• Tidak ada hasil yang ditemukan

Landmark Kota Medan (Persepsi dalam Arsitektur) Studi Kasus : Istana Maimun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Landmark Kota Medan (Persepsi dalam Arsitektur) Studi Kasus : Istana Maimun"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

LANDMARK KOTA MEDAN

(PERSEPSI DALAM ARSITEKTUR)

STUDI KASUS : ISTANA MAIMUN

SKRIPSI

OLEH

IVANA IDRIS

110406050

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

STUDI KASUS : ISTANA MAIMUN

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

IVANA IDRIS

110406050

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LANDMARK KOTA MEDAN (PERSEPSI DALAM ARSITEKTUR) STUDI KASUS : ISTANA MAIMUN

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 08 Juli 2015

(4)

Nama Mahasiswa : Ivana Idris

Nomor Pokok : 110406050

Program Studi : Arsitektur

Menyetujui

Dosen Pembimbing,

(Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M.Phil., Ph.D.)

Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,

(Dr. Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc.) (Ir. N. Vinky Rachman, M.T.)

(5)

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M.Phil., Ph.D.

Anggota Komisi Penguji : 1. Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, M.T.

(6)

ABSTRAK

Sebuah kota, termasuk Kota Medan, seharusnya memiliki identitas yang dapat mencirikan kota tersebut. Dengan keragaman masyarakat dari segi suku dan etnis, membuat Kota Medan sulit mencapai kesepakatan bersama dalam membentuk landmark sebagai identitas Kota. Istana Maimun merupakan salah satu bangunan tua dan bersejarah di Kota Medan, dianggap sebagai landmark oleh PemkoMedan. Namun tidak ada keterangan/ penjelasan yang menunjukan Istana Maimun sebagai landmark Kota Medan. Metoda penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan verifikasi (Pengujiaan). Indikator

landmark menurut Kevin Lynch, dan beberapa pendapat yang mendukung yaitu Christian Norberg Schulz dan Yoshinobu Ashihara, akan mengalami pengujian terhadap lima contoh landmark untuk mengetahui kesesuaian/ kecocokan teori (grounded research). Variabel penelitian yang telah mengalami verifikasi, akan dijadikan sebagai landasan teori untuk menganalisis Istana Maimun. Hasil penilaian berdasarkan indikator menunjukan Istana Maimun dapat disebut sebagai

landmark karena telah memenuhi semua kriteria landmark Kevin Lynch.

Kata Kunci : Landmark, Kevin Lynch, Istana Maimun, Kota Medan.

ABSTRACT

A town, for instance Medan, should have its own unique iconic landmark. As a multi-racial society, it is hard to create an iconic landmark in Medan. Maimun Palace, one of the heritage site in Medan, is assumed to be an iconic landmark by City Council of Medan. However, there is no explanation on why Maimun Palace is an iconic landmark. The inspection method used is a descriptive research using verification approach. According to Kevin Lynch, Christian Norberg Schulz and Yoshinobu Ashihara, landmark indications shall be compared with five examples of landmarks in order to do suitability checks of grounded theory. Research items which have been verified will be used to analyze Maimun Palace. The indicator result shows that Maimun Palace is the landmark of Medan since it satisfied all criteria listed by Kevin Lynch.

(7)

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

karunia-Nya dimampukan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur pada Universitas Sumatera Utara

(USU) Medan.

Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M.Phil., Ph.D. selaku Dosen

Pembimbing yang telah membantu memberikan petunjuk dan pengarahan

dalam penulisan skripsi ini.

5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas

Teknik, Universitas Sumatera Utara atas semua kritik dan sarannya selama

masa perkuliahan.

6. Idris Kawi (Papa) dan Yenny Widjaja (Mama), selaku orang tua tercinta,

yang telah memberikan doa, semangat, dan dorongan untuk menyelesaikan

studi dan skripsi peneliti di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

7. Untuk saudara tersayang, Nico Idris (Adik) dan Yulinda Limanto, B.Sc.

(Kakak) yang telah banyak membantu dalam pengerjaan skripsi ini.

8. Untuk sahabat terkasih, Angelia Stefani, Ester, Mellisa Taniasuri, Jessica

Tanurjaya, Sucliany Sutanto, Henny Handayani, Destia Farahdina, dan

lainnya yang telah menemani dan memberi semangat dari awal masuk kuliah

(8)

membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini. Akhir

kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi

semua pihak.

Medan, 11 Juli 2015

Penulis,

(9)

ABSTRAK ... i

3.4 Sumber data dan Alat Pengumpulan Data ... 20

(10)

4.3 Analisa Istana Maimun ... 63

4.3.1 Sejarah terbentuknya Istana Maimun ... 63

4.3.2 Arsitektur Melayu dengan kebudayaan Islam pada Istana Maimun ... 64

4.3.3 Arsitektur Istana Maimun ... 66

BAB V KESIMPULAN ... 81

(11)

3.1 Indikator-indikator yang diperlukan suatu landmark ...18

3.2 Sampel Penelitian ...19

4.1 Indikator-indikator landmark berdasarkan 5 contoh landmark ...61

(12)

3.1 Istana Maimun sebagai salah satu landmark Kota Medan

2.6 Sudut penglihatan manusia menurut Ashihara ...12

2.7 Potongan yang menunjukkan sudut penglihatan menurut Ashihara (1982) ...12

3.1 Istana Maimun ... 21

4.1 Piramida Giza ...22

4.2 Peta dataran tinggi Giza ...24

4.3 Sphinx ...25

4.4 Skema interior Piramida ...27

4.5 Great Hall Piramida ...27

4.6 Queen‘s Chamber (kiri) dan King's Chamber (kanan) ...28

4.7 Gambaran sumbu semi-minor dan semi-major...29

4.8 Zona buffer pada Piramida Giza ...29

4.9 Ilustrasi jarak pandang manusia terhadap Piramida Giza ...30

4.10 Batasan jarak pengamatan Piramida Giza ...31

4.11 Menara Petronas ...32

4.12 Master Plan Menara Petronas ...33

4.13 Skybridge pada Menara Petronas ...33

4.14 Eksterior Menara Petronas ...34

(13)

4.17 Jarak pandang manusia terhadap Menara Petronas ...35

4.18 Rumus matematika sederhana trigonometri ...36

4.19 Ilustrasi jarak pandang manusia terhadap Menara Petronas ...36

4.20 Menara Eiffel ...37

4.21 Struktur Menara Eiffel ...38

4.22 Batasan jarak pengamatan terhadap Menara Eifell ...39

4.23 Ilustrasi jarak pandang manusia terhadap Menara Eifell ...39

4.24 Patung Liberty ...40

4.25 Peta teluk pelabuhan New York ...42

4.26 Peta Pulau Liberty...42

4.27 Pedestal dan Fort Wood ...43

4.28 Obor dan tablet Patung Liberty...44

4.29 Kaki Patung Liberty ...45

4.30 Zona buffer pada Patung Liberty ...46

4.31 Ilustrasi jarak pandang manusia terhadap Patung Liberty ...46

4.32 Batasan jarak pengamatan Patung Liberty ...47

4.33 Sydney Opera House...49

4.34 Siteplan Sydney Opera House ...49

4.35 Kuil Mayan (kiri) dan Podium Sydney Opera House (kanan) ...50

4.36 Sistem geometris terhadap Sydney Opera House ...50

4.37 Panel Chevron ...51

4.38 Bentukan Chevron pada penutup atap Syney Opera House ...51

4.39 Zona buffer Sydney Opera House ...52

4.40 Ilustrasi jarak pandang manusia terhadap Sydney Opera House ...53

4.41 Batasan jarak pengamatan Sydney Opera House...53

4.42 Istana Maimun ... 63

4.43 Peta perpindahan Kesultanan Deli ...64

4.44 Mesjid Raya Al-Mashun ... 66

(14)

4.47 Bangunan adat Karo tempat bersemayam meriam puntung ...68

4.48 Tampak depan Istana Maimun ...68

4.49 Denah Istana Maimun ...69

4.50 Perbandingan tampak Istana Maimun dan Villa Godi ...69

4.51 Ruang Balairung, Istana Maimun ...71

4.52 Motif lantai Istana Maimun ...71

4.53 Hiasan motif tanaman tembakau ...72

4.54 Motif semut beriring ...72

4.55 Motif panil dan motif bunga 17 kelopak ...73

4.56 Motif pita terbelah ...74

4.57 Jendela semu ...74

4.58 Motif langit-langit ...75

4.59 Penggunaan warna pada eksterior dan interior Istana Maimun ...76

4.60 Batasan jarak pengamatan terhadap Istana Maimun ...76

(15)

ABSTRAK

Sebuah kota, termasuk Kota Medan, seharusnya memiliki identitas yang dapat mencirikan kota tersebut. Dengan keragaman masyarakat dari segi suku dan etnis, membuat Kota Medan sulit mencapai kesepakatan bersama dalam membentuk landmark sebagai identitas Kota. Istana Maimun merupakan salah satu bangunan tua dan bersejarah di Kota Medan, dianggap sebagai landmark oleh PemkoMedan. Namun tidak ada keterangan/ penjelasan yang menunjukan Istana Maimun sebagai landmark Kota Medan. Metoda penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan verifikasi (Pengujiaan). Indikator

landmark menurut Kevin Lynch, dan beberapa pendapat yang mendukung yaitu Christian Norberg Schulz dan Yoshinobu Ashihara, akan mengalami pengujian terhadap lima contoh landmark untuk mengetahui kesesuaian/ kecocokan teori (grounded research). Variabel penelitian yang telah mengalami verifikasi, akan dijadikan sebagai landasan teori untuk menganalisis Istana Maimun. Hasil penilaian berdasarkan indikator menunjukan Istana Maimun dapat disebut sebagai

landmark karena telah memenuhi semua kriteria landmark Kevin Lynch.

