• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

2. Aset

a. Definisi aset

Aset disebut aktiva atau harta, adalah sumber daya yang dimiliki oleh entitas bisnis. Sumber daya tersebut dapat berupa benda yang mempunyai wujud fisik, seperti kas dan bahan habis siap pakai, atau benda yang tidak berwujud tapi memiliki nilai.

Dalam PSAK No 16 Revisi Tahun 2011 disebutkan bahwa aset merupakan semua kekayaan yang dimiliki oleh seseorang perusahaan baik berwujud maupun tak berwujud yang berharga atau bernilai yang akan mendatangkan manfaat bagi seseorang atau perusahaan tersebut. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi dari aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, arus kas dan setara kas kepada perusahaan.

Ada beberapa definisi yang menjelaskan tentang aset.

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang berlaku di Indonesia disenutkan bahwa aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan diharapkan akan menghasilkan manfaat ekonomis di masa depan bagi perusahaan. Dalam Internasional Financial Reporting Standards, disebutkan bahwa “ an asset is a resource controlled by the enterprise as a result of past events and from which future economic benefits are expected to flow to the enterprise”.

Dari berbagai definisi aset di atas dapat ditarik beberapa karakteristik dari aset, yaitu:

1) Aset merupakan manfaat ekonomi yang diperoleh di masa depan 2) Aset dikuasai oleh perusahaan, dalam artian dikendalikan oleh

perusahaan

3) Aset merupakan hasil dari transaksi atau peristiwa masa lalu. E-Journal: (Ramadhan, 2015: 11-12).

b. Unsur-unsur Aset

Penyusunan aset disusun berdasarkan pada urutan likuiditas aset tersebut, yaitu di mulai dari aset yang paling likuid sampai pada aset yang paling tidak likuid. Unsur-unsur yang terdapat pada pos aset adalah (Ismail, 2014: 278):

1) Aset lancar

Aset lancar adalah aset yang diharapkan dapat direalisasikan menjadi manfaat dalam jangka waktu satu tahun atau dalam siklus operasi normal perusahaan. Aset lancar terdiri dari kas, investasi jangka pendek, wesel tagih, piutang, persediaan, biaya yang masih harus dibayar, penghasilan yang masih harus di terima dan akun-akun lainnya.

2) Investasi/penyertaan

Investasi merupakan suatu aset yang digunakan untuk pertumbuhan kekayaan melalui distribusi hasil investasi.

Investasi dalam aset juga dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang.

3) Aset tetap

Aset tetap adalah aset berwujud yang dilperoleh dalam bnetuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam bentuk operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari setahun.

4) Aset tidak berwujud

Aset tidak berwujud adalah aset tetap yang tidak berwujud yang memberikan hak ekonomi dan hukum kepada pemiliknya.

Aset tidak berwujud dapat berbentuk seperti goodwill, hak paten, hak cipta, franchise, dan merk dagang. (Ismail, 2014:

278).

18

5) Aset lain-lainnya

Aset lain-lain menggambarkan pos-pos yang tidak dapat secara layak digolongkan ke dalam aset lancar, aset tetap, investasi/penyertaan, maupun aset tidak berwujud. Komponen aset lain-lain dibedakan menjadi antara lain: bebdan dibayar dimuka, beban yang ditanggungkan, persediaan, rekening antar kantor, titipan nasabah dan lainnya. (Ismail, 2014: 278).

c. Aset Konsep Syariah

Aset merupakan sumber daya ekonomi yang dikuasai dan dikendalikan oleh entitas syariah yang diperoleh dari transaksi masa lalu, dan mengandung manfaat ekonomi tertentu. Beberapa surat dalam Al-Quran yang berkaitan dengan harta (aset) yaitu surat Yunus ayat 55, An Nahl ayat 18, An Nur ayat 33, dan An Najm ayat 48, yang menyatakan bahwa harta sepenuhnya adalah mutlak milik Allah, dan diberikan kepada manusia untuk dikelola.

Dari definisi aset dalam akuntansi syariah, dan dengan merujuk pada surat tersebut, maka hak penguasaan dan pengendalian atas aset dalam entitas syariah digunakan untuk kepentingan peningkatan kekayaan bagi owners, serta pihak yang berkepentingan yaitu manajemen, karyawan, masyarakat, pemerintah dan lingkungan.

