• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BAIK DAN SEHAT SERTA BERKELANJUTAN

3.1. Asas Kelestarian dan Keberkelanjutan

Salah satu asas yang mendasari pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menurut UUPPLH adalah asas kelestarian dan keberlanjutan.186 Dalam Penjelasan Pasal demi Pasal UUPPLH disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “asas kelestarian dan keberlanjutan” adalah bahwa setiap orang memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang dan terhadap sesamanya dalam satu generasi dengan melakukan upaya pelestarian daya dukung ekosistem dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup.

Konsep pembangunan dan konsep berkelanjutan dalam penellitian disertasi ini, peneliti satu padukan sehingga menjadi rangkaian kata pembangunan berkelanjutan. Gerakan pembangunan nasional pada tataran teoritis dan praktis, telah menempatkan lingkungan hidup sebagai salah satu dimensi persoalan essensial dalam pola pembangunan berkelanjutan. Karakteristiknya, menurut Emil Salim, unsur lingkungan melarut dalam pembangunan, demikian pula sebaliknya. Konsep pembangunan berkelanjutan dijelaskan oleh Emil Salim sebagai berikut :187

Bahwa dalam pembangunan timbul kebutuhan untuk memelihara keutuhan fungsi sumber alam dan menopang pembangunan jangka panjang. Untuk ini sumber alam perlu dillihat dalam ruang lingkup tatanan lingkungan atau ekosistem. Dalam tatanan lingkungan ini fungsi sumber alam terpellihara utuh, dan pada gilirannya dapat menunjang proses pembangunan secara berkelanjutan sehingga diperlukan pengembangan pola pembangunan berwawasan lingkungan.

186 Pasal 2 huruf b UUPPLH.

187 Emil Salim. Pembangunan Berkelanjutan (Strategi Alternatif dalam Pembangunan Dekade

Sembilan Puluhan). Artikel pada Prisma (Majalah Pemikiran Sosial Ekonomi). Jakarta. LP3ES.

Sifat ganda dari fungsi pembangunan adalah pada satu sisi berfungsi untuk memperbaiki taraf hidup rakyat, namun di sisi lain pembangunan juga dapat mengakibatkan kemerosotan kualitas lingkungan. Pemikiran mengenai pembangunan berkelanjutan berintikan pada kesepakatan dua prinsip utama pembangunan , yaitu prinsip pelestarian fungsi lingkungan hidup dan prinsip kesejahteraan rakyat.188

Kebijakan tersebut pertama kali dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Lingkungan Hidup (Lembaran Negara RI Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3215) dengan istilah “pembangunan berwawasan lingkungan”.189 Dalam UUPLH digunakan istilah “pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup”. Di dalam sistem hukum Indonesia, konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, diartikan pula sebagai “upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek Lingkungan Hidup, sosial dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan”.190

Dalam kaitannya dengan sumber daya alam, maka pembangunan merupakan upaya sadar dan terencana dalam mengelola SDA untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup masyarakat, dengan tetap menjaga keutuhan lingkungan agar tetap lestari. Ketersedian sumber daya alam secara kuantitas ataupun kualitas tidak merata, sedangkan kegiatan

188 Lihat Ida Nurlinda. Prinsip-Prinsip Pembaharuan Agraria. Op.Cit. hal. 191. 189 Pasal 1 angka 13 UULH

pembangunan membutuhkan sumber daya alam yang semakin meningkat. Kegiatan pembangunan juga mengandung resiko terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan. Kondisi ini dapat mengakibatkan daya dukung, daya tampung, dan produktivitas lingkungan hidup menurun yang pada akhirnya menjadi beban sosial. Karena itu, penggunaan SDA harus memperhatikan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup. terganggunya kelestarian fungsi lingkungan hidup mengakibatkan pembanguan menjadi tidak terlanjutkan.

Pengeloaan SDA yang berkelanjutan merupakan pengelolaan SDA yang dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan manusia atau penduduk saat ini tanpa mengurangi potensinya untuk memenuhi kebutuhan manusia di masa mendatang. Dalam posisinya sebagai bagian dari lingkungan hidup, maka sumber daya alam dapat didefinisikan sebagai “semua benda, daya, keadaan, fungsi alam dan makhluk hidup, yang merupakan hasil proses alamiah, baik hayati maupun nonhayati, terbarukan maupun tidak terbarukan”.191

Berdasarkan konsep tersebut, sumber daya alam dapat dibedakan atas sumber daya alam hayati dan nonhayati, sumber daya alam terbarukan dan tidak terbarukan. Batubara sebagai salah satu hasil tambang merupakan SDA non hayati yang tak terbarukan.192 Sumber daya alam memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, manusia berkewajiban untuk mempertahankan ketersediaan sumber daya alam secara terus menerus melalui suatu pengelolaan yang tepat dan terpadu.