Kata Kunci : Landmark, Kevin Lynch, Istana Maimun, Kota Medan.

ABSTRACT

A town, for instance Medan, should have its own unique iconic landmark. As a multi-racial society, it is hard to create an iconic landmark in Medan. Maimun Palace, one of the heritage site in Medan, is assumed to be an iconic landmark by City Council of Medan. However, there is no explanation on why Maimun Palace is an iconic landmark. The inspection method used is a descriptive research using verification approach. According to Kevin Lynch, Christian Norberg Schulz and Yoshinobu Ashihara, landmark indications shall be compared with five examples of landmarks in order to do suitability checks of grounded theory. Research items which have been verified will be used to analyze Maimun Palace. The indicator result shows that Maimun Palace is the landmark of Medan since it satisfied all criteria listed by Kevin Lynch.

(16)

BAB I. PENDAHULUAN

Secara historis dan faktual, sebuah kota seharusnya memiliki identitas baik

berupa fisik ataupun non-fisik yang dapat mencirikan kota tersebut dengan kota

lainnya. Identitas fisik berupa bangunan yang disebut dengan landmark.

1.1 Latar Belakang Masalah

Kota Medan merupakan ibukota Sumatera Utara yang dikenal dengan

keragaman masyarakat baik dari segi suku dan etnis. Keragaman masyarakat yang

saling mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi, kebudayaan, bahkan sampai

kepada arsitektural pada bangunan-bangunan yang tersebar di penjuru Kota

Medan. Pengaruh tersebut memberikan dampak akan sulitnya mencapai

kesepakatan bersama dalam membentuk landmark sebagai identitas Kota Medan.

Kota Medan memiliki beberapa bangunan tua dan bersejarah yang

dianggap sebagai landmark Kota Medan oleh PemkoMedan, salah satunya adalah

Istana Maimun. Namun tidak ada keterangan/ penjelasan yang menunjukan Istana

Maimun sebagai landmark Kota Medan.

Gambar 1.1 Istana Maimun sebagai salah satu landmark Kota Medan menurut PemkoMedan

(17)

1.2 Rumusan Masalah

Apakah Istana Maimun disebut landmark Kota Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Istana Maimun disebut landmark Kota Medan atau tidak.

1.4 Manfaat Penelitian

Untuk memberikan sumbangan pemikiran atau menambah informasi bagi

studi-studi yang berhubungan dengan landmark.

1.5 Kerangka Berpikir

Adapun kerangka pemikiran secara skematik dapat dilihat pada gambar 1.2

(18)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kota

Kota adalah kehidupan kumpulan manusia yang paling kompleks.

Pengertian kota dapat berbeda-beda berdasarkan pendekatan dalam bidang

masing-masing. Jika dilihat dari segi sosiologi maupun antropologi, maka kota

sebagai wadah masyarakat berprilaku dalam aktifitas sehari-hari, mencakup

lingkup manusia, sosial, budaya dan sejarah.

Dalam buku Founding Vernacular Landscape, John Brickerhoff Jackson

(1984: 12). Menyebutkan :

It is a romantic error to suppose that this experience should be solitary. If we

hunt, If we farm, even if we botanize, we benefiting from and sharing in the

accumulated experience of others, so this identity of ours also has its social

implications. It implies that we recognize other people as inhabitants of the earth

as well as members of a social order. It is the attraction of these two very different

and sometimes contradictory definitions of man that produces a landscape-an

environment modified by the permanent presence of a group. No group sets out to

create a landscape, of course. What is sets out to do is to create a community, and

the landscape as its visible manifestation is simple by-product of people working

and living, sometimes coming together, sometimes staying apart, but always

recognizing their interdependence.

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap kota

memiliki perbedaan, baik dari perencanaan dan perancangan kota, hal tersebut

(19)

pola kontur visual dari lingkungan alam. Walaupun suatu kota akan selalu

mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, namun sifat dasar dan

karakteristik bentuk kota memiliki ciri-ciri dan bentuk tersendiri masing-masing

kota.

2.2 Identitas Kota

Kota sebagai suatu lingkungan fisik memiliki berbagai aspek yang dapat

mengangkat, mengembangkan dan mencirikan kota itu sendiri, seperti nilai

historis dan aspek-aspek yang bersifat faktual lainnya yang membuahkan suatu

identitas bagi kota.

Menurut Kevin Lynch dalam buku Good City Form (1979),

mengungkapkan bahwa “Identity is the extent to wich a person can recognize or

recall a place as being distinct from other places as having vivid, or unique, or at

least a particular, character of its own‖. Berdasarkan definisi ini, menyatakan

bahwa identitas adalah suatu kondisi saat seseorang mampu mengenali atau

memanggil kembali (ingatan) suatu tempat yang memiliki perbedaan dengan

tempat lain karena memiliki karakter dan keunikan.

Identitas kota menurut Suwarno Harjanto, dalam artikel: Identitas Fisik

Binaan. Majalah KOTA (1989: 14), merupakan sesuatu yang spesifik, yang dapat

membedakan satu kota dengan kota lainnya. Dalam hal ini masing-masing

lingkungan (kota) seharusnya memiliki identitas, sesuatu yang melahirkan

karakter/ ciri khas yang membedakan dengan kota lainnya. Identitas kota bisa

berwujud fisik atau non-fisik, aktifitas sosial, nilai ekonomis, atau

(20)

identitas dari suatu kota maupun kawasan, baik itu berwujud fisik maupun

non-fisik. Kemampuan menangkap adanya identitas kota tergantung dari si pengamat,

yang menurutnya lebih menarik dan mudah untuk diingat akan dijadikannya

sebagai identitas kawasan tersebut. Bisa dikatakan tergantung dari kesukaan atau

selera dan sudut pandang si pengamat pada informasi-informasi yang ingin

diambilnya (benda-benda fisik atau bersifat non-fisik seperti sosial, ekonomi,

budaya). Kemudian informasi tadi digunakan untuk mengenali kawasan tersebut

dengan cara memberikan makna dan perasaan pada kawasan tersebut. Hal ini

merupakan salah satu yang membuat perbedaan ketika menangkap suatu identitas

sebuah kota atau kawasan dapat muncul dengan sendirinya ataupun diciptakan.

Menurut Suwarno Harjanto, kota dapat berkembang diikuti pertambahan

populasi dan bentuk fisiknya. Tentu hal ini juga memiliki dampak pada identitas.

Karena identitas dapat berwujud bermacam-macam, tidak tertutup kemungkinan

bahwa perkembangan kota dapat melahirkan identitas baru. Munculnya suatu

pembangunan sesuatu hal yang bersifat monumental akan membuat identitas baru

suatu kawasan, baik itu direncanakan untuk dijadikan identitas maupun tidak,

ataupun suatu perilaku sosial masyarakat yang baru dalam suatu kawasan

membentuk suatu budaya baru yang diterapkan masyarakat menjadi perwakilan

dalam mencirikan atau memberikan identitas terhadap kawasan tersebut. Identitas

kota yang berwujud fisik adalah segala sesuatu yang bersifat fisik bisa dijadikan

pengidentifikasi kawasan tersebut. Identitas fisik yang mudah ditangkap oleh

pengamat adalah suatu objek yang dijadikan acuan (point of reference) terhadap

(21)

biasanya dijadikan pengamat sebagai acuan (landmark). Secara tidak langsung hal

ini menjadikannya obyek yang mudah diingat dan mencirikan kawasannya.

