ASMA BRONKIAL
A. Mekanisme dasar terjadinya asma bronkial A. Mekanisme dasar terjadinya asma bronkial
Inflamasi Akut Inflamasi Akut
1.
1. Reaksi Asma Tipe Cepat: Alergen terikat pada IgE yang menempel pada sel mastReaksi Asma Tipe Cepat: Alergen terikat pada IgE yang menempel pada sel mast degranulasidegranulasi sel mast
sel mast mengeluarkanmengeluarkan preformed mediator preformed mediator (histamin, protease, leukotrin, prostaglandidn dan(histamin, protease, leukotrin, prostaglandidn dan PAF)
PAF)kontraksi otot polos bronkuskontraksi otot polos bronkus sekresi mukus dan sekresi mukus dan vasodilatasi.vasodilatasi. 2.
2. Reaksi Fase Lambat: timbul antara 6 – 9 jam setelah provokasi alergen dan melibatkanReaksi Fase Lambat: timbul antara 6 – 9 jam setelah provokasi alergen dan melibatkan pengerahan serta aktivasi eosinofil, sel T CD4+, neutrofil dan
pengerahan serta aktivasi eosinofil, sel T CD4+, neutrofil dan makrofag.makrofag.
Inflamasi Kronik Inflamasi Kronik
Berbagai sel terlibat dan teraktivasi: limfosit T, eosinofil, makrofag, sel mast, sel epitel, fibroblast dan Berbagai sel terlibat dan teraktivasi: limfosit T, eosinofil, makrofag, sel mast, sel epitel, fibroblast dan otot polos bronkus.
otot polos bronkus. B.
B.Faktor risiko terjadinya asmaFaktor risiko terjadinya asma
•• Pejanan lingkungan hanya meningkatkan risiko asma Pejanan lingkungan hanya meningkatkan risiko asma pada individu dengan genetik asma,pada individu dengan genetik asma, •• Baik lingkungan maupun genetik masing-masing meningkatkan risiko penyakit asmaBaik lingkungan maupun genetik masing-masing meningkatkan risiko penyakit asma
INFLAMASI INFLAMASI HIPERESPONSIF JALAN HIPERESPONSIF JALAN NAPAS NAPAS OBSTRUKSI JALAN OBSTRUKSI JALAN NAPAS NAPAS PENCETUS PENCETUS GEJALA GEJALA FAKTOR RESIKO FAKTOR RESIKO
Bakat yang diturunkan : Bakat yang diturunkan :
Asma Asma Pengaruh lingkungan : Pengaruh lingkungan : Alergen Alergen
Asimptomatik atau Asma dini Asimptomatik atau Asma dini
Faktor Risiko Pada Asma Faktor Risiko Pada Asma Faktor Pejamu Faktor Pejamu Prediposisi genetik Prediposisi genetik Atopi Atopi
Hiperesponsif jalan napas Hiperesponsif jalan napas Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Ras / etnik Ras / etnik Faktor
Faktor LingkunLingkungangan Alergen di dalam ruangan Alergen di dalam ruangan
•• Mite domestik Mite domestik •• Alergen binatangAlergen binatang •• Alergen kecoaAlergen kecoa
•• Jamur (fungi, molds, yeasts)Jamur (fungi, molds, yeasts) Alergen di luar ruangan
Alergen di luar ruangan •• Tepung sari bungaTepung sari bunga
•• Jamur (fungi, molds, yeasts)Jamur (fungi, molds, yeasts) Asap rokok Asap rokok Polusi udara Polusi udara Infeksi pernapasan Infeksi pernapasan Infeksi parasit Infeksi parasit Status sosioekonomi Status sosioekonomi Besar keluarga Besar keluarga Diet dan obat Diet dan obat Exercise
Exercise dan hiperventilasidan hiperventilasi Perubahan cuaca
Perubahan cuaca Sulfur dioksida Sulfur dioksida
Makanan, aditif (pengawet, penyedap, pewarna makanan), obat-obatan Makanan, aditif (pengawet, penyedap, pewarna makanan), obat-obatan Ekspresi emosi yang berlebihan
Ekspresi emosi yang berlebihan
Iritan (parfum, bau-bauan merangsang,
Iritan (parfum, bau-bauan merangsang, household sprayhousehold spray)) C.
