• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMISI DANA MILIK MANGKUNEGARAN

LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN DAN ASET-ASETNYA

C. Aset Komisi Dana Milik Mangkunegaran

Dana Milik Mangkunegaran didirikan oleh gubernemen pada tahun 1916, pada masa Mangkunegara VII. Dana ini diurus oleh sebuah komisi yang terdiri dari Raja, Superintendent, dan seorang pegawai Pangreh Praja (Binenland Bestur). Dua orang yang disebut terakhir berfungsi sebagai anggota dan biasanya orang Eropa atau Belanda. Pimpinan Harian berada di tangan Superintendent, pada tahun 1928 susunan Komisi ini berubah, dengan memasukan Bupati-Patih dan agen de Javasche Bank sebagai anggota.10 Komisi membuat rencana anggaran-anggaran perusahaan yang ditetapkan bersama dengan gubernur (Residen). Komisi Dana Milik Mangkunegaran itu meliputi dua Pabrik Gula, satu perkebunan kopi, satu perusahaan serat nanas, satu hotel di Karang Pandan, rumah-rumah di Semarang, Surakarta dan Wonogiri, surat-surat berharga atau

effecten disebut juga modal pokok dan cadangan.

Hutan-hutan yang masuk dalam urusan Dana, pada tahun 1923 dikeluarkan dan kemudian diurus oleh Jawatan kehutanan. Pasar-pasar dan

9 Pringgodigdo A.K, op.cit, hlm. 96

10 Wasino,Tesis,Kebijaksanaan Pembaharuan Pemerintahan Praja Mangkunegaran.Studi tentang strategi pemerintahana tradisional dalam menanggapi perubahan sosial (akhir abad XX-pertengahan abad XX), Yogyakarta: Program Pasca Sarjana UGM, 1994, hlm. 169.

commit to user

pemandian Tawangmangu juga bukan urusan Dana. Nilai aset yang dimiliki oleh Komisi Dana Milik Mangunegaran tersebut pada tahun 1923 berjumlah f. 9.542.000 . Pada tanggal 1 Januari 1931 nilai aset Dana yang dimiliki oleh Komisi Dana Milik Mangkunegaran berjumlah f.19. 536. 000 sehingga didalam jangka waktu 7 tahun aset Mangkunegaran bertambah sebesar f 10.000.000 . Praja Mangkunegaran tidak boleh menggunakan seluruh Laba. Dalam jaman normal tiap tahun masuk f. 500.000 sebagai iuran biasa dan f. 300.000 sebagai iuran luar biasa kepada kas Praja Mangkunegaran.

Aset yang dimiliki oleh Mangkunegaran pada tahun 1917 yang ditangani oleh Komisi ini berupa :

1. Pabrik Gula Tasikmadu dan Colomadu ; saham-saham dalam N. V (Naamloze Venootschap) Cultuur-MatschappijTriagan” dan N. V

Solosche Landbouw-Matschappij (keduanya perusahaan gula) 2. Perkebunan Kopi Kerjo-Gadungan.

3. Pabrik Beras Moyoretno di Matesih.

4. Perusahaan Kapuk, kelapa dan Kopi di Polokarto. 5. Perusahaan Kapuk atau Kapok di Wonogiri.

6. Aset-aset Properti di Semarang yang berupa rumah-rumah, sawah dan kampong di Pandrikan.

7. Rumah-rumah yang berada di Solo daerah Villa Park (Banjarsari) 8. Hutan Jati (Bosch-Bedrijf) dan Hutan Taun (Reboisatie-Bedrijf).

commit to user

9. Surat-surat berharga atau effecten yang merupakan modal pokok atau atam-kapital.

10.Dana Cadangan untuk perusahaan-perusahaan yang masih akan dibentuk.11

Walaupun Mangkunegaran oleh alam tidak dikaruniai oleh tanah yang kurang baik dibandingkan dengan swapraja-swapraja lain, namun dalam tahun-tahun terakhir ini telah dapat memajukan kesejahteraan rakyatnya dengan baik sekali. Pertama-tama karena mempunyai keadaan keuangan yang sehat, walaupun dalam tahun 1899 masih dalam pengawasan Gubernur karena keadaan keuangan yang jelek sekali pada masa sebelumnya maka dengan poltik penghematan dan hasil laba yang luar biasa dari Perusahaan-perusahaan Praja Magkunegaran perkembangan keuangan Mangkunegaran mengalami peningkatan yang cukup berarti.