Identias kota yang bersifat non-fisik merupakan identitas kota yang dibuat oleh

perilaku warga kotanya. Identitas tersebut bisa merupakan faktor sosial, ekonomi

dan budaya. Suatu aktifitas sosial yang berbeda dengan banyak kawasan pada

umumnya akan memberikan identitas yang lebih mudah ditangkap oleh pengamat.

Kevin Lynch (1960) menyatakan bahwa kota adalah sesuatu yang dapat

diamati, dari segi letak jalur jalan, batas tepian, distrik atau kawasan, titik temu,

dan tetengernya dapat dengan mudah dikenali dan dapat dikelompokkan dalam

pola keseluruhan bentuk kota.

Lynch membuat kategori bentuk kota dalam 5 unsur, yaitu :

1. Path (jalur)

Path adalah elemen yang paling penting dalam citra kota. Kevin Lynch

menemukan dalam risetnya bahwa jika elemen ini tidak jelas, maka

kebanyakan orang meragukan citra kota secara keseluruhan. Path merupakan

rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan pergerakan

secara umum, yakni jalan, gang-gang utama, jalan transit, lintasan kereta api,

saluran, dsb. Path memiliki identitas yang lebih baik kalau memiliki tujuan

yang besar (misalnya ke stasiun, tugu, alun-alun), serta ada penampakan yang

kuat (misalnya fasad gedung, pohon besar, sungai), atau ada belokan/ tikungan

(22)

Gambar 2.1 Path

(Sumber : http://krypton.mnsu.edu/)

2. Edge (tepian)

Edge adalah elemen linear yang tidak dipakai/ dilihat sebagai Path. Edge

berada pada batas antara dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus

linear, misalnya pantai, tembok, batasan antara lintasan kereta api, sungai,

topografi, dan sebagainya. Edge lebih bersifat sebagai referensi daripada

misalnya elemen sumbu yang bersifat koordinasi (Linkage). Edge merupakan

penghalang walaupun kadang-kadang ada tempat untuk masuk. Edge

merupakan pengakhiran dari sebuah district atau batasan sebuah district

dengan yang lainnya. Edge memiliki identitas yang lebih baik jika kontinuitas

tampak jelas batasnya. Demikian pula fungsi batasnya harus jelas: membagi

atau menyatukan.

Gambar 2.2 Edge

(23)

3. Node (simpul)

Node merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis dimana arah atau

aktivitasnya saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktivitas yang lain,

misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang, jembatan, atau

bagian kota secara keseluruhan dalam skala makro misalnya pasar, taman,

square, dsb.

Gambar 2.3 Node

(Sumber : http://krypton.mnsu.edu/)

4. District (kawasan)

District merupakan kawasan-kawasan kota dalam skala dua dimensi. Sebuah

kawasan/ district memiliki ciri khas yang mirip (baik dalam hal bentuk, pola,

dan wujudnya), dan khas pula dalam batasnya, dimana orang merasa harus

mengakhiri atau memulainya. District dalam kota dapat dilihat sebagai

referensi interior maupun eksterior. District mempunyai identitas yang lebih

baik jika batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat

homogen, serta fungsi dan posisinya jelas (introver/ ekstrover atau berdiri

(24)

Gambar 2.4 District

(Sumber : http://krypton.mnsu.edu/)

5. Landmark (tetenger)

Landmark merupakan lambang dan simbol untuk menunjukkan suatu bagian

kota, biasanya dapat berupa bangunan gapura batas kota (yang menunjukkan

letak batas bagian kota), atau tugu kota (menunjukkan ciri kota atau

kemegahan suatu kota), patung atau relief (menunjukkan sisi kesejarahan suatu

bagian kota), atau biasa pula berupa gedung dan bangunan tertentu yang

memiliki suatu karakteristik tersendiri yang hanya dimiliki kota tersebut.

Sehingga keberadaan suatu landmark mampu menunjukkan dan mengingatkan

orang tentang tetenger suatu kota.

Gambar 2.5 Landmark

(25)

2.3 Landmark

Kevin Lynch (1960: 48), mengatakan bahwa “Landmarks are another type

of point-reference, but in this case the observer does not enter within them, they

are external‖. Hal ini dapat disimpulkan bahwa landmark merupakan sebuah

objek fisik yang menarik secara visual.

Kevin Lynch (1960: 78), juga mengatakan bahwa “Landmark seemed to

be a tendency for those more familiar with a city to rely increasingly on systems

of landmarks for their guides—to enjoy uniqueness and specialization, in place of

the continuities used earlier‖. Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa

landmark biasanya mempunyai bentuk yang unik sehingga menjadi elemen

penting dari bentuk kota karena membantu orang mengenali suatu daerah dan juga

merupakan acuan yang mencirikan suatu kawasan.

Terdapat beberapa kriteria untuk menjadikan suatu obyek sebagai landmark

(Lynch, 1960):

 Memiliki hirarki fisik secara visual

Hirarki menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yaitu urutan

tingkatan/ jabatan. Sedangkan visual berarti dapat dilihat dengan indra penglihat

(mata), berupa bentuk. Dapat disimpulkan bahwa bangunan yang memiliki hirarki

fisik secara visual adalah bangunan yang memiliki perbedaan bentuk untuk

mencapai dominasi terhadap lingkungan sekitarnya.

Menurut Schulz dalam buku Towards a Phenomenology of Architecture

(26)

The catagories of ‗romantic‘,‘cosmic‘,‗classical‘ are a general understanding of

the spirit of place, which helped our understanding of the structure of man-made

place, as well as its relationship to natural place. In more recent architecture, the

romantic character is fully present and wonderfully interpreted in the Art

Nouvean. Greek architecture represents the archetype of classical architecture.

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa gaya bangunan

merupakan salah satu karakteristik yang dapat mempengaruhi hubungan antara

bangunan tersebut dengan lingkungan sekitar.

Menurut Lynch (1960: 80), ―Spatial prominence can establish elements as

landmarks in either of two ways: by making the element visible from many

locations, or by setting up a local contrast with nearby elements, i.e., a variation

in setback and height‖. Dapat disimpulkan bahwa suatu landmark dapat mencapai

dominasi/ menonjol terhadap suatu ruangan jika landmark tersebut dapat dilihat

dari berbagai lokasi, atau memiliki kekontrasan dengan elemen sekitar yaitu

dengan variasi halangan dan ketinggian bangunan disekitar lingkungan.

Menurut Ashihara (1982), persepsi ketinggian bangunan tergantung pada

sudut pandang manusia dengan ketinggian permukaan jalan. Pada dasarnya sudut

pandangan mata manusia secara normal pada bidang vertikal adalah 60°, tetapi

bila melihat secara intensif maka sudut pandangan mata berkurang 1° (Ashihara,

1970). Sekitar 20°dari 60° merupakan sudut pandangan seseorang sesuai dengan

persepsi tingkat yang lebih rendah (di bawah garis horizontal visi). Sedangkan 40°

merupakan sudut pandangan seseorang untuk persepsi tingkat yang lebih tinggi

(27)

tinggi bangunan tidak boleh melebihi 2/3 dari garis visual yang superior (sekitar

27°). Sama dengan pendapat Lynch dalam Rapoport (1971), bahwa sudut pandang

yang normal adalah 27°. Jadi untuk perbandingan, digunakan D/H = 27°.

Gambar 2.6 Sudut penglihatan manusia menurut Ashihara. (Sumber : Ashihara, 1970)

Gambar 2.7 Potongan yang menunjukkan sudut penglihatan menurut Ashihara (1982).

(Sumber : Rheingantz dan Alcantara, 2009)

Apabila seseorang mengamati keseluruhan bangunan dengan sudut 27°,

jika tinggi sebuah bangunan = H, dan jarak pengamat = D, maka untuk melihat

sebuah bangunan dibutuhkan 2 ≥ D/H ≤ 4, D/H =3 merupakan perbandingan

yang paling ideal. Hal ini akan menyebabkan bentuk atau rupa bangunan,

tekstur-tekstur dinding, ukuran dan penempatan lubang-lubang, serta sudut tangkap

terhadap pintu masuk menjadi perhatian utama bagi arsitek. Jika D/H< 1, maka

(28)

maka bangunan tidak terlihat dengan jelas. Apabila D/H< 4, maka tata nilai

ruangnya menjadi hilang dan pengaruh timbal balik antara bangunan sukar

dirasakan (Ashihara, 1970). Berdasarkan pernyataan Ashihara, dapat disimpulkan

bahwa sebaiknya jarak pengamat (D) sampai landmark merupakan ruang terbuka

publik tanpa adanya benda/ bangunan lain yang menutupi landmark. Hal ini

bertujuan untuk sebuah landmark lebih terlihat jelas dan memberikan persepsi

pandangan yang ideal menurut Ashihara.

