• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASET DAN LIABILITAS KEUANGAN (lanjutan) FINANCIAL ASSETS AND LIABILITIES (continued)

Dalam dokumen PT. Nippon Indosari Corpindo - Sari Roti (Halaman 163-165)

Purwantono, Sungkoro & Surja

BEBAN PAJAK

32. ASET DAN LIABILITAS KEUANGAN (lanjutan) FINANCIAL ASSETS AND LIABILITIES (continued)

Semua instrumen keuangan pada tanggal 31 Desember 2015 dan 2014 dicatat pada biaya perolehan diamortisasi di dalam laporan posisi keuangan. Metode-metode dan asumsi-asumsi di bawah ini digunakan untuk mengestimasi nilai wajar untuk masing-masing kelas instrumen keuangan:

All financial instruments as of December 31, 2015 and 2014 are carried at amortized cost in the statement of financial position. The following methods and assumptions are used to estimate the fair value of each class of financial instruments:

a. Aset dan liabilitas keuangan jangka pendek a. Short-term financial assets and liabilities Nilai wajar dari instrumen keuangan jangka

pendek yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau kurang diasumsikan sama dengan nilai tercatatnya karena bersifat jangka pendek.

The fair value of short-term financial instruments with maturities of one year or less are assumed to be the same as their carrying amounts due to their short-term nature.

b. Aset dan liabilitas keuangan jangka panjang b. Long-term financial assets and liabilities Nilai wajar dari instrumen keuangan jangka

panjang diasumsikan sama dengan jumlah terutangnya karena instrumen keuangan tersebut tidak mempunyai persyaratan pembayaran yang pasti walaupun tidak diharapkan untuk dikembalikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode pelaporan. Nilai wajar dari utang obligasi dan utang bank jangka panjang ditentukan dengan mendiskonto arus kas masa depan menggunakan tingkat diskonto yang berasal dari transaksi pasar yang dapat diobservasi yang mempunyai syarat, risiko kredit dan periode jatuh tempo yang sama

The fair values of long-term financial instruments are assumed to be the same as their original principal amounts because they have no fixed repayment terms although they are not expected to be settled within 12 (twelve) months after the reporting period. The fair value of bonds payable and long-term bank loans is determined by discounting future cash flows using applicable rates from observable current market transactions for instruments with similar term, credit risk and remaining maturities.

Risiko utama dari instrumen keuangan Perusahaan adalah risiko pasar (termasuk risiko mata uang asing dan risiko harga komoditas), risiko kredit serta risiko likuiditas. Direksi Perusahaan menelaah dan menyetujui kebijakan untuk mengelola masing-masing risiko ini, seperti dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:

The main risks arising from the Company's financial instruments are market risk (including foreign currency risk and commodity price risk), credit risk and liquidity risk. The Board of Directors reviews and approves policies for managing each of these risks, as further described as follows:

a. Risiko mata uang asing a. Foreign currency risk

Mata uang pelaporan Perusahaan adalah rupiah. Perusahaan menghadapi risiko nilai tukar mata uang asing karena harga beberapa pembelian utamanya ditentukan dalam mata uang asing atau harganya secara signifikan dipengaruhi oleh pergerakan dari harga acuan dalam mata uang asing (terutama dolar AS dan yen Jepang) seperti kuotasi dari pasar internasional. Apabila terdapat pembelian oleh Perusahaan dalam mata uang selain rupiah, maka Perusahaan menghadapi risiko mata uang asing.

The Company’s reporting currency is the rupiah. The Company faces foreign exchange risk as the costs of certain key purchases are either denominated in foreign currencies or whose price is significantly influenced by their benchmark price movements in foreign currencies (mainly U.S. dollar and Japanese yen) as quoted in the international markets. To the extent that the purchases of the Company are denominated in currencies other than rupiah, the Company will have an exposure to foreign currency risk.