Mangkunegaran memiliki beberapa perusahaan modern yang sebagian besar di bawah pimpinan orang-orang Eropa. Perusahaan ini tercantum dalam Rencana Anggaran Belanja Swapraja pada mata anggaran Rijkondernemingan

atau perusahaan-perusahaan Swapraja. Diantara Raja-Raja Jawa hanya Sri Mangkunegoro saja yang memiliki perusahaan-perusahaan yang dikelola dengan baik, tetapi lebih kecil yaitu sebuah pabrik gula, sebuah perkebunan tembakau, sebuah perusahaan serat nanas dan sebuah perkebunan teh.

Dorongan yang menentukan didirikannya perusahaan-perusahaan Praja adalah kenyataan bahwa dalam jaman Sri Mangkunegara IV telah terjadi perluasan perkebunan kopi, sedang sementara itu dibangun

commit to user

perkebunan baru untuk tebu, kina, teh, nila/indigo dan padi. Hasil kopi selama berlangsungnya peraturan tanam paksa atau cultuurstelsel harus diserahkan kepada pemerintah dengan harga dibawah harga pasar. Walaupun demikian dari tahun 1871 sampai dengan 1881 seluruhnya hasil yang diterima oleh Praja Mangkunegaran f. 13.873.146,93 jadi rata-rata f 1.261.195,45 tiap tahun dengan menyerahkan seluruhnya 530.058,22 pikul kopi kualitas nomer satu dan 56.355,29 pikul kopi kualitas nomer dua. Akibat dari adanya hak agrarian yang berlaku dijaman itu, maka seluruh tanaman kopi itu dilakukan oleh rakyat dengan rodi. Hanya dengan jalan inilah dimungkinkan untuk memperoleh penghasilan yang besar dari penjualan kopi dan kemudian hasil tersebut digunakan untuk membangun perkebunan baru.12

Perusahaan-perusahaan milik Praja Mangkunegaran terdiri dari beberapa perkebunan di daerah pegunungan (sebuah perkebunan kopi dan serat nanas/agave dan sebuah pabrik serat nanas), serta dua buah pabrik gula yang besar serta pembibitan tebu. Yang masuk dalam urusan perusahaan-perusahaan Praja adalah

Reserve Fonds tersebut.

Perusahaan yang terpenting diantara perusahaan-perusahaan itu adalah pabrik-pabrik gula yang dimiliki oleh Praja Mangkunegaran. Pabrik gula yang pertama adalah pabrik Gula Colomadu yang didirikan pada tahun 1863 dan yang kedua yaitu pabrik gula yang terletak di Tasikmadu yang didirikan pada tahun 1877. Kedua pabrik tersebut dikelola dengan sangat baik manajemennya dan termasuk yang terbaik dan termodern di Pulau Jawa. Pada tahun 1925 pabrik gula

12 Widyasanti, “Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Perkebunan Kopi Kerjogadungan di Karanganyar pada tahun 1916-1946”, Skripsi Sarjana Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009, hlm. 55

commit to user

Tasikmadu memiliki areal tanah sebesar 2495 bau bruto. Pada tahun 1916 hasil yang dihasilkan hanya sebanyak 229.700 pikul dan dalam tahun 1924 meningkat sebesar 296.500 pikul gula. Pada tahun itu panjang jalan kereta api kedalam pabrik tersebut sepanjang 63 km sedangkan pada pabrik gula Colomadu pada tahun 1925 memiliki 1559 bau dengan hasilnya sebesar 160.000 pikul gula. Panjang jalan kereta api yang melalui pabrik itu sepanjang 42 km. dalam penyelenggaraan penjualannnya pabrik gula Mangkunegaran tersebut memiliki seorang wakil dalam asosiasi penjualan yang disebut dengan Nivas.13

