• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG POLITIK NEGERI

B. Kawasan Asia Timur

2. Arti Penting Kawasan Asia Timur

Kawasan Asia Pasifik merupakan kawasan yang mencakup negara- negara Asia Timur. Kawasan ini sangat luas dan mencakup negara Jepang, Korea Selatan, Korea Utara, Tiongkok, Taiwan, Hongkong, Mongolia, dan Macau. Paling sedikit negara 2 negara di kawasan ini yakni Taiwan dan Korea, menjadi rebutan saling pengaruh negara Amerika Serikat , sebagai pusat ketegangan, yang juga menjadi ancaman dan keamanan dunia, mengingat potensi kekuatan nuklir yang dimiliki Amerika Serikat yang terlibat konflik.

Dikawasan ini terdapat Laut China Selatan yang merupakan wilayah panas (hot spot), yang rawan konflik terbuka (bersenjata) setiap waktu, antara negara-negara di dalam dan luar kawasan perairan tersebut, apalagi

dengan meningkatnya kebutuhan atas energi dan sumber daya alam lainnya.

Di lihat dari letak geografis, kawasan Laut China Selatan merupakan kawasan jalur laut internasional yang bernilai politis, ekonomis, dan strategis. Kawasan Laut China Selatan dikelilingi oleh negara pantai, diantaranya Taiwan, Tiongkok, Thailand, Kamboja, Vietnam, Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, dan Brunei Darussalam serta memiliki potensi sumber daya alam yang besar dari kemakmuran negara yang dapat menguasai kawasan tersebut.

Potensi sumber daya alam dan jalur perdagangan laut internasional menjadi kawasan ini menjadi jalur tersibuk untuk dilalui oleh pedagang regional ataupun internasional. Hal ini, menjadi ancaman bagi negara regional di kawasan Laut China Selatan. Penguasaan jalur pelayaran di Laut China Selatan memiliki makna tersendiri bagi Tiongkok dan Amerika Serikat 23.

Munculnya Tiongkok sebagai negara hegemoni baru di kawasan Asia semakin mendorong Amerika Serikat terus mencari perhatian khususnya dari negara-negara di kawasan. Untuk meluaskan pengaruh Amerika Serikat atau Tiongkok di negara Laut China Selatan sangat potensial dijadikan sebagai pangkalan militer paling strategis Amerika Serikat.24

Dikawasan ini juga terdapat Selat Malaka, Selat Malaka Adalah perbatasan laut (sea borderlines) Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

23 Auslin, Michael, “Security in the Indo-Pacific Commons: Toward A Regional Security”, American Enterprise Institute, 2010

24 Ibid hal 11

Selat ini merupakan salah satu jalur pelayaran penting di dunia, dan satu dari sembilan selat dan terusan strategis di dunia. Selat yang membentang sekitar 800 km dan lebar 1,7 kilometer, setiap tahunnya diperkirakan dilintasi kurang lebih 70 ribu kapal atau kira-kira 150-200 kapal setiap harinya.

Sebagian di antaranya adalah kapal-kapal tangki raksasa yang berukuran 180.000 dwt ke atas, yang mengangkut lebih dari 40 persen barang-barang perdagangan negara di dunia, dengan volume perdagangan mencapai 19.245,7 juta ton per tahun dengan kenaikan rata-rata 4,3 persen per tahun. Itu belum termasuk petro product sebesar 15,2 juta barel per hari. Setengah dari minyak dunia diangkut melalui selat ini dengan jumlah sekitar 11 juta barel minyak perhari, utamanya dari Timur Tengah ke Jepang, Cina dan Korsel. Selat Malaka merupakan lintasan terdekat dari Lautan Hindia menuju Lautan Pasifik dan sebaliknya, sehingga telah menjadi urat nadi perekonomian dunia.

Selat Malaka sebenarnya merupakan alur pelayaran sempit, dangkal, berbelok-belok, dan ramai. Pada bagian di selat Singapura yang lebarnya hanya 1,7 km, hanya 1,3 km yang bisa dilalui, sementara di bagian selat Philip (Philip Channel) hanyalah kira-kira 800 meter lebar yang dapat dilayari. Arus laut pada selat Malaka dapat mencapai kecepatan 3 mil dengan perubahan kecepatan yang tidak teratur.

Seiring dengan meningkatnya perdagangan di kawasan Asia Timur

semakin menurun, terutama untuk melayani kapal-kapal berukuran besar VLCC. Dalam kondisi demikian, kecelakaan besar pun seringkali terjadi, karena kepadatan lalu-lintas dan keadaan fisik selat yang beberapa bagian tingkat kedangkalannya kurang dari 23 meter.

Kedangkalan ini sangat berbahaya bagi kapal-kapal raksasa yang sarat-bebannya lebih dari 19 meter. Tentu berbagai kecelakaan yang terjadi bukan saja merugikan pemilik kapal, namun juga menimbulkan masalah lingkungan, misalnya tumpahan minyak dari kapal yang karam.25

25 https://indoprogress.com/2016/06/internasionalisasi-selat-malaka/ di akses pada tanggal 01 desember 2017

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang penulis telah uraikan dalam setiap bab tentang Re-formulasi Kebijakan Politik Luar Negeri Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump Terhadap Asia Timur, maka penulis dapat menarik kesimpulan, sebagai berikut:

1. Amerika Serikat sebagai negara adidaya memprioritaskan kemakmuran masyarakatnya. Pada pemerintahan sebelumnya Amerika Serikat lebih menitikberatkan kebijakannya di Timur Tengah dan Eropa. Akan tetapi pada pemerintahan Donald Trump saat ini Amerika Serikat lebih berfokus kepada kerjasama dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik melalui kerjasama bilateral dengan negara-negara yang berada di kawasan Asia Timur.