191 Menurut naskah akademis RUU PSDA (versi 19 Nov 2002) serta Agraria yang didefinisikan sebagai seluruh bumi, air, ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya (Menurut UU No. 5 tahun 1960.

Pengaturan pemanfaatan kekayaan alam didasarkan pada pasal 33 ayat (3) UUD NKRI 1945, “bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.193 Amanat pasal 33 ayat (3) UUD NKRI mengandung asas yang mendasar, yakni asas maksimal yang tercermin dari kata sebesar-besarnya, sejalan dengan maksud penggunaannya yang dibatasi oleh asas kekekalan yanng tercermin dari kata rakyat, yang mengandung makna meliputi seluruh generasi Bangsa Indonesia yang keberadaan dan hubungannya dengan sumber kekayaan alam adalah abadi.

Sumber daya alam tidak hanya dikuasai semata, namun ia juga harus diusahakan. Sumber daya alam bukan hanya menjadi barang mati atau hanya menjadi harta karun yang tidak diolah. Ia harus dimanfaatkan agar potensinya dapat memberikan kemanfaatan bagi rakyat. Pengusahaan sumber daya alam awalnya dimaknai sebagai pengusahaan yang berdampak secara ekonomis, yaitu pendekatan atas pengusahaan sumber daya alam hanya pendekatan ekonomi semata. Namun perkembangan kebijakan dewasa ini menempatkan pengusahaan sumber daya alam tidak hanya sebatas pendekatan ekonomi, namun pendekatan nonekonomi pun menjadi prinsip yang melekat dalam pengusahaan sumber daya alam.

Konsepsi pengusahaan tidak hanya berorientasi pada pendekatan ekonomi yang secara tegas dinyatakan dalam hukum internasional. United

193 Notonegoro, menyatakan : “istilah yang perlu kita perhatikan di dalam pasal 33 ayat (3) UUD NRI adalah istilah ‘dikuasai’ dengan tidak lebih dahulu mempunyai purbasangka tentang penafsiran daripada istilah-istilah ini, maka dari kenyataan terdapat dua macam istilah yaitu, ‘dikuasai’ dan ‘dipergunakan’. Dalam pasal ini kiranya ditarik kesimpulan, bahwa harus diperbedakan antar dikuasai dan dipergunakan, dalam arti bahwa, dipergunakan itu sebagai tujuan dari dikuasai, meskipun kata kata penghubungnya itu ‘dan’ hingga nampaknya itu sebagi dua hal yang tidak ada sangkut pautnya dalam hubungan sebab akibat. Lihat Notonegoro: Politik Hukum dan Pembangunan Agraria di Indonesia”. Pancoran Tujuh. Jakarta.

Nation melalui World Commision on Environment and Development (WCED)

yang merumuskan bahwa:

“sustainable development is a process of change in which the exploitation of resources, the direction of investments, the orientation of technological devolepment; and institusional change are all in harmony and enhance both current and future potential to meet human needs and aspirations”.194

Di dalam sistem hukum Indonesia, konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, diartikan pula sebagai “upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek Lingkungan Hidup, sosial dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan”.195

Pengusahaan sumber daya alam bukan hanya demi kepentingan komoditas ekonomi untuk mencapai penerimaan negara semata, namun aspek sosial dan lingkungan hidup juga menjadi aspek yang tidak dapat dipisahkan dalam pengusahaan sumber daya alam. Hal tersebut secara tegas dijelaskan dalam Penjelasan Pasal demi Pasal UU Minerba, bahwa asas keberlanjutan dan berwawasan lingkungan adalah asas yang secara terencana mengintegrasikan dimensi ekonomi, lingkungan, dan sosial budaya dalam keseluruhan usaha pertambangan mineral dan batubara untuk mewujudkan kesejahteraan masa kini dan masa mendatang.196

194 United Nations, UN Documents Gthering a body of global agreements, Our Common Future,

Chapter 2: Towards Sustainable Development From A/42/427. Our Common Future: Report of The World Commission on Environment and Development.

195 Pasal 1 angka 3 UUPPLH. 196 Pasal 2 huruf d UU Minerba

3.2. Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup yang Baik dan Sehat