Dari laba perusahaan-perusahaan tersebut selanjutnya dapat disisihkan dalam suatu dana yang bisa dipergunakan untuk kepentingan masyarakat yang tinggal didaerah-daerah sekitar pabrik serta para pekerjanya. Dengan uang tersebut bisa didirikan beberapa sekolah-sekolah desa dan pembelian beberapa sapi jantan. Perusahaan lain yang termasuk dalam tanggung jawab komisi dana ini adalah perkebunan Kerjogadungan, perkebunan ini sampai tahun 1919 hanya ditanami oleh tanaman kopi saja tetapi kemudian diganti dengan tanaman serat nanas atau agave yang hingga tahun 1924 sudah meliputi 600 bau. Sehingga pada tahun yang sama mulai didirikan pabrik serat nanas dimana seratnya siap dipakai untuk bahan baku pabrik tekstil. Luas dari perkebunan ini yang ditanami oleh kopi lambat laun mulai berkurang. Tanah padi yang berada didaerah Mojoretno yang luasnya 1883 bau itu pada tahun 1924 diubah menjadi tanaman tempat pembibitan tebu. Agar dapat menyediakan tebu untuk kedua pabrik gula Praja Mangkunegaran.14

13Ibid, hlm. 64 14Ibid, hlm. 70

commit to user

Komisi Dana Milik Mangkunegaran juga memiliki aset yang berupa sebuah hotel di Karangpandan, Karanganyar. Sri Mangkunegoro VII mempunyai dua pesanggrahan di Tawang Mangu yang letaknya di lereng gunung Lawu yang baik lingkungannya, beliau menyediakannya untuk hotel. Hotel ini sudah berdiri sejak tahun 1922 dan memiliki air ledeng sendiri. Pemandiannya ramai dikunjungi orang terutama yang berasal dari daerah Swapraja. Aset yang lainnya Praja Mangkunegaran juga mempunyai rumah-rumah yang terletak di Surakarta, Semarang dan Wonogiri yang disewakan kepada orang-orang Eropa yang kaya. Komisi Dana Milik Mangkunegaran menangani semua pengeluaran dan pembiayaan perusaahaan-perusahaan Mangkunegaran sehingga tidak heran jika dalam anggaran kas Praja Mangkunegaran tidak ditemukan biaya pengeluaran untuk perusahaan-perusahaan ini karena biaya perluasan, pengeluaran, pemeliharaan, pembangunan baru dan lain-lain dibayar dengan penerimaan dari perusahaan-perusahaan itu sendiri dan hanya sisa dari penghasilan bersih yang dialirkan kedalam Kas Praja Mangkunegaran.15

Perusahaan-perusahaan milik Mangkunegaran ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Perusahaan Gula Colomadu

Pada tahun 1861 Mangkunegara IV mengajukan rencana mengenai berdirinya sebuah pabrik gula pada Residen Nieuwenhuysen. Sejak beberapa waktu sebelumnya beliau telah memilih tempat yang tepat di desa Malangjiwan, suatu tempat yang baik, karena adanya tanah-tanah yang baik, air mengalir dan

15 Pringgodigdo, op.cit, hlm. 42

commit to user

hutan-hutan. Tempat tersebut dianggap beliau paling cocok untuk perkebunan tebu. Peletakan batu pertama untuk pabrik gula Colomadu pada tanggal 8 Desember 1861, bangunan dan pelaksanaan industri di bawah pimpinan seorang ahli dari Eropa, yang bernama R. Kamp. Pertama kali pabrik bekerja dengan menggunakan mesin uap. Mesin-mesin tersebut dipesan dari Eropa. Mangkunegara IV mendapatkan pinjaman dari pemerintah Hindia Belanda dan dibantu Be Biau Coan, mayor untuk kaum Cina di Semarang untuk mendirikan pabrik gula Colomadu.16

Perusahaan gula tersebut ternyata dapat memenuhi semua persyaratan yang diajukan untuk pengelolaan sebuah pabrik gula yang baik pada masa itu. Pada tahun 1863, tahun panen yang pertama, 95 ha lahan perkebunan tebu menghasilkan 3700 kuintal gula, yang jatuhnya pada produksi 39 kuintal per hektar, untuk masa itu dapat dikatakan sangat memuaskan, walaupun cuaca tidak begitu menguntungkan. Seluruh panen dijual dengan perantara firma Cores de Vries dengan harga sekitar f 32 per kuintal. Dalam waktu singkat kesulitan-kesulitan, yang mula-mula muncul, seperti pada semua perusahaan sejenis dapat diatasi dan Pabrik Gula Colomadu merupakan sumber pendapatan yang baik.17