32. ASET DAN LIABILITAS KEUANGAN (lanjutan) 32. FINANCIAL ASSETS AND LIABILITIES (continued)

a. Risiko mata uang asing (lanjutan) a. Foreign currency risk (continued) Perusahaan tidak mempunyai kebijakan

lindung nilai yang formal untuk mengatasi risiko pertukaran mata uang asing. Akan tetapi, Perusahaan menjaga transaksi dan saldo dalam mata uang asing pada tingkat yang minimum untuk membatasi risiko mata uang asing.

The Company does not have any formal hedging policy for foreign exchange exposure. However, the Company maintains transactions and balances in foreign currencies at a minimum level in order to minimize foreign exchange exposure.

Pada tanggal 31 Desember 2015, jika nilai tukar rupiah terhadap yen Jepang melemah/menguat sebanyak 10% dengan semua variable lain dianggap konstan, laba sebelum pajak penghasilan pada tanggal 31 Desember 2015 akan lebih rendah/tinggi sebesar Rp5,8 miliar terutama sebagai akibat kerugian/keuntungan translasi setara kas dan utang lain-lain.

As of December 31, 2015, had the exchange rate of the rupiah against the Japanese yen depreciated/appreciated by 10% with all other variables held constant, profit before income tax as of December 31, 2015 would have been Rp5.8 billion lower/higher, mainly as a result of foreign exchange losses/gains on the translation of cash equivalents and other payables.

b. Risiko harga komoditas b. Commodity price risk

Dampak risiko harga komoditas yang dihadapi Perusahaan terutama sehubungan dengan pembelian bahan baku utama seperti tepung terigu dan coklat. Harga bahan baku tersebut secara langsung dipengaruhi oleh fluktuasi harga komoditas serta tingkat permintaan dan penawaran di pasar.

The Company’s exposure to commodity price risk relates primarily to the purchase of major raw materials, such as wheat flour and chocolate. The prices of these raw materials are directly affected by commodity price fluctuations and the level of demand and supply in the market.

Kebijakan Perusahaan untuk meminimalkan risiko yang berasal dari fluktuasi harga komoditas adalah dengan menjaga tingkat persediaan tepung terigu dan coklat secara optimal untuk menjamin kelanjutan produksi. Selain itu, Perusahaan juga dapat mengurangi risiko tersebut dengan cara mengalihkan kenaikan harga kepada pelanggannya.

The Company’s policy is to minimize the risks arising from the fluctuations in commodity prices by maintaining the optimum inventory level of wheat flour and chocolate to ensure continuous production. In addition, the Company may seek to mitigate its risks by passing on the price increases to its customers.

c. Risiko kredit c. Credit risk

Risiko kredit yang dihadapi oleh Perusahaan berasal dari kredit yang diberikan kepada pelanggan. Untuk mengurangi risiko ini, Perusahaan menerapkan kebijakan untuk memastikan penjualan produk hanya dibuat kepada pelanggan yang dapat dipercaya dan terbukti mempunyai sejarah kredit yang baik. Perusahaan menetapkan kebijakan bahwa semua pelanggan yang akan melakukan pembelian secara kredit harus melalui prosedur verifikasi kredit. Perusahaan memiliki kebijakan yang membatasi total kredit untuk setiap pelanggan, seperti, mengharuskan distributor dan agen untuk memberikan uang jaminan. Sebagai tambahan, saldo piutang dipantau secara terus menerus untuk mengurangi kemungkinan piutang yang tidak tertagih.

The Company is exposed to credit risk arising from the credit granted to its customers. To mitigate this risk, it has policies in place to ensure that sales of products are made only to creditworthy customers with proven track record or good credit history. It is the Company's policy that all customers who wish to trade on credit are subject to credit verification procedures. The Company has policies that limit the amount of credit exposure to any particular customer, such as requiring distributors and agents to provide guarantee deposits. In addition, receivable balances are monitored on an ongoing basis to reduce the exposure to bad debts.

33. TUJUAN DAN KEBIJAKAN MANAJEMEN

Dalam dokumen PT. Nippon Indosari Corpindo - Sari Roti (Halaman 163-165)