• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 Pengujian Indikator

4.1.1 Piramida Agung Giza

Piramida merupakan struktur batu tertua didunia dan dikenal sebagai salah satu keajaiban dunia (Quibell, 1927). Piramida Giza, merupakan piramida terbesar, yang terletak di dataran tinggi batu kapur, dekat tepian lahan irigasi pada puncak Delta Sungai Nil, di provinsi Giza, Mesir (Belmonte, 2010). Dibagian utara piramida Giza terdapat Delta, tanah datar yang luas. Sedangkan dibagian selatan terdapat lembah sempit menerus sepanjang Sungai Nil sampai ke Sudan. Kedua sisi tersebut berdekatan dengan gurun pasir (Quibell, 1927).

Piramida Giza termasuk salah satu situs yang dilindungi oleh UNESCO pada tahun 1979 dan merupakan salah satu objek wisata yang terkenal. Jutaan wisata mengunjungi piramida tersebut tiap tahun (Quibell, 1927).

Gambar 4.1 Piramida Giza (Sumber : Wikipedia)

Sekitar tahun 3500 SM, terjadi gabungan antara dua negara yaitu bagian utara dan bagian selatan, menjadi sebuah kota di persimpangan dua tanah.

Pengabungan terjadi dibawah kekuasaan Raja Menes atau Mena, yang merupakan Raja pertama dari seluruh Mesir. Kota tersebut dinamai dengan Memphis, terletak sepanjang Sungai Nil untuk beberapa mil antara site desa modern Giza dan Bedrashein Memphis. Bagi orang Mesir, baik modern ataupun kuno, mayat selalu disemayamkan/ dikuburkan dipuncak padang pasir. Hal ini diakibatkan tempat pemakaman yang sangat sempit, serta pemakaman di Memphis, membentang sepanjang gurun dari Abu Roash di utara ke Dahshur di selatan, telah dipenuhi dengan makam yang telah meninggal dari 4000 tahun yang lalu (Quibell, 1927).

Dataran tinggi Giza adalah tempat kuburan yang berisi makam beberapa raja dan ratu dari Dinasti keempat dan keluarga mereka. Hal itu juga dianggap sebagai tempat suci dan kudus, dan tempat pemujaan yang dilakukan selama puluhan generasi, terutama di daerah Sphinx dan kuil Isis, Lady of the Pyramids

(Belmonte, 2010).

Masyarakat Mesir kuno percaya bahwa adanya kehidupan setelah kematian. Hal tersebut dapat dikatakan dengan keabadian yang terbatas, dengan melakukan pengawetan tubuh. Masyarakat Mesir kuno tidak dapat membayangkan bagian roh seseorang muncul tanpa sebuah badan yang menampungnya, sehingga mayat/ tubuh harus diperlakukan seolah-olah masih membutuhkan kebutuhan yaitu makanan dan minuman dengan ritual magis. Berdasarkan kepercayaan orang Mesir maka terdapat 2 bagian pada beberapa makam Mesir yaitu ruang pemakaman dibagian bawah dan kapel/ kuil dibagian atas. Ruang pemakaman berisi tubuh/ mayat yang tidak pernah diganggu

sedangkan kapel digunakan untuk tempat berkumpulnya roh mendiang dengan para kerabat dan pendeta saat peringati hari kematian (Quibell, 1927).

Prinsip tersebut juga terdapat dalam piramida Giza. Para raja Mesir telah memikirkan rancangan sebuah bangunan agung bagi dirinya sendiri, dengan prinsip yang sama, yaitu sebuah makan yang terdiri dari dua bagian, satu untuk kematian dan satu untuk kehidupan. Piramida sebagai kuburan/ tempat pemakaman bagi raja yang harus disembah oleh semua orang di bumi dan yang akan diterima di antara para dewa di atas. Serta Sebuah kuil di luar piramida untuk melakukan pemujaan ritual penguburan (Quibell, 1927).

Dataran tinggi Giza dipilih oleh Khufu atau dikenal dengan raja Cheops pada tahun 2550 SM, Firaun kedua dari Dinasti keempat, sebagai tempat peristirahatan-nya. Dataran tinggi Giza terdiri dari tiga piramida besar dari Dinasti keempat, Sphinx, kuil-kuil dan kuburan keluarga kerajaan dan para bangsawan yang telah ditata dalam rencana (grid) Hippodamian (Belmonte, 2010).