2. Perusahaan Gula Tasikmadu

Terdorong oleh hasil pabrik gula yang pertama, Mangkunegara IV beralih pada pembangunan pabrik yang kedua. Peletakan batu pertama pabrik ini yang dinamakan Tasikmadu, terjadi pada tanggal 11 Juni 1871. Pembangunan dan jalanya perusahaan ada di bawah pimpinan H. Kamp. Gedung-gedung pabrik

16 Soetono H.R, Timbulnya Kepentingan Tanam Perkebunan di Daerah Mangkunegaran, (Surakarta: Reksa Pustaka, 2000), hlm. 19.

commit to user

dibangun dengan luas. Pabrik gula Tasikmadu menggunakan air untuk tenaga penggerak, sedangkan baling-baling dengan menggunakan mesin uap berfungsi sebagai cadangan. Data mengenai panen pertama tidak ada yang diketahui, yaitu bahwa dimulai dengan penanaman 140 ha, dengan sistem kerja rodi. Berangsur-angsur areal diperluas dan kapasitas pabrik dikembangkan sesuai dengan perluasan. Peningkatan produksi gula di daerah kerajaan, yang dalam periode ini lebih besar daripada yang ada di seluruh pulau Jawa, maka berdirinya pabik-pabrik besar milik Mangkuegaran tidak mengherankan lagi.18

Pada mulanya keadaannya sedemikian rupa, sehingga eksploitasi pabrik gula hanya terjadi apabila kopi telah dapat menghasilkan untung yang mencukupi. Mengenai pengolahan yang teratur baru dapat diadakan, setelah ada kontrak untuk dibayar dengan prwakilan Serikat Dagang Belanda di Semarang, yang menjamin modal kerja yang diperlukan. Di bawah pengawasan kantor dagang Onderneming

keperluan alat-alat teknik selalu dapat diperbaiki. De Locomotief tanggal 2 September 1881 mengatakan tentang kedua pabrik gula tersebut, bahwa pabrik tersebut dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat menjadi contoh bagi yang lainnya. Mangkunegara juga tidak segan-segan mengeluarkan biaya, agar dapat membangun yang paling lengkap dan menurut standar yang baru. Setiap orang asing, pejabat atau swasta, yang berkunjung ke Surakarta, dipersilahkan oleh Mangkunegara untuk meninjau pabrik-pabriknya.19

18Ibid, hlm. 21 19Ibid.

commit to user

3. Perusahaan Kopi Kerjogadungan

Pabrik ini dimiliki oleh N.V Cultuur Maatschappij der Vorstenlanden

Lawu (Perusahaan Perkebunan Vorstenlanden) yang pengelolaannya dipegang oleh O.I Matschappij v adm dan Lijfrente, in liq. Cultuur Maatschappij der Vorstenlanden didirikan pada tahun 1888 di Amsterdam dan kedudukan kantor direksinya di Semarang.20 Semarang memang dijadikan sebagai kota pusat industri karena dekat dengan pelabuhan. Pada zaman Belanda, transportasi yang digunakan untuk keperluan perdagangan antar negara adalah kapal laut. Sebuah perusahaan perkebunan membutuhkan modal yang besar maka perusahaan yang didirikan secara perorangan terpaksa menggabungkan dirinya membentuk

Naamlooze Vennootschap (NV), yang biasanya bekerjasama dengan sebuah bank. Perusahaan-perusahaan itu disusun kembali menjadi perusahaan besar, sementara para pengusaha individual memberi jalan kepada manager-manager yang digaji untuk bertanggung jawab sebagai direktur perusahaan.21