C. AnamnesisAnamnesis
•• Gejala berupa batuk, sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak Gejala berupa batuk, sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak •• Bersifat episodik, sering kali reversibel dengan atau tanpa pengobatanBersifat episodik, sering kali reversibel dengan atau tanpa pengobatan •• Gejala timbul / memburuk terutama malam / dini hariGejala timbul / memburuk terutama malam / dini hari
•• Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individuDiawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu •• Respons terhadap pemberian bronkodilatorRespons terhadap pemberian bronkodilator
Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit : Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit :
•• Riwayat keluarga (atopi)Riwayat keluarga (atopi) •• Riwayat alergi / atopiRiwayat alergi / atopi
•• Penyakit lain yang memberatkanPenyakit lain yang memberatkan
•• Perkembangan penyakit dan pengobatanPerkembangan penyakit dan pengobatan D. Pemeriksaan Fisik
D. Pemeriksaan Fisik
-- Wheezing mengi pada auskultasi.Wheezing mengi pada auskultasi. -- sesak napassesak napas
-- hiperinflasi.hiperinflasi.
-- pada sarangan yang sangat berat disertai gejala lain: sianosis, gelisah, sukar bicara, takikardi,pada sarangan yang sangat berat disertai gejala lain: sianosis, gelisah, sukar bicara, takikardi, hiperinflasi dan penggunaan otot bantu napas.
hiperinflasi dan penggunaan otot bantu napas. E. Pemeriksaan P
Spirometri Spirometri
Pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP
Pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP11) dan kapasiti vital paksa (KVP) dilakukan) dan kapasiti vital paksa (KVP) dilakukan dengan manuver ekspirasi paksa melalui prosedur yang standar. Pemeriksaan itu sangat bergantung dengan manuver ekspirasi paksa melalui prosedur yang standar. Pemeriksaan itu sangat bergantung kepada kemampuan penderita sehingga dibutuhkan instruksi operator yang jelas dan kooperasi penderita. kepada kemampuan penderita sehingga dibutuhkan instruksi operator yang jelas dan kooperasi penderita. Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi dari 2 - 3 nilai yang
Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi dari 2 - 3 nilai yang reproduciblereproducible dandan acceptable
acceptable. Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP. Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP11 / KVP < 75% atau VEP1 < 80% nilai/ KVP < 75% atau VEP1 < 80% nilai prediksi.
prediksi.
Uji Provokasi Bronkus Uji Provokasi Bronkus