Kevin Lynch dalam buku The Image of City (1960: 79) menyatakan

Control of the landmark and its context may be needed: the restriction of signs to

specified surfaces, height limits which apply to all but one building. If in addition

it has some richness of detail or texture, it will surely invite the eye”. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa persepsi pandangan yang ideal terhadap ketinggian suatu

bangunan menurut Ashihara mempengaruhi suatu landmark.

Unique memorable

Kevin Lynch dalam buku The Image of City (1960: 79) menyatakan “The

key physical characteristic of this class is singularity, some aspect that is unique

or memorable in the context‖. Arti dari singularity diatas adalah keistimewaan/

kekhususan, sehingga dapat disimpulkan suatu keunikan dapat dicapai apabila

landmark tersebut memiliki keistimewaan/ kekhususan yang tidak terdapat pada

bangunan lain.

Menurut Kevin Lynch (1960: 81), ―Its strength as a landmark seemed to

derive from the contrast and irritation felt between its cultural status and its

(29)

value as a landmark rises‖. Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa suatu

landmark dapat mencapai kekontrasan dan perbedaan antara nilai historis dan

nilai estetis. Nilai historis yang menyangkut proses terbentuknya objek tersebut

dan kaitannya dengan lingkup tempat dimana landmark berada. Sedangkan nilai

estetis dapat mencakup nilai historis menyangkut kurun waktu terbentuknya

bangunan, karena nilai estetika tiap kurun waktu dapat berlainan.

Kevin Lynch (1960: 1) menyatakan,At every instant, there is more than

the eye can see, more than the ear can hear, a setting or a view waiting to be

explored. Nothing is experienced by itself, but always in relation to its

surroundings, the sequences of events leading up to it, the memory of past

experiences”. Berdasarkan pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

diperlukan sebuah kejadian atau peristiwa yang mendukung sebuah landmark

sehingga terbentuknya memori masa lalu. Acara tersebut akan dijadikan sebagai

ritual ataupun upacara yang berfungsi untuk mengenang kembali kenangan

penting yang terkandung dalam landmark. Pernyataan tersebut diperkuat oleh

pendapat Schulz dalam buku Towards a Phenomenology of Architecture (1979:

32), “Man's participation in the natural totality is concretized in rituals, in which

"cosmic events", such as creation, death and resurrection are re-enacted. As such,

rituals do not however belong lo the natural environment, and will be discussed in

the next chapter, together with the general problem of representing time.‖

Identifiable

Kevin Lynch dalam buku The Image of City menyatakan ―Figure

(30)

which an element stands out need not be limited to immediate surroundings.

(1960: 81) dan “Its location is crucial: if large or tall, the spatial setting must

allow it to be seen; if small, there are certain zones that receive more perceptual

attention than others: floor surfaces, or nearby facades at, or slightly below,

eye-level. Any breaks in transportation—nodes, decision points—are places of

intensified perception.” (1960: 101). Berdasarkan kedua pernyataan diatas, maka

dapat disimpulkan bahwa landmark diletakan ditempat yang mudah dilihat dan

dijangkau, ataupun memiliki latar belakang kontras sehingga mencapai dominasi.

Jika landmark tersebut tidak memiliki ketinggian yang menonjol maka diperlukan

sesuatu yang menarik perhatian pengamat, salah satunya adalah perbedaan

permukaan tanah.

Kevin Lynch (1960: 83) menyatakan,Landmarks may be isolated, single

events without reinforcement. Except for large or very singular marks, these are

weak references, since they are easy to miss and require sustained searching”.

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan dengan sebuah landmark dapat

dikenal dan diakui oleh orang banyak jika adanya kejadian atau peristiwa yang

terkandung dalam landmark tersebut.

 Bentuk yang jelas atau nyata (Clear Form)

Kevin Lynch dalam buku The Image of City (1960: 81), menyatakan―The

gold dome of Boston's State House, the visibility from long distances of its bright

gold dome, all make it a key sign for central Boston‖. Pernyataan diatas dapat

disimpulkan bahwa untuk mempunyai bentuk yang jelas, dapat dicapai apabila

(31)

diperkuat oleh pendapat Schulz dalam buku Towards a Phenomenology of

Architecture (1979: 65), “Here we return again to the relationship between house

and cosmic order, which was discussed above. What is important to stress in this

context however, is that the meaning of a building is related to its structure.

Meaning and character cannot be interpreted in purely formal or aesthetic terms,

but are, as we have already pointed out, intimately connected with making.

Heidegger in fact defines the ―method‖ of art as inswerk_setzen (to ―set

-into-work‖). This is the meaning of architectural concretizarion: to set a place into

(32)

BAB III. METODOLOGI

3.1 Metode Penelitian

Dalam melakukan kajian landmark terhadap Istana Maimun, metoda

penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan

verifikasi (Pengujiaan).

Penelitian deskriptif (Developmental), yaitu penelitian yang bertujuan

untuk mengetahui perkembangan sarana fisik tertentu atau frekuensi terjadinya

sesuatu aspek fenomena sosial tertentu, dan untuk mendeskripsikan fenomena

tertentu secara terperinci (Masri Singarimbun, 1982).

Metode verifikasi (Pengujiaan), yaitu untuk menguji seberapa jauh tujuan

yang sudah digariskan itu tercapai atau sesuai atau cocok dengan harapan atau

teori yang sudah baku. Tujuan dari penelitian verifikasi adalah untuk menguji

teori-teori yang sudah ada guna menyusun teori baru dan menciptakan

pengetahuan-pengetahuan baru. Metode verifikasi berkembang menjadi grounded

research, yaitu metode yang menyajikan suatu pendekatan baru, dengan data

sebagai sumber teori (teori berdasarkan data).

Sesuai dengan penjelasan definisi, penelitian ini akan mendeskripsikan

atau menjelaskan fenomena-fenomena yang terdapat pada 5 contoh landmark

terkenal didunia dari berbagai dokumentasi untuk dianalisis dengan

variabel-variabel yang didapat dari kajian literatur menurut Kevin Lynch.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada penelitian ini adalah indikator-indikator landmark

(33)

pendapat yang mendukung yaitu Christian Norberg Schulz dan Yoshinobu

Ashihara.

Kriteria Landmark

menurut Kevin Lynch Indikator Keterangan

Hirarki fisik secara Visual

Memiliki gaya bangunan. Baik tradisional, klasik, modern, dll.

Tabel 3.1 Indikator-indikator yang diperlukan suatu landmark

3.3 Populasi/ sampel

Menurut Margono (2004: 118), populasi adalah seluruh data yang menjadi

perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Populasi

(34)

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002:

109; Furchan, 2004: 193). Nawawi (dalam Margono, 2004: 121), mengungkapkan

bahwa penggunaan sampel dalam kegiatan penelitian dilakukan karena ukuran

populasi yang tak terbatas (tak terhingga), besarnya jumlah objek membutuhkan

biaya yang besar, waktu yang tersedia terbatas, penelitian yang dapat merusak

atau merugikan, tingkat ketelitian, dan lebih ekonomis.

Seluruh landmark yang ada didunia merupakan populasi pada penelitian

ini. Berdasarkan jumlah landmark didunia yang banyak, maka digunakan

beberapa landmark yang terkenal oleh masyarakat umum sebagai sampel dari

objek penelitian. Sebanyak 193 negara di dunia yang diakui oleh PBB, maka

populasi penelitian diperkecil menjadi 5 Benua. Masing-masing landmark dari 5

Benua yang akan menjadi pada sampel penelitian ini, yaitu Piramida Agung Giza,

Mesir; Menara Petronas di Kuala Lumpur, Malaysia; Menara Eiffel di Paris,

Prancis; Patung Liberty, Amerika Serikat; dan Sydney Opera House di Sydney,

Australia.

Benua Negara Landmark

Afrika Mesir Piramida Agung Giza

(35)

Benua Negara Landmark

Asia Malaysia Menara Petronas

Eropa Perancis Menara Eiffel

Amerika Amerika Serikat (United States) The Statue of Liberty

Oseania Australia Sydney Opera House

Tabel 3.2 Sambungan

3.4 Sumber Data dan Alat Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder.

(36)

Data dari berbagai kumpulan dari buku, jurnal, artikel, laporan dan lain-lain yang

akurat. Data yang diambil, kemudian dianalisa kembali berdasarkan keterkaitan

dengan kriteria landmark.

