• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow)

7.1.1. Arus Masuk (Inflow)

Inflow merupakan aliran kas masuk bagi suatu usaha atau pendapatan dari suatu usaha. Komponen inflow pada usaha budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng ini adalah penerimaan hasil penjualan buah jambu biji pada setiap tahunnya oleh para petani dan penerimaan lain berupa penjualan kayu jambu biji pada akhir usaha. Selain itu, nilai sisa juga dihitung sebagai penerimaan di akhir umur usaha.

Dalam kegiatan budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng, hasil produksi yang berupa buah jambu biji ini memiliki waktu-waktu panen tertentu. Panen jambu biji oleh para petani akan terjadi pada setiap empat bulan, kemudian akan terjadi masa non-panen selama sekitar dua bulan. Pada musim panen selama empat bulan tersebut, para petani dapat melakukan pemanenan dua kali dalam satu minggu. Sementara itu, pada masa non-panen jambu biji, pohon jambu biji masih akan tetap berbuah, namun dengan jumlah yang lebih sedikit dibandingkan musim panen.

Pada musim panen, para petani menghasilkan jambu biji dengan jumlah yang bervariasi, yang berkisar antara 50-1.000 kg. Dalam perhitungan ini,

83 digunakan nilai rata-rata hasil produksi para petani, sehingga jumlah produksi jambu biji yang digunakan adalah sebesar 223 kg pada setiap kali panen. Pada tahun 1, rata-rata hasil panen jambu biji adalah sebanyak 223 kg. Pada tahun 2, rata-rata hasil panen jambu biji adalah sebanyak 11.508,8 kg. Pada tahun 3 hingga tahun 6 yang merupakan kondisi optimal budidaya, rata-rata hasil panen jambu biji adalah sebanyak 16.444,8 kg per tahun. Pada tahun 7, rata-rata hasil panen jambu biji mengalami penurunan menjadi sebanyak 13.155,84 kg. Pada tahun 8, rata-rata hasil panen jambu biji adalah sebanyak 10.689,12 kg. Rincian mengenai hasil produksi setiap petani beserta rata-rata hasil produksi yang digunakan dalam analisis ini dan hasil produksi rata-rata per tahun dapat dilihat pada Lampiran 8.

Pada akhir umur usaha, kayu yang berasal dari batang jambu biji akan dijual oleh para petani ke beberapa pemborong yang akan dijadikan sebagai bahan kerajinan tangan. Harga jual untuk 30 pohon jambu biji adalah Rp 100.000,00. Karena dalam analisis ini terdapat 90 pohon jambu biji, maka pada akhir umur usaha, petani akan mendapatkan penerimaan dari penjualan kayu pohon ini sebesar Rp 300.000,00. Seluruh komponen inflow dalam analisis ini dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Komponen Inflow pada Analisis Finansial Usaha Budidaya Jambu Biji di Desa Babakan Sadeng (dalam Ribu Rupiah)

Uraian Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 Penjualan Buah Jambu Biji 446 23.018 32.890 32.890 32.890 32.890 26.312 21.378 Penerimaan Lain (Penjualan Kayu) 300 Nilai Sisa 34.647 TOTAL INFLOW 446 23.018 32.890 32.890 32.890 32.890 26.312 56.325 7

84 7.1.2. Arus Keluar (Outflow)

Outflow adalah aliran kas yang dikeluarkan oleh suatu usaha. Outflow berupa biaya-biaya yang dikeluarkan baik saat usaha tersebut sedang dibangun maupun saat usaha tersebut sedang berjalan. Outflow terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional.

1) Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pada awal pendirian usaha dengan umur ekonomis lebih dari satu tahun. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama usaha. Barang-barang investasi yang telah habis masa pakainya sebelum periode usaha berakhir, harus dibeli kembali atau mengalami reinvestasi.

Biaya investasi dalam penelitian ini terdiri dari beberapa komponen, yaitu: lahan, cangkul, golok, garpu, arit, gunting, plastik sebagai pembungkus buah jambu biji, dan bibit pohon jambu biji. Masing-masing komponen tersebut memiliki nilai umur ekonomis dalam kegiatan budidaya jambu biji ini. Umur ekonomis terbesar terdapat pada bibit jambu biji yaitu selama delapan tahun, dimana komponen ini merupakan komponen dengan umur ekonomis paling lama, sehingga digunakan sebagai dasar dari penentuan umur usaha budidaya jambu biji, yang menjadi dasar dari umur usaha dari perhitungan dalam analisis ini. Komponen investasi yang masih dapat digunakan pada akhir periode usaha atau umur teknisnya belum habis, maka komponen tersebut masih memiliki nilai sisa. Nilai sisa juga terdapat pada komponen investasi yang telah direinvestasi namun masih memiliki umur teknis di akhir periode usaha. Nilai sisa akan dihitung sebagai inflow di akhir periode usaha.

