• Tidak ada hasil yang ditemukan

⓸ ASAM NUKLEAT

Dalam dokumen UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta (Halaman 56-87)

sam nukleat adalah makromolekul biokimia yang kompleks, berbobot molekul tinggi, dan tersusun atas rantai nukleotida yang mengandung informasi genetik. Asam nukleat yang paling umum adalah Asam deoksiribonukleat (DNA) dan Asam ribonukleat (RNA). Asam nukleat ditemukan pada semua sel hidup termasuk biota perairan serta pada virus yang bertugas untuk menyimpan dan mentransfer genetik, kemudian menerjemahkan informasi ini secara tepat untuk mensintesis protein yang khas bagi masing-masing sel. Sesungguhnya, DNA dan RNA berupa anion dan pada umumnya terikat oleh protein yang mempunyai sifat basa, senyawa gabungan ini disebut dengan nukleoprotein.

Makromolekul ini mempunyai susunan yang sangat unik, yaitu berupa polimer yang tersusun atas monomer yang disebut

nukleotida. Tiap nukleotida terdiri atas nukleosida dan asam

fosfat. Nukleosida terdiri atas gula pentosa (ribose atau deoksiribosa) dan basa nitrogen heterosiklik, yaitu turunan purina (adenine dan guanine) dan turunan pirimidina (sitosin, urasil, dan timin). Struktur kimianya adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1. Komponen Asam Nukleat

Keterangan:

• Ikatan gula ribosa dengan basa nitrogen (pada atom karbon nomor 1).

• Ikatan gula ribosa dengan gugus fosfat (pada atom karbon nomor 5).

• Gugus hidroksil pada atom karbon nomor 2

Di antara ketiga komponen monomer asam nukleat tersebut di atas, hanya basa N-lah yang memungkinkan terjadinya variasi. Pada kenyataannya memang urutan (sekuens) basa N pada suatu molekul asam nukleat merupakan penentu bagi spesifisitasnya. Dengan perkataan lain, identifikasi asam nukleat dilakukan berdasarkan atas urutan basa N-nya sehingga secara skema kita bisa menggambarkan suatu molekul asam nukleat hanya dengan menuliskan urutan basanya saja

Mengapa bahasan tentang asam nukleat diletakan pada bab sesudah bahasan protein, dikarenakan bahasan asam nukleat erat hubungannya dengan protein. Halmana, molekul asam nukleat merupakan suatu polimer seperti protein tetapi monomernya bukan asam amino melainkan nukleotida. Dengan demikian memudahkan para mahasiswa untuk memahami tentang nukleotida.

Sejarah mencatat bahwa Friedrich Miescher adalah seorang ahli bangsa Swiss yang pertama kali temukan asam nukleat, yaitu pada tahun 1869 di Tubingen, Jerman. Dimana dia berhasil mengisolasi suatu zat yang saat itu belum diketahui dari nukleus sel nanah (sel darah putih), yang kemudian disebut sebagai nuklein. Kemudian di tahun 1879, Albrecht Kossel berhasil temukan asam nukleat, ternyata tersusun oleh suatu gugus gula, gugus fosfat, dan gugus basa.

Namun, riset terhadap peranan DNA di dalam sel baru dimulai pada awal abad 20, bersamaan dengan ditemukannya postulat genetika Mendel. DNA dan protein dianggap dua molekul yang paling memungkinkan sebagai pembawa sifat genetis berdasarkan teori tersebut.

Misteri yang belum terpecahkan ketika itu adalah: "bagaimanakah struktur DNA sehingga ia mampu bertugas

sebagai pembawa genetik". Persoalan ini dijawab oleh Francis

Crick dan koleganya James Watson berdasarkan hasil difraksi sinar X pada DNA oleh Maurice Wilkins dan Rosalind Franklin.

Pada tahun 1953, James Watson dan Francis Crick mendefinisikan DNA sebagai polimer yang terdiri dari 4 basa dari asam nukleat, dua dari kelompok purin : adenin dan guanin; dan dua lainnya dari kelompok pirimidin: sitosin dan timin. Keempat nukleobasa tersebut terhubung dengan glukosa fosfat.

Maurice Wilkins dan Rosalind Franklin menemukan bahwa molekul DNA berbentuk heliks yang berputar setiap 3,4 nm, sedangkan jarak antar molekul nukleobasa adalah 0,34 nm, hingga dapat ditentukan bahwa terdapat 10 molekul nukleobasa

pada setiap putaran DNA. Setelah diketahui bahwa diameter heliks DNA sekitar 2 nm, baru diketahui bahwa DNA terdiri bukan dari 1 rantai, melainkan 2 rantai heliks.