Pada penderita dengan gejala asma dan faal paru normal sebaiknya dilakukan uji provokasi bronkus. Pada penderita dengan gejala asma dan faal paru normal sebaiknya dilakukan uji provokasi bronkus. Pemeriksaan uji provokasi bronkus mempunyai sensitiviti yang tinggi tetapi spesifisiti rendah, artinya Pemeriksaan uji provokasi bronkus mempunyai sensitiviti yang tinggi tetapi spesifisiti rendah, artinya hasil negatif dapat menyingkirkan diagnosis asma persisten, tetapi hasil positif tidak selalu berarti bahwa hasil negatif dapat menyingkirkan diagnosis asma persisten, tetapi hasil positif tidak selalu berarti bahwa penderita tersebut asma. Hasil positif dapat terjadi pada penyakit lain seperti rinitis alergik, berbagai penderita tersebut asma. Hasil positif dapat terjadi pada penyakit lain seperti rinitis alergik, berbagai gangguan dengan penyempitan jalan napas
gangguan dengan penyempitan jalan napas seperti PPOK, bronkiektasis dan fibrosis kistik.seperti PPOK, bronkiektasis dan fibrosis kistik. Pengukuran Status Alergi
Pengukuran Status Alergi
Komponen alergi pada asma dapat
Komponen alergi pada asma dapat diindentifikdiindentifikasi melalui pemeriksaan uji kulit atau pengukuran IgE.asi melalui pemeriksaan uji kulit atau pengukuran IgE. F. Diagnosis Banding
F. Diagnosis Banding Dewasa
Dewasa
•• Penyakit paru Obstruksi Kronik Penyakit paru Obstruksi Kronik •• Bronkitis kronik Bronkitis kronik
•• Gagal Jantung Kongestif Gagal Jantung Kongestif •• Batuk kronik akibat lain-lainBatuk kronik akibat lain-lain •• Disfungsi laringsDisfungsi larings
•• Obstruksi mekanis (misal tumor)Obstruksi mekanis (misal tumor) •• Emboli ParuEmboli Paru
Anak Anak
•• Benda asing di saluran napasBenda asing di saluran napas •• LaringotrakeomalasiaLaringotrakeomalasia
•• Pembesaran kelenjar limfePembesaran kelenjar limfe •• TumorTumor
•• Stenosis trakeaStenosis trakea •• BronkiolitisBronkiolitis
G. Klasifikasi G. Klasifikasi Derajat
Derajat Kekambuhan/serangan Kekambuhan/serangan TerapiTerapi Step 1
Step 1 Intermittent Intermittent
Kurang dari 1 kali dalam seminggu Kurang dari 1 kali dalam seminggu Asimptomatis dan PEF normal di antara Asimptomatis dan PEF normal di antara serangan
serangan
Obat reliever: Obat reliever: Beta agonis inhaler Beta agonis inhaler
Step 2 Step 2
Mild persistent Mild persistent
Satu
Satu kali kali atau atau lebih lebih dalam dalam 1 1 minggu minggu Obat Kontroller:Obat Kontroller:
-- Medikasi 1x/hariMedikasi 1x/hari
-- Bisa Bisa ditambahkan ditambahkan bronkodilator lonbronkodilator longg acting
acting Obat reliever: Obat reliever: Beta agonis inhaler Beta agonis inhaler Step 3 Step 3 Moderate persistent Moderate persistent Setiap hari Setiap hari Menggunakan B
Menggunakan B22agonis setiap hari.agonis setiap hari. Serangan mempengaruhi aktivitas Serangan mempengaruhi aktivitas
Obat Kontroller: Obat Kontroller:
-- Kortikosteroid inhaler harianKortikosteroid inhaler harian
-- bronkodilator long acting harianbronkodilator long acting harian Obat reliever:
Obat reliever: Beta agonis inhaler Beta agonis inhaler Step 4 Step 4 Severe persistent Severe persistent Terus menerus. Terus menerus.