Rincian mengenai berbagai komponen investasi, biaya perolehannya, beserta umur ekonomis komponen-komponen investasi ini dapat diamati pada Tabel 14. Selain itu, juga dapat dilihat rincian mengenai nilai sisa dari masing-masing komponen biaya investasi diakhir umur usaha dan jadwal reinvestasi pada usaha budidaya jambu biji ini. Pada komponen biaya investasi yang memiliki umur teknis kurang dari delapan tahun, akan dilakukan reinvestasi.

85 Tabel 14. Rincian Biaya Investasi dalam Budidaya Jambu Biji di Desa Babakan

Sadeng yang Digunakan dalam Perhitungan

No. Ko m p o n en Biaya Satu a n Ju m lah Fisi k Harg a pe r Satu a n (Rp) Ju m lah Bia ya (Rp) Umur Ekonomis (Tahun) Ni la i P enyusuta n per Ta h u n (Rp) Nil a i Sis a di Akhi r Umur Proyek (Rp) Rei n ves tasi di ta h un ke - 1. Lahan m2 2.300 15.000 34.500.000 - 0 34.500.000 2. Cangkul Unit 2 60.000 120.000 5 24.000 48.000 6 3. Golok Unit 1 35.000 35.000 5 7.000 14.000 6 4. Garpu Unit 1 70.000 70.000 5 14.000 28.000 6 5. Arit Unit 1 35.000 35.000 5 7.000 14.000 6 6. Gunting Unit 1 40.000 40.000 5 8.000 16.000 6

7. Plastik Pak 10 8.000 80.000 3 26.667 26.667 4 dan 7

8. Bibit

Pohon Unit 90 20.000 1.800.000 8 0 0

TOTAL 36.680.000 86.667 34.646.667

2) Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan selama usaha berjalan dimana biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak ditentukan oleh banyaknya output. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya ditentukan oleh banyaknya ouput, semakin banyak ouput maka akan semakin banyak biaya yang dikeluarkan.

a) Biaya Tetap

Biaya tetap dalam usaha budidaya jambu biji ini terdiri dari dua komponen, yaitu biaya gaji petani pemilik dan biaya tenaga kerja. Pada lahan seluas 2.300 ha, gaji petani pemilik diperkirakan adalah sekitar Rp 350.000,00 per bulan, sehingga dalam setahun jumlah biaya gaji petani pemilik ini adalah sebesar Rp 4.200.000,00.

Dalam usaha budidaya jambu biji ini, tenaga kerja dibagi menjadi tenaga kerja variabel dan tenaga kerja tetap. Tenaga kerja tetap merupakan tenaga kerja luar keluarga yang dibayar oleh para petani untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak mempengaruhi output budidaya jambu biji. Tenaga kerja tetap ini bukan merupakan tenaga kerja harian yang dibayar tetap, namun merupakan tenaga kerja yang dibayar tetap pada setiap hari kerja dimana mereka dibutuhkan oleh petani. Setiap hari kerja, tenaga kerja laki-laki dibayar Rp 25.000,00 dan tenaga kerja perempuan dibayar Rp 12.500,00.

86 Tenaga kerja tetap ini dibagi menjadi tenaga kerja tetap tahun pertama dan tenaga kerja tetap tahun 2-8. Pada tahun pertama, tenaga kerja tetap ini dibayar petani untuk melakukan kegiatan persiapan lahan dan penanaman, yang mencakup kegiatan: pencangkulan, penggemburan tanah, pemupukan, penanaman bibit jambu biji, dan pemeliharaan tanaman jambu biji. Sementara itu, pada tahun ke-2 hingga ke-8, tenaga kerja tetap ini dibayar untuk kegiatan: pemeliharaan (menyiangi rumput), pemupukan, pemberian obat, dan berbagai kegiatan perawatan lainnya. Rincian dari biaya tetap dalam analisis usaha ini dapat dilihat pada Tabel 15. Sementara itu, rincian mengenai penggunaan tenaga kerja variabel dan tenaga kerja tetap dari setiap petani responden dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5.