Crick, Watson, dan Wilkins mendapatkan hadiah Nobel Kedokteran pada 1962 atas penemuan ini. Tetapi Franklin, karena sudah wafat pada waktu itu, tidak dapat dianugerahi hadiah ini (Groves, 2006)

Konfirmasi akhir mekanisme replikasi DNA dilakukan lewat percobaan Meselson-Stahl yang dilakukan tahun 1958.

Dalam bidang perikanan dan kelautan pengetahuan asam nukleat sangat penting diajarkan kepada mahasiswa, karena berhubungan dengan pengembangan industri akuakultur. Esensinya, pemulihan biota perairan yang bersifat komersial, baik kepentingan konsumsi maupun ikan hias (kebutuhan rekreasi/hobby) diperlukan pengetahuan genetika. Dengan demikian teori dasar tentang DNA dan RNA perlu dipahami oleh anak didik.

Mengapa? dikatakan sebagai asam nukleat karena keberadaan umumnya di dalam inti (nukleus) sel. Asam nukleat berupa polimer nukleotida terdiri dari Deoxyribose Nucleic Acid (DNA) dan Ribose Nucleic Acid (RNA). Satu nukleotida terdiri dari 1 basa nitrogen (N), 1 gula pentosa dan 1 asam monofosfat. Basa nitrogen terdiri dari purin (adenin/A dan guanin/G), pirimidin (sitosin/C, timin/T dan urasil/U). Gula pentosa pada DNA adalah deoksiribosa sedangkan pada RNA adalah ribosa. Dengan demikian asam nukleat merupakan biopolimer, dan monomer penyusunnya adalah nukleotida.

Asam deoksiribonukleat, lebih dikenal dengan singkatan DNA (deoxyribonucleic acid), adalah sejenis biomolekul yang menyimpan dan menyandi instruksi-instruksi genetika setiap organisme dan banyak jenis virus. Instruksi-instruksi genetika ini berperan penting dalam pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi organisme dan virus. DNA merupakan asam nukleat; bersamaan dengan protein dan karbohidrat, asam nukleat adalah makromolekul esensial bagi seluruh makhluk hidup termasuk biota/flora-fauna perairan.

Kebanyakan molekul DNA terdiri dari dua untai biopolimer yang berpilin satu sama lainnya membentuk heliks ganda (double helix). Dua untai DNA ini dikenal sebagai ‘polinukleotida’ karena keduanya terdiri dari satuan-satuan molekul yang disebut nukleotida. Tiap-tiap nukleotida terdiri atas salah satu jenis basa nitrogen (guanina (G), adenina (A), timina

(T), atau sitosina (C)), gula monosakarida yang disebut deoksiribosa, dan gugus fosfat. Nukleotida-nukelotida ini kemudian tersambung dalam satu rantai ikatan kovalen antara gula satu nukleotida dengan fosfat nukelotida lainnya. Hasilnya adalah rantai punggung gula-fosfat yang berselang-seling. Menurut kaidah pasangan basa (A dengan T dan C dengan G), ikatan hidrogen mengikat basa-basa dari kedua untai polinukleotida membentuk DNA untai ganda (lihat gambar 4.1)

Hakekatnya, kedua rantai berkomplemen pada basa dengan ikatan hidrogen yaitu: A dengan T dan C dengan G. Ikatan antar nukleotida pada gugus fosfat 5' nukleotida yang satu direduksi oleh gugus OH 3' dari nukleotida yang berdekatan membentuk ikatan fosfodiester. Bentuk molekul DNA adalah sebagai berikut.

Gambar 4.2. Struktur Dasar Asam Nukleat

(Intinya: asam nukleat terdiri dari gula dan fosfat sebagai tulang punggung dan basa nitrogen)

Struktur tiga dimensi DNA normal disebut struktur B yaitu: basa N ujung 5' untai polinukleotida yang satu berkomplemen dengan basa N ujung 3' dari polinukleotida pasangannya dan kedua untai polinukleotida membentuk struktur heliks-belitan searah jarum jam secara teratur mengelilingi sumbu tengah dengan jari-jari (R) sebesar 10 angstrom (10 Å, dimana 1 Å= 0,001µ). Satu putaran penuh (360 derajat) dibentuk oleh 10 nukleotida, jarak satu putaran adalah 34 Å, jarak antar nukleotida 34/10 = 3.4 Å, sudut putaran adalah 10 Å. Struktur yang tidak lazim (abnormal) adalah pengulangan GC, membentuk putaran berlawan arah jarum jam (putar kiri) membentuk struktur Z (zig-zag).