Bank-bank perkebunan memberi dana kepada perusahaan perkebunan tetapi dengan tuntutan kontrol terhadapnya. Bank-bank perkebunan berhubungan dengan lembaga bank biasa yang berpusat di negeri Belanda. Modal perusahaan yang mengawasi perkebunan dengan begitu mempunyai kekuatan politik yang besar di negeri induk. Dana-dana yang dibutuhkan untuk eksploitasi berbagai perusahaan perkebunan Mangkunegaran disediakan oleh De Javanese Bank yang antara lain dana untuk pembangunan pabrik gula Colomadu, pabrik gula

20 Bambang Sulistyo, Pemogokan Buruh: Sebuah Kajian Sejarah, Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1995, hlm. 29

21 Yang dimaksud dengan Manager adalah Superintendent yang nantinya harus bertanggung jawab kepada dewan komisaris yang ada di negeri Belanda

commit to user

Tasikmadu, pabrik kopi Kerjogadungan, pabrik serat Mojogedang dan pabrik beras di Polokarto.22 Pada pendirian pabrik kopi Kerjogadungan, De Javanese Bank memberikan modal f51.000,-. Pada tahun 1918, Komisi menetapkan bahwa permintaan uang dari De Javanese Bank harus dilunasi untuk masing-masing pabrik yang dilakukan oleh pemegang buku dan pemegang kas. Mereka harus mempertanggungjawabkannya kepada Patih Raja. Relasi De Javanese Bank untuk pabrik-pabrik Mangkunegaran terbukti sangat baik karena untuk perusahaan perkebunan Mangkunegaran suku bunga untuk dana bank masih tetap meskipun banyak pabrik yang mengalami kemajuan sedangkan untuk perusahaan-perusahaan perkebunan di wilayah Vorstenlanden lainnya jauh lebih tinggi. Selain

De Javanese Bank di Indonesia ada pula Nederlands Indische Handelsbank dan

Koloniale Bank yang memegang peranan penting dalam mendukung modal perusahaan-perusahaan perkebunan di Indonesia.23

4. Perusahaan Serat-Nenas di Mojogedang

Pabrik ini dibangun pada masa Mangkunegoro VII (1916-1944) bertujuan untuk memperbaiki keuangan perekonomian kerajaan. Pengaruh bangsa Belanda pada keuangan Praja Mangkunegaran mulai dikurangi. Usaha tersebut tampak dengan didirikannya Dana Milik Praja Mangkunegaran. Dana milik tersebut bertujuan untuk menggabungkan semua perusahaan yang dimiliki oleh pihak Mangkunegaran ke dalam satu pengawasan. Penggabungan usaha perusahaan tersebut kemudian dikelola bersama Praja Mangkunegaran dan perusahaan perkebunan yang bersangkutan sehingga memperoleh keuntungan lebih besar.

22 Muh. Husodo. Pringgokusumo, Sejarah Milik Praja Mangkunegaran, Surakarta:Reksopustoko Mangkunegaran, 1987,hlm. 193.

commit to user

Perkebunan serat nanas memanfaatkan lahan milik perkebunan kopi di daerah Kerjogadungan. Pemanfaatan lahan tersebut dilakukan dilahan dataran rendah dan kurang mendatangkan keuntungan bagi tanaman kopi. Usaha pembibitan atau persemaian tanaman serat nanas dimulai pada tahun 1919 dengan memanfaatkan lahan seluas 16 ha. Untuk penanaman dilakukan pada lahan seluas 140 ha yang berlangsung hingga bulan Maret tahun 1921 dan meningkat untuk tahun berikutnya secara teratur.24 Pabrik serat nanas Mojogedang didirikan pada tahun 1922 di wilayah Mojogedang dan berdekatan dengan lingkungan perusahaan kopi Kerjogadungan. Produksi pertama perusahaan serat nanas Mojogedang adalah pada tanggal 23 Juli 1923.25

5. Pabrik Genting Kemiri

Pabrik genting di Kemiri didirikan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan, antara lain untuk membantu rakyat mendapatkan genting dengan harga pokok, menjual di pasaran bebas sehingga keuntungannya bermanfaat bagi rakyat untuk memperoleh genting dengan harga pokok. Pada bulan Januari 1922 diputuskan untuk mengambil alih sebuah pabrik genting dengan harga f 25.000.- pada tahun-tahun berikutnya diadakan banyak perluasan dan pembaharuan, sehingga nilai pabrik itu pada tahun 1925 sudah berlipat dua kali. Dana penduduk Tasikmadu dan Colomadu masing-masing membeli saham f 8.400 dan f 5.000, dan memberi pinjaman f 16.600 dan f 10.000 sebagai modal kerja. Pinjaman tersebut pada tahun1927 sudah dapat dilunasi, karena perusahaan ini milik Dana