Gambar 4.2 Peta dataran tinggi Giza (Sumber : Wikipedia)

Piramida pertama adalah Piramida Khufu/ Cheops. Piramida terbesar yang memiliki luas area sekitar 13 hektar mencakup piramida dan tempat peristirahatan keluarga. Panjang setiap sisi piramida mencapai 746 kaki dengan ketinggian mencapai 450 kaki. Piramida Khufu selesai dibangun pada tahun 2560 SM. Dibagian selatan terdapat tiga piramida kecil yang merupakan milik anak-anak perempuan Cheops dan juga terdapat sebuah kuil kecil dibagian selatan yang digunakan untuk menyembah Isis (Quibell, 1927).

Piramida kedua adalah piramida Khafre/ Chephren. Piramida yang memiliki dimensi lebih kecil dibandingkan dengan Piramida Khufu. Piramida Khafre memiliki ketinggian 447,5 kaki dengan panjang sisi-sisi dasar permukaan piramida mencapai 690,5 kaki (Quibell, 1927). Sphinx termasuk dalam bagian piramida kedua (Piramida Khafe), merupakan hewan mitos, gabungan dari kepala seorang pria dengan tubuh singa yang menandakan persatuan kekuatan dan kebijaksanaan. Ukiran kepala pada patung Sphinx adalah representasi dari raja Khafre/ Chephren. Sphinx memiliki ketinggian 66 kaki dengan panjang mencapai 187 kaki. Fungsi utama dari Sphinx adalah mengawasi pintu masuk ke kuil, seperti dewa penjaga. Namun orang Mesir menyembah Sphinx sebagai bentuk dewa matahari tanpa mengacu pada raja (Quibell, 1927).

Gambar 4.3 Sphinx (Sumber : whc.unesco.org )

Piramida ketiga adalah piramida Menkaure/ Mycerinus. Dibandingkan dengan kedua piramida diatas, maka Piramida ini merupakan piramida terkecil. Piramida Menkaure/ Mycerinus memiliki ketinggian 204 kaki dengan panjang sisi-sisi dasar permukaan piramida mencapai 356,5 kaki (Quibell, 1927).

Piramida pertama dan kedua diselesaikan oleh raja Khafre/ Chephren, sedangkan piramida ketiga dibangun oleh raja Menkaure sendiri. Seluruh periode konstruksi berlangsung selama sekitar 80 tahun (Belmonte, 2010). Diperkirakan 5,5 juta ton batu kapur, 8.000 ton granit dari Aswan, dan 500.000 ton semen yang digunakan dalam pembangunan Piramida (Romer, 2007: 157). Pembangunan monumental besar terakhir di dataran tinggi Giza adalah Piramida Ratu Khentkaus, leluhur raja-raja dari Dinasti kelima (Belmonte, 2010).

Interior pada ketiga piramida tersebut hampir sama yaitu saat memasuki bagian dalam piramida, terdapat lorong/ gang kecil yang cukup tajam (miring) dan mengarah ke ruang bawah tanah yang telah digali. Ruang bawah tanah inilah digunakan sebagai ruang pemakaman. Sekitar dua puluh kilometer dari pintu masuk, dibagian sudut terdapat lorong sempit yang menuju ke atas, ditemukan salah satu portcullises (pintu besi istana) granit besar. Setelah melewati lorong sempit dan licin maka terjadi pelebaran koridor yang dikenal dengan Great Hall, dengan panjang 155 kaki dan ketinggian mencapai 28 kaki. Dinding koridor terdiri dari 7 segmen secara horizontal yang terbuat dari batu kapur Mogattam. Setiap segmen diproyeksikan sedikit keluar sehingga mempersempit ke atap (Quibell, 1927).

Gambar 4.4 Skema interior piramida (Sumber : Schmitz, 2012: 113)

Gambar 4.5 Great hall piramida (Sumber : Google Image)

Sebuah koridor mendatar yang terletak di ujung bawah Great Hall terdapat ruang ratu (Queen‘s Chamber), yang dimaksudkan untuk ruang pemakaman sebagai rencana pembangunan kedua. Ruang yang memiliki panjang 18 kaki 10 inci dengan lebar 17 kaki, memiliki atap runcing, dan dengan kontruksi sangat baik (Quibell, 1927).