Kalau menarik benang merahnya, molekul DNA, merupakan sebuah polimer yang terdiri dari satuan-satuan

berulang yang disebut nukleotida (Butler, 2001). Tiap-tiap nukleotida terdiri dari tiga komponen utama, yakni gugus fosfat, gula deoksiribosa, dan basa nitrogen (nukleobasa). Pada DNA, nukleobasa yang ditemukan adalah Adenin (A), Guanin (G), Sitosin (C) dan Timin (T). Nukleobasa yang terhubung dengan sebuah gugus gula disebut sebagai nukleosida, dan nukleosida yang terhubung dengan satu atau lebih gugus fosfat disebut sebagai nukleotida. Polimer yang terdiri dari nukleotida yang saling terhubung menjadi satu rantai disebut sebagai polinukleotida. Sehingga DNA termasuk pula ke dalam polinukleotida. Berikut ini disajikan struktur kimianya.

Gambar 4.3. Struktur DNA

Baik benda mati maupun makhluk hidup tersusun atas unit fundamental yang sama yaitu atom yang terdiri dari proton, elektron dan neutron. Dari atom inilah akan terbentuk molekul yang lebih besar yang menyusun benda mati dan makhluk hidup tsb. Pada tingkat makromolekul dari kehidupan terdapat perbedaan antara yang hidup dengan yang mati. DNA membawa rahasia hidup, DNA adalah molekul kehidupan. Sandi yang dibawa DNA merupakan rumusan bagi sejumlah protein yang memiliki fungsi struktural seperti purin maupun regulator seperti enzim. Enzim berfungsi mengkatalisis reaksi biokimia, sebagaimana dalam uraian di bab dua diatas. Enzim mengatur laju kecepatan reaksi sehingga hidup ini terus berlanjut. Suatu pemahaman sederhana alur informasi dari DNA ke mRNA ke protein adalah konsep yang disebut ‘central dogma’ {yaitu dari DNA ke RNA (transkripsi) kemudian ke protein (translasi)}. Sel berasal dari sel yang telah ada sebelumnya karena adanya salah satu ciri hidup yaitu reproduksi. Induk/orang tua akan

mewariskan DNA kepada turunannya agar keturunan itu sama seperti induknya. Proses ini dapat berlangsung secara aseksual dari satu sel membelah menjadi dua atau seksual yaitu gabungan antara dua sel induk atau orang tua.

Prinsip dasar, di setiap gugus gula, terikat salah satu dari empat jenis nukleobasa. Urutan-urutan empat nukleobasa di sepanjang rantai punggung DNA inilah yang menyimpan kode informasi biologis. Melalui proses biokimia yang disebut transkripsi, untiai DNA digunakan sebagai templat untuk membuat untai RNA. Untai RNA ini kemudian ditranslasikan untuk menentukan urutan asam amino protein yang dibangun.

Asam ribonukleat (RNA) adalah salah satu polimer yang terdiri atas molekul-molekul ribonukleotida. Samahalnya dengan DNA, asam ribonukleat ini terbentuk oleh adanya ikatan antara atom C nomor 3 dengan atom C nomor 5 pada molekul ribosa dengan perantaraan gugus fosfat. Dibawah ini disajikan gambar struktur kimia molekul RNA :

Gambar 4.4. Struktur Kimia RNA

Sesungguhnya rantai punggung DNA resisten terhadap pembelahan kimia, dan kedua-dua ranti dalam struktur untai ganda DNA menyimpan informasi biologis yang sama. Karenanya, informasi biologis ini akan direplikasi ketika dua untai DNA dipisahkan. Sebagian besar DNA (lebih dari 98% pada manusia) bersifat ‘non-kode’, yang berarti bagian ini tidak berfungsi menyandikan protein (Ghosh and Bansal, 2003)

Replikasi merupakan proses pelipatgandaan DNA. Proses replikasi ini diperlukan ketika sel akan membelah diri. Pada setiap sel, kecuali sel gamet, pembelahan diri harus disertai dengan

replikasi DNA supaya semua sel turunan memiliki informasi genetik yang sama.

