• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arti Penting Industri Dalam Negeri Bagi Perekonomian

BAB III: KEBIJAKAN PEMERINTAH MELINDUNGI INDUSTR

A. Arti Penting Industri Dalam Negeri Bagi Perekonomian

Pada umumnya negara yang ekonominya maju dan kuat pasti memiliki industri yang tidak lemah. Pengalaman semua negara-negara yang sekarang dikenal sebagai negara-negara industri maju seperti Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Australia, Jerman, Jepang dan negara maju lainnya menunjukkan bahwa sumber utama kekuatan ekonomi adalah pembangunan industri yang maju baik di hulu maupun hilir. Industri tidak hanya penting karena memiliki kemampuan menghasilkan nilai tambah paling besar di antara sektor-sektor ekonomi, tetapi juga merupakan sumber utama perkembangan dan peralihan teknologi dan pengetahuan.

Strategi industrialisasi di Indonesia diawali dengan subtitusi impor dengan tembok proteksi yang tinggi dan sejak awal tahun 1980-an bergeser secara bertahap kepromosi ekspor yang didukung oleh sejumlah kebijakan reformasi ekonomi.

Strategi promosi ekspor ini diarahkan secara khusus kepada peningkatan ekspor non- migas, terutama produk-produk manufaktur.139

Sebelum era Orde Baru, ekonomi Indonesia berada pada periode stagnasi. Industri manufaktur relatif lambat berkembang di awal berjalannya Orde Baru. Salah satu faktor penghambat yang terpenting adalah devisa negara yang terbatas. Karena industri asli lokal masih sedikit, hampir semua jenis mesin dan alat-alat produksi serta beberapa bahan baku yang telah diproses untuk siap pakai harus diimpor dari negara luar. Hal ini menyebabkan pemerintah harus mengadakan pengawasan ketat atas impor, dan pembatasan ini merupakan kendala serius bagi Indonesia untuk membangun industri-industrinya. Namun pada tahun-tahun berikutnya pertumbuhan output industri mulai membesar dan pada akhir tahun 1983, output manufaktur tercatat sekitar 7,84 (tujuh koma delapan empat) miliar dollar AS. 140

Laju pertumbuhan output di industri manufaktur selalu lebih besar daripada pertumbuhan produksi di industri migas, yang membuat industri manufaktur mempunyai suatu pengaruh non-proporsional terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Oleh sebab itu, ekonomi Indonesia bisa bergerak mengurangi tingkat ketergantungannya pada migas dan bisa tumbuh pesat mekipun output di sektor pertanian tumbuh dengan laju per tahun yang rendah.141

      

139

Tulus Tambunan, Perkembangan Industri Nasional Sejak Orde Baru Hingga Pascakrisis,

(Jakarta: Universitas Trisakti, 2008), hlm. 26. 

140

Ibid., hlm. 34. 

141

Ada beberapa faktor yang memungkinkan pertumbuhan yang sangat pesat tersebut, yaitu:142

(1). Iklim ekonomi Indonesia telah mengalami perbaikan yang sangat berarti akibat kebijakan stabilitas, rekonstruksi dan rehabilitasi ekonomi yang langsung dilakukan oleh pemerintah Orde Baru pada akhir tahun 1960-an.

(2). Sejumlah tindakan konkrit dilakukan oleh pemerintah Orde Baru yang bertujuan memberikan peluang lebih besar bagi kekuatan pasar melalui upaya menghilangkan kontrol ketat pemerintah di zaman Orde Lama, seperti liberalisasi perdagangan internasional, khususnya melalui penghapusan berbagai pengawasan terhadap ekspor dan impor.

(3). Perlakuan khusus bagi BUMN-BUMN (seperti subsidi) dikurangi.

(4). Lahirnya undang-undang investasi yang menandakan mulainya era liberalisasi investasi di Indonesia, yaitu UU Penanaman Modal Asing (PMA) dan UU Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Undang-undang ini, selain memberikan peluang, juga menjadi landasan hukum yang kuat bagi para investor dalam dan luar negeri untuk menanamkan modal diberbagai kegiatan produktif, termasuk dalam sektor industri.

(5). Kondisi pasar dalam negeri yang kondusif tersebut menimbulkan permintaan yang sangat besar dan hal ini menjadi suatu perangsang bagi pertumbuhan industri di dalam negeri.

      

142

(6). Tersedianya devisa dalam jumlah yang banyak sesudah tahun 1998 akibat kenaikan yang cukup pesat dari ekspor minyak bumi dan mineral-mineral non- minyak dan kayu gelondongan, serta arus modal dari luar baik dalam bentuk bantuan luar negeri maupun PMA.

(7). Pola industrialisasi subtitusi impor yang dilakukan pemerintah Orde Baru, memungkinkan pertumbuhan produksi dalam negeri terutama untuk barang- barang jadi. 