Aktivitas fisik terbatas Aktivitas fisik terbatas
Obat Kontroller: Obat Kontroller:
-- Kortikosteroid inhaler harianKortikosteroid inhaler harian
-- bronkodilator long acting harianbronkodilator long acting harian
-- Kortikosteroid oralKortikosteroid oral Obat reliever:
Obat reliever: Beta agonis inhaler Beta agonis inhaler
H. Terapi H. Terapi
Obat-obatan pada asma bronkial secara garis besar dibagi menjadi
Reliver medication
Reliver medication termasuk golongan ini adalah bronkodilator baik agonistermasuk golongan ini adalah bronkodilator baik agonis ββ22waktu kerja pendek waktu kerja pendek maupun teofilin dan garamnya
maupun teofilin dan garamnya Controller medication
Controller medication termasuk golongan ini adalah obat-obat termasuk golongan ini adalah obat-obat antiinflamasi antara lain: kortikosteroid,antiinflamasi antara lain: kortikosteroid, kromolin, ketotifen, sodium nedocromil, agonis
kromolin, ketotifen, sodium nedocromil, agonis ββ22masa kerja panjang dan antileukotrien.masa kerja panjang dan antileukotrien. Obat
Obat Kontroller Kontroller Obat Obat RelieverReliever
-- Kortikosteroid inhalerKortikosteroid inhaler
-- Kortikosteroid sistemik Kortikosteroid sistemik
-- Sodium kromoglikatSodium kromoglikat
-- Nedokromil sodiumNedokromil sodium
-- Teofilin sustained releaseTeofilin sustained release
-- Beta 2 agonis long actingBeta 2 agonis long acting
-- KetotifenKetotifen
-- Beta 2 agonis short acting inhalerBeta 2 agonis short acting inhaler
-- Kortikosteroid sistemik Kortikosteroid sistemik
-- Antikolinergik Antikolinergik
-- Beta 2 agonis short acting oralBeta 2 agonis short acting oral
-- Teofilin short actingTeofilin short acting
Kortikosteroid Kortikosteroid - inhalasi - inhalasi BeclomethasoneBeclomethasone BudesonideBudesonide FluticasoneFluticasone
Sodium CromoglycateSodium Cromoglycate
Sodium NedocromilSodium Nedocromil
AntileukotrienAntileukotrien Salmeterol
Salmeterol
memberikan proteksi terhadap berbagai
memberikan proteksi terhadap berbagai macam stimulus yang mengakibatkan bronkokonstriksi.macam stimulus yang mengakibatkan bronkokonstriksi. Salmeterol mempunyai mula kerja yang lambat sehingga tidak cocok
Salmeterol mempunyai mula kerja yang lambat sehingga tidak cocok unutk asma yang akut.unutk asma yang akut. Jenis-jenis Inhaler
Jenis-jenis Inhaler
pMDI (pressurised metered dose inhaler)pMDI (pressurised metered dose inhaler)
pMDI plus spacerpMDI plus spacer
PNEUMONIA
PNEUMONIA
peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit).peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). (( Mycobacterium tuberculosis Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk). Sedangkan peradangan paru yang disebabkan olehtidak termasuk). Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain)disebut nonmikroorganisme (bahan kimia, aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain)disebut pneumonitis
pneumonitis
A. Etiologi A. Etiologi
di rumah sakit banyak disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak di rumah sakit banyak disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri anaerob
disebabkan oleh bakteri anaerob
B. Klasifikasi B. Klasifikasi
1.
1. Berdasar klinis dan epidemiologis :Berdasar klinis dan epidemiologis : a.
a. Pneumonia komunitiPneumonia komuniti b.
b. Pneumonia nosokomialPneumonia nosokomial c.
c. Pneumonia aspirasiPneumonia aspirasi d.
d. Pneumonia pada penderitaPneumonia pada penderita immunocompromised.immunocompromised.
2.
2. Berdasar bakteri penyebabBerdasar bakteri penyebab a.
a. Pneumonia bakterial / tipikal.Pneumonia bakterial / tipikal. b.
b. Pneumonia atipikal, disebebkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia.Pneumonia atipikal, disebebkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia. c.
c. Pneumonia virusPneumonia virus d.
d. Pneumonia jamur. Pada penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised).Pneumonia jamur. Pada penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised). 3.
3. Berdasar predileksi infeksiBerdasar predileksi infeksi a.
a. Pneumonia lobaris. Sering pada pneumonia bakterial, jarang pada bayi dan orang tua.Pneumonia lobaris. Sering pada pneumonia bakterial, jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misal : Pada aspirasi benda asing, atau proses keganasan.
oleh obstruksi bronkus misal : Pada aspirasi benda asing, atau proses keganasan. b.
b. Bronkopneumonia. Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru. DapatBronkopneumonia. Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan orang tua, Jarang disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan orang tua, Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus.
dihubungkan dengan obstruksi bronkus. c.
c. Pneumonia interstisialPneumonia interstisial
C. Anamnesis C. Anamnesis
-- demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat melebihi 40 °Cdemam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat melebihi 40 °C
-- batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darahbatuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah -- sesak napassesak napas
-- nyeri dada.nyeri dada.