Pada dasarnya, proses replikasi memanfaatkan fakta bahwa DNA terdiri dari dua rantai dan rantai yang satu merupakan "konjugat" dari rantai pasangannya. Dengan kata lain, dengan mengetahui susunan satu rantai, maka susunan rantai pasangan dapat dengan mudah dibentuk.

Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan bagaimana proses replikasi DNA ini terjadi. Salah satu teori yang paling populer menyatakan bahwa pada masing-masing DNA baru yang diperoleh pada akhir proses replikasi; satu rantai tunggal merupakan rantai DNA dari rantai DNA sebelumnya, sedangkan rantai pasangannya merupakan rantai yang baru disintesis. Rantai tunggal yang diperoleh dari DNA sebelumnya tersebut bertindak sebagai "cetakan" untuk membuat rantai pasangannya (Glick and Pasternak, 2003)

Proses replikasi memerlukan protein atau enzim pembantu; salah satu yang terpenting dikenal dengan nama DNA polimerase, yang merupakan enzim pembantu pembentukan rantai DNA baru yang merupakan suatu polimer. Proses replikasi diawali dengan pembukaan untaian ganda DNA pada titik-titik tertentu di sepanjang rantai DNA. Proses pembukaan rantai DNA ini dibantu oleh enzim helikase yang dapat mengenali titik-titik tersebut, dan enzim girase yang mampu membuka pilinan rantai DNA.

Setelah cukup ruang terbentuk akibat pembukaan untaian ganda ini, DNA polimerase masuk dan mengikat diri pada kedua rantai DNA yang sudah terbuka secara lokal tersebut. Proses pembukaan rantai ganda tersebut berlangsung disertai dengan pergeseran DNA polimerase mengikuti arah membukanya rantai ganda. Monomer DNA ditambahkan di kedua sisi rantai yang membuka setiap kali DNA polimerase bergeser. Hal ini berlanjut sampai seluruh rantai telah benar-benar terpisah.

Proses replikasi DNA ini merupakan proses yang rumit namun teliti. Proses sintesis rantai DNA baru memiliki suatu mekanisme yang mencegah terjadinya kesalahan pemasukan monomer yang dapat berakibat fatal. Karena mekanisme inilah kemungkinan terjadinya kesalahan sintesis amatlah kecil.

Esensi, sel DNA tersusun dalam kromosom. Semasa pembelahan sel, kromosom-kromosom ini diduplikasi dalam proses yang disebut replikasi DNA. Organisme eukariotik (hewan, tumbuhan, fungi, dan protista) menyimpan kebanyakan

DNA-nya dalam inti sel dan sebagian kecil sisanya dalam organel seperti mitokondria ataupun kloroplas (Russell, 2001). Sebaliknya

organisme prokariotik (bakteri dan arkaea) menyimpan

DNA-nya haDNA-nya dalam sitoplasma. Dalam kromosom, protein kromatin seperti histon berperan dalam penyusunan DNA menjadi struktur kompak. Struktur kompak inilah yang kemudian berinteraksi antara DNA dengan protein lainnya, sehingga membantu kontrol bagian-bagian DNA mana sajakah yang dapat ditranskripsikan.

Didasarkan uraian diatas ternyata asam nukleat memiliki peran sebagai berikut:

⓵ DNA mengandung gen, informasi yang mengatur sintesis protein dan RNA.

⓶ DNA mengandung bagian-bagian yang menentukan pengaturan ekspresi gen (promoter, operator, dan lain lain.)

⓷ Ribosomal RNA (rRNA) merupakan komponen dari ribosom, mesin biologis pembuat protein ⓸ Messenger RNAs (mRNA) merupakan bahan

pembawa informasi genetik dari gen ke ribosom ⓹ Transfer RNAs (tRNAs) merupakan bahan yang

menterjemahkan informasi dalam mRNA menjadi urutan asam amino

⓺ RNAs memiliki fungsi-fungsi yang lain, di antaranya fungsi-fungsi katalis

HORMON

istem endokrin terdiri dari sekelompok organ yang mensekresi messenger kimiawi khas disebut ‘hormon’ yang peranan kolektifnya adalah mengatur fungsi biologi internal organisme.

Hormon lebih dikenal umum sebagai “triger” pada rangsangan untuk percepatan genetika dan pertumbuhan sel. Dalam bahasa Yunani disebut ‘hormaein’ atau terjemahan bebasnya adalah "menggiatkan atau yang menggerakkan". pertama kali digunakan pada tahun 1905 oleh Ernest Starling untuk menjelaskan aksi fisiologi dari sekretin, suatu messenger kimiawi, yang jika dilepaskan dari duodenum, selanjutnya merangsang sekresi suatu cairan kaya-bikarbonat dari pancreas.