3.5 Kawasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bangunan Istana Maimun, istana Kesultanan

Deli, yang merupakan salah satu peninggalan arsitektur tradisional Melayu dari

Kesultanan Deli terbesar di Sumatera Utara. Istana Maimun terletak di Jalan

Brigadir Jenderal Katamso, Medan, Sumatera Utara.

Gambar 3.1 Istana Maimun (Sumber : Google Image)

3.6 Metode Analisis Data

Berdasarkan hasil variabel penelitian/ indikator landmark yang diperoleh

dari kajian literatur Kevin Lynch, Christian Norberg Schulz dan Yoshinobu

Ashihara tentang landmark. Maka tahapan selanjutnya adalah menganalisis

kembali indikator landmark dengan fenomena-fenomena yang terdapat pada 5

contoh landmark terkenal di dunia, yang bertujuan untuk mengetahui kesesuaian/

kecocokan kriteria landmark menurut Kevin Lynch. Variabel penelitian yang

telah mengalami verifikasi (Pengujiaan), akan dijadikan sebagai landasan teori

(37)

BAB IV. ANALISA

4.1 Pengujian Indikator

Berikut merupakan 5 landmark terkenal didunia yang akan digunakan

untuk pengujian indikator.

4.1.1 Piramida Agung Giza

Piramida merupakan struktur batu tertua didunia dan dikenal sebagai salah

satu keajaiban dunia (Quibell, 1927). Piramida Giza, merupakan piramida

terbesar, yang terletak di dataran tinggi batu kapur, dekat tepian lahan irigasi pada

puncak Delta Sungai Nil, di provinsi Giza, Mesir (Belmonte, 2010). Dibagian

utara piramida Giza terdapat Delta, tanah datar yang luas. Sedangkan dibagian

selatan terdapat lembah sempit menerus sepanjang Sungai Nil sampai ke Sudan.

Kedua sisi tersebut berdekatan dengan gurun pasir (Quibell, 1927).

Piramida Giza termasuk salah satu situs yang dilindungi oleh UNESCO

pada tahun 1979 dan merupakan salah satu objek wisata yang terkenal. Jutaan

wisata mengunjungi piramida tersebut tiap tahun (Quibell, 1927).

Gambar 4.1 Piramida Giza (Sumber : Wikipedia)

Sekitar tahun 3500 SM, terjadi gabungan antara dua negara yaitu bagian

(38)

Pengabungan terjadi dibawah kekuasaan Raja Menes atau Mena, yang merupakan

Raja pertama dari seluruh Mesir. Kota tersebut dinamai dengan Memphis, terletak

sepanjang Sungai Nil untuk beberapa mil antara site desa modern Giza dan

Bedrashein Memphis. Bagi orang Mesir, baik modern ataupun kuno, mayat selalu

disemayamkan/ dikuburkan dipuncak padang pasir. Hal ini diakibatkan tempat

pemakaman yang sangat sempit, serta pemakaman di Memphis, membentang

sepanjang gurun dari Abu Roash di utara ke Dahshur di selatan, telah dipenuhi

dengan makam yang telah meninggal dari 4000 tahun yang lalu (Quibell, 1927).

Dataran tinggi Giza adalah tempat kuburan yang berisi makam beberapa

raja dan ratu dari Dinasti keempat dan keluarga mereka. Hal itu juga dianggap

sebagai tempat suci dan kudus, dan tempat pemujaan yang dilakukan selama

puluhan generasi, terutama di daerah Sphinx dan kuil Isis, Lady of the Pyramids

(Belmonte, 2010).

Masyarakat Mesir kuno percaya bahwa adanya kehidupan setelah

kematian. Hal tersebut dapat dikatakan dengan keabadian yang terbatas, dengan

melakukan pengawetan tubuh. Masyarakat Mesir kuno tidak dapat

membayangkan bagian roh seseorang muncul tanpa sebuah badan yang

menampungnya, sehingga mayat/ tubuh harus diperlakukan seolah-olah masih

membutuhkan kebutuhan yaitu makanan dan minuman dengan ritual magis.

Berdasarkan kepercayaan orang Mesir maka terdapat 2 bagian pada beberapa

makam Mesir yaitu ruang pemakaman dibagian bawah dan kapel/ kuil dibagian

(39)

sedangkan kapel digunakan untuk tempat berkumpulnya roh mendiang dengan

para kerabat dan pendeta saat peringati hari kematian (Quibell, 1927).

Prinsip tersebut juga terdapat dalam piramida Giza. Para raja Mesir telah

memikirkan rancangan sebuah bangunan agung bagi dirinya sendiri, dengan

prinsip yang sama, yaitu sebuah makan yang terdiri dari dua bagian, satu untuk

kematian dan satu untuk kehidupan. Piramida sebagai kuburan/ tempat

pemakaman bagi raja yang harus disembah oleh semua orang di bumi dan yang

akan diterima di antara para dewa di atas. Serta Sebuah kuil di luar piramida

untuk melakukan pemujaan ritual penguburan (Quibell, 1927).

Dataran tinggi Giza dipilih oleh Khufu atau dikenal dengan raja Cheops

pada tahun 2550 SM, Firaun kedua dari Dinasti keempat, sebagai tempat

peristirahatan-nya. Dataran tinggi Giza terdiri dari tiga piramida besar dari Dinasti

keempat, Sphinx, kuil-kuil dan kuburan keluarga kerajaan dan para bangsawan

yang telah ditata dalam rencana (grid) Hippodamian (Belmonte, 2010).

(40)

Piramida pertama adalah Piramida Khufu/ Cheops. Piramida terbesar yang

memiliki luas area sekitar 13 hektar mencakup piramida dan tempat peristirahatan

keluarga. Panjang setiap sisi piramida mencapai 746 kaki dengan ketinggian

mencapai 450 kaki. Piramida Khufu selesai dibangun pada tahun 2560 SM.

Dibagian selatan terdapat tiga piramida kecil yang merupakan milik anak-anak

perempuan Cheops dan juga terdapat sebuah kuil kecil dibagian selatan yang

digunakan untuk menyembah Isis (Quibell, 1927).

Piramida kedua adalah piramida Khafre/ Chephren. Piramida yang

memiliki dimensi lebih kecil dibandingkan dengan Piramida Khufu. Piramida

Khafre memiliki ketinggian 447,5 kaki dengan panjang sisi-sisi dasar permukaan

piramida mencapai 690,5 kaki (Quibell, 1927). Sphinx termasuk dalam bagian

piramida kedua (Piramida Khafe), merupakan hewan mitos, gabungan dari kepala

seorang pria dengan tubuh singa yang menandakan persatuan kekuatan dan

kebijaksanaan. Ukiran kepala pada patung Sphinx adalah representasi dari raja

Khafre/ Chephren. Sphinx memiliki ketinggian 66 kaki dengan panjang mencapai

187 kaki. Fungsi utama dari Sphinx adalah mengawasi pintu masuk ke kuil,

seperti dewa penjaga. Namun orang Mesir menyembah Sphinx sebagai bentuk

dewa matahari tanpa mengacu pada raja (Quibell, 1927).

(41)

Piramida ketiga adalah piramida Menkaure/ Mycerinus. Dibandingkan

dengan kedua piramida diatas, maka Piramida ini merupakan piramida terkecil.

Piramida Menkaure/ Mycerinus memiliki ketinggian 204 kaki dengan panjang

sisi-sisi dasar permukaan piramida mencapai 356,5 kaki (Quibell, 1927).

Piramida pertama dan kedua diselesaikan oleh raja Khafre/ Chephren,

sedangkan piramida ketiga dibangun oleh raja Menkaure sendiri. Seluruh periode

konstruksi berlangsung selama sekitar 80 tahun (Belmonte, 2010). Diperkirakan

5,5 juta ton batu kapur, 8.000 ton granit dari Aswan, dan 500.000 ton semen yang

digunakan dalam pembangunan Piramida (Romer, 2007: 157). Pembangunan

monumental besar terakhir di dataran tinggi Giza adalah Piramida Ratu

Khentkaus, leluhur raja-raja dari Dinasti kelima (Belmonte, 2010).

Interior pada ketiga piramida tersebut hampir sama yaitu saat memasuki

bagian dalam piramida, terdapat lorong/ gang kecil yang cukup tajam (miring) dan

mengarah ke ruang bawah tanah yang telah digali. Ruang bawah tanah inilah

digunakan sebagai ruang pemakaman. Sekitar dua puluh kilometer dari pintu

masuk, dibagian sudut terdapat lorong sempit yang menuju ke atas, ditemukan

salah satu portcullises (pintu besi istana) granit besar. Setelah melewati lorong

sempit dan licin maka terjadi pelebaran koridor yang dikenal dengan Great Hall,

dengan panjang 155 kaki dan ketinggian mencapai 28 kaki. Dinding koridor

terdiri dari 7 segmen secara horizontal yang terbuat dari batu kapur Mogattam.

