• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Asas-Asas Dan Landasan Dalam Peraturan Perundang-undangan 1 Pendapat I Van Der Vlies Dan Hamid Attamimi.

2. Asas-asas Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun

Ihwal asas-asas yang baik dalam membentuk Peraturan Perundang-undangan juga diatur dalam UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Apabila dicermati, asas-asas pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang di dalam undang-undang tersebut relative sama dengan asas-asas formal dan material, baik dari Van Der Vlies maupun Hamid Attamimi.101

100

Ibid, hlm 36

101

Dalam Bab II tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Pasal 5 UU Nomor 12 Tahun 2011 dirumuskan bahwa dalam pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus didasarkan pada asas-asas pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang baik, yang meliputi :102

a. Kejelasan tujuan.

b. Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat. c. Kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan. d. Dapat dilaksanakan.

e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan. f. Kejelasan rumusan.

g. Keterbukaan.

Dalam bagian penjelasan atas UU Nomor 12 Tahun 2011 dijelaskan dari tiap- tiap asas tersebut adalah sebagai berikut :103

a. Asas “kejelasan tujuan” adalah bahwa setiap pembentukan Peraturan Perundang- undangan harus mempunyai tujuan yang jelas dan hendak dicapai.

b. Asas “kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat” adalah bahwa setiap jenis Peraturan Perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga negara atau pejabat pembentuk Peraturan Perundang-undangan yang berwenang. Peraturan Perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum, apabila dibuat oleh lembaga negara atau pejabat yang tidak berwenang.

102

Ibid

103

c. Asas “kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan” adalah bahwa dalam pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki Peraturan Perundang- undangan.

d. Asas “dapat dilaksanakan” adalah bahwa setiap pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus memperhitungkan efektifitas Peraturan Perundang- undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, yuridis maupun sosiologis.

e. Asas “kedayagunaan dan kehasilgunaan” adalah bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, f. Asas “kejelasan rumusan” adalah bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan

harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan Peraturan Perundang-undangan, sistematika dan pilihan kata atau terminology, serta bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti, sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya.

g. Asas “keterbukaan” adalah bahwa dalam pembentukan Peraturan Perundang- undangan mulai dari perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, serta pengundangan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas- luasnya untuk memberikan masukan dalam pembentukan Peraturan Perundang- undangan.

Dalam Pasal 6 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 2011 juga dirumuskan asas-asas yang harus tercermin dalam materi muatan Peraturan Perundang-undangan, yakni sebagai berikut :104 a. Asas pengayoman. b. Asas kemanusiaan. c. Asas kebangsaan. d. Asas kekeluargaan. e. Asas kenusantaraan. f. Asas bhinneka tunggal ika. g. Asas keadilan.

h. Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan. i. Asas ketertiban dan kepastian hukum.

j. Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

Selain asas-asas sebagaimana disebutkan di atas, Pasal 6 ayat (2) UU Nomor 12 Tahun 2011 mengisyaratkan, Peraturan Perundang-undangan tertentu dapat berisi asas-asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan.

Dalam bagian penjelasan atas UU Nomor 12 Tahun 2011 dijelaskan maksud dari tiap-tiap asas dalam materi muatan Peraturan Perundang-undangan tersebut, yaitu :105

104

Ibid, hlm 38

105

a. Asas pengayoman adalah bahwa setiap materi muatan Peraturan Perundang- undangan harus berfungsi memberikan perlindungan untuk menciptakan ketentraman masyarakat.

b. Asas kemanusiaan adalah bahwa setiap materi muatan Peraturan Perundang- undangan harus mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi manusia, serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional.

c. Asas kebangsaan adalah bahwa setiap materi muatan Peraturan Perundangan- undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang majemuk dengan tetap menjaga prinsip negara kesatuan Republik Indonesia.

d. Asas kekeluargaan adalah bahwa setiap materi muatan Peraturan Perundangan- undangan harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.

e. Asas kenusantaraan adalah bahwa setiap materi muatan Peraturan Perundangan- undangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan materi muatan Peraturan Perundangan-undangan yang dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

f. Asas “bhinneka tunggal ika” adalah bahwa materi muatan Peraturan Perundangan-undangan harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah serta budaya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

g. Asas keadilan adalah bahwa setiap materi muatan Peraturan Perundangan- undangan harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara.

h. Asas “kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan” adalah bahwa setiap materi muatan Peraturan Perundangan-undangan tidak boleh memuat hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain, agama, suku, ras, golongan, gender, atau status social.

i. Asas ketertiban dan kepastian hukum adalah bahwa setiap materi muatan Peraturan Perundangan-undangan harus dapat mewujudkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum.

j. Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan adalah bahwa setiap materi muatan Peraturan Perundangan-undangan harus mencerminkan keseimbangan, keserasian dan keselarasan, antara kepentingan individu dan masyarakat dengan kepentingan bangsa dan negara.

Sementara itu, yang dimaksud dengan asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundangan-undangan yang bersangkutan, yaitu :106

a. Dalam hukum pidana, misalnya, asas legalitas, asas tiada hukuman tanpa kesalahan, asas pembinaan narapidana, dan asas praduga tak bersalah.

b. Dalam hukum perdata, misalnya, dalam hukum perjanjian, antara lain, asas kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan itikad baik.

Dalam pembentukan Peraturan Perundangan-undangan juga harus memperhatikan beberapa landasan, yaitu : Landasan Filosofis, Sosiologis dan

106

Yuridis. Landasan Filosofis adalah merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Landasan Sosiologis adalah merupakan peetimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara. Landasan Yuridis adalah merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibrntuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan peraturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat. Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur sehingga perlu dibentuk Peraturan Perundangan-undangan yang baru. Beberapa persoalan hukum itu, antara lain peraturan yang sudah ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis atau tumpang tindih, jenis peraturan yang lebih rendah dari undang-undang sehingga daya berlakunya lemah, peraturannya sudah ada tetapi tidak memadai, atau peraturannya memang sama sekali belum ada.107

Dokumen terkait