah, maka kriteria

BAB V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Istana Maimun dapat disebut sebagai landmark Kota Medan, hal ini dikarenakan Istana Maimun memenuhi semua kriteria landmark menurut Kevin Lynch, dan beberapa pendapat pendukung dari Christian Norberg Schulz dan Yoshinobu Ashihara, yaitu hirarki fisik secara visual, unique memorable, identifiable danbentuk yang jelas/ nyata (Clear Form).

5.2 Saran

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan selama menjalani aktivitas penelitian/ skripsi ini, maka saran atau rekomendasi yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1. Bagi Ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan ilmu pengetahuan tentang arsitektur khususnya tentang landmark kota dengan beberapa indikator penentu.

2. Bagi Pemerintahan Kota Medan (PemkoMedan)

Sebelum menentukan sebuah bangunan/ monumen sebagai landmark Kota Medan, sebaiknya memahami indikator-indikator penentu suatu landmark, agar bangunan tersebut dapat disebutkan sebagai identitas Kota Medan.

3. Peneliti Selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya, supaya hasil penelitian tidak bias dapat menambahkan variabel penelitian dan menambah jumlah sampel sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi lebih luas.

Dokumen terkait