Setiap segmen diproyeksikan sedikit keluar sehingga mempersempit ke atap

(42)

Gambar 4.4 Skema interior piramida (Sumber : Schmitz, 2012: 113)

Gambar 4.5 Great hall piramida (Sumber : Google Image)

Sebuah koridor mendatar yang terletak di ujung bawah Great Hall terdapat

ruang ratu (Queen‘s Chamber), yang dimaksudkan untuk ruang pemakaman

sebagai rencana pembangunan kedua. Ruang yang memiliki panjang 18 kaki 10

inci dengan lebar 17 kaki, memiliki atap runcing, dan dengan kontruksi sangat

baik (Quibell, 1927).

Setelah melewati Great wall maka kita mencapai sebuah hal kecil sebelum

melewati ruang raja (King's Chamber). Atap dan dinding pada ruang tersebut

menggunakan batu granit besar. Ruang raja memiliki panjang 34,5 kaki, lebar 17

(43)

Chamber) mencapai 139 kaki dari permukaan dasar piramida. Didalam ruang raja

terdapat Sarkofagus, tempat perletakan peti yang terbuat dari batu granit. Isi peti

kayu tersebut adalah mayat raja yang telah diawetkan (Quibell, 1927).

Gambar 4.6 Queen‘s Chamber (kiri) dan King's Chamber (kanan) (Sumber : Google Image)

Piramida Agung Giza dan seluruh dataran tinggi Giza merupakan desain

yang sangat cerdas dan terintegrasi. Detail konstruksi menunjukkan presisi yang

luar biasa berdasarkan ilmu pengetahuan yang sangat akurat yaitu geodetic bumi,

astronomi, astrofisika, matematika dan mekanika Newton. Terlihat dari Queen‘s

Chamber beserta lorong sempit berhubungan dengan orbit Bumi terhadap

Matahari yang terkait dengan gaya gravitasi. Skala kamar peti raja (King's

Chamber) menggunakan faktor perhitungan tentang volume Bumi dan lingkaran

orbit Bumi terhadap Matahari (Schmitz, 2012: 113).

Lokasi Piramida Agung Giza merupakan lokasi yang ideal untuk kajian

yang akurat tentang bentuk dan ukuran Bumi (astronomi) dengan hubungan

matematika terutama pada titik-titik penting yang menarik yaitu: pada 30° di

(44)

sumbu semi-major dari Bumi, dan pada 45° tepat dalam pembagian geometris

90° (Schmitz, 2012: 113).

Gambar 4.7 Gambaran sumbu semi-minor dan semi-major (Sumber : Wikipedia)

Dalam UNESCO, Lingkungan sekitar Piramida Giza telah ditandai dengan

zona buffer. Zona buffer tersebut merupakan zona yang harus dipertahankan/

dikonservasi sehingga memaksimalkan keindahan Piramida Giza. Zona buffer

(ditandai dengan garis warna coklat) pada Piramida Giza (ditandai dengan blok

merah) sangat besar mencakup padang pasir, dapat dilihat pada gambar 4.8.

(45)

Untuk mencapai pengamatan ideal yang diungkapkan Ashihara, maka

digunakan rumus D/H= 2 dan D/H= 4 untuk mengetahui batasan jarak

pengamatan (D) melihat Piramida pertama yang memiliki tinggi 450 kaki =

137,16 meter, Piramida kedua yang memiliki tinggi 447,5 kaki = 136,4 meter, dan

Piramida ketiga yang memiliki tinggi 204 kaki = 62,18 meter.

Gambar 4.9 Ilustrasi jarak pandang manusia terhadap Piramida Giza

Berdasarkan hasil perhitungan, maka batasan jarak pengamatan (D) yang

ideal untuk melihat piramid pertama adalah 274,32 - 548,64 meter, piramid kedua

(46)

Gambar 4.10 Batasan jarak pengamatan Piramida Giza

Berdasarkan aplikasi Google Earth Pro, area yang diwarnai dengan warna

coklat merupakan area buffer, sedangkan lingkaran yang diwarnai dengan warna

kuning merupakan area pengamatan yang ideal berdasarkan jarak (D) radius

masing-masing piramida. Dapat dilihat area pengamatan ideal termasuk dalam

zona buffer yang dikonservasi sehingga Piramida Giza termasuk landmark yang

memberikan pandangan yang jelas berdasarkan persepsi ketinggian bangunan

yang diungkapkan Ashihara.

4.1.2 Menara Petronas

Menara Petronas termasuk bagian Kuala Lumpur City Centre yang

merupakan salah satu yang terbesar proyek pembangunan real estate di dunia.

Terdiri dari taman 50 hektar, yang akan mencakup sebuah danau, yang akan

diakses oleh publik, dan kompleks dari 20 atau bangunan sehingga sekitarnya

yang akan berisi ruang kantor, apartemen, kamar hotel, fasilitas rekreasi, restoran,

(47)

air dingin untuk pendinginan semua bangunan tersebut dalam iklim subtropis

(Henry Petroski, 2013: 322).

Menara Petronas merupakan cerminan ambisi dan aspirasi untuk

mewujudkan visi Malaysia sebagai negara industri yang berkembang pada tahun

2020 (Galal Abada, 2004: 1). Menara Petronas memiliki fasad majestik/ megah

bergaya modern dan avant-garde untuk mengambarkan Malaysia sebagai negara

berkembang yang bangga dengan warisan dan optimis tentang masa depan

(http://www.petronastwintowers.com.my/). Menara Petronas terletak di Golden

Triangle kota Malaysia, site yang merupakan pusat secara geografis dan simbolis

(Galal Abada, 2004: 3).

Gambar 4.11 Menara Petronas

(Sumber : Google Image dan Galal Abada, 2004)

Menara Petronas di Kuala Lumpur, Malaysia adalah sepasang menara

kembar yang pernah menjadi bangunan tertinggi di dunia pada tahun 1998-2004.

Memiliki luas tapak 218.000 m2, ketinggian 452 meter dengan 88 lantai (Galal

Abada, 2004: 5). Menara Petronas merupakan bangunan simetris, dimana sumbu

(48)

Gambar 4.12 Master plan Menara Petronas (Sumber : Galal Abada, 2004)

Keunikan Menara Petronas adalah terdapat sebuah skybridge yang

menyambung kedua Menara Petronas di lantai 41 dan 42, yang menjadikannya

jembatan dua lantai tertinggi di dunia. Jembatan ini terletak 170 meter dari

permukaan jalan dan panjangnya 58,4 meter (Galal Abada, 2004: 39).

Gambar 4.13 Skybridge pada Menara Petronas (Sumber : Google Image)

Bentuk fasad majestik/ megah terbentuk dari 83.500 meter persegi ekstrusi

stainless steel dan 33.000 panel curtain wall sistem cladding (Galal Abada, 2004:

10). Stainless steel akan bercahaya apabila diberi pencahayaan dibawahnya (Galal

(49)

Gambar 4.14 Eksterior Menara Petronas (Sumber : Google Image dan Galal Abada, 2004)

Menara Petronas memiliki budaya yang cukup kental pada denah dan

interior lobby Menara Petronas. Denah Menara Petronas yang terbentuk dari

geometris Islam sederhana dari dua kotak saling menciptakan bentuk bintang segi

delapan dengan semi lingkaran disudut bagian dalam segi. Bentuk ini

menggambarkan prinsip-prinsip Islam yaitu "kesatuan dalam kesatuan, harmoni,

stabilitas dan rasionalitas" (http://www.petronastwintowers.com.my/).

Gambar 4.15 Perkembangan desain denah dengan gabungan tema, Ilustrasi Cesar Pelli & Associates.

(Sumber : Wikipedia)

Pada interior, dinding lobby dilapisi dengan kayu Malaysia berwarna

(50)

Malaysia yang paling populer, digunakan di Pandan tenun dan Bertam

sawit-dinding anyaman (Galal Abada, 2004: 7).

Gambar 4.16 Interior Menara Petronas (Sumber : Galal Abada, 2004)

Menara Kembar Petronas dikenal sebagai bangunan cerdas, dibangun

dengan sistem transportasi vertikal, automatik kontrol dan sistem komunikasi,

pencahayaan yang baik, sistem kebakaran yang lengkap, dan keamanan bangunan,

dimana meminimalkan penggunaan energi (Galal Abada, 2004: 15).