Peranan perangsangan dari sekretin diteliti secara intensif oleh Starling dan saudara iparnya, William Bayliss. Temuan baru yang dibuat oleh dua ahli fisiologi terkemuka ini adalah bahwa perangsangan utama dari pancreas ini diperantarai oleh suatu messenger kimiawi yang dibawa oleh darah. Sebelum adanya penelitian ini, hanya diketahui adanya perangsangan saraf terhadap sekresi glandular. Dari penelitian itu, yang dilakukan selama dekade pertama dari abad itu, Bayliss dan Starling mendefinisikan suatu hormon sebagai suatu transmiter kimiawi yang dihasilkan dan dilepaskan oleh suatu organ, kemudian diangkut oleh darah untuk bekerja pada organ lain (Wiliams, 1985).

Istilah organ, seperti digunakan dalam uraian ini, didefinisikan sebagai suatu bagian tubuh dengan spesialisasi untuk fungsi tertentu. Walaupun tidak dinyatakan secara spesifik, namun klasifikasi ini mengakui bahwa suatu hormon dapat bertindak pada lebih dari satu jaringan responsif (target), contohnya, hormon pertumbuhan. Definisi klasik ini berlaku untuk sebagian besar hormon tetapi tidak mencakup semua secara ketat; sejumlah jaringan hormon, contohnya prostaglandin, diduga dihasilkan o:eh satu jenis sel dalam suatu jaringan dan bertindak pada jenis sel lain di dalam jaringan yang sama.

Dengan demikian hormon adalah pembawa pesan kimiawi antar sel atau antar kelompok sel. Semua organisme multiselular, termasuk tumbuhan mampu memproduksi hormon. Kalau pada tumbuhan ada zat pengatur tumbuh yang sering disebut hormon endogen atau ‘fitohormon’. Esensinya, hormon dapat bersifat merangsang atau menghambat, dan juga mengubah proses-proses fisiologis.

Hakekatnya, hormon beredar di dalam sirkulasi darah di tubuh hewan, dan pada tumbuhan di fluida sel untuk mencari sel target. Ketika hormon menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptor tertentu pada permukaan sel tersebut dan mengirimkan sinyal. Reseptor protein akan menerima sinyal tersebut dan bereaksi baik dengan mempengaruhi ekspresi genetik sel atau mengubah aktivitas protein selular (Li, 1987) termasuk di antaranya adalah perangsangan atau penghambatan pertumbuhan serta apoptosis (kematian sel terprogram), pengaktifan atau penonaktifan sistem kekebalan, pengaturan metabolisme dan persiapan aktivitas baru (misalnya renang, kawin, dan sebagainya), atau fase kehidupan (misalnya pubertas dan menopause). Pada banyak kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan hormon lainnya. Hormon juga mengatur siklus reproduksi pada hampir semua organisme multiselular serta mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup.

Riset tentang kerja hormon pada flora dan fauna perairan sangat kurang sehingga dalam buku ajar ini contoh-contoh mekanisme kerja hormon diambil dari pelbagai publikasi menyangkut mamalia dan tumbuhan didarat.

Hakekatnya pada hewan, hormon yang paling dikenal adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar endokrin. Walaupun demikian, sesungguhnya hormon dihasilkan oleh hampir semua sistem organ dan jenis jaringan pada tubuh hewan. Kemudian molekul hormon itu dilepaskan langsung ke aliran darah, walaupun ada juga jenis hormon - yang disebut ektohormon (ectohormone) yang tidak langsung dialirkan ke aliran darah, melainkan melalui sirkulasi atau difusi ke sel target.

Hormon bekerja sendiri dalam tubuh organisme, apalagi pada hewan mamalia. Biasanya pekerjaan hormon berkordinasi dengan pusat saraf.

Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar dapat bekerja secara

serasi. Sistem koordinasi itu bekerja untuk menerima rangsangan, mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menaggapi rangsangan tadi. Setiap rangsangan-rangsanga yang kita terima melalui indera kita, akan diolah di otak. Kemudian otak akan meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan. Setiap aktivitas yang terjadi di dalam tubuh, baik yang sederhana maupun yang kompleks merupakan hasil koordinasi yang rumit dan sistematis dari beberapa sistem dalam tubuh.