24 Adhi Agus Wijayanto, “Dampak Perusahaan Serat Nanas Mojogedang Terhadap Perubahan Sosial Ekonomi Tahun 1922-1937”, Skripsi Sarjana Jurusan Ilmu Sejarah, FSSR, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009, hlm. 37

commit to user

Penduduk, sedangkan Dana Penduduk itu milik pabrik gula, maka pabrik genting di Kemiri itu adalah milik Dana Milik tingkat III.26

6. Pabrik Rokok “Priyayi”

Pada tahun 1930 Komisi memutuskan untuk ikut serta dalam usaha pabrik rokok “Priyayi”, yang didirikan pada tahun 1930 dengan jalan membeli saham 50 buah, yakni f 50.000.- kecuali itu juga meminjamkan modal kerja kepada perusahaan tersebutsebanyak f 45.000.- Akan tetapi pabrik rokok tersebut jatuh pailit atau bangkrut pada tanggal 1 Juni 1932, setelah mengalami berbagai kendala. Karena besarnya passive tidak dapat diharapkan akan menerima pembayaran, maka keikutsertaan dalam modal sebesar f 50.000.- disusutkan dari neraca perhitungana untung rugi dari neraca Dana Milik.27

7. Perusahaan Gamping “Betal”

Perusahaan gamping Betal yang perjanjiannya dibuat pada tahun 1928, hubungannya agak berlainan. Komisi beranggapan bahwa urusan-urusan perusahaan tersebut yang kurang baik jalannya akan diserahkan kepada Dana Milik, asalkan kepada Dana Milik diberikan bagian dari keuntungannya. Superintenden menjadi direktur dari perusahaan gamping tersebut dengan hak atas 10 persen dari keuntungannya, yang seluruhya diserahkan kepada Dana Milik. Modal kerja dan biaya pemasangan jalan rel tetap dibiayai oleh Dana Milik. Perusahaan gamping tersebut membawa keuntungan yang cukup besar bagi Dana Milik.28

26Ibid, hlm., 245. 27Ibid, hlm., 248. 28Ibid.

commit to user

8. Usaha Penanaman Tembakau di Tawangmangu

Komisi Pengawas mendapatkan anjuran dari Penyuluh Pertanian untuk melakukan percobaan-percobaan untuk menanam berbagai jenis tembakau di tanah antara Karangpandan dan Tawangmangu, tujuannya ialah apabila berhasil, rakyat dianjurkan untuk menanam tembakau di musim kemarau karena keuntungannya lebih banyak, dan Dana Milik nanti yang akan membelinya dan kemudian menjualnya. Percobaan-percobaan telah dilakukan antara tahun 1929 dan 1932, usaha tersebut telah menghabiskan biaya sekitar f 11.000.- tetapi hasilnya menunjukkan bahwa tanah tersebut tidak cocok sama sekali untuk budidaya tembakau.29

Gb. 1

Gedung Tembakau Tawangmangu 1925

Kode Arsip 1893 Mangkunnegara Foto Koleksi Reksa Pustaka Mangkunegaran

29 Soetono H.R, op.cit, hlm. 23.

commit to user

9. Rumah dan Hotel Milik Mangkunegaran

Mangkunegara IV juga membeli rumah-rumah dan tanah-tanah yang ada di Semarang, antara lain: tanah persawahan di daerah Demak, tanah di desa Terboyo yang kemudian dialiri Banjirkanal, komplek-komplek tanah di kota Semarang diantaranya tanah swasta pendrikan, dan 12 rumah besar untuk tempat tinggal di kota Semarang. Rumah-rumah di daerah Wonogiri dan Karanganyar.30