Pengunjungan terbatas dengan 1.200 pengunjung/ hari untuk menikmati

pemandangan di skybridge, maka total sekitar 438.000 pengunjung/ tahun (Galal

Abada, 2004: 16).

(51)

Berdasarkan aplikasi Google Earth Pro, Luas area Taman Petronas

ditandai dengan blok warna merah. Memiliki 3 titik pengamatan yang cukup jauh

untuk melihat bangunan Menara Petronas yang ditandai dengan simbol A. Jarak

antara titik no.1 dengan A sekitar 568,31 meter, jarak antara titik no.2 dengan A

sekitar 715,68 meter, dan jarak antara titik no.3 dengan A sekitar 753,20 meter.

Menurut Ashihara (1982), untuk persepsi tingkat bangunan yang lebih

tinggi (di atas garis horizontal visi), maka sudut pandangan seseorang menjadi

40°. Untuk mengetahui jarak pengamatan (D) berdasarkan sudut dan ketinggian

bangunan, dapat menggunakan rumus matematika sederhana trigonometri.

Gambar 4.18 Rumus matematika sederhana Trigonometri (Sumber : Google Image)

Untuk bangunan yang memiliki ketinggian yang mencapai pengamatan

yang ideal, maka digunakan rumus Tan α = D/H untuk mengetahui batasan jarak

pengamatan (D) melihat sebuah Menara Petronas yang memiliki tinggi 452 meter.

(52)

Berdasarkan hasil perhitungan, maka jarak pengamatan (D) minimal untuk

melihat sebuah Menara Petronas adalah 538,74 meter. Dengan jarak antara titik

pengamatan no.1,2,dan 3 dengan Menara Petronas, dapat memberikan pandangan

yang jelas berdasarkan persepsi ketinggian bangunan yang diungkapkan Ashihara.

4.1.3 Menara Eiffel

Menara Eiffel, menara yang berumur 120 tahun, merupakan landmark dan

daya tarik wisata utama kota Paris, Perancis. Monumen klasik modern sebagai

sumber daya komunikasi, bangunan radio-televisi, selama perang dunia pertama.

Fungsi tersebut memberikan makna masa depan dan diperkuat dengan

penggunaan material besi dan kaca pada menara (Susan Sontag, 1986: 245).

Menara Eiffel ini berdiri di Champ de Mars, Taman publik sebesar 42 hektar,

merupakan salah satu distrik/ wilayah pusat di kota Paris.

(53)

Pada tahun 1887-1889, Menara Eiffel dibangun selama 795 hari sebagai

pintu masuk untuk Exposition Universelle, Pameran dunia yang merayakan

seabad Revolusi Perancis. Dengan ketinggian 324 meter, Menara Eifell

merupakan bangunan struktur tertinggi didunia sampai tahun 1929. Terdiri dari

18.038 bagian besi benam, dan menggunakan 2,5 juta paku keling (Hubert

Chanson, 2009).

Gambar 4.21 Struktur Menara Eiffel (Sumber : Wikipedia)

Struktur ini dibangun dengan keahlian insinyurnya, Alexandre Gustave

Eiffel, dengan menggunakan metode grafis untuk membangun menara yang

memiliki kekuatan untuk mendukung beban berat yang besar dan hasil observasi

yang dikumpulkan dari beberapa pengalaman dalam menghitung kekuatan

pergerakan angin (Patrick Weidman dan Iosif Pinelis, 2004).

Menurut buku The Barthes Reader (1986: 237), Menara Eiffel memiliki

kekuatan yaitu objek observasi bagi pengunjung, tempat untuk observasi (dapat

melihat kota Paris jika berada di dalam menara) dan menjadi objek observasi bagi

(54)

Universelle bertambah dari 5 juta (1855) menjadi lebih dari 50 juta (1900) seperti

yang dilaporkan oleh Simone dan Olmo (dalam T. Freytag, 2010: 52).

Menurut buku The Barthes Reader (1986: 236), menyatakan bahwa

menara Eiffel dapat dilihat di mana saja di Paris kecuali berada di restoran

menara.

Gambar 4.22 Batasan jarak pengamatan terhadap Menara Eifell

Berdasarkan aplikasi Google Earth Pro, Luas area Champ de mars (yang

diblok dengan warna merah) memiliki jarak terjauh 835,42 meter dari Menara

Eiffel (yang ditandai dengan garis warna kuning). Untuk mencapai pengamatan

yang ideal, maka digunakan rumus D/H= 2 dan D/H= 4 untuk mengetahui batasan

jarak pengamatan (D) melihat sebuah Menara Eifell dengan tinggi 324 meter.

(55)

Berdasarkan hasil perhitungan, maka batasan jarak pengamatan (D) yang

ideal untuk melihat sebuah Menara Eifell adalah 648-1.296 meter. Dengan jarak

terjauh 835,42 meter yang dimiliki Champ de mars, maka Menara Eiffel termasuk

landmark yang memberikan pandangan yang jelas berdasarkan persepsi

ketinggian bangunan yang diungkapkan Ashihara.

4.1.4 Patung Liberty

Patung Liberty merupakan simbol yang paling berharga bagi kebangsaan

Amerika. Dibentuk menjadi suatu unit sistem Taman Nasional saat proklamasi

oleh presiden Franklin D.Roosevelt pada tahun 1933 (United States of America,

1984).

(56)

Sejarah Patung Liberty dengan simbol untuk mencerahkan dunia dimulai

dengan latar belakang dari karir Edouard de Laboulaye, seorang penulis dan

profesor Perancis. Inspirasi sebuah patung muncul dari mimpinya untuk

persahabatan, perdamaian, dan kemajuan internasional. Asal-usul patung timbul

dari kolaborasi kreatif Laboulaye dengan temannya, Frédéric Auguste Bartholdi.

Laboulaye mengusulkan peringatan untuk menghormati kelahiran bangsa

Amerika dan persahabatan abadi antara Perancis dan Amerika pada tahun 1865.

Pada awal tahun 1871, salah satu masa sulit di kemakmuran Perancis, Laboulaye

menyarankan bahwa 5 tahun setelah seratus tahun kemerdekaan Amerika Serikat,

adalah waktu yang baik untuk menempatkan suatu kenangan dari simbol

persaudaraan, Patung Liberty (United States of America, 1984).

Patung Liberty merupakan monumen utama pada pulau Liberty. Pulau

Bedloe diganti dengan nama Pulau Liberty pada tahun 1956, sebuah pulau datar

dengan luas 5 hektar di teluk pelabuhan New York, dalam wilayah perairan New

Jersey. Sekitar 1 km dibagian utara Pulau Liberty terdapat pulau Ellis, pada tahun

1892-1954 berfungsi sebagai stasiun pendaratan bagi imigran berkunjung ke

Amerika Serikat. Pada tahun 1965 Presiden Lyndon B.Johnson menambahkan

pulau Ellis kedalam Monumen Nasional Patung Liberty. Pada tahun 1984, PBB

menunjukan Patung Liberty sebagai Situs Warisan Dunia. Pulau Liberty bisa

diakses oleh kapal feri dari kota Jersey dan Manhattan (United States of America,

(57)

Gambar 4.25 Peta teluk pelabuhan New York (Sumber : Tyler, 2000)

Gambar 4.26 Peta Pulau Liberty (Sumber : National Park Service)

Patung Liberty adalah keberhasilan seni dan insinyur akhir abad ke-19,

untuk mewujudkan cita-cita filosofis pencerahan. Pada saat pembuatan, patung

tersebut mempersonifikasikan semangat dan aspirasi, serta bakat teknik dan

(58)

abad persahabatan dan kerjasama Perancis-Amerika (United States of America,

1984).

Frederic Auguste Bartholdi, seorang pemahat dari Perancis, merancang

bentuk luar/ eksternal dari Patung Liberty. Untuk bagian dalam/ internal,

kerangka penahan dirancang oleh Gustave Eiffel. Bagian dasar dari Patung

Liberty dirancang oleh seorang arsitek Amerika, Richard Morris Hunt (United

States of America, 1984).

Patung Liberty merupakan suatu wujud berongga yang terdiri dari

lembaran tembaga yang ditempa dan diikat pada kerangka besi struktural. Patung

Liberty, dengan ketinggian 46 meter, terletak diatas alas granit (Pedestal) setinggi

27 meter dan FortWood. Dinding luar Pedestal terdiri dari 45 segmen granit dan

bagian dalam terdiri dari kolom besar yang terbuat dari beton. Fort Wood,

dibangun untuk melindungi pelabuhan NewYork pada tahun 1808-1811, alas yang

berbentuk bintang dengan 11 sisi memiliki ketinggian 19,8 meter. Maka total

ketinggian Patung Liberty dari dasar permukaan sampai ke puncak adalah 93

meter (United States of America, 1984).