Bagi dunia usaha, era globalisasi jelas membuka peluang baru, antara lain sebagai berikut:143

(1). Tersebarnya pasar yang berskala lebih luas dan terdiversifikasi untuk barang produk manufaktur (manufactured good) dan produk yang mempunyai nilai tambah tinggi (value added products).

(2). Terjadinya relokasi industri manufaktur dari negara industri maju ke negara berkembang dengan upah buruh yang lebih rendah. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari relokasi industri tersebut, siklus proses bahan baku menjadi barang jadi lebih pendek. Hal tersebut tidak hanya menurunkan harga per unit akan tetapi juga meningkatkan volume penjualan.

Dalam dunia yang sudah terbuka ini, hampir tidak ada lagi satu negarapun yang benar-benar mandiri, tapi satu sama lain saling membutuhkan dan saling mengisi. Kenyataan ini lebih meyakinkan akan bertambah pentingnya peranan perdagangan Internasional dalam masa mendatang demi kepentingan ekonomi

      

143

nasional kita sendiri. Politik ekonomi Internasional yang harus dijalankan haruslah berdasarkan landasan kepentingan ekonomi nasional dan bukan atas landasan lain.144

Pada umumnya, masyarakat Indonesia sudah memahami karakter perilaku perekonomian Indonesia yang sebagian besar diserahkan pada mekanisme pasar termasuk juga produk hukum ekonominya. Kondisi ini memang tidak mengherankan ketika desakan-desakan eksternal yang dibungkus dalam bingkai globalisasi atau liberalisasi perdagangan telah mencampakkan sektor ekonomi yg menyangkut kepentingan publik.145 Terutama dalam hal ini adalah UMKM tempat sebahagian besar rakyat menggantungkan kehidupannya.

UMKM merupakan bagian integral dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan146 yang sangat strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Mengingat peranannya dalam pembangunan, UMKM harus terus dikembangkan dengan semangat kekeluargaan, saling mengisi, saling memperkuat antara usaha yang kecil dan besar dalam rangka pemerataan serta mewujudkan kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi seluruh rakyat Indonesia.

      

144

Amir M.S, Ekspor Impor: Teori dan Penerapannya, (Jakarta: PPM, 2003), hlm. 3. 

145

FX. Joko Priyono, loc. cit. 

146

Peranan strategis UMKM dalam perekonomian Indonesia tampak dari: pertama, kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor; kedua, penyedia lapangan kerja yang terbesar; ketiga, pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat; keempat, pencipta pasar baru dan sumber inovasi; serta kelima, sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor. (Lihat dalam Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, “Peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam Pembangunan Ekonomi Nasional”, http://www.docstoc.com/docs/26284964/Peran-

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pemerintah dan masyarakat harus saling bekerjasama. Masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan, sedangkan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, melindungi serta menumbuhkan iklim usaha.

Latar belakang prinsip sistem perdagangan bebas dunia ini tidak terlepas dari suatu konsep yang disebut dengan keunggulan komparatif. Maksud keunggulan komparatif ini yaitu negara menjadi makmur melalui konsentrasi terhadap produk apa yang bisa diproduksi oleh negara tersebut dengan sebaik-baiknya. Untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya itu, maka produk tersebut harus dapat menembus bukan saja pasar dalam negeri tetapi juga pasar dunia. Namun semakin besar akses pasar yang tersedia, semakin besar pula potensinya dalam mencapai skala pengoperasiannya serta semakin besar pula akses yang tersedia ke konsumen. Dengan kata lain, kebijakan perdagangan bebas yang melancarkan arus barang, jasa dan produksi mau tidak mau harus mengandalkan produk yang mutu dan harganya bersaing.147

Sikap Indonesia terhadap perdagangan bebas internasional khususnya perdagangan bebas ACFTA sering mendua atau ambivalen. Artinya di satu pihak Indonesia takut bahwa pasar dalam negeri akan direbut oleh asing, akan tetapi di lain pihak juga disadari bahwa kalau tidak mengikuti mode FTA khusus China AFTA maka Indonesia akan jauh ketinggalan dari negara lain. Artinya, kalau antara

      

147

Huala Adolf dan A. Candrawulan, Masalah-Masalah Hukum dalam Perdagangan

Indonesia, Malaysia dan Thailand di satu pihak, dan Jepang di pihak lain ada FTA maka impor Jepang akan lebih dari kedua negara tersebut, dan dirugikan adalah potensi ekspor dari Indonesia ke Jepang.

Disinilah letak peran penting negara dalam rangka mensejahterakan kehidupan rakyat. Campur tangan negara tetap masih diperlukan terutama untuk melindungi sektor strategis dan bidang usaha mikro kecil dan menengah. Menurut penulis bahwa dalam kondisi dimana industri nasional terancam ambruk akibat pemberlakuan kesepakatan ACFTA, negara dapat mengambil kebijakan atau tindakan yang dibutuhkan tanpa mengabaikan mekanisme pasar.

Dokumen terkait