• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2. Kerangka Konseptual

2.2.2. Konsep Perizinan

Perizinan merupakan bentuk jamak dari kata “izin” yang oleh Poerwadarminta diartikan dengan perkenan atau pernyataan mengabulkan tiada melarang, atau surat yang menyatakan “boleh melakukan sesuatu”.172 Dalam Blak’s Law Dictionary, izin (licence) berarti : “a permit, granted by an apprropriate govermental body, generally for a concideration, to a person, firm, or corporation to pursue some occuption or to carry on some business subject to regulation... A license is not a contract between the state and the license, but is a more peersonal permit.173

Pengertian izin menurut Spelt dan Ten Berge, adalah “Suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah, untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundangan”.174 Izin menurut Ateng Syafrudin berarti dan bertujuan menghilangkan halangan, atau hal yang dilarang menjadi boleh.175 Dengan memberi izin, pemerintah (Pejabat Tata Usaha Negara) memperkenankan orang yang

172 W.J.S. Poerwwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. 1964. Hal. 390.

173 Henry Campbell Black. Op.Cit. hal. 920.

174 N. Spelt dan J.B.J.M. ten Berge. Pengantar Hukum Perizinan. Penyunting Phillipus M. Hadjon. Utrecht. 1991. Hal.3.

memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilalarang.

Izin adalah salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk mengendalikan tingkah laku para warga.176 Perizinan merupakan bagian dari hubungan hukum antara pemerintah dengan masyarakat dalam rangka menjaga keseimbangan kepentingan masyarakat dengan lingkungannya dan upaya mewujudkan kepastian hukum bagi anggota masyarakat yang berkepentingan.177

Perizinan menurut Spelt dan ten Berge adalah izin dalam arti luas, sedangkan izin dalam arti sempit disebut “izin” saja. Izin (dalam arti sempit) selanjutnya dibedakan dengan bentuk-bentuk perizinan lainnya seperti dispensasi, konsesi, rekomendasi, tanda daftar, surat persetujuan, dan pendaftaran.178 Sejalan dengan pendapat tersebut, Tatiek Sri Djatmiati mengemukakan “Perizinan dapat berbentuk pendaftaran, rekomendasi, penentuan kuota, sertifikasi, dan izin melakukan suatu usaha”.179 Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan A. M. Donner yang mengemukakan perizinan (vergunningen) dibedakan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu lisensi, konsesi dan dispensasi.180

Ateng Syafrudin membedakan pengertian dan tujuan pemberian izin, lisensi, dispensasi dan konsesi sebagai berikut :

176 N. M. Spelt dan J. B. J. M. Ten Berge. Loc. Cit. 177 Ateng Syafrudin. Op. Cit. Hal. 4

178 N.M. Spelt dan J.B.J.M. ten Berge. Op. Cit. Hal. 1-2

179 Tatiek Sri Djatmiati. Prinsip Izin Usaha Industri di Indonesia. Disertasi Universitas Airlangga. Surabaya. 2002. Hal. 16.

180 Amrah Muslimin. Beberapa Asas dan Pengertian Pokok tentang Administrasi dan Hukum Administrasi. Bandung. PT. Alumni. 1985. Hal. 123.

 Izin bertujuan dan berarti menghilangkan halangan, hal yang dilarang menjadi boleh, penolakan atas permohonan izin memerlukan perumusan yang limitatif;

 Lisensi adalah suatu izin untuk memberikan hak untuk menyelenggarakan perusahaan;

 Dispensasi bertujuan untuk menembus rintangan yang sebetulnya secara normal tidak diizinkan. Jadi dispensi berarti menyisihkan pelarangan dalam hal yang khusus (relaxatie

legis);

 Konsesi merupakan izin berhubungan dengan pekerjaan yang besar, di mana kepentingan umum terlihat erta sekali sehingga sebenarnya pekerjaan itu menjadi tugas pemerintah, tetapi oleh pemerintah diberikan hak penyelenggaraannya kepada konsensionaris (pemegang konsesi) yang bukan pejabat pemerintah. Bentuknya dapat berupa kontrak atau kombinasi antar lisensi dengan pemberian status tertentu dengan hak dan kewajiban serta syarat-syarat tertentu. Contoh : usaha pertambangan.181

Menurut W.F. Prins dan R. Kosim Adisapoetro, izin diartikan dengan perbuatan pemerintah yang memperkenankan suatu perbuatan yang tidak dilarang oleh peraturan yang bersifat umum.182 Selanjutnya, Sjachran Basah sebagaimana dikutip I Made Arya Utama, menyatakan izin sebagai perbuatan hukum administrasi pemerintah bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal konkreto

181 Ateng Syafrudin. Op. Cit. Hal. 9

182 W.F. Prins dan R. Kosim Adisapoetro. Pengantar Ilmu Hukum Adminsitrasi Negara. Pradnya Paramita. Jakarta. 1978. Hal. 72.

berdasarkan persyaratan dan prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.183

Izin merupakan alat pemerintah yang bersifat yuridis preventif, dan digunakan sebagai instrumen administrasi untuk mengendalikan perilaku masyarakat. Izin bersifat preventif, karena dalam instrumen izin, tidak bisa dilepaskan dengan perintah dan kewajiban yang harus ditaati oleh pemegang izin.184 Di sisi lain, izin berfungsi represif. Izin dapat berfungsi sebagai instrumen untuk menanggulangi masalah lingkungan disebabkan aktivitas manusia yang melekat dengan dasar perizinan. Artinya suatu usaha yang memperoleh izin atas pengelolaan lingkungan, dibebani kewajiban untuk melakukan penanggulangan pencemaran atau perusakan lingkungan yang timbul dari aktivitas usahanya.

Drupsteen185 mengatakan, perizinan merupakan instrumen kebijaksanaan lingkungan yang paling penting. Perizinan bidang lingkungan hidup adalah perizinan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang didasarkan pada undang-undang tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. perizinan merupakan upaya pencegahan atau berkarakter sebagai preventif instrumental terhadap tindakan pemerintah dalam rangka pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Dalam pengelolaan lingkungan hidup, perizinan ditujukan untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. untuk menjamin ketaatan

183 I Made Arya Utama. Sistem hukum Perizinan Berwawasan Lingkungan Hidup dalam Meweujudkan Pembangunan Daerah yang Berkelanjutan (Studi Terhadap Pemerintah di wilayah Pemerintah Propinsi Bali). Disertasi. Program Pascasarjana. Unpad. Bandung. 2006. Hal. 121. 184 Lihat dalam N.H.T. Siahaan. Op. Cit. Hlm. 239

penanggung jawab usaha dan/ atau kegiatan terhadap izin lingkungan, maka diperlukan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah yang mengeluarkan izin lingkungan tersebut.

Dalam kaitannya dengan kegiatan pertambangan batubara, maka izin lingkungan adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi penanggung jawab usaha untuk mendapatkan izin usaha, yang dikeluarkan oleh instansi sektor. Sehingga pada saat kegiatan pertambangan telah berlangsung, maka instansi sektor tersebut memiliki kewajiban untuk melakukan pengawasan terhadap pengelolaan lingkungan atas izin usaha pertambangan yang dikeluarkannya.

BAB III

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BAIK DAN SEHAT SERTA