Terdapat perbedaaan antara kerangka konseptual akuntansi konvensional dan akuntansi syariah, dari aspek postulat, konsep dasar, prinsip akuntansi dan teknik pencatatan. Tujuan penguasaan atas aset dalam konsep konvensional hanya terbatas pada pemanfaatan atas aset untuk perolehan laba. Sedangkan dalam konsep syariah, pemanfaatan atas aset ditujukan untuk kepentingan pada jalan Allah, sesuai dengan surat Al-Hadid ayat 7, yaitu untuk memperoleh pahala dengan membelanjakan untuk kebaikan, berupa nilai tambah (maslahah) baik bagi perusahaan (pemilik,

manajemen, karyawan), sosial (masyarakat, pemerintah) maupun lingkungan. Hal ini berarti bahwa kepemilikan atas aset merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk memperoleh nilai tambah atau maslahah, dan bukan merupakan tujuan akhir dari proses akuntansi. (Apriyanti, 2018: 65-66).

d. Aset Koperasi

Landasan utama program pengembangan aset adalah pengetahuan tentang masalah keuangan. Secara umum orang memahami aset merupakan kekayaan yang dimiliki seseorang atau suatu organisasi. Seseorang dapat memaknai aset, liabilities baru dapat menjadi aset jika dapat dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan. Dalam kaitannya dengan keuntungan maka aset merupakan investasi. Tabungan anggota atau simpanan saham anggota akan lebih strategis jika dikembangkan dalam bentuk investasi. Koperasi kredit dapat membantu konsumen mengelola produk keuangan secara efektif, mengenali dan menghindari layanan biaya tinggi, memperbaiki kredit, dan mengembangkan kebiasaan menabung. Dalam bahasa sederhana simpan pinjam

“simpan dulu baru pinjam”. Realitas simpan pinjam merupakan gambaran nyata pengakuan dalam bentuk laporan neraca keuangan, sebagai pemaknaan yang mencerminkan definisi penggolongan dan pengukuran.

Secara umum penggolongan aset pada koperasi terdiri atas aset lancar dalam bentuk kas, tabungan pada pusat koperasi, tabungan pada bank dan piutang atau pinjaman yang disalurkan dan masih beredar di tangan anggota. Aset dalam bentuk piutang merupakan jumlah terbesar yang mencapai 70%-80% dari total aset. Selain aset lancar koperasi juga menyertakan modalnya pada Puskopdit, dan Induk Koperasi Kredit Indonesia (Inkopdit).

Persediaan barang-barang promosi publikasi. Penggolongan

20

terakhir merupakan aset tetap dalam bentuk tanah dan bangunan dan kendaraan. (Wulandari, 2019: 35-36).

e. Aset Koperasi Syariah

Aset adalah sumber daya yang dikuasai koperasi yang menjalankan prinsip syariah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan akan diperoleh koperasi yang menjalankan prinsip syariah. Dalam Permen Koperasi dan UMKM dijelaskan bahwa komponen aset dalam koperasi syariah terdiri dari aset lancar dan aset tidak lancar.

Aset lancar dalam koperasi syariah meliputi kas, penempatan pada bank syariah/KSPPS, surat berharga, piutang (murabahah, salam, dan istishna), ijarah, pendapatan margin yang ditangguhkan, pembiayaan yang diberikan, pembiayaan (mudharabah dan musyarakah), penyisihan penghapusan aktiva produktif, aktiva murabahah, aset ijarah, aset istishna dalam penyelesaian, qardh, perlengkapan, pajak dibayar dimuka, dan biaya dibayar dimuka.