D. Pemeriksaan fisis D. Pemeriksaan fisis
-- tergantung dari luas lesi di paru.tergantung dari luas lesi di paru.
-- I I : : bagian ybagian yang sakit ang sakit tertinggal waktu tertinggal waktu bernapas,bernapas, -- P P : fremitus : fremitus dapat mengerasdapat mengeras
-- A : suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basahA : suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah kasar pada stadium resolusi.
kasar pada stadium resolusi.
E. Pemeriksaan Penunjang E. Pemeriksaan Penunjang
a.
a. RadiologisRadiologis
Foto toraks (PA / lateral ): infiltrat sampai konsolidasi dengan “ air bronchogram “, Foto toraks (PA / lateral ): infiltrat sampai konsolidasi dengan “ air bronchogram “, penyebaran bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti.
penyebaran bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti. -- Gambaran pneumonia lobarisGambaran pneumonia lobaris Sitreptococcus pneumoniaSitreptococcus pneumonia
-- infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumoniainfiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia Pseudomonas aeruginosaPseudomonas aeruginosa
-- konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanankonsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan Klebsiela pneumoniaeKlebsiela pneumoniae
b.
b. LaboratoriumLaboratorium -- LeukositosisLeukositosis -- Shift to the leftShift to the left -- peningkatan LEDpeningkatan LED
-- diagnosis etiologi: pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi.diagnosis etiologi: pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi.
-- Analisis gas darahAnalisis gas darah hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadihipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
asidosis respiratorik.
Perbedaan gambaran klinik pneumonia atipik dan tipik Perbedaan gambaran klinik pneumonia atipik dan tipik
Tanda
Tanda dan dan gejala gejala P.atipik P.atipik P.tipikP.tipik
•• Onset Onset gradual gradual akutakut
•• Suhu Suhu kurang kurang tinggi tinggi tinggi, tinggi, menggigilmenggigil
•• Batuk Batuk non non produktif produktif produktif produktif
•• Dahak Dahak mukoid mukoid purulenpurulen
•• Gejala Gejala lain lain nyeri nyeri kepala, kepala, mialgia mialgia JarangJarang Sakit tenggorokan, suara parau,
Sakit tenggorokan, suara parau, Nyeri telinga.
Nyeri telinga.
•• Gejala Gejala diluar diluar paru paru sering sering lebih jaranglebih jarang
•• Pewarnaan Pewarnaan Gram Gram flora flora normal normal atau atau spesifik spesifik kokus kokus Gram Gram (+) (+) atauatau (-)
(-)
•• Radiologis Radiologis “ “ patchy” patchy” atau atau normal normal konsolidasi konsolidasi lobarlobar
•• Laboratorium Laboratorium leukosit leukosit normal normal kadang kadang rendah rendah lebih lebih tinggitinggi
•• Gangguan Gangguan fungsi fungsi hati hati sering sering jarangjarang
F. Pengobatan F. Pengobatan
a.
a. Penderita rawat jalanPenderita rawat jalan
Pengobatan suportif / simptomatik Pengobatan suportif / simptomatik -- Istirahat di tempat tidurIstirahat di tempat tidur
-- Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasiMinum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi
-- Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoranBila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran
Pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8 jam.Pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8 jam. b.
b. Penderita rawat inap diruang rawat biasaPenderita rawat inap diruang rawat biasa Pengobatan suportif / simptomatik Pengobatan suportif / simptomatik
-- Pemberian terapi oksigenPemberian terapi oksigen
-- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolitPemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit -- Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik Pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8 jamPengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8 jam c.