Tabel 15. Rincian Biaya Tetap dalam Budidaya Jambu Biji di Desa Babak Sadeng (dalam Ribu Rupiah)

No. Biaya Tetap Harga Satuan Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 1. Gaji Petani Pemilik 4.200 4.200 4.200 4.200 4.200 4.200 4.200 4.200 4.200 2. Tenaga Kerja Luar Keluarga: a. Laki-laki 25 2.650 250 250 250 250 250 250 250 b. Perempuan 12,5 37,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 Total 6.887,5 4.462,5 4.462,5 4.462,5 4.462,5 4.462,5 4.462,5 4.462,5 b) Biaya Variabel

Biaya variabel dalam usaha budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng terdiri dari beberapa komponen, yaitu:

i) Pupuk

Dalam usaha budidaya jambu biji ini, para petani menggunakan beberapa jenis pupuk, yang memiliki manfaat masing-masing, seperti yang telah dijelaskan pada aspek teknis (Tabel 12). Dalam perhitungan ini, hanya digunakan jenis pupuk kandang, NPK, urea, dan KCl, karena jenis-jenis pupuk tersebut merupakan jenis-jenis pupuk yang paling banyan digunakan oleh para petani. Sementara itu, pupuk yang lainnya memiliki fungsi yang hampir sama dengan jenis pupuk yang digunakan dalam perhitungan, sehingga dapat disetarakan dan dianggap sebagai pengganti.

87 Rincian mengenai jenis pupuk, harga pembelian, dan keterangan lainnya yang digunakan dalam perhitungan dapat diamati pada Lampiran 10. ii) Obat

Terdapat beberapa jenis obat yang digunakan oleh para petani dalam kegiatan budidayanya, untuk meningkatkan fungsi tanaman dan menjaga dari serangan berbagai hama dan penyakit, seperti yang telah diuraikan pada aspek teknis (Tabel 13). Dalam analisis ini, jenis-jenis obat yang digunakan dalam perhitungan dibatasi pada jenis-jenis obat: PPC Organik, KNO (pestisida), Gandasil-B, Gandasil-D, Dosdet, Curakon, dan Dushban. Hal ini dikarenakan jenis-jenis obat tersebut tidak seluruhnya digunakan oleh para petani, dan terdapat beberapa jenis obat yang memiliki fungsi yang sama, dimana petani yang satu dapat menggunakan jenis obat A sementara petani yang lain menggunakan jenis obat B.

Oleh karenanya, dalam perhitungan ini hanya digunakan beberapa jenis obat yang dapat mewakili jenis obat yang lainnya karena memiliki fungsi yang sama dan merupakan jenis-jenis obat yang paling banyak digunakan oleh para petani. Rincian mengenai jenis-jenis obat, harga pembeliannya, beserta berbagai keterangan lainnya yang digunakan dalam perhitungan dapat diamati pada Lampiran 11.

iii) Tenaga Kerja

Dalam kegiatan budidaya jambu biji ini, tenaga kerja variabel merupakan tenaga kerja yang melakukan kegiatan yang saling berpengaruh terhadap output. Hal ini dikarenakan para petani hanya menggunakan jasa para tenaga kerja pada waktu tertentu saja, yaitu pada kegiatan pemanenan buah jambu biji. Jika hasil panen jambu biji banyak, maka jumlah hari kerja para tenaga kerja akan bertambah, karena panen akan semakin sering dilakukan. Jika hasil panen sedikit, maka jumlah hari kerja para tenaga kerja akan berkurang, bahkan tenaga kerja variabel ini akan tidak dipergunakan oleh petani, karena petani dapat melakukan kegiatan pemanenan sendiri. Rincian mengenai seluruh biaya variabel dari kegiatan usaha budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng dapat dilihat pada Tabel 16.

88 Tabel 16. Rincian Penggunaan Biaya Variabel dalam Budidaya Jambu Biji di

Desa Babak Sadeng

Biaya Variabel Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 1. Pupuk: a. Pupuk Kandang 4.200.000 2.500.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 b. Pupuk NPK 270.000 67.500 67.500 67.500 67.500 67.500 67.500 67.500 c. Pupuk Urea 225.000 56.250 56.250 56.250 56.250 56.250 56.250 56.250 d. Pupuk KCl 1.170.000 292.500 292.500 292.500 292.500 292.500 292.500 292.500 2. Obat: a. PPC Organik 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 b. KNO (Pestisida) 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 c. Gandasil-B 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 d. Gandasil-D 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 e. Dosdet 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 f. Curakon 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 g. Dushban 28.000 28.000 28.000 28.000 28.000 28.000 28.000 28.000 3. T. K. Luar Keluarga: a. Laki-laki 0 1.200.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 1.800.000 1.450.000 b. Wanita 0 18.750 37.500 37.500 37.500 37.500 37.500 37.500 Total Biaya Variabel 5.989.000 4.259.000 4.777.750 4.777.750 4.777.750 4.777.750 4.177.750 3.827.750

Dokumen terkait