Gambar 4.27 Pedestal dan Fort Wood

(Sumber : Google Image)

(59)

Elemen pada patung Liberty berasal dari sumber-sumber klasik,

Renaissance, dan kontemporer. Bartholdi mencari simbol yang akan menyatukan

semangat kedua negara dan memiliki daya tarik universal yang melampaui niat itu

(United States of America, 1984).

Gaya seni Yunani–Romawi yang terlihat pada jubah patung Liberty, Baju

tradisional Yunani-Romawi Pala dan Stolla, merupakan pakaian bebas yang

dikenakan saat Yunani kuno. Patung Liberty juga mengangkat obor kebebasan di

tangan kanan dan mengenggam sebuah tablet atau buku yang ditandai dengan

tanggal Romawi 4 Juli 1776, tanggal Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat,

dibagian lengan kirinya. Sesuai dengan “The Statue of Liberty Enlightening the

World”, obor patung Liberty dilambangkan dengan penerangan. Menerangi jalan

untuk kebebasan dan kemerdekaan (www.nps.gov).

Gambar 4.28 Obor dan tablet Patung Liberty (Sumber : Google Image)

Bartholdi menempatkan rantai yang rusak didekat kaki Patung Liberty,

serta tumit pada kaki kanan Liberty yang diangkat seakan berjalan, terlihat seakan

tertangkap pada pertengahan melangkah. Hal tersebut melambangkan kebebasan

(60)

Gambar 4.29 Kaki Patung Liberty (Sumber : Google Image)

Patung Liberty adalah upaya bersama antara Amerika dan Perancis. Telah

disepakati bahwa rakyat Amerika yang membangun alas, dinamai dengan

pedestal. Sedangkan rakyat Perancis bertanggung jawab pada Patung dan

perakitan (United States of America, 1984).

Patung Liberty selesai dibuat pada bulan Juli 1884, di Perancis. Patung

tersebut kemudian dibongkar dan dikirim ke Amerika Serikat. Pada bulan

Juni1885, Patung Liberty tiba di New York. Pemasangan kembali patung Liberty

membutuhkan waktu 4 bulan setelah pembangunan alas selesai. Pada tanggal 28

Oktober 1886 peresmian Patung Liberty berlangsung didepan ribuan penonton

(United States of America, 1984).

Patung Liberty terdapat zona buffer yang telah ditandai oleh UNESCO,

disekeliling Taman Liberty (ditandai dengan blok blok biru). Untuk gambaran

(61)

Gambar 4.30 Zona buffer pada Patung Liberty

(Sumber : whc.unesco.org)

Untuk mencapai pengamatan ideal yang diungkapkan Ashihara, maka

digunakan rumus D/H= 2 dan D/H= 4 untuk mengetahui batasan jarak

pengamatan (D) melihat Patung Liberty yang memiliki ketinggian 93 meter.

(62)

Berdasarkan hasil perhitungan, maka batasan jarak pengamatan (D) yang

ideal untuk melihat Patung Liberty adalah 186 – 372 meter.

Gambar 4.32 Batasan jarak pengamatan Patung Liberty

Berdasarkan aplikasi Google Earth Pro, area yang diwarnai dengan warna

kuning merupakan area pengamatan yang ideal berdasarkan jarak (D) dari hasil

perhitungan. Lingkungan sekitar Patung Liberty hanya meliputi taman terbuka

dan perairan pelabuhan New York, memberi efek kontras terhadap ketinggian

Patung Liberty untuk mendapatkan pandangan yang baik. Dari gambar diatas

maka dapat disimpulkan bahwa Patung Liberty dapat memberikan pandangan

(63)

4.1.5 Sydney Opera House

Sydney Opera House merupakan salah satu bangunan maha karya pada

zaman arsitektur lama, serta menjadi bangunan ikon pada tahun ke-20 (Utzon,

2002: 13). Sydney Opera House ini terletak di Bennelong Point, pelabuhan

Sydney (Utzon, 2006: 7). Posisi Sydney Opera House ditengah pelabuhan Sydney

memberikan kesan kebebasan pemandangan dari segala arah (Utzon, 2002: 63).

Sydney Opera House, dengan rancangan yang futuristik dan hightect

inovation merupakan suatu bentuk tantangan dalam bidang arsitektur yang

berhasil diwujudkan (Haryanto, 2005). Sydney Opera House dibangun

berdasarkan keinginan untuk menciptakan bangunan, sebagai rumah untuk

beraktifitas, yang berkaitan dengan kehidupan budaya untuk kota besar.

Keinginan ini berasal dari perdana menteri Cahill dalam menghasilkan pusat

kebudayaan yang menakjubkan bagi penduduk Sydney (Utzon, 2002: 62).

Sydney Opera House yang dirancang oleh Jorn utzon, merupakan

bangunan berharga kebanggaan dan kekaguman bagi masyarakat di Australia.

Banyak jutaan turis yang berdatangan pada gedung ini karena memiliki daya tarik

dalam bentuk bangunan, yaitu penggunakan Shell design pada atap bangunan

(Utzon, 2006: 13). Sistem shell bertulang berdasarkan geometri lengkung, dengan

diameter ± 75 meter. Seluruh bangunan meliputi 1,8 hektar dari total area 5,8

hektar. Ketinggian Shell mencapai 20 lantai bangunan. Sydney Opera house

memberi kesan harmonis antara bentuk atap gedung seperti kapal yang berlayar

dengan latar belakang lokasi yang mendukung, pelabuhan Sydney Sydney (Utzon,

(64)

Gambar 4.33 Sydney Opera House

(Sumber : Utzon, 2006)

Desain bangunan multifungsi dengan dua ruang kinerja. Rancangan hall

besar multi fungsi dengan kapasitas 3.000 orang, ditambah hall kecil dengan

kapasitas 1.200 orang (Utzon, 2006: 111). bangunan kompleks yang mempunyai

lebih dari 1000 kamar (Utzon, 2006: 14).

Gambar 4.34 Siteplan Sydney Opera House

(65)

Dibagian luar terdapat podium bertingkat yang berfungsi sebagai

pedestrian. Podium yang terbuat dari blok beton yang lebar mencapai 120 meter

dan panjang podium 183 meter (± 2,2 hektar). Podium Sydney Opera House

menyimbolkan aspek keagamaan pada site dengan konsep menuju altar megah

gereja. Konsep podium diambil dari kuil Mayan di Meksiko, melambangkan

kebangkitan cakrawala yang hilang (Utzon, 2006: 15).

Gambar 4.35 Kuil Mayan (kiri) dan Podium Sydney Opera House (kanan) (Sumber : Utzon, 2006)

Shell pada atap Sydney Opera House, dinding kaca, dan tata leta kruang

dirancang berdasarkan sistem geometris yang kuat. Tata letak terdiri dari

serangkaian bagian radial yang semua diarahkan keluar dari titik pusat diarea

panggung (Utzon, 2002: 75).

Gambar 4.36 Sistem geometris terhadap Sydney Opera House

Gambar

Tabel 3.1 Indikator-indikator yang diperlukan suatu landmark
Tabel 3.2 Sambungan
Gambar 3.1 Istana Maimun
Gambar 4.1 Piramida Giza
+7

Referensi

Dokumen terkait

b Tidak memiliki dana untuk ditempat lain.. Abdul Rahim Siregar : Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Deli Di Kelurahan Aur Medan

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “ Keberadaan Musik Melayu di Istana Maimun Sebagai Upaya Menambah Daya Tarik

objek wisata Istana Maimun adalah sebuah kawasan wisata seni dan budaya dengan. potensi yang sangat besar dengan sejarah tentang Istana Maimun,

Bab I penelitian yang dilakukan ini merupakan deksripsi mengenai pengelolaan cagar budaya khususnya kawasan segitiga emas kota Medan, yakni Istana Maimun, Masjid Raya Al-Mashun

Oleh karena itu, potensi bangunan bersejarah Istana Maimon dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap warisan budaya yang pada hakekatnya banyak mengandung nilai seni, budaya dan

potensi dari bangunan bersejarah Istana Maimon sebagai aset pariwisata di

Direkomendasikan agar penelitian dapat dilanjutkan terhadap arsitektur Istana Maimun dan Masjid Raya yang mengkhususkan pada elemen detil arsitektural maupun yang

Informan kedua mengatakan bahwa iya pernah berkunjung ke istana maimun beberapa, alasannya untuk melihat, berlibur dan sebelumnya ia juga mendapatkan tugas dari