c. Penderita rawat inap di Ruang Rawat Intensif Penderita rawat inap di Ruang Rawat Intensif Pengobatan suportif / simptomatik Pengobatan suportif / simptomatik
-- Pemberian terapi oksigenPemberian terapi oksigen
-- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolitPemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit -- Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik Pengobatan antibiotik (sesuai bagan) kurang dari 8 jamPengobatan antibiotik (sesuai bagan) kurang dari 8 jam
Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik
Penderita pneumonia berat yang datang ke UGD diobservasi tingkat kegawatannya, bila dapat Penderita pneumonia berat yang datang ke UGD diobservasi tingkat kegawatannya, bila dapat distabilkan maka penderita dirawat inap ruang rawat biasa ; bila terjadi
distabilkan maka penderita dirawat inap ruang rawat biasa ; bila terjadi respiratoryrespiratory distressdistress makamaka penderita dirawat di Ruang Rawat Intensif.
penderita dirawat di Ruang Rawat Intensif.
G. Komplikasi G. Komplikasi
Efusi pleuraEfusi pleura EmpiemaEmpiema Abses paruAbses paru PneumotoraksPneumotoraks Gagal napasGagal napas SepsisSepsis
H. Pneumonia Berat H. Pneumonia Berat
Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai ‘
Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai ‘ salah satu atau lebihsalah satu atau lebih’ kriteria di bawah’ kriteria di bawah ini.
ini.
- Kriteria minor : - Kriteria minor :
•• Frekuensi napas > 30/menitFrekuensi napas > 30/menit
•• PaOPaO22 /FiO /FiO22kurang dari 250 mmHgkurang dari 250 mmHg
•• Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateralFoto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
•• Foto toraks paru melibatkan > 2 lobusFoto toraks paru melibatkan > 2 lobus
•• Tekanan sistolik < 90 mmHgTekanan sistolik < 90 mmHg
•• Tekanan diastolik < 60 mmHgTekanan diastolik < 60 mmHg - Kriteria mayor:
- Kriteria mayor:
•• Membutuhkan ventilasi mekanik Membutuhkan ventilasi mekanik
•• Infiltrat bertambah > 50%Infiltrat bertambah > 50%
•• Membutuhkan vasopresor > 4 jam (septik syok)Membutuhkan vasopresor > 4 jam (septik syok)
•• Kreatinin serumKreatinin serum ≥≥ 2 mg/dl atau peningkatan2 mg/dl atau peningkatan ≥≥ 2 mg/dl, pada penderita riwayat penyakit2 mg/dl, pada penderita riwayat penyakit ginjal atau gagal ginjal yang membutuhkan dialisis.
P P O K
P P O K
( Penyakit Paru Obstruktif Kronik ) ( Penyakit Paru Obstruktif Kronik )
penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran napas yang tidak penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran napas yang tidak sepenuhunya reversibel. bersifat progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi paru
sepenuhunya reversibel. bersifat progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun / berbahaya.
terhadap partikel atau gas yang beracun / berbahaya.
Bronkitis kronik dan emfisema tidak dimasukkan definisi PPOK karena : Bronkitis kronik dan emfisema tidak dimasukkan definisi PPOK karena :
-- Emfisema merupakan diagnosis patologisEmfisema merupakan diagnosis patologis -- Bronkitis kronik merupakan diagnosis klinisBronkitis kronik merupakan diagnosis klinis
Selain itu kedunya tidak selalu mencerminkan hambatan aliran udara dalam saluran napas. Selain itu kedunya tidak selalu mencerminkan hambatan aliran udara dalam saluran napas.