Perumahan orang Eropa (terutama orang-orang Belanda) di sebut dengan nama

Villa Park. Perumahan ini berada di sebelah utara Istana Mangkunegaran. Perumahan ini memiliki luas kurang lebih sekitar 1,5 ha. Villa Park dibangun pada masa Mangkunegoro VI. Perumahan tersebut dibuat berbanjar, dan kelihatan indah. Perumahan ini merupakan bangunan yang disewakan untuk para pembesar Belanda.31

Pembangunan tujuh buah rumah baru yang dimulai pada tahun 1917 tidak berjalan lancar seperti yang diduga semula. Pekerjaan pemborong berkurang giatnya, bahkan kelihatan akan jatuh palit, maka perjanjian pembangunan rumah itu dibatalkan pada bulan Juni 1918, dan penyelesaian pembangunan diawasi sendiri. Pada tahun 1918 itu telah dibeli sebuah rumah didekatnya, sehingga jumlah rumah yang pada tahun 1917 hanya terdiri dari 3 rumah tinggal dan 1 gudang (di Jebres) itu pada akhir tahun 1918 sudah terdiri dari 10 rumah dan 1 gudang. Pada bulan Mei 1917 selesailah rumah ke tujuh dari rumah – rumah yang mulai dibangun pada tahun 1917. Pada tahun 1920 jumlah rumah bertambah lagi

30Ibid, hlm. 24.

31 Radjiman, Sejarah Mataram Sampai Surakarta Adiningrat. (Surakarta: Krida, 1984), 1984, hlm. 105

commit to user

dengan pembelian 1 buah rumah. Karena terdapat kekurangan rumah, pada tahun 1922 di Villa Park dibangun lagi 3 buah rumah, yang dengan segera dapat disewakan. Pada tahun itu diputuskan untuk menukar sebuah rumah model Jawa yang dibeli pada tahun 1920 dengan sebuah rumah model Eropa di Beskalan, yang oleh orang banyak disebut “rumah singa”.32

Gb. 2

Perumahan VillaPark Banjarsari Surakarta

Kode Arsip 1842 Mangkunegara VII Koleksi Foto Rekso Pustaka Mangkunegaran

10. Surat-Surat Berharga

Aset kekayaan ini merupakan akibat dari politik menabung yang dilakukan oleh Mangkunegara VI secara konsekuen untuk waktu yang lama, maka terjadilah suatu himpunan surat-surat berharga, yang akhirnya menduduki tempat yang sedemikian pentingnya diantara barang-barang yang dimiliki Dana Milik, sehingga surat-surat berharga tersebut diberi nama modal pokok. Semua sisa hasil

commit to user

usaha dari perusahaan-perusahaan, termasuk bunga dari surat-surat berharga tersebut menambah besarnya pemilikan surat-surat berharga tersebut. Komisi Pengawas berusaha agar bantuan tetap sebesar f 550.000.- tiap tahun dapat diambilkan dari bunganya.33

Surat-surat berharga tersebut berfungsi sebagi benda yang dapat dipinjamkan sebagai jaminan untuk memperoleh modal kerja, khususnya modal kerja pabrik gula. Surat-surat berharga tersebut banyak sekali jumlahnya, maka perusahaan-perusahaan tersebut tanpa ada hentinya selalu dapat disediakan kebutuhannya akan uang tunai, dengan jaminan surat-surat berharga tersebut, bank selalu meminjamkan uangnya. Surat-surat berharga tersebut untuk menyediakan modal kerja, maka disimpan di Javasche Bank. Pada tahun 1932 sebagian besar di simpan di bank tersebut, dan sesudah tahun 1932 baru semuanya surat-surat berharga tersebut disimpan semuanya.34

11. Dana Pensiun Perusahaan-Perusahaan Mangkunegaran

Mengikuti jejak yang telah diambil oleh praja Mangkunegaran untuk kepentingan para pegawainya, maka pada tahun 1925 diputuskan untuk menyediakan unag sebesar f 50.000.- yang diambilkan dari keuntungan tahun 1924 guna menyediakan modal bagi suatu Dana Pensiun untuk perusahaan-perusahaan Mangkunegara.

Pada tahun 1926 dan 1928 diterima lagi sumbangan sebesar f 50.000.-