Sistem koordinasi pada hewan meliputi sistem saraf beserta indera dan sistem endokrin (hormon). Sistem saraf merupakan sistem yang khas bagi hewan, karena sistem saraf ini tidak dimiliki oleh tumbuhan. Sistem saraf yang dimiliki oleh hewan berbeda-beda, semakin tinggi tingkatan hewan semakin komplek sistem sarafnya.

Hakekatnya, sistem Koordinasi merupakan sistem saraf (pengaturan tubuh) berupa penghantaran impul saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan perintah untuk memberi tanggapan rangsangan atau sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar dapat bekerja secara serasi.

Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistem ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan. Contohnya otot dan kelenjar

Sebelum masuk ke pembahasan sistem saraf pusat/hipothalamus, kita perlu pelajari dulu sistem saraf pada hewan tidak bertulang belakang (avertebrata) dan hewan bertulang belakang (vertebrata). Karena kerja hormon berhubungan dengan aktifitas saraf di dalam tubuh hewan (Brotowidjoyo, 1989).

Pengetahuan tentang susunan saraf akan mengantar kita ke pemahaman kerja hormone secara biokmia. Banyak tulisan mengulas tentang susunan saraf manusia, tapi pada organisme lainnya relatif sedikit, apalagi pada hewan avetebrata atau invertebrata.

Sistem saraf pada avertebrata

1. Hewan bersel Satu

yang tergolong protozoa dan porifera tidak memiliki sistem saraf. Setiap sel penyusun tubuh hewan tersebut mampu mengadakan reaksi terhadap stimulus yang diterima dan tidak ada koordinasi antara satu sel dengan sel tubuh lainnya. Hewan bersel satu seperti amoeba dan paramaecium meskipun tidak mempunyai urat saraf tapi protoplasmanya dapat melakukan segala kegiatan sebagai mahkluk hidup seperti iritabilitas, bergerak dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.

2. Coelenterata

Pada ‘coelenterata’ akuatik seperti Hydra, ubur-ubur dan Anemon laut pada Mesoglea yang terletak diantara epidermis (ektoderm) dan gastrodermis (endoderm) terdapat sistem saraf diffus karena sel-sel saraf masih tersebar saling berhubungan satu sama lain menyerupai jala yang disebut saraf jala (gambar 5.1). Sistem saraf ini terdiri atas sel-sel saraf

Gambar 5.1. Susunan Saraf Hydra

berkutub satu, berkutub dua, dan berkutub banyak yang membentuk sistem yang saling berhubungan seperti jala. Meskipun demikian impuls dari satu sel ke sel yang lainnya lewat melalui sinaps. Saraf jala sudah merupakan sistem sinaps tapi tidak mempunyai ciri-ciri sinapsis.

3. Echinodermata

Sistem saraf pada Echinodermata masih merupakan sistem saraf primitif. Meskipun sel-sel saraf tersusun dalam bentuk cincin saraf sekeliling rongga mulut dan mempunyai cabang ke tiap lengan, tetapi susunan saraf didalamnya masih diffus seperti jala belum ada pengelompokan dalam ganglion. Sel-sel saraf berhubungan (innervasi) dengan kaki pembuluh, duri dan lain-lain.

Meskipun sistem saraf Echinodermata masih diffus seperti pada Coelenterata tapi sudah mempunyai struktur tertentu dan fungsinya sudah lebih maju. Terdapat sel saraf motorik, sel saraf sensorik dan telah ada refleks.

Pada bintang laut terdapat cincin saraf dalam cakram. Pada tiap penjuluran tubuhnya terdapat saraf radial pada sisi ventral. Saraf ini bercabang-cabang halus banyak sekali. Tiap saraf radial berakhir sebagai sebuah mata pada tiap penjuluran tubuh.

4. Platyhelminthes

Kalau pada platyhelminthes sudah memiliki sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sel-sel saraf pada cacing pipih terkonsentrasi menjadi sebuah ganglion dengan dua lobus di bagian muka yang disebut dengan ganglion kepala atau otak primitif. Dari ganglion kepala terdapat dua tali saraf memanjang ke belakang tubuhnya membentuk seperti tangga. Karena itu disebut saraf tangga tali. Sistem saraf tepi terdiri atas saraf-saraf yang tersusun secara transversal atau melintang yang menghubungkan tali saraf dengan saraf-saraf yang lebih kecil yang

Dalam dokumen UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta (Halaman 56-87)

Dokumen terkait