A. Faktor Risiko A. Faktor Risiko
•• Asap rokokAsap rokok
•• Polusi udaraPolusi udara
•• Infeksi saluran napas bawah bertulangInfeksi saluran napas bawah bertulang
B. Anamnesis B. Anamnesis
-- batuk batuk
-- produksi sputumproduksi sputum -- sesak napassesak napas -- aktiviti terbatasaktiviti terbatas Gejala eksaserbasi akut
Gejala eksaserbasi akut -- batuk bertambahbatuk bertambah
-- produksi sputum bertambahproduksi sputum bertambah -- sputum berubah warnasputum berubah warna -- sesak napas bertambahsesak napas bertambah
-- keterbatasan aktiviti bertambahketerbatasan aktiviti bertambah
-- terdapat gagal napas akut pada gagal napas kronik terdapat gagal napas akut pada gagal napas kronik -- penurunan kesadaranpenurunan kesadaran
C. Pemeriksaan fisik C. Pemeriksaan fisik
- barrel chest - barrel chest
- Penggunaan otot bantu napas - Penggunaan otot bantu napas - Hipertropi otot bantu napas - Hipertropi otot bantu napas
- Fremitus melemah, sela iga melebar - Fremitus melemah, sela iga melebar - Hipersonor
- Hipersonor
- Suara napas vesikuler melemah atau normal - Suara napas vesikuler melemah atau normal - Ekspirasi memanjang - Ekspirasi memanjang - Mengi - Mengi D. Gambaran Radiologi D. Gambaran Radiologi -- HiperinflasiHiperinflasi -- HiperlusenHiperlusen
-- Diafragma mendatarDiafragma mendatar -- Pelebaran sela igaPelebaran sela iga
-- Corakan bronkovaskuler meningkatCorakan bronkovaskuler meningkat -- BullaBulla
-- Jantung pendulumJantung pendulum
E. Diagnosis Banding E. Diagnosis Banding
PPOK Asma CHF
PPOK Asma CHF
Onset
Onset usia usia pertengahan pertengahan usia usia dini dini Usia Usia tua tua atauatau pertengahan pertengahan Riwayat
Riwayat lama lama merokok merokok alergi, rintis alergi, rintis dan dan atauatau eksim
eksim
Riyawat asma dalam Riyawat asma dalam keluarga
keluarga
Riwayat hipertensi Riwayat hipertensi
Keluhan
Keluhan Sesak Sesak saat saat aktivitiaktiviti Gejala progresif Gejala progresif lambat
lambat
Gejala bervariasi dari Gejala bervariasi dari hari ke hari
hari ke hari
Gejala pada waktu Gejala pada waktu malam/dini hari malam/dini hari
sesak sesak
Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik Fisik Hipersonor Hipersonor Wheezing Wheezing Ronki Ronki basah basah halus halus didi basal paru basal paru Radiologi Hiperinflasi, Radiologi Hiperinflasi, Hiperlusen, Hiperlusen, Diafragma mendatar Diafragma mendatar Kebanyakan
Kebanyakan normal normal pembesaran pembesaran jantungjantung dan edema paru dan edema paru Hambatan aliran
Hambatan aliran udara
udara
umumnya
umumnya ireversibel ireversibel umumnya umumnya reversibelreversibel
F. Penatalaksanaan F. Penatalaksanaan
4 komponem program tatalaksana : 4 komponem program tatalaksana :
1.
1. Evaluasi dan monitor penyakitEvaluasi dan monitor penyakit 2.
2. Menurunkan faktor risikoMenurunkan faktor risiko berhenti merokok berhenti merokok 3.
3. Tatalaksana PPOK stabilTatalaksana PPOK stabil 4.
4. Tatalaksana PPOK eksaserbasiTatalaksana PPOK eksaserbasi Prinsip penatalaksanaan eksaserbasi PPOK Prinsip penatalaksanaan eksaserbasi PPOK
1.
1. Optimalisasi penggunaan obat-obatanOptimalisasi penggunaan obat-obatan b.
b. BronkodilatorBronkodilator
•• Agonis beta -2 kerja cepat kombinasi dengan antikolinergik perinhalasiAgonis beta -2 kerja cepat kombinasi dengan antikolinergik perinhalasi (nebuliser)
(nebuliser)
•• Xantin intravena (bolus dan drip)Xantin intravena (bolus dan drip) c.
c. Kortikosteroid sistemik Kortikosteroid sistemik