Aset tidak lancar dalam koperasi syariah terdiri dari aset penyertaan pada entitas lain, property investasi, akumulasi penyusutan property investasi, aset tetap (tanah, gedung, mesin dan kendaraan), akumulasi penyusutan aset tetap, aset tidak berwujud, dan akumulasi amortisasi aset tidak berwujud. (Wulandari, 2019:

38-39).

f. Hubungan Aset Terhadap Pendapatan

Faktor lain yang mempengaruhi pendapatan atau Sisa Hasil Usaha koperasi adalah aset koperasi. Aset merupakan kekayaan yang dimiliki perusahaan dan memiliki banyak fungsi. Aset juga memiliki peranan cukup penting dalam melihat kemampuan perusahaan dalam melakukan investasi, semakin kecil risiko maka pendapatan koperasi akan meningkat. Semakin besar aset

menunjukkan kinerja keuangan semakin baik, sebaliknya semakin rendah aset maka akan semakin tinggi resiko dan semakin rendah pendapatan koperasi sehingga mempengaruhi Sisa Hasil Usaha koperasi. E-Journal: (Musliadi, Syamni & Nazir, 2014: 6).

Koperasi memiliki sumber daya yang dapat mendukung perkembangan dan kemajuan serta pertumbuhan SHU, salah satunya adalah aset. Aset adalah sebagai sesuatu yang memberi arus keuangan atau jasa kepada pemiliknya, aset merupakan sumber daya yang dimiliki oleh entitas sekarang yang timbul dari peristiwa masa lalu dan diharapkan mendapat manfaat ekonomi di masa depan. Aset terbagi menjadi aset lancar, penyertaan investasi, aset tetap dan aset tidak berwujud. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi dari aset untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap aliran kas dan setara kas kepada entitas. Beberapa aset misalnya aset tetap memiliki bentuk fisik, namun demikian bentuk fisik tersebut tidak esensial untuk menentukan eksistensi aset. E-Journal: (Susandya, 2018: 61).

Faktor lain yang mempengaruhi pendapatan atau hasil usaha koperasi sehingga mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah aset koperasi, bertambahnya aset seharusnya menyebabkan pendapatan kosperasi dan SHU bertambah tinggi. Tetapi hal ini tergantung pada kemampuan koperasi untuk melakukan efisien biaya, maupun kemampuan koperasi untuk melakukan efisien biaya, maupun kemampuan koperasi untuk mengoperasikan dan mengelola aset yang kemampuan koperasi untuk mengoperasikan dan mengelola aset yang tersedia sehingga bisa terserap oleh anggota. E-Journal: (Winarko, 2014: 151).

Aset adalah sumber daya yang di kuasai koperasi sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan diharapkan akan menghasilkan manfaat ekonomis di masa depan bagi perusahaan. Semakin besar

22

aset suatu perusahaan atau koperasi semakin besar jasa yang digunakan oleh para anggota. Ukuran dapat menangkap fakta bahwa lembaga yang lebih besar lebih baik dibanding lembaga keuangan yang kecil. Dalam memanfaatkan skala ekonomi lembaga yang lebih besar cenderung menikmati tingkat keuntungan yang lebih tinggi. Aset memiliki hubungan positif signifikan terkait dengan profitabilitas. Ukuran aset suatu lembaga keuangan koperasi kredit dapat dijadikan sebagai variabel independen.

Aset koperasi memberi arus keuangan atau jasa kepada pemiliknya. Arus keuangan yang diterima koperasi dari pemilikan aset dapat berbentuk pembayaran langsung, seperti halnya penyewaan oleh koperasi pada usaha-usaha tertentu. Tetapi, kadang-kadang arus keuangan pemilikan aset berbentuk tidak langsung, berupa kenaikan atau penurunan dari harga-harga aset koperasi tersebut. Aset berpengaruh terhadap pendapatan dan sisa hasil usaha koperasi. Peningkatan nilai dari aset merupakan keuntungan modal (capital again), sementara penurunan aset merupakan kerugian modal (capital loss). E-Journal: (Raidayani, Said Muhammad & Faisal, 2016: 176).

Aset merupakan kekayaan yang dimiliki perusahaan yang memiliki banyak fungsi. Selain itu, aset juga memiliki peranan cukup penting dalam melihat kemampuan perusahaan dalam melakukan investasi. Semakin kecil resiko maka laba akan meningkat. Semakin besar aset menunjukkan kinerja keuangan semakin baik. Sebaliknya, semakin rendah aset maka akan semakin tinggi resiko dan semakin rendah laba koperasi. E-Journal:

(Musliadi, Ghazali Syamni & Nazir, 2014: 9).

Dokumen terkait