2. Amerika Serikat meyakini bahwa kemajuan perekonomian di wilayah Asia Timur secara tidak langsung akan memberikan keuntungan tersendiri bagi Amerika Serikat. Hal ini dikarenakan Samudera Pasifik yang sebagian besar berbatasan langsung dengan negara-negara Asia Timur merupakan wilayah yang memberikan dampak perekonomian tersendiri bagi Amerika Serikat.

B. Saran-saran

1. Donal Trump harus mempertahankan kebijakan politik luar negerinya dan lebih terbuka pada kerjasama bilateral dengan negara-negara lain.

2. Sebagai negara yang menjadi tujuan kepentingan luar negeri Amerika Serikat, kawasan Asia Timur harus mementingkan kepentingan nasional negara-negara Asia Timur dari pengaruh kebijakan politik Luar Negeri Amerika Serikat.

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku

Clapham, Christopher, ed.,”Foreign Policy Making in Developing States, A Comparative Approac . Westmead, England:Saxon House, 1997

Calder, K. & Ye, Min. 2010. The Making of North East Asia. Stanford: Stanford University Press, Loc.cit

John ,Doch, 2004, “The United States in the Asia Pacific”, hal 18 in Michael K Connors, Remy Davidson, jorn Dosh (eds), The New Global Politics of the Asia-Pacific.

Christensen, Thomas J. 2003. “China, the US-Japan Alliance, and the Security Dilemma in East Asia” dalam G John Ikenberry & M Mastanduno (eds), International Relations Theory and the Asia Pacific. New York: Columbia University Press, hal 23

Waltz ,Kenneth N, “ Foreign Policy and Democtratic politics, the American and British Experince”, Boston & Tronton: Brown, Little, 1967.

Modelski, George, “A Theory Of Foreign Policy “. New York: Praeger, 1962.

Richard W, Mansbach, “The Global Puzzle, Issues and actors in world Politics”, Boston & New York: Houghton Mifflin. 2000

Wurfel ,David & Bruce Burton, “ Introduction: A Foregin Policy Framework For Southeast Asian States” in Timothy M. Shaw, ed., The Political Ekonomy Of Foregin Policy in Southeast Asia. London:Macmilllan, 1990, Hal 5 Holsti, KJ , “Internasional Poltics, A Framework For Analysis , 4th edition,

London: Prentice-Hall, 1983, Hal 144.

Joseph S. Nye, 1992, Understanding International Conflicts, USA: Harper Collins College Publisher, Hal. 40-41.

Theodore A. Couloumbis dan James H. Wolfe, 1982. Introduction to International Relations: Power and Justice, New Jersey: Prentice Hall, Hal. 85.

Aleksius Jemadu, 2014, Politik Global dalam Teori dan Praktik Edisi 2, Yogyakarta: Graha Ilmu, hal. 52

Mohtar Mas’oed, 1994, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi,

Jack C. Plano dan Roy Olton, 1990,Loc cit

P. Anthonius Sitepu, 2011, Studi Hubungan Internasional,Yogyakarta: Graha Ilmu, Hal. 165

De la Reza, German A. 2006. The Divide between New and Old Regionalisms:

An

AnalyticalFramework[online].http://www.ajlas.org/v2006/paper/2010vol23 no206.pdf. Diakses pada 30 Nov 2017

Fawcett, Louise. 2005. “Regionalism from an Historical Perspective” in Global Politics of Regionalism: The Theory and Practice, by Marry Farell, Bjorn Hettne, Luk Van Langenhove. London: Ploto Press.

Hettne, Bjorn dan Fredrik Soderbaum. 2008. “The Future of Regionalism: Old Divides, New Frontiers” in Regionalisation and Global Governance: the Taming of Globalisation?, oleh Andrew F. Cooper, Christopher W. Hughes dan Philippe De Lombaerde (eds). London: Routledge.

Hennida, Citra. 2015. Dinamika Kawasan. Diambil dari perkuliahan Dinamika Hubungan Internasional Kawasan, 2 September 2015. Surabaya:

Universitas Airlangga

Warleigh-Lack, Alex. 2008. “Studying Regionalisation Comparatively: a Conceptual Framework” in Regioalisation and Global Goverance: the Taming of Globalisation?, by Andrew F. Cooper, ChristopherW. Hughes and Philippe De Lombaerde (eds). London: Routledge

Pareanom A, dkk. 2005. Amerika Dan Dunia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesi Albertine Minderop, Paragmatise-Sikap Hidup Dan Prinsip Politik Luar Negeri

Amerika, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta : 2006

Jack E. Holmes, The Mood/Interest Theory of American Foreign Policy , University Press of Kentucky; Reprint edition (July 7, 2014)

Rosenau, James N, Gavin Boyd, Kenneth W. Thompson. 1976.World Politics: An Introduction.New York: The Free Pres, Hal 27

Dosch, John “The United States in the Asia Pacific” in Michael K Connors, Remy. 2004 Hal 24

Michael, Leifer,”The Balance Of Power in East Asia”,London. RUSI, 1986.

Dokumen terkait