Setelah melewati Great wall maka kita mencapai sebuah hal kecil sebelum melewati ruang raja (King's Chamber). Atap dan dinding pada ruang tersebut menggunakan batu granit besar. Ruang raja memiliki panjang 34,5 kaki, lebar 17 kaki dengan ketinggian mencapai 19 kaki. Ketinggian lantai ruang raja (King's

Keterangan : 1 King’s Chamber 2 Ante Chamber 3 Great Step 4 Grand Gallery 5 Queen’s Chamber 6 Passage to Queen’s Chamber 7 Ascending Passage 8 Ganite Plug 9 Entrance Passage 10 19th Course of Masonry 11 35th Course of Masonry 12 Dead-End Passage 13 Subterranean Chamber 14 Passage to Subterr. Chamber 15 Pit

Chamber) mencapai 139 kaki dari permukaan dasar piramida. Didalam ruang raja terdapat Sarkofagus, tempat perletakan peti yang terbuat dari batu granit. Isi peti kayu tersebut adalah mayat raja yang telah diawetkan (Quibell, 1927).

Gambar 4.6 Queen‘s Chamber (kiri) dan King's Chamber (kanan) (Sumber : Google Image)

Piramida Agung Giza dan seluruh dataran tinggi Giza merupakan desain yang sangat cerdas dan terintegrasi. Detail konstruksi menunjukkan presisi yang luar biasa berdasarkan ilmu pengetahuan yang sangat akurat yaitu geodetic bumi, astronomi, astrofisika, matematika dan mekanika Newton. Terlihat dari Queen‘s

Chamber beserta lorong sempit berhubungan dengan orbit Bumi terhadap Matahari yang terkait dengan gaya gravitasi. Skala kamar peti raja (King's Chamber) menggunakan faktor perhitungan tentang volume Bumi dan lingkaran orbit Bumi terhadap Matahari (Schmitz, 2012: 113).

Lokasi Piramida Agung Giza merupakan lokasi yang ideal untuk kajian yang akurat tentang bentuk dan ukuran Bumi (astronomi) dengan hubungan matematika terutama pada titik-titik penting yang menarik yaitu: pada 30° di mana pembelahan sumbu semi-minor dari Bumi, pada 60° di mana pembelahan

sumbu semi-major dari Bumi, dan pada 45° tepat dalam pembagian geometris 90° (Schmitz, 2012: 113).

Gambar 4.7 Gambaran sumbu semi-minor dan semi-major (Sumber : Wikipedia)

Dalam UNESCO, Lingkungan sekitar Piramida Giza telah ditandai dengan zona buffer. Zona buffer tersebut merupakan zona yang harus dipertahankan/ dikonservasi sehingga memaksimalkan keindahan Piramida Giza. Zona buffer

(ditandai dengan garis warna coklat) pada Piramida Giza (ditandai dengan blok merah) sangat besar mencakup padang pasir, dapat dilihat pada gambar 4.8.

Gambar 4.8 Zona buffer pada Piramida Giza (Sumber : whc.unesco.org)

Untuk mencapai pengamatan ideal yang diungkapkan Ashihara, maka digunakan rumus D/H= 2 dan D/H= 4 untuk mengetahui batasan jarak pengamatan (D) melihat Piramida pertama yang memiliki tinggi 450 kaki = 137,16 meter, Piramida kedua yang memiliki tinggi 447,5 kaki = 136,4 meter, dan Piramida ketiga yang memiliki tinggi 204 kaki = 62,18 meter.

Gambar 4.9 Ilustrasi jarak pandang manusia terhadap Piramida Giza

Berdasarkan hasil perhitungan, maka batasan jarak pengamatan (D) yang ideal untuk melihat piramid pertama adalah 274,32 - 548,64 meter, piramid kedua adalah 272,8 - 545,6 meter dan piramid ketiga adalah 124,36 - 248,72 meter.

Gambar 4.10 Batasan jarak pengamatan Piramida Giza

Berdasarkan aplikasi Google Earth Pro, area yang diwarnai dengan warna coklat merupakan area buffer, sedangkan lingkaran yang diwarnai dengan warna kuning merupakan area pengamatan yang ideal berdasarkan jarak (D) radius masing-masing piramida. Dapat dilihat area pengamatan ideal termasuk dalam zona buffer yang dikonservasi sehingga Piramida Giza termasuk landmark yang memberikan pandangan yang jelas berdasarkan persepsi ketinggian bangunan yang diungkapkan Ashihara